Penemuan-2 baru yg mengejutkan mengenai Hidup & Wafatnya Kristus. YESUS WAFAT di KASHMIR Oleh : A. Faber Kaiser Penerjemah S.A.Syurayuda Penerbit DARUL KUTUBIL ISLAMIYAH GERAKAN AHMADIYAH INDONESIA Jl. Kesehatan IX No.12 JAKARTA PUSAT Telepon 3844111 Andres Faber Kaiser adalah seorang ahli filsafat dan sarjana ahli dalam karya-karya jurnalistik. Dia pertamakali mengadakan hubungan dengan “Kashmir” ketika dia mendengar keterangan-keterangan ada makam Yesus di Kashmir; dia membuat penelaahan-penelaahan dan akhirnya memutuskan dirinya pergi ke Kashmir untuk menyelidiki. Sedikit demi sedikit, dia menyusun suatu dokumen yang sangat penting dan mengagumkan yang mengisi sejumlah jurang yang menganga pada Bibel yang telah membingungkan para sarjana selama ratusan tahun. Terbitan pertama di Great Britain oleh Gordon Cremonesi Ltd. 1977. Edisi ABACUS diterbitkan tahun 1978 oleh Sphere Books Ltd. 30/32 Gra’s Inn Road, London WCIX 8JL. Hak Pengarang – Andreas Faber Kaiser 1976. Hak Terjemahan bahasa Inggris Gordon Cremonesi Ltd. 1977. Dicetak di Great Britain oleh: Cox & Wyman Ltd. London, Reading and Fakenhan. ISI BUKU Judul Sepatah Kata dari Penerjemah Kata Pengantar Apakah si anak kecil Yesus dan Yesus Kristus itu Satu dan sama orangnya? -Injil-injil yang membisu -Penemuan Nicolai Notovich. -Perjalanan Yesus yang pertama ke India. Dari Salib ke Kashmir. -Pilatus sangat simpati kepada Yesus. -Yesus tidak wafat di kayu salib. -Kain Kafan Turin. -Yesus masih hidup ketika beliau meninggalkan pemakaman. Kehidupan Yesus yang kedua. -Kehidupan Yesus yang kedua. -Mencari suku-suku Israel yang hilang. -Buku-2 yg menjadi saksi terhadap penduduk asli Israel yg ada di Afghanistan & Kashmir. -Persamaan bahasa antara nama-2 yang terdapat di Kashmir & yang didapati dalam Bibel. Tujuan Yesus: Kashmir. -Tujuan Yesus: Kashmir. -Mariam dikebumikan di Pakistan. -Padang rumput Yesus: Pintu gerbang ke Kashmir. -Yesus tinggal di Kashmir. -Percakapan Yesus bersama Shalewahin. -Yesus, keluarga manusia. -Yesus wafat di Kashmir. -Makam Yesus di Kashmir. -Para pejabat yang menetapkan penyerahan Rozabal. -Ladakh, negeri Yesus dan kaum Kristen. -Penyaliban Sandiman. -Bukti kronologis (urutan waktu). Musa dimakamkan di Kashmir? -Musa dimakamkan di Kashmir -Makam Nabi Musa. -Nama-nama di Kashmir yang memperkuat nama Musa. -Batu Musa -“Tongkat Musa” – juga dikenal sebagai “Tongkat Isa”. Persamaan sifat-sifat Yesus dan Buddha. Gerakan Ahmadiyah. Orang-orang yang berhubungan dengan perihal buku ini. Pernyataan saya pribadi. Lokasi tempat-2 penting & monumen-2 yg berhubungan dg Srinagar. Catatan-catatan. Bibliographi. SEPATAH KATA DARI PENERJEMAH “Saya rasa sekaranglah saatnya untuk memberitahukan kepada dunia, bahwa Yesus tidak wafat di kayu palang (salib) dan beliau wafat secara wajar setelah mencapai usia tua, setelah berkelana ke Timur dari Palestina untuk menjumpai dan mengajar kepada suku-suku Israel yang hilang, di Kashmir. Demikianlah sebagian komentar dari penulis buku ini di dalam “Kata Pengantar”-nya, yang segera akan anda baca pada lembaran-lembaran berikut. Saya rasa, ungkapan yang demikian gamblang ini bukan hanya ucapan dari penulis buku ini semata yang benar-benar terbit dari lubuk hati sanubarinya, tetapi bahkan Alam ini pun, atau lebih tepatnya lagi, “Sunatullah” itu sendirilah yang sudah pasti akan mengungkapkan segala rahasia yang misterius yang terjadi terhadap salah seorang Utusan-Nya yang mulia dan benar itu, karena, memang sudah semestinya dan sudah saatnyalah sekarang ini Kebenaran Sejati harus mengungkapkan segala sesuatu yang terselubung selama berabad-abad lamanya, dan sudah saatnyalah Kebenaran Sejati itu harus melenyapkan segala kepalsuan di muka bumi ini, termasuk yang menimpa diri pribadi Utusan Tuhan yang mulia, yakni Nabi ‘Isa as. atau Yesus Kristus yang selama berabad-abad selalu menjadi teka-teki umat manusia. Para pembaca yang budiman, dengan terbitnya buku ini, maka segala rahasia yang selama berabad-abad terselubung itu akan segera terbuka dengan lebarnya dan segera akan terlihat dengan jelas dan terang. Apakah Yesus Kristus itu seorang anak Tuhan ataukah seorang anak manusia biasa? Apakah beliau itu bangkit dari makamnya dan terus naik ke langit atau ke Sorga sana dengan badan wadagnya? Apakah sampai detik ini beliau masih ada di sana duduk di samping kanan tangan Tuhan, ataukah sudah turun kembali ke bumi ini untuk mengemban hidupnya yang kedua kali? Atau apakah beliau itu pernah naik ke sana ataukah tidak pernah samasekali? Sekali lagi, setelah membaca buku yang sangat berharga ini, para pembaca yang budiman akan segera dapat menjawab sendiri dengan takjubnya terhadap segala teka-teki yang misterius ini. Bagi saya sendiri, selaku penerjemah, setelah membaca buku ini, bukan hanya sekedar mengerti segala yang misterius itu, tetapi bahkan juga merasa terpanggil untuk menyampaikan perkara yang benar-benar sangat penting dan sangat berharga ini kepada khalayak di mana saja. Para pembaca yang budiman, buku ini benar-benar menggali banyak rahasia kehidupan Yesus Kristus sampai ke akar-akarnya, baik itu kehidupan masa kecil, dewasa, tua, bahkan sampai pada akhir hayatnya, semua terbabar dengan terangnya dan terbuka secara menakjubkan, yakni, selama masa itu, di manakah beliau berada? Semua penjelasan di dalam buku ini benar-benar membuka kunci segala teka-teki kehidupan Yesus Kristus yang selalu menjadi pertanyaan besar bagi kita semua. Kini semua pertanyaan itu dijawab oleh buku ini yang ditulis oleh seorang filosofer yang langsung menyelidiki tempat-tempat yang pernah ditempati oleh Yesus Kristus. Di samping penulis buku ini sendiri datang ke tempat di mana Yesus pernah hidup dan wafat, juga diperkuat dengan bukti-bukti sejarah dari berbagai negeri yang pernah dilalui Yesus dan bahkan diperkuat lagi oleh bukti-bukti ilmiah, baik itu berupa penemuan-penemuan naskah-naskah kuno maupun bukti-bukti ilmiah modern mengenai “Kain Kafan” yang pernah menyelimuti tubuh Yesus Kristus, dan banyak lagi bukti-bukti yang segera akan terbaca oleh para pembaca sekalian. Selain itu, bila di dalam buku ini anda menemui sedikit tambahan dari penerjemah (khususnya mengenai “Makam Bunda Yesus”, yakni Maria), semua keterangan itu diperoleh oleh penerjemah langsung dari sumbernya, karena penerjemah sendiri pernah pergi ke sana pada tahun 1981 di musim panas dan langsung melihat “Makam” tersebut serta melihat beberapa tempat (rute) yang pernah dilalui oleh Yesus, yakni, sebelum beliau memasuki tempat tujuannya yang terakhir. Tempat-tempat yang pernah penerjemah kunjungi khususnya ialah di Propinsi Punjab, Pakistan. Harapan saya semoga saja semua ini menjadikan khazanah ilmu pengetahuan kita sekalian, dan yang lebih penting lagi, disamping memperoleh kebenaran, juga semoga menambah kekuatan iman kita kepada Allah SWT dan kepada semua Utusan-Nya yang telah menuntun kita ke jalan Kebenaran hakiki. Amiin. Akhirnya perlu saya sampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Imam Musa Projosiswoyo dan kepada Ny. Variny Mansyur Basuki, yang telah sudi memperbaiki kekurangan-kekurangan terjemahan ini, dan akhirnya tak lupa saya ucapkan terima kasih saya kepada Penerbit Darul Kutubil Islamiyah yang menyebarluaskan risalah penting ini. Semoga buku ini bermanfaat sebagaimana penulis buku ini menyatakan: “….. mungkin bisa memancarkan cahaya baru kepada segala aspek atau pandangan yang misterius mengenai kehidupan Yesus”. Semoga! Segala puji hanyalah pada Allah Ta’ala. Jakarta, 6 Juli 1983. S.A.Syurayuda. KATA PENGANTAR “Apakah sebabnya kamu mencari Yang Hidup di antara yang mati” (Lukas 24:5). Yesus disalib pada suatu Jum’at sore, dan sebelum matahari terbenam, pada hari itu juga tubuh beliau diturunkan dari kayu salib dan dibaringkan dimakamnya Joseph dari Arimathea. Sebuah batu besar menutup pintu masuk makam itu. Pada hari Minggu, jasad beliau menghilang dari makam itu. Ramalan Bebel telah dipenuhi: Yesus bangkit dari kematiannya. Tidak lama setelah beristirahat sebentar dengan para muridnya di bumi, kemudian ia naik ke langit untuk duduk di samping kanan tangan Tuhan. Inilah dogma yang diterima Kristen. Tetapi ini bukan kisah yang menyeluruh, karena jasad Yesus dikatakan terbaring di makam “Rozabal” di Khanyar, daerah Srinagar, ibu-kota Kashmir (India). Bagaimana ini mungkin terjadi jika Bebel menganggap penyaliban dan kematian serta kebangkitan Yesus itu benar? Faktanya adalah, tidak ada bukti sejarah bahwa Yesus wafat di kayu salib, dan tidak ada catatan, bahwa seseorang telah menyaksikan kebangkitan itu. Namun ada bukti yang harus dipertimbangkan bahwa ada seseorang yang ajaran-ajaran dan filsafatnya sama seperti Yesus yang berangkat ke arah Timur persis pada waktu itu dan meninggalkan jejak-jejak bukti kehidupan dan karyanya. Orang ini melakukan perjalanan ke Kashmir, di sana dia tinggal hingga akhir hayatnya. Bukti inilah yang menjadi dasar hipotesa saya yang saya letakkan di dalam buku ini: “bahwa Yesus tidak wafat di atas kayu salib; ketika luka beliau akibat penyaliban itu sembuh, beliau pergi ke arah Timur untuk mencari sepuluh suku Israel yang hilang, yang tinggal ribuan mil di sebelah timur Palestina. Saya berpendapat, bahwa beliau berangkat dari Palestina bersama ibunda beliau, Maryam, dan muridnya, Thomas, yang menemani beliau selama perjalanannya menuju Kashmir, yakni sebuah negeri yang dikenal sebagai “Sorga di Bumi”. Maryam tidak bisa melanjutkan perjalannya berhubung mendapat kesukaran dalam penyesuain dengan iklim, beliau wafat (kini) di Pakistan, dekat perbatasan Kashmir (India-Pakistan – penj.). Nama makam di sana masih tetap menjadi ceritera turun-temurun, bahwa tempat itu sebagai tempat dimakamkannya Bunda Yesus. Yesus tinggal di Kashmir, memulai kehidupan baru, dan akhirnya wafat secara wajar pada usi6 lanjut. Thomas yang tinggal bersama Yesus, ketika beliau wafat, kembali berziarah ke makam Maryam, kemudian melanjutkan perjalanannya ke India selatan, dan di sana ia sampai meninggal dunia. Sejumlah ceritera kuno, adat-istiadat serta tulisan-tulisan kuno menunjukkan, bahwa Yesus datang ke Kashmir dari Palestina dan wafat di sana. Berbagai keterangan itu juga menyatakan, bahwa beliau menjadi ayah beberapa anak di Kashmir. Salah seorang yang sekarang tinggal di Srinagar, Sahibzada Basharat Saleem, memiliki satu daftar silsilah keturunan yang menelusur keturunannya langsung dari Yesus. Ada lagi bukti, bahwa Yesus mengunjungi Kashmir selama masa mudanya, di mana Bebel pada hakikatnya tidak lain hanya mengatakan bahwa Yesus mengunjungi Yerusalem ketika beliau berusi6 duabelas tahun. Pada akhir abad yang lalu, Nicolai Notovich, seorang pengembara Rusia, telah menemukan sejumlah lembaran-lembaran naskah dokumentasi kuno di Biara Hemis, di Ladakh, dekat perbatasan Kashmir dan Tibet. Selama berabad-abab naskah itu dipelihara oleh para pendeta Himalaya, yang mencatat perjalanan Yesus pertama ke India, diperkirakan persis pada usia delapanbelas tahunan dari kehidupan beliau, di mana dalam hal ini Bebel tidak menyatakan apa-apa. Jika kita hanya menerima versi Bebel belaka mengenai kehidupan Kristus, maka akan terdapat kekosongan sejarah yang menimbulkan kesangsian serius, apakah anak yang disebutkan dan orang yang bernama Yesus itu sama orangnya? Tidak hanya Perjanjian Baru saja, tetapi Perjanjian Lama pun sama-sama mempunyai mata-rantai dengan Kashmir. Suatu masyarakat kecil Yahudi di dekat Danau Wular mengakui telah memelihara makam nenek moyang mereka, Musa, selama 3500 tahun yang silam. Tradisi ini pun menolong untuk menjembatani jurang di dalam kisah Bebel, sejak ditetapkannya Kitab Ulangan, bahwa tidak ada seorang pun yang tahu persis di mana Musa dimakamkan. Lebih dari itu, keterangan Bebel mengenai kematian Musa tidak menyebutkan di daerah Palestina, tetapi justru nama-nama itu didapati yang ada hubungannya dengan tempat-tempat dekat makam yang dinamakan “Makam Musa” di Kashmir. Begitu pula, di Kashmir, ada sejumlah tempat yang nama-nama itu ada kesamaannya dengan nama-nama Yesus dan Musa. Hal ini menjadi saksi bahwa Yesus dan Musa ada di sana. Tidak ada yang baru sebetulnya, karya sejarah bangsa Persi dan Kashmir serta adat-istiadat bangsa Kashmir membuat petunjuk kepada masalah ini, dan satu golongan terakhir pada akhir abad ini (Gerakan Ahmadiyah) telah mengambil suatu peranan penting dalam mengungkap masalah makam Yesus di Srinagar itu, dan telah menerbitkan sejumlah karya tulis penting mengenai mata-rantai Yesus dengan Kashmir. Ditambah lagi, seorang ahli purbakala yang termasyhur, Professor Fida Hasnain, Direktur Perpustakaan dan Perawatan arsip-arsip dan monumen-monumen yang diangkat oleh Pemerintah Kashmir, telah menyelidiki dengan seksama, dan masih tetap menyelidiki perkara itu, baik itu mengenai mata-rantai yang berhubungan dengan Musa dengan daerah tersebut. Walaupun persoalan itu masih diterima dengan pandangan remeh, kebanyakan masyarakat luas tidak tahu apa-apa akan hal yang penting ini. Saya rasa sekaranglah saatnya untuk memberi tahukan kepada dunia luas, bahwa sangat mungkin sekali Yesus tidak wafat di kayu salib, dan beliau wafat secara wajar setelah mencapai usia tua, setelah berkelana ke Timur dari Palestina untuk menjumpai dan mengajar suku-suku Israel yang hilang, di Kashmir. Pada lembaran-lembaran berikut, saya mencoba menyusun dokumen ringkas yang sangat penting, semuanya mengenai kehidupan Yesus yang “kedua” dan mengenai kemungkinan, bahwa Musa wafat di Kashmir. Oleh karenanya, buku ini mencoba untuk melengkapi Kitab Suci dengan mempersembahkan keterangan yang bisa diterima akal untuk mengemukakan dan menjelaskan bagian-bagian dari ceritera Bebel. Harus dicatat, bahwa nama-nama Yusu, Yuza, Yuz Asaf, Issa, Isa dan seterusnya, yang ada di bangsa Kashmir dan pada sumber-sumber di Timur, semuanya adalah senilai dengan nama Yesus. Jadi, apabila saya menunjukkan Yesus, saya bisa menterjemahkannya kepada salah satu dari sekian banyak macam-macam nama tersebut. Kata-kata yang diawali demikian itu, seperti Yus -, Ish -, atau Aish, juga menunjukkan kepada Yesus; dan Musa adalah nama bahasa Arab yang mana Musa ini dikenal juga di Kashmir. Saya rasa, harus saya tekankan duduk persoalan ini, bahwa buku ini bukan risalah Ahmadiyah, dan dijamin keasliannya bukan dari suatu sekte, jama’ah maupun dari suatu gerakan. Ini semata-mata hanya hasil dari segala usaha saya pribadi demi menyelidiki berbagai fakta yang mungkin bisa memancarkan cahaya baru kepada segala aspek atau pandangan yang misterius mengenai kehidupan Yesus. A.F.K. Juli 1976. APAKAH SI ANAK KECIL YESUS & YESUS KRISTUS ORANGNYA SAMA? (1/2) Injil Yang Membisu Setelah menceriterakan panjang-lebar berbagai peristiwa yang berhubungan dengan kelahiran Yesus, empat Injil Canonic (yang disyahkan oleh Gereja-gereja), benar-benar tak banyak bicara mengenai segala peristiwa kehidupan beliau sampai pada waktu beliau berusia tigapuluh tahun. Mereka hanya memperkirakan di antara tahun-tahun yang diberikan oleh Lukas 2:39-52 (Semua catatan Bebel diambil dari versi King James, yang masih banyak tersebar luas): Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea. Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padanya. Tiap-tiap tahun orang tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah. Ketika Yesus telah berumur duabelas tahun, pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazim pada hari raya itu. Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus di Yerusalem tanpa diketahui orang tuanya. Karena mereka menyangka bahwa ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka, berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari dia di antara kaum keluarga dan kenalan mereka. Karena mereka tidak menemukan dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus mencari dia. Sesudah tiga hari mereka menemukan dia dalam Bait Allah; ia sedang duduk di tengah-tengah alim-ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. Dan semua orang yang mendengar dia sangat heran akan kecerdasannya dan segala jawab yang diberikannya. Dan ketika orang tuanya melihat dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibunya kepadanya: “Nak mengapakah engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapakmu dan aku dengan cemas mencari engkau”. Jawabnya kepada mereka: Mengapa kamu mencari aku? Tidakkah kamu tahu bahwa aku harus berada di dalam rumah Bapakku”? Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakannya kepada mereka. Lalu ia pulang bersamasama mereka ke Nazaret. Dan ibunya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya. Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatnya dan besarnya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia. Peristiwa kehidupan Yesus berikutnya banyak diceriterakan oleh Yahya pada usia tigapuluhan, dimana pada waktu itu beliau memulai kependetaannya (Lihat Lukas 3:23). Ini terjadi delapanbelas tahun setelah ada peristiwa di kuil, yang banyak meninggalkan sejumlah besar jurang kehidupan Yesus menurut perkiraan Bebel. Kita harus merasa tidak cukup puas dengan kebisuan ini, dan, sungguh boleh bertanya sebebas-bebasnya jika orang yang tampil di kehidupan masyarakat luas di usia tigapupuh tahunan itu benar-benar sama seperti anak yang lahir di Bethlehem. Penemuan Nicolai Notovich Pada waktu kunjungan pertama kami kepada Professor Hasnain, di rumahnya di Srinagar, beliau menceriterakan kepada kami mengenai kepercayaanya yang sudah turun-temurun, bahwa Yesus telah pergi ke Kashmir. Pada suatu Januari yang menyedihkan dia terkurung salju di Leh, ibu kota Ladakh, suatu daerah pegunungan antara Kashmir dan Tibet. Demi membunuh waktu, dia mulai menelaah lembaran-lembaran tua dan naskah-naskah yang disimpan dan dipelihara di perpustakaan kependetaan (biara) di Leh, dan tatkala dia membukabuka lembaran itu, dia menemui catatan-catatan harian yang disimpan oleh missionaris Jerman, dokter Marx dan dokter Francke, suatu jama’ah missionaris agama yang pernah mengunjungi bagian-bagian pelosok dunia. Mereka tidak pergi ke kota-kota besar seperti Srinagar atau New Delhi, tetapi pergi ke daerah-daerah terpencil seperti ke Leh di Ladakh itu. Catatan-catatan harian itu berisi empatpuluh jilid dan bertanggalkan 1894. Professor Hasnain yang tidak bisa membaca bahasa Jerman, dimana catatan-catatan itu ditulis, beliau penasaran dan ingin tahu mengenai isi manuskrip-manuskrip itu, kemudian beliau mulai memeriksa halamanhalamannya. Di dalam halaman-halaman itu beliau melihat suatu nama yang ditulis dengan tinta merah: “-San Issa-“ dan berhadapan dengan nama Nicolai Notovich. Karena beliau tidak bisa membaca teks-teks itu, lalu beliau foto saja teks itu sebanyak dua halaman (halaman 118 dan 119) dan setelah beliau pulang ke Srinagar naskah tersebut diterjemahkan. Beliau dapati, bahwa naskah tersebut menunjukkan kepada sejumlah naskah yang ditemukan oleh Notovich di Biara Hemis, duapuluh mil sebelah tenggara Leh. Menurut naskah-naskah tersebut, Yesus telah berada di India dan kebanyakan di daerah utara Tibet dan Ladakh, persis selama usia delapanbelas tahunan yang hal itu tidak dikatakan apa-apa oleh Bebel. Dua orang missionaris Jerman itu tidak percaya akan keterangan Notovich, dan tidak juga kepada keterangan-keterangan Gerakan Ahmadiyah; tetapi Professor Hasnain yakin akan keaslian kesaksian atau bukti Notovich tersebut dan yakin pula bahwa Yesus bukan saja pernah mengembara ke Kashmir pada usia mudanya, tetapi juga beliau selamat dari kematian di kayu salib dan setelah itu mengungsi ke Kashmir. Namun begitu, marilah kita uji teks Notovich itu. Nicolai Notovich adalah seorang pengembara Rusia yang pada penghujung akhir abad yang lalu menyelidiki suatu daerah kecil yang dikenal sebagai “Tibet Kecil” yang berbatasan antara Kashmir dan Ladakh. Setelah mengunjungi Leh (ibu kota Ladakh), Notovich melanjutkan perjalanannya sejauh-jauhnya sampai ia menjumpai Biara Hemis, salah satu daerah biara dan perumahan perpustakaan buku-buku keagamaan yang sangat penting. Sewaktu berbicara kepada pemimpin pendeta Tibet di sana, Notovich menyebutkan bahwa baru-baru ini ia mengunjungi pendeta Moulbeck, yang tinggal di antara puncak tertinggi di atas kota Wakha, sangat tergerak sekali hatinya setelah diceriterakan mengenai seorang Nabi yang disebut Isa. Lama (pendeta agama Buddha) itu menceriterakan kepadanya bahwa nama Isa itu sangat dihormati di kalangan orang-orang Buddha, tetapi hanya itu saja aktifitas Nabi yang dikenal oleh para pendeta yang membaca gulungan naskah yang berhubungan dengan kehidupannya. Di sana ada 84.000 gulungan naskah tentang para Nabi, yang salah satunya itu adalah Isa, dan hanya beberapa orang saja yang pernah membaca itu sampai seratus bagian dari berbagai jilid yang tercatat itu. Karenanya ada satu kebiasaan bahwa masing-masing murid atau pendeta yang mengunjungi Lhasa, ibu kota Tibet, selalu menghadiahkan satu copy atau lebih gulungan naskah miliknya kepada biara yang ada di sana. Pendeta Buddha Hemis telah membangun satu perpustakaan besar untuk menyimpan gulungan-gulungan naskah tersebut, dan di antaranya ada yang menguraikan tentang kehidupan Nabi Isa, yang dikatakan telah menyebarkan ajaran-ajaran suci di India dan di antara Bani Israel. Pendeta itu lebih jauh menerangkan bahwa gulungan-gulungan naskah yang mengisahkan kehidupan dan karya Nabi Isa telah dibawa ke Tibet dari India dan Nepal. Naskah-naskah aslinya ditulis dalam bahasa Pali dan disimpan di Lhasa, tetapi lembaran-lembaran yang berbahasa Tibet ada di Hemis. Ini tidak diketahui oleh umum, karena sebagian para tokoh pendeta di sana mempersembahkan seluruh hidupnya dicurahkan untuk mempelajari seluk-beluk yang berhubungan dengan kehidupan Isa, jadi setiap orang banyak yang mengetahui tentang Isa. Karena ajarannya bukanlah bagian penting dari ajaran Buddha, dan sebagaimana para penyembah Isa, yakni umat Kristen, tidak bisa menerima ajaran Dalai Lama, maka Isa, seperti juga Nabi-nabi yang lain, tidak dikenal oleh kalangan Buddhis sebagai salah seorang guru suci mereka. Dalam hal ini Notovich bertanya kepada pendeta Buddha itu apabila hal itu sesuatu yang aneh apakah diizinkan untuk melihat naskah-naskah yang menyangkut Isa tersebut yang ada pada pendeta, dan sebagai jawabannya, pendeta itu berkata, bahwa apa yang dimiliki Tuhan, juga dimiliki oleh manusia, dan kewajibannyalah untuk membantu menyebar-luaskan naskah-naskah suci tersebut. Namun begitu, ia lebih jauh mengatakan, bahwa ia benar-benar tidak tahu di perpustakaan mana gulungan-gulungan naskah itu disimpan, tetapi jika Notovich akan berkunjung kembali kepada pendeta, maka ia siap untuk memiliki gulungan-gulungan naskah tersebut dan dengan segala senang hati akan memperlihatkannya kepadanya. Notovich kemudian kembali ke Leh, tetapi ia memutuskan agar mendapat perkenan untuk kembali lagi ke Hemis, dan tidak lama setelah itu ia menghadiahkan sebuah jam weker dan sebuah thermometer kepada pimpinan pendeta di sana dengan satu pesan bahwa, mungkin sekali ia akan berkunjung kembali sebelum mengakhiri tinggal di Ladakh dan ia mengharap bahwa pendeta suka memperlihatkan gulungangulungan naskah tersebut kepadanya sebagaimana telah dibicarakan. Ia merasa khawatir tidak bisa menggugah kecurigaan pendeta dengan memperlihatkan kembali gulungan-gulungan naskah yang sangat penting itu, namun ia mendapat akal kembali. Di dekat pegunungan Pittah, di mana Biara itu terletak, kudanya tersungkur, akibatnya Notovich terhempas ke tanah dan kakinya terkilir. Ia tidak berniat untuk kembali ke Leh, tapi bahkan menyuruh para pembantunya untuk membawanya ke Hemis, di sana ia disambut dengan baik dan dirawat. Sementara ia tidak bisa bergerak, seorang anak muda selalu mengalunkan nyanyian-nyanyian do’a di samping tempat tidurnya, dan seorang pendeta tua selalu menyuguhkan ceritera-ceritera yang sangat menarik hati kepadanya. Bahkan dia seringkali membicarakan jam weker dan thermometer, menanyakan kepada Notovich, bagaimana cara menggunakannya dengan benar. Notovich pada gilirannya, tak bosan-bosannya bertanya tentang Isa, dan akhirnya sang pendeta itu pun menyerah juga, lalu ia membawa dua paket besar kepadanya yang berisi kitab-kitab yang lembaran-lembarannya sudah menguning karena tuanya. Kemudian dia membacakan biografi Isa kepada Notovich, yang segera saja ia mengambil catatan untuk mencatat keterangan yang telah diterjemahkan untuknya. Dokumen yang menakjubkan ini ditulis dalam bentuk ayat-ayat, dan kalau bukan berbentuk ayat, seringkali langsung dengan bentuk kisah-kisah. APAKAH SI ANAK KECIL YESUS & YESUS KRISTUS ORANGNYA SAMA? (2/2) Perjalanan Yesus yang pertama ke India Salah satu bagian terpenting dari kehidupan Isa ini adalah dalam hal perjalanan pertamanya ke India. Risalah berikut ini dimulai dari ayat 5, bagian ke 4 dari biografinya yang dikisahkan oleh Notovich dari naskah-naskah di Hemis itu sebagai berikut: “Tidak lama setelah itu, seorang anak yang molek dilahirkan di negeri Israel: Tuhan sendiri langsung berbicara kepada anak ini, menerangkan kurang berartinya lahiriyah dan mulianya rohani”. “Kedua orang tua anak itu miskin, dan termasuk keluarga yang terhormat karena kesalehan mereka dan mereka telah lupa akan keturunan yang mulia di bumi, memahasucikan Sang Pencipta dan memberkahi mereka yang malang, yaitu agar mereka dianugrahi”. “Agar keluarga ini diberi ganjaran karena selalu memperingatkan kepada jalan yang benar, maka Tuhan mengkaruniakan kelahiran bayi pertama kepada mereka dan memilihnya untuk menyelamatkan orang-orang yang terjerumus ke dalam lumpur dosa dan untuk menyembuhkan orang-orang yang menderita.” “Anak yang diberkahi, yang kepadanya mereka berikan nama Isa, mulai membicarakan keesaan dan ketauhidan Ilahi sejak masa kanak-kanak. Ia memperingatkan orang-orang yang sesat untuk bertobat dan membersihkan dosa-dosa mereka.” “Orang-orang datang dari mana-mana untuk mendengarkannya dan mereka terpesona akan kebijaksanaan yang mengalir dari bibirnya yang masih sangat muda itu; orang-orang Israel menjaga Roh Suci yang bersemayam di anak ini.” “Ketika Isa mencapai usia tigabelas tahun, yang pada usia itu bangsa Israel biasanya memungut isteri, di satu rumah di tempat kedua orang tuanya mencari nafkah yang menjadi tempat pertemuan orang-orang kaya dan terhormat, ada yang menginginkan Isa untuk menjadi menantunya karena diskusi-diskusinya yang menggugah keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan karena kemasyhurannya yang sudah tersebar luas”. “Pada waktu itu juga Isa secara rahasia sudah menghilang dari rumah orang tuanya. Dia meninggalkan Yerusalem dan menuju Sind, bersama para kafilah pedagang, berniat untuk memperbaiki dan menyempurnakan dirinya dalam mencari pengertian Ilahi dan untuk mempelajari hukum-hukum Sang Buddha yang mulia”. Ayat-ayat tersebut adalah bagian akhir dari bab keempat dari naskah yang menceriterakan kehidupan Isa. Sebagaimana telah saya kemukakan pada ‘Kata Pengantar’, “Isa” sama dengan “Yesus”. Maka di dalam mengikhtisarkan kelanjutan manuskrip yang disalin oleh Notovich, saya akan kembalikan kepada Yesus apabila naskah (manuskrip) tersebut menunjukkan Isa. Manuskrip tersebut terus menceriterakan kehidupan Yesus dengan mengatakan, bahwa pada usia empatbelas tahun beliau melintasi Sind dan menetapkan dirinya untuk memilih daerah ber-Tuhan. Kemasyhuran beliau tersebar luas ke seluruh daerah utara Sind, dan, ketika beliau menjelajahi Ainjab, suatu daerah yang mempunyai lima sungai, para penyembah Tuhan Jaina memohon dengan sangat kepada beliau untuk tinggal bersama mereka. Tetapi beliau meninggalkan mereka dan berjalan terus menuju Jagannath di negeri Orissa, di sana telah tinggal Vyasa-Krishna. Di sana beliau diterima dengan suka-cita oleh para pendeta Brahma, kemudian mengajarkan beliau untuk membaca dan mempelajari Kitab Weda, untuk menyelamatkan dirinya langsung dengan sembahyang, untuk menerangkan Kitab Suci kepada orang-orang dan untuk mengusir roh jahat dari jasad manusia dan mengembalikannya kepada bentuk wujud manusia yang seutuhnya. Yesus tinggal di Jagannath, Rajagriba, Benares dan di kota-kota suci lainnya selama enam tahun; setiap orang menyukai beliau, dan beliau tinggal dalam kedamaian bersama para Waisya dan Sudra, beliau mengajarkan Kitab Suci kepada mereka. Yesus membuat musuh pertamanya ketika beliau membicarakan masalah persamaan umat manusia, karena para Brahmana menganggap bahwa para Sudra itu sebagai budak dan menetapkan bahwa hanya kematianlah yang akan membebaskan mereka. Para Brahmana mengajak beliau untuk meninggalkan para Sudra itu dan memeluk agama Brahmin, tetapi Yesus menolak dan bahkan mengajarkan kepada para Sudra untuk menentang para Brahmin dan Kesatria, memberantas penyembahan berhala dan membicarakan ketauhidan dan segala kemaha-kuasaan Tuhan. Beliau dengan keras sekali mengutuk ajaran yang memberikan kekuasaan kepada orang untuk merampok orang lain yang baik, dan bahkan mengajarkan bahwa Tuhan tidak mengajarkan perbedaan di antara anak-anak-Nya, semua sama-sama dicintai. Karenanya para pendeta Brahmin membencinya dan berniat untuk menangkap dan membunuhnya, mereka mengirim para tukang jagal mereka untuk mencarinya. Tetapi Yesus telah diperingatkan oleh para Sudra akan bahaya yang mengancam itu. Beliau meninggalkan Jagannath di waktu malam, maka akhirnya sampailah di pegunungan dan menetapkan dirinya untuk pergi ke negeri Gautama, di mana di sana Sanghiyang Buddha dilahirkan, di antara para penyembah Tuhan Yang Maha Esa yakni Sang Brahma. Setelah benar-benar mempelajari bahasa Pali, beliau mencurahkan waktunya untuk mempelajari gulungan-gulungan naskah kitab suci Sutra, dan dalam masa enam tahun beliau telah cakap menerangkan kitab suci tersebut. Kemudian beliau meninggalkan Nepal dan pegunungan Himalaya, turun ke lembah Rajputana dan pergi menuju arah Barat, kemudian mengajarkan keesaan dan hanya satu-satunya Tuhan serta menganjurkan orang-orang untuk membasmi perbudakan dan melarang menyembah berhala. Ketika beliau memasuki negeri Persi, para pendeta di sana memperingatkan rakyat dan melarang mereka untuk mendengarkan ucapan-ucapan beliau; tetapi rakyat masih saja mendengarkan beliau, maka para pendeta menangkap beliau dan membawanya ke hadapan mereka. Kemudian mereka berbicara bersama beliau lama sekali, dan Yesus mencoba meyakinkan mereka agar tidak mendewakan matahari dan tidak mendewakan Tuhan yang Baik dan Tuhan yang Jahat, menjelaskan kepada mereka bahwa matahari itu hanyalah benda ciptaan Tuhan, dan Tuhan Yang Mahakuasalah yang benar-benar Tuhan dan hanya satu-satunya dan tidak ada Tuhan yang jahat. Para pendeta mendengarkan beliau dan memutuskan untuk tidak menganiaya beliau; tetapi di waktu malam hari, sementara orang-orang sedang tidur nyenyak, mereka menangkap beliau dan membuangnya ke luar tembok kota, dan membiarkannya di sana dengan harapan supaya diterkam binatang-binatang buas. Tetapi Yesus melanjutkan perjalanannya dengan aman dan segar bugar, hingga akhirnya sampai kembali di Israel ketika beliau berusia duapuluh sembilan tahun. Pada bagian berikutnya dari kehidupan Yesus di dalam versi berbahasa Tibet, sebagaimana dikisahkan oleh Notovich, lebih banyak persamaannya dengan Bebel mengenai kependetaan Yesus. Jadi, apa yang dipersembahkan manuskrip-manuskrip berbahasa Tibet, dalam hal ini, adalah suatu keterangan yang dapat diterima akal mengenai segala kegiatan Yesus selama masa mudanya dan pada masa mendekati dewasanya, di mana dalam hal ini Bebel benar-benar tidak mengatakan apa-apa. Selama kami tinggal di Kashmir, kami tidak bisa mengunjungi Leh dan Biara Hemis, karena pada waktu itu bulan April dan jalan-jalan di sana benar-benar terkurung salju. Walaupun begitu, kesaksian Notovich berkenaan dengan manuskripmanuskrip yang ada hubungannya dengan masalah itu dan studi kami mengenai bukti-bukti – yang diambil dari ceritera-ceritera kuno dan adat-istiadat serta latar belakang sejarah dan lain sebagainya, -- hal itu dapat meyakinkan kami untuk mengambil patokan bahwa Yesus hidup dan wafat di kaki pegunungan Himalaya. Pada bab-bab berikut ini, ada bukti suatu hipotesa yang bisa disajikan dan memberikan pandangan kepada kemungkinan bahwa Yesus masih tetap hidup setelah mengalami cobaan di atas kayu salib, dan suatu ketika luka-luka beliau sembuh, kemudian pergi pada pengembaraannya yang kedua menuju Kashmir. Sebagaimana akan kita lihat, di sana ada sejarah dan alasan-alasan Bebel yang meyakinkan bahwa Kashmir telah ditempati oleh suku-suku Israel yang hilang, yang, jika hipotesa ini benar, maka menjadi kenyataanlah akhir ke-Masih-an beliau di dunia fana ini. "DARI SALIB KE KASHMIR" (1/4) Pilatus sangat simpati kepada Yesus Sebagaimana telah diketahui, Pontius Pilatus, Gubernur Yudea, pada waktu penyaliban, berbantah mengenai hukuman mati terhadap Yesus. Ayat-ayat berikut ini dari Yahya dan Matius yang diikhtisarkan di dalam Bebel mengenai upaya Pilatus mengatakan: “Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: Jikalau engkau membebaskan dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar”. (Yahya/Yohanes 10:12). “Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya dan berkata: Jangan engkau mencampuri perkara orang yang benar itu, sebab karena dia aku sangat menderita dalam mimpiku tadi malam”. (Matius 27:19). “Ketika pilatus melihat bahwa segala usahanya akan sia-sia, maka timbullah huru-hara, kemudian ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: Aku suci dari darah orang yang benar ini; hal itu urusan kamu sendiri” (Matius 27:24). Suatu keterangan yang menarik hati tentang kisah Pilatus yang simpati kepada Yesus Kristus ini adalah sebuah surat yang dia tulis untuk Kaisar Tiberius pada tahun 32 Masehi. Surat yang asli itu kini disimpan di Perpustakaan Vatikan di Roma, dan mungkin bisa memperoleh salinan-salinan (copy) surat tersebut pada Perpustakaan Kongres di Washington, Amerika Serikat. Surat itu berbunyi: Kepada Kaisar Tiberius: “Seorang pemuda muncul di Galilea, dan dengan nama Tuhan Yang telah mengutusnya, ia mengkhotbahkan undang-undang baru dengan penuh kerendahan hati. Pertamakali saya pikir dia berniat untuk menggerakan rakyat agar memberontak bangsa Roma. Segala kecurigaan saya segera lenyap . Yesus dari Nazaret itu banyak berbicara sebagai teman orang-orang Romawi dari pada kawan-kawan bangsa Yahudi lainnya. Pada suatu hari saya memperhatikan seorang pemuda di antara kerumunan orang banyak, dia bersandar di bawah pohon dan berbicara dengan tenang sekali kepada orang yang yang mengurumuninya. Mereka mengatakan kepada saya bahwa orang itu Yesus. Ini jelas, karena perbedaan yang mencolok di antara dia dan orang-orang yang mengerumuninya. Rambut dan janggut yang terurai memberi kesan bahwa dia seorang perwujudan Ilahiyah. Usianya sekitar tigapuluh tahunan; dan sebelumnya saya tak pernah melihat orang yang begitu menyenangkan dan berwajah simpatik. Alangkah jauh bedanya antara dia yang berwajah tulus dengan mereka yang berjanggut hitam yang sedang asyik mendengarkan khutbahnya. Karena saya tak ingin mengganggunya, maka saya melanjutkan perjalanan saya sendiri, namun saya berpesan kepada sekretaris saya untuk bergabung dengan kerumunan itu dan ikut mendengarkan. Belakangan, sekretaris saya mengatakan kepada saya bahwa ia belum pernah membaca karya-karya para ahli filsafat yang sebanding dengan ajaran-ajaran Yesus, dan ia tidak pernah memimpin orang-orang ke arah pendurhakaan dan tidak pula menghasut. Oleh karena itu mengapa kami memutuskan untuk melindunginya. Dia bebas berbuat, berbicara dan mengumpulkan orang banyak. Kebebasan yang tak terbatas ini yang menimbulkan kemarahan bangsa Yahudi dengan berangnya, ia tidak pernah menghina kaum miskin tetapi membuat sakit hati orang-orang kaya dan berkuasa. Kemudian saya membuat surat untuk Yesus memintanya untuk berbicara di Majelis. Dia datang. Ketika orang Nazaret itu muncul, waktu saya sedang berjalan-jalan di pagi hari, dan ketika saya memandangnya, saya terpukau. Kaki saya seperti terbelenggu rantai besi di lantai marmer; sekujur tubuh saya menggigil bagaikan seseorang yang berbuat dosa, padahal dia tenang sekali. Tanpa bergerak, saya memuji orang yang istimewa ini untuk beberapa saat. Tidak ada yang tidak menyenangkan dari penampilan dan budi-pekertinya. Pada saat kehadirannya saya merasa sungguh-sungguh hormat kepadanya. Saya katakan kepadanya bahwa dia memiliki cahaya gemerlap di sekitarnya, dan kepribadiannya penuh dengan kesederhanaan yang mengagumkan dan membuatnya melebihi para ahli filsafat maupun guru-guru besar di zaman kita. Dia memberikan kesan yang sangat dalam bagi kami semua karena budi-pekertinya yang menyenangkan, sederhana, lemah lembut dan penuh kasih sayang. Ini semua, paduka yang mulia, segala tingkah laku yang menyangkut pribadi Yesus dari Nazaret, dan saya telah lama ingin memberi tahukan kepada paduka lebih jauh lagi mengenai hal ini. Menurut hemat saya, orang inilah yang mampu merobah air menjadi anggur, menyembuhkan orang yang sakit, menghidupkan kembali orang yang mati dan menenangkan gelombang laut yang gemuruh, dia tidak bersalah dan tidak mempunyai tindakan yang jahat. Sebagaimana orangorang lain mengatakan, kita harus mengakui, bahwa dia itu benar-benar seorang anak Tuhan. Hambamu yang setia, Pontius Pilatus. Terbukti Pilatus tidak menginginkan kematian Yesus, tetapi orangorang Yahudi menyatakan, bahwa Yesus seorang pemberontak yang ingin menjadi raja, kemudian mereka memperingatkan Pilatus bahwa, apabila dia membebaskan Yesus, maka dia sendiri yang akan dinyatakan khianat terhadap Kaisar. Pilatus tidak berani membahayakan pangkatnya yang tinggi itu, dan memang tidak pantas baginya menjadi musuh Kaisar dengan cara apa pun, yang orang-orang Yahudi pasti segera menyatakan itu apabila ia membebaskan Yesus. Kemudian apa yang dia harus perbuat? Berbeda sekali dengan apa yang dikehendaki orang-orang Yahudi, dia hanya memilih satu-satunya jalan untuk melaksanakan hukuman mati tersebut dengan demikian rupa, yakni, Yesus sedapat mungkin harus hidup terus tanpa diketahui oleh para musuhnya. Sehubungan dengan ini, suatu hal yang sangat menarik hati bahwa dia mempersiapkan pelaksanaan penyaliban tersebut yang benarbenar dekat kepada saat mulainya “Hari Sabath”-nya kaum Yahudi, yaitu – Hari Jum’at sebelum matahari terbenam--, dimana menurut undang-undang Yahudi, para penjahat tidak boleh dibiarkan tergantung di kayu salib apabila Hari Sabath mulai tiba. Mengingat hal itu, maka kedua penjahat yang disalib bersama Yesus, mereka masih hidup ketika para prajurit mematahkan kaki-kaki mereka kemudian menurunkannya dari kayu salib., maka tidak mungkin pula pada saat itu Yesus sudah wafat. Juga perlu dicatat, bahwa Yusuf Arimathea, seorang saudagar kaya dan murid Yesus yang tidak kentara, tiba-tiba muncul di tempat penyaliban tersebut, dan, dengan idzin Pilatus, ia mengambil Yesus untuk dibawa ke tempat pemakaman pribadinya. Demikian perincian-perincian yang cocok dengan kemungkinan bahwa Yesus masih tetap hidup setelah mengalami ujian berat di atas tiang salib. Sekarang marilah kita periksa lagi bukti-bukti yang lebih mendetail. "DARI SALIB KE KASHMIR" (2/4) Yesus Tidak Wafat Di Kayu Salib Di dalam Kitab Ibrani 5:7, Yesus menunjukkan: “Dalam Hidupnya sebagai manusia, …. Ia memanjatkan do’a dan permohonan dengan ratap tangis dan keluhan kepada Dia, Yang sanggup menyelamatkannya dari maut, dan karena kesalehannya, ia telah didengarkan”. Ini dapat menuntaskan perkataan, bahwa Yesus tidak wafat di kayu salib; tetapi untuk memperkuat bukti, kita harus melihat sumber lainnya. Pertamakali harus kita renungkan: Yesus tidak lama tergantung di kayu salib, beliau dipaku dan diturunkan pada hari itu juga setelah dilaksanakannya hukuman tersebut, sebagaimana diterangkan di atas, bahwa si tersalib harus segera diturunkan sebelum Hari Sabath tiba. Sekarang, penyaliban sudah dipastikan bukanlah suatu penyebab kematian yang cepat, tetapi hal itu adalah suatu penyiksaan yang berkepanjangan sampai berhari-hari. Kematian semacam itu bisa terjadi akibat kelaparan, haus, cuaca buruk atau diserang burung-burung pemakan bangkai atau juga diterkam oleh binatang-binatang buas lainnya. Kadang-kadang kematian semacam itu dapat dipercepat dengan mematahkan kaki-kaki si terhukum; dan di waktu-waktu yang lain, pelaksanaan hukuman itu hanya menggantungkan si terhukum di atas kayu salib lalu dianggap selesai dan kemudian si korban itu segera diturunkan kembali dan begitulah dia diperbolehkan hidup lagi. Apabila luka-luka akibat penyaliban itu dirawat dengan seksama, maka luka-luka tersebut bisa sembuh seperti sedia kala. Harus diingat! Yesus disalib bersama dua orang penjahat, hal ini dapat kita baca di dalam Injil Lukas 23:30-40, dimana mereka sama-sama menderita seperti Yesus: “Salah seorang penjahat yang disalib itu menghujat dia, katanya: Jika engkau Kristus, selamatkanlah dirimu dan kami. “Tetapi yang seorang lagi menegur dia, katanya: Tidak takutkah engkau kepada Tuhan, sedangkan engkau mendapat hukuman yang sama? Seperti telah dijelaskan, Yesus dan para pencuri itu telah diturunkan dari kayu salib pada waktu yang sama dan pada saat itu pula para pencuri itu masih hidup. Jadi, mereka pun sama-sama mengalami penderitaan seperti halnya yang dialami Yesus; namun ada yang tidak sama karena Yesus nampak sudah wafat, terutama tidak lama setelah beliau “berteriak dengan keras sekali, katanya: “Eli! Eli! Lama sabakhtani! Artinya: “Tuhan! Tuhan! Mengapa Kau tinggalkan daku!” Hal lain yang harus diingat bahwa, BIbel memberitahukan kepada kita, ketika Yusuf Arimathea, mengajukan permohonan kepada Pilatus untuk meminta jasad Yesus, Pilatus, orang yang sangat berpengalaman, tahu bahwa kematian akibat penyaliban pasti memakan waktu yang cukup lama. “ia merasa heran kalau Yesus ketika itu sudah wafat” (Markus 15:44). Lagi pula, sewaktu seorang prajurit Romawi menombak lambung Yesus dengan lembing, untuk mengetahui apakah beliau sudah wafat atau belum, “tiba-tiba mengalirlah darah dan air dari luka itu” (Yahya 19:34). Jika Yesus sudah wafat, maka hanya darah kentallah yang pasti keluar dari luka itu. Hal ini erat sekali hubungannya dengan suatu hal yang sangat menarik, yaitu penemuan-penemuan mutakhir tentang Kain Kafan yang ada di Turin yang terkenal itu, dimana tubuh Yesus dibungkus atau dikafani dengan kain itu ketika beliau dibawa ke pemakaman yang berbentuk goa. "DARI SALIB KE KASHMIR" (3/4) Kain Kafan Turin Sejak tahun 1969, Professor Max Frie, seorang ahli kriminologi yang termasyhur dan menjabat Direktur Laboratorium Kepolisian Zurich, telah memeriksa “Kain Kafan” dari Turin untuk meneliti serbuk-serbuk yang melekat padanya, dan, setelah bertahun-tahun mengadakan penganalisaan secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan modern mutakhir, akhirnya dapat menemukan gambaran yang mendetail mengenai sejarah dan asal-usul Kain Kafan tersebut. Khususnya dia telah menemukan benih-benih yang sangat kecil yang terdiri dari biji-bijian yang sudah memfosil. Setelah mengadakan pengujian secara teliti, ternyata biji-bijian tersebut berasal dari tumbuh-tumbuhan yang hanya terdapat di Palestina saja sekitar 20 abad yang lampau. Dari hasil penemuan ini dia kini tidak ragu-ragu lagi akan keaslian Kain Kafan tersebut yang juga kain itu membawa bekas biji-bijian dari tumbuhan-tumbuhan di daerah sekitar Constantinople dan Laut Tengah. Biji-bijian yang terdiri dari limabelas macam tumbuh-tumbuhan yang berlainan telah ditemukan juga di Kain Kafan itu, yakni, enam berasal dari daerah Palestina, satu dari daerah Constantinople, sedangkan yang delapan macam lagi berasal dari daerah sekitar Laut Tengah. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut yang dimulai tahun 1969 dan atas perintah Gereja, dicatat oleh suatu press telah disebarkan permulaan tahun 1976 mengatakan: “Setelah diadakan penelitian selama tujuh tahun mengenai Kain Kafan yang membungkus tubuh (Kristus), banyak para sarjana mendapat kesimpulan bahwa Yesus telah dibawa ke makam dalam keadaan masih hidup. Para ahli menguatkan pernyataan itu, bahwa Kain Kafan Suci yang disimpan di Turin tersebut diselimutkan ke tubuh orang yang disalib, yakni, yang menderita itu sungguh sama seperti apa yang diderita oleh Yesus, tetapi dinyatakan bahwa, orang yang disalib itu tidak mati di kayu salib, melainkan dikemakamkan sewaktu ia masih hidup. Duapuluh delapan noda darah di kain itu membuktikan hal ini. Para peneliti tersebut meyakinkan kita bahwa mayat yang dibungkus kain kafan pasti tak akan mengalirkan darah semacam itu. Yesus dikemakamkan dalam keadaan masih hidup, jika tidak, maka pasti ada Yesus yang kedua dan ia telah sama-sama menderita menghadapi sakaratulmaut”. Mengenai catatan-catatan Kain Kafan Turin tersebut kembali ke abad sembilan, ketika itu berada di Yerusalem. Pada abad keduabelas ada di Constatinople, dan pada tahun 1474, setelah dalam waktu yang singkat ada di Belgia, kain itu menjadi milik Rumah Keselamatan. Kain itu pernah rusak terbakar pada tahun 1532 dan tiga tahun kemudian dipindahkan ke Turin. Dari tahun 1536 sampai 1578 dipindahkan ke Vercelli, lalu ke Milan, lalu ke Nice dan kembali lagi ke Vercelli, kemudian ke Chambrey, kemudian dikembalikan lagi ke Turin pada tahun 1706 (yang selama tahun itu kain tersebut pernah dipindahkan ke Jenewa dalam waktu yang tidak lama). Pada tahun 1946, Hubert II dari Bala Keselamatan mempercayakan Kain Kafan itu kepada Uskup di Turin untuk dirawat, tetapi tanpa diserahkan dengan baik kepada si pemilik Kain itu. Foto-foto pertama dari Kain Kafan itu diperoleh pada tahun 1898. Foto-foto resminya telah diambil oleh G. Enrie pada tahun 1931 ketika penelaahan kain itu dimulai. Ukuran Kain Kafan tersebut adalah: Lebar 3 kaki 7 inchi (110 cm) dan panjang 14 kaki 3 inchi (436 cm). Menurut pendapat Mr. Ricci, seorang ahli tehnik di Vatikan, tapak tubuh yang membekas di Kain Kafan tersebut menunjukkan tubuh yang berukuran tinggi 5 kaki 4 inchi (162 cm). Namun Proffesor Lorenzo Ferri, seorang ahli pemahat patung dari Roma, telah mengukur panjang tubuh yang diselimuti kain itu yaitu hampir 6 kaki 2 inchi (187 cm). Pada tahun 1957, buku Kurt Berna yang berjudul “Jesus nicht am Kreuz gestorben” (Yesus tidak wafat di kayu salib) muncul. Berna adalah seorang Katolik dan Sekretaris Institut Jerman di Stuttgart, yang sejak beredarnya foto-foto G. Enrie, telah mempelajari Kain Kafan tersebut secara intensif. Hasil-hasil penelaahan itu telah disebar-luaskan oleh Berna sendiri dalam bentuk dua buku, yakni: “Das Linen” (Kain Kafan) dan “Jesus nicht am kreuz gestorben”. Buku-buku tersebut, khususnya yang kedua, pada waktu penyebarannya telah menggemparkan dan menjadi ajang pertentangan yang sungguh hebat. Pada tanggal 26 Februari 1959, Berna menulis sepucuk surat kepada Paus John XXIII memohon kepadanya untuk membentuk suatu panitia para dokter untuk menyelidiki Kain Kafan tersebut, dan tujuannya adalah untuk mengakhiri pertentangan mengenai persoalan tersebut. Permohonan pertama ditolak, langsung melalui utusan Paus di Jerman; tetapi pada tahun 1969, Vatikan membentuk panitia yang hasilnya telah kita lihat di muka tadi, yang pada kesimpulannya adalah sama seperti apa yang dikehendaki oleh Berna. Berikut ini adalah surat Berna kepada Paus John: Paduka yang mulia, Dua tahun yang lalu, Lembaga Penelitian Kain Kafan Suci Jerman telah mempersembahkan hasil-hasil penelaahan Kain Kafan yang disimpan di Turin kepada Paduka dan masyarakat luas. Selama duapupuh empat bulan yang lalu itu, para ahli yang berbeda dari berbagai Universitas di Jerman telah berusaha untuk tidak membenarkan penemuan-penemuan yang luar biasa itu, tetapi mereka gagal. Walaupun begitu, mereka berdalih bahwa ilmu pengetahuan mereka memungkinkan mereka dengan mudah untuk tidak membenarkan kesimpulan-kesimpulan kami, namun akhirnya mereka mengakui kalah dan sekarang mereka mengakui kembali dan bahkan menyetujui sahnya penelaahan ini; dan memang hal ini penting sekali bagi kedua agama, yakni Yahudi dan Kristen. Kirangan sangat berlebihan dan tidak pada tempatnya di sini untuk menyebutkan berapa banyak komentar-komentar yang timbul di berbagai media massa internasional. Karena tak seorang pun dapat mengingkari dengan yakin akan hasil-hasil penelitian tersebut, maka Lembaga yakin bahwa penemuan-penemuan tersebut akan menimbulkan tantangan terbuka bagi seluruh dunia. Telah terbukti dengan meyakinkan, bahwa Yesus Kristus telah dibaringkan di Kain Kafan itu, setelah penyaliban dan pencabutan mahkota duri. Penelaahan-penelaahan telah menetapkan dengan begitu pasti bahwa tubuh orang yang disalib itu telah diselimuti dengan kain itu dan dibiarkan beberapa saat lamanya. Dari sudut pandang ilmu kedokteran, telah terbukti bahwa tubuh yang dibaringkan di Kain Kafan itu tidak mati karena jantungnya masih tetap berdenyut. Bekas-bekas darah mengalir, keadaan ini dan secara alami, memberikan bukti ilmiah bahwa apa yang dinamakan hukuman mati itu benar-benar tidak sempurna. Penemuan ini menggambarkan, bahwa apa yang diajarkan Kristen masa kini maupun yang dahulu tidaklah benar. Paduka, ini adalah kesaksian ilmu pengetahuan. Tak dapat diingkari, bahwa penelaahan Kain Kafan Suci sekarang ini sangat penting sekali artinya, karena melibatkan ilmu pengetahuan (science) dan bukti sejarah. Foto-foto Kain Kafan Suci yang telah dipersiapkan pada tahun 1931 dengan izin Paus Pius XI yang tegas, menambah lengkapnya perbendaharaan untuk membuktikan benar tidaknya hasil-hasil penelaahan saat ini. Untuk membuktikan bila hal itu tidak benar, maka di sini penting sekali mengemukakan pengujian-pengujian berikut ini: a). menggunakan percobaan kimia modern (yang dianalisa oleh miscroscope dan dengan penelaahan-penelaahan semacam itu) pada bekasbekas darah yang menetes yang terdapat di Kain Kafan Suci tersebut yang dihasilkan oleh hentakan-hentakan jantung yang masih tetap berdenyut. b). pengujian menggunakan sinar “X” dan sinar infra merah serta sinar ultra-violet maupun dengan menggunakan metode-metode modern lainnya. c). didata dengan peralatan jam atom dan metode karbon 14. Untuk menganalisa kain kafan dengan tepat, hanya diperlukan 300 gram. Ini tak akan merusak Kain Kafan Suci, ia hanya memerlukan carikan 2 cm saja lebarnya dari sisi kain itu, yang panjang kain itu 4,36 meter. Dengan cara ini, bagian-bagian penting dari kain itu tidak akan rusak seluruhnya. Tak ada seorang Kristen pun di dunia ini, kecuali Paduka tentunya sebagai seorang Paus Gereja, yang dapat mengurus barang pusaka suci itu. Hasil-hasil penelaahan Lembaga dan perwakilan-perwakilan lain yang hanya dapat menolak, apabila pengujian-pengujian ilmu pengetahuan diselenggarakan. Saya tidak mengerti, mengapa Gereja tidak mau memberi izin terhadap penelaahan-penelaah Kain Kafan Suci itu. Saya tidak percaya bahwa hal itu akan menyebabkan Gereja merasa takut: Mengapa harus begitu? Lembaga pun tidak perlu merasa takut, sebab hal itu mengemukakan penelaahan-penelaahan yang tulus dan suci, ia menggunakan metodemetode yang berlaku. Dengan keyakinan penuh, kami dapat menyatakan bahwa tak seorang pun bahkan di dunia ini yang tidak dapat membenarkan penemuan-penemuan itu, yang menimbulkan tantangan terbuka pada Lembaga. Sebagaimana telah digambarkan, hanya dengan menunjukkan benar atau tidaknya fakta-fakta dan analisa-analisa ilmu pengetahuan saja yang dapat melengkapi hasil-hasil yang diharapkan. Mengingat penelaahan yang luar biasa ini, kami dengan rendah hati memohon kepada Paduka untuk memberikan perhatiannya, dengan demikian Gereja dapat membawa perkara itu kepada suatu kesimpulan. Sejumlah para pengikut Gereja dan masyarakat lain mereka siap untuk menjawab panggilan apabila Gereja berkenan. Atas nama Lembaga Penelitian Kain Kafan Suci Jerman dan rekan-rekan yang berkepentingan dalam penelitian ini, kami, sebagai penganut Katolik Roma, dengan ini memohon kepada Paduka untuk memberikan izin hal tersebut karena pentingnya bukti-bukti yang mungkin bisa diperoleh. Salam takzim pada Paduka. Kurt Berna, Penulis dan Sekretaris Katolik Urusan Lembaga Penelitian Jerman. Sebelum mendiskusikan kehidupan Yesus setelah lukanya sembuh akibat penyaliban, saya akan menggaris-bawahi satu pandangan dari kesimpulan yang dicapai oleh Berna di dalam bukunya tersebut. Berna mengatakan, analisa kain kafan tersebut meunjukkan bahwa, kepala dan tangan Yesus diletakkan lebih tinggi dari pada letak badannya. Andaikata Yesus telah wafat ketika dibungkus kain kafan tersebut, maka ini berarti tidak mungkin ada darah segar yang mengalir pada bagian-bagian tersebut yang meninggalkan bekas pada kain kafan itu. Oleh karenanya, Berna mempertahankan pendiriannya, bahwa kain itu meninggalkan bekas-bekas darah yang mengalir dari luka-luka yang disebabkan mahkota duri yang dipasang oleh orang-orang Romawi di seputar kepala Yesus, yang mencemoohkan sebagai “Raja Yahudi”, kemudian suatu ketika tubuh itu diturunkan dari kayu salib dan “mahkota” itu pun dicopot, maka luka-luka yang disebabkan oleh duri-duri tersebut mulai berdarah. Apabila Yesus telah wafat saat itu, maka semua darah pasti membeku di bagian bawah badannya. Sudah merupakan hukum alam, asalkan jantung terus-menerus memompa, maka darah pun akan terus beredar bahkan sekalipun dalam keadaan hampa udara. Apabila saat itu jantung berhenti berdenyut, maka darah pun akan berhenti beredar dan akan mulai kembali ke urat-urat, pembuluh-pembuluh darah di permukaan kulit akan segera mengering, dan rupa pucat kematian pun akan nampak di tubuh. Jadi, darah segar pasti tak akan mengalir dari luka-luka di kepala Yesus jika jantungnya berhenti berdenyut, ini adalah bukti medis, bahwa Yesus tidak wafat ketika beliau dibungkus kain kafan itu. Mungkin beliau tidak bernafas dan nampaknya seperti mati; tetapi bilamana jantung tetap berdenyut, dalam keadaan demikian ini, seseorang bisa hidup kembali dengan perawatan medis yang intensif. Garis tipis pada kain kafan tersebut menunjukkan darah yang berasal dari luka tangan yang dipaku mengalir sepanjang lengan kanan ketika paku itu dicabut. Terlihat, bahwa darah itu segar dan membasahi kain kafan itu, ini menambah lengkapnya bukti, bahwa jantung Yesus masih tetap aktif ketika beliau diturunkan dari kayu salib. Kain Kafan itu juga menambah lengkapnya bukti dimana tombak yang digunakan prajurit Romawi untuk menguji apakah Yesus sudah wafat atau belum, ia menancap dan jatuh dari tubuh beliau. Bekas-bekas darah menunjukkan, bahwa tombak menembus dada sebelah kanan, di antara tulang rusuk yang kelima dan keenam dan menerobos ke sebelah atas lengan kiri dan membuat sudut 20 derajat. Oleh sebab itu, tombak tersebut lewat dekat jantung tetapi tidak melukainya, “darah dan air” yang dinyatakan dalam Injil Yahya (19:34) memberikan bukti kepada kita, bahwa darah itu mengalir dari luka dan bukan dari jantung. Ini menunjukkan bahwa jantung masih tetap berdenyut sekalipun lemah, dan karenanya Yesus masih tetap hidup. Namun Paulus mencatat dan menjadikan doktrin, bahwa Yesus mati disalib dan kemudian bangkit kembali, dan doktrin inilah yang diperkuat oleh Gereja Kristen. Oleh sebab inilah, hasil-hasil penelitian Kain Kafan Turin membuat Gereja dalam keadaan serba sulit, dan akibatnya pada tanggal 30 Juni 1960, Paus John XXII mengeluarkan maklumat yang dicetak koran Vatikan: “L’Osservatore Romano” pada tanggal 2 Juli, dengan judul: “Keselamatan Sempurna Tubuh Yesus Kristus”. Dalam hal ini Paus menyatakan kepada para Uskup Katolik yang mengakui dan menyebarkan berita-berita ini, bahwa keselamatan sempurna umat manusia adalah akibat langsung dari darah Yesus Kristus, dan kematiannya akhirnya tidaklah dianggap penting. ----------------------------- 1. Sage adalah sejenis tumbuhan rerumputan yang berdaun hijau keabu-abuan dan suram warnanya, digunakan untuk mengharumkan makanan. (Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English). 2. Verbena adalah sejenis tumbuhan rerumputan yang terdapat di banyak taman-taman, mempunyai beraneka warna bunga. (Kamus, idem, -penerjemah). "DARI SALIB KE KASHMIR" (4/4) Yesus Masih Hidup Ketika Beliau Meninggalkan Makam Setelah Yesus diturunkan dari kayu salib, sederetan peristiwa menjadi petunjuk, bahwa beliau menerima perawatan dan meninggalkan makam dalam keadaan hidup. Kita telah mencatat mengenai kesimpatian Pilatus terhadap Yesus, dan Yesus diberikan bukan kepada musuhnya tetapi kepada sahabatnya. Menurut Yahya 19:38 mengatakan: “Kemudian dari pada itu Yusuf, orang Arimatea (seorang murid Yesus juga, tetapi bersembunyi, oleh sebab takutnya akan orang Yahudi), minta izin kepada Pilatus akan menurunkan badan Yesus; maka Pilatus pun mengizinkan. Lalu pergilah ia dan membawa tubuh Yesus. “Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira limapuluh kati beratnya”. Bertentangan dengan adat-istiadat bangsa Yahudi, Yesus tidak dibaringkan dan dikubur di tanah, tetapi dibaringkan di sebuah makam yang luas yang pintu masuknya ditutup sebuah batu besar, dan di dalam ruangannya, udara cukup yang memungkinkan bisa bernafas leluasa. Agar bisa meninggalkan makam itu, Yesus menggeser pintu-batu yang menutup makam itu ke samping. Ini menunjukkan bahwa beliau meninggalkan tempat itu dengan badan wadagnya dan bukan ruhnya saja, karena ruh itu tidak perlu menggeser atau memindahkan benda wadag. Begitu pula, fakta yang telah kita bicarakan, bahwa beliau berjalan terus ke Galilea mendahului para muridnya berupa perjalanan seorang manusia. Di bawah ini adalah pernyataan yang dikemukakan oleh Injil Markus 15:46-47, 16:1-7: “Maka Yusuf Arimatea pun membeli kain lenan, kemudian ia menurunkan jasad Yesus dari salib dan mengapaninya dengan kain lenan itu. Lalu ia membaringkan dia di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu. Kemudian digulingkannya sebuah batu ke pintu kubur itu. “Maria Magdalena dan Maria ibu Yesus melihat di mana Yesus dibaringkan. “Setelah lewat hari Sabath, Maria Magdalena dan Maria ibu Yesus serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. “Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. “Mereka berkata seorang kepada yang lain: Siapa yang akan menggulingkan batu itu bagi kita dari pintu kubur? “Tetapi ketika mereka melihat dari dekat, tampaklah, batu yang memang sangat besar itu sudah terguling. “Lalu mereka masuk ke dalam kubur dan mereka melihat seorang muda yang memakai jubah putih duduk disebelah kanan. Mereka pun sangat terkejut, tetapi orang muda itu berkata kepada mereka: “Jangan takut! Kamu mencari Yesus orang Nazaret, yang disalibkan itu. Ia telah bangkit. Ia tidak ada di sini. Lihat! Inilah tempat mereka membaringkan dia. “Tetapi sekarang pergilah, katakanlah kepada murid-muridnya dan kepada Petrus: Ia mendahului kamu ke Galilea; di sana kamu akan melihat dia, seperti yang sudah dikatakannya kepada kamu”. Keterangan yang menyatakan bahwa tiga perempuan masuk ke dalam makam, ini menunjukkan, betapa luas makam itu. Kembali kepada kisah dari Yahya yang telah dikutip di muka, ini harus dicatat, bahwa hal itu berisi suatu pernyataan yaitu: Nicodemus bisa jadi seorang yang merawat luka-luka Yesus, dan dia merawat luka-luka tersebut dengan salep khusus. Sejumlah pengobatan bangsa Timur menunjukkan pada jenis salep ini yang disebut “Marham-i-Isa” (“Salep Yesus”) atau “Marham-i-Rasul” (Salep Nabi”). Yang paling termasyhur dari semua ini adalah “Qanun” Shaikh-ul-Rais Bu Ali Sina (yang di Barat pada umumnya dikenal sebagai “Canon of Avicenna”). Di antara karyakarya lainnya adalah “Quarabadin-i-Rumi, yang telah disusun sekitar waktu Yesus masih ada, dan belakangan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kesimpulan, ini penting sekali untuk dicatat, bahwa sebagaimana Mircea Eliade di dalam bukunya “Le Mythe du retour eternel” (Paris, 1951) mengemukakan, dua jenis mantera rakyat yang berlaku di Inggris pada abad enambelas dan digunakan ketika pohon sage1 dan pohon verbena2 hampir dipanen, karena jenis tumbuhtumbuhan ini memiliki keistimewaan tersendiri yang pertamakali tumbuh di Calvary (daerah sekitar Yerusalem, penj.) dan pernah menolong menyembuhkan luka-luka Yesus. Jadi inilah jenis tumbuh-tumbuhan yang dimaksudkan dan dapat menyembuhkan dengan efektif orang-orang pada zaman abad tersebut. Manteramatera itu mungkin dimaksudkan untuk melepaskan kekuatan-kekuatan daya sembuh tumbuh-tumbuhan itu dengan memberikan pengakuan yang sebenarnya kepada nenek moyang mereka. ----------------------------- 1. Sage adalah sejenis tumbuhan rerumputan yang berdaun hijau keabu-abuan dan suram warnanya, digunakan untuk mengharumkan makanan. (Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English). 2. Verbena adalah sejenis tumbuhan rerumputan yang terdapat di banyak taman-taman, mempunyai beraneka warna bunga. (Kamus, idem, -penerjemah). BAB III KEHIDUPAN YESUS YANG KEDUA (1/5) “Jikalau Yesus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami, dan sia-sialah juga iman kamu”. “Lebih dari pada itu kami ternyata berdusta terhadap Allah, karena tentang Dia kami katakan bahwa Ia telah membangkitkan Kristus –padahal Ia tidak membangkitkannya, kalau andaikata benar, bahwa orang mati tidak dibangkitkan” (I Korintus 15:14-15). Sekarang akan kita lihat, bagaimana Yesus yang telah disembuhkan lukalukanya dan telah meninggalkan makam, kemudian melarikan diri dari para musuhnya dan memulai fase baru dalam kehidupanya di bumi ini. Sebagaimana Bebel sendiri memberitahukan kepada kita, Yesus, yang menjelajahi pengembaraannya setelah meninggalkan makam dalam wujud manusia biasa dan bukan dalam bentuk roh, muncul di hadapan para muridnya. Ketika beliau meninggalkan makam itu, beliau telah menggulingkan batu yang melintang di pintu masuk, dan beberap hari kemudian beliau berjumpa dengan para muridnya, pergi ke Galilea, makan roti dan ikan, memperlihatkan luka-luka di badannya, dan, kita akui, beliau terhindar dari putusan hukuman Pilatus secara rahasia, kemudian berimigrasi ke Timur. Walaupun demikian keadaannya, pertamakali kiranya patut direnungkan tujuan Kenaikan Yesus itu dengan mempertimbangkan keterangan yang bertalian dengan masalah itu demi untuk menentukan, apakah hal itu terjadi atau tidak, dan bagaimana hal itu bisa dimengerti? Agar penyajiannya seobyektif mungkin, maka saya akan mulai dengan mengutip langsung artikel yang berkaitan dengan Kenaikan itu dari “Bibel-Lexicon” (Kamus Bebel)-nya Dr. Herbert Haag (1951): ”Jasmani Kristus naik dari Gunung Zaitun, empatpuluh hari setelah kebangkitannya kembali, ini diceriterakan oleh Lukas pada permulaan Injil Kisah Perbuatan Rasul-rasul dan diikhtisarkan pada akhir Injilnya sendiri (Lukas 24:51). Pernyataan-pernyataan yang pertama tak mungkin untuk ditelaah, sebab belakangan ditambah-tambah, sebagaimana diakui oleh para kritikus. Juga karena susunan literatur Kisah Perbuatan Rasul-rasul 1:1-11 itu, sesuai dengan teori, semuanya adalah tulisan Lukas. Begitu pula, Kisah Perbuatan Rasul-rasul 1:2 dan Lukas 24:51 tidak bisa diakui karena semuanya sudah pasti tidak mengandung petunjuk Kenaikan, faktanya adalah, Keluarga Barat sudah pasti menghilangkan manuskrip-manuskrip itu oleh karena adanya tambahan-tambahan tersebut. Oleh sebab itu, dan dialah yang memberitahukan kepada kita, yakni pada Injil Kisah Perbuatan Rasulrasul, perihal empatpuluh hari mondar-mandir di antara Kebangkitan dan Kenaikan, setelah menyebutkan Kenaikan secara singkat pada akhir Injilnya. Perpetaan yang jelas yang dia kemukakan mengenai gambaran peristiwa di Gunung Zaitun itu (Kisah Perbuatan Rasul-rasul 1:12), di dekat Bethany (Lukas 24:50), jelas sekali memberi pengertian kepada kita, bahwa baginya kisah itu menjadi kenang-kenangan sejarah yang istimewa. Adat-istiadat setempat dengan sendirinya memperkuat peristiwa di puncak gunung itu, yang dimulai pada awal abad keempat, tempat itu dihormati sebagai tempat suci. Meskipun demikian, hanya Lukas sendirilah, salah seorang penulis Perjanjian Baru, yang menyajikan kisah Kenaikan Kristus ke langit dengan badan jasmaninya dan dapat diketahui dalam ruang dan waktu. Para penulis Perjanjian Baru lainnya mereka merasa puas hati dengan meng-iya-kannya demi memperkuat itu, karena akibat terburu-burunya Kebangkitan tersebut, yakni, Kristus bangkit dan naik ke langit – di sana dia menempatkan dirinya di sisi kanan tangan Tuhan, dalam keagungan, mengatasi segala kekuatan malaikat -, dan dari sana dia harus kembali lagi pada kedatangannya yang kedua kali. Tinggalnya di langit ini setelah mengalami kehidupan yang wajar di bumi mengingatkan kembali kenaikan Kristus, walaupun pada umumnya dibiarkan dalam kebisuan; dan bahkan ada orang-orang tertentu membicarakan hal itu melebihi suatu tingkatan keimanan daripada sekedar gambaran phenomena yang telah mereka saksikan. Kesaksian Lukas yang ganjil itu telah mempengaruhi Kristen tradisi permulaan, yang rupanya pada permulaannya mereka itu pun ragu dan tidak yakin. Tidak sampai pada abad keempat kita dapat mengetahui, bahwa pernyataan itu tertera di Injil Kisah Perbuatan Rasul-rasul yang secara luas diketahui oleh para pendeta di seluruh dunia. Sebelum itu, banyak orang tidak menyebut-nyebut sama sekali hal itu seperti Clement dari Roma, Didache, Ignatius dari Antioch, Polycarp, Hermas dan lain-lain dan bahkan orang-orang yang membicarakan hal itu tidak mengakui bahwa hal itu sebagai suatu kejadian yang wajar dan pasti. Pada kenyataannya, hanya beberapa orang saja yang berusaha membicarakan rincian Kenaikan itu secara wajar, kemudian hasil usaha mereka yang begitu itu disangkal oleh pembuktian sejarah. Banyak sekali yang memberi kesaksian tanggal Kenaikan itu, tapi di sini juga banyak catatan yang menyimpang. Lukas 24:51 dan Yahya 20:17 memunculkan peristiwa itu pada Hari Paskah, sebagaiman juga yang dikemukakan Injil St. Peter 56, Barnabas 15:29 dan Apology Aristides 15:2. Lain-lainnya menempatkan peristiwa itu delapanbelas bulan belakangan (Kenaikan Isaiah 9:16, dan Valentinian serta Ophites, menurut Irenaeus I 3:2, 30:14) dan bahkan duabelas tahun belakangan (Sophia Pistis 1:2, Kitab Jeu 44). Beberapa pendeta permulaan, bahkan seperti Justin, Tertullin, Eusebius dan Jerome, menempatkan penanggalan Kenaikan itu pada hari Kebangkitan itu juga, dan kadangkadang empatpuluh hari belakangan. Banyak para kritikus telah melihat berbagai penyimpangan tersebut terjadi pada umat Kristen tradisi permulaan tentang sifat Kenaikan serta penanggalanya tersebut akibat adanya ceritera kuno atau legenda yang bermunculan belakangan, seperti sejenis kepercayaan baru mengenai keagungan Kristus di sorga yang setahap demi setahap berkembang terus. Menurut teori ini, kehabatan Kristus yang dapat mengatasi kematian itu, pada awalnya sih bisa dipahami secara pengertian rohani murni, sebab yang berpengaruh itu hanya rohaninya saja, dan itu dilakukan segera setelah kematiannya. (Injil St. Peter 1:9) Hanya belakangan saja, dan jarang dibenarkan, dicoba dibuat agar keunggulan itu mendapat Bentuk yang kongkrit, dengan diikut sertakannya dan dihadirkannya tubuh Kristus itu agar bisa diterima akal pikiran serta bisa makan dan minum. Dari sini terus diikuti legenda makam yang kosong, dan akhirnya, kisah badan wadag yang dapat dilihat naik ke langit. Terpisah dari fakta, teori semacam itu tidak bisa dibenarkan oleh nilai sejarah Perjanjian Baru, mereka jatuh ke legenda seperti itu karena mereka menduga gagasan itu akan abadi yang bisa melebihi bangsa Yunani maupun Arab. Bagi bangsa Yahudi, dan begitu pula bagi para rasul Paus, keunggulan Kristus yang dapat melebihi kematian itu, tak dapat dipahami tanpa keunggulan jasmaninya, karena mereka melihat bahwa kematian itu sebagai hukuman dosa, dan dosa itu bisa mempengaruhi jasmani sesuai dengan jiwanya itu sendiri, atau lebih baik lagi pengaruh jiwa itu melalui jasmani. Perbuatan penebusan dosa Kristus itu bisa mengatasi dosa, dan dengan cara ini dia mengembalikan jiwa dan raganya kepada keadaan semula. Tak ragu lagi jika para pengikut pertamanya percaya sepenuhnya kepada kehebatan Kristus dalam mengatasi dosa dan kematian, maka mereka percaya pula akan kehebatan badan wadagnya, di dalam kebangkitannya maupun masuknya ke dalam keagungan Tuhan – suatu kepercayaan yang selanjutnya tak dapat dihindari memunculkan kepercayaan kebangkitan Kristus dalam bentuk badan wadagnya. Lebih dari itu, kepercayaan akan kebangkitan tubuh Kristus yang naik ke langit dalam keadaan luar biasa tersebut, hal itu tidak lebih daripada akibat hasil kepercayaan tambahan yang tak dapat dielakkan lagi dari akibat kepercayaan Kebangkitan tadi. Karenanya, jika hal itu benar bahwa ketidak pastian Perjanjian Baru dan umat Kristen permulaan tidak membenarkan disertasi negatif yang diajukan oleh para pengeritik, sekalipun begitu baik buruknya perhatian mengajak seseorang untuk menembus misteri lebih dalam lagi. Dalam masalah ini, maka akan muncul dua keadaan yang harus kita bedakan benarbenar: (a) ketinggian Kristus di sisi Tuhan, yakni Bapak di Sorga sana; dan (b) manifestasi kenaikan jasmani Kristus dari Gunung Zaitun. Ketinggian atau kemuliaan di langit adalah suatu bagian fasal keimanan yang tak dapat dipisahkan. Masuknya jasmani Kristus ke dalam keagungan alam ketuhanan, berhasil menyuguhkan ganjaran terbaik, kesanggupan dan bahkan penyebab kemuliaan yang kita miliki, dan dari sinilah penentuan keselamatan kita. Ia membentuk benih pergantian dunia baru bergenerasi bahkan dalam inti fisiknya dengan pengorbanan Kristus – suatu dunia dimana keagungan jasad Yesus yang telah terangkat itu seolah-olah sebagai sel inti, seperti penyebab utama pergantian generasi para pengikut Kristus, dan dengan melalui itu, ia langsung masuk ke alam raya. Tak cukup sampai di situ, jasad Kristus harus segera muncul dari makam dalam keagungan; itu pun harus masuk ke alam dunia ketuhanan; yang masuknya itu menjadi pengantar kita semua. Dunia ini adalah untuk segala waktu, dan untuk angan-angan semua manusia yang tak dapat dihindari, yakni dunia di atas langit sana. Tetapi masuknya ke dalam keagungan ini sepenuhnya supernatural (gaib), dan demikianlah, hal itu tak dapat dialami oleh akal pikiran – yang itu menjadi alasan para penulis Injil Perjanjian Baru, termasuk Lukas yang sangat cenderung melukiskannya --. Sekalipun demikian, hal itu benar-benar peristiwa bersejarah, yakni sesuatu yang terjadi pada saat tertentu saja di waktu itu. Buktinya, di saat-saat itu tak ada peristiwa apa-apa kecuali Kebangkitan itu sendiri. Segera setelah badan wadag Yesus meninggalkan makam, dengan perantaraan Ruh Suci, langsung menjadi milik alam ketuhanan yang agung dan memasukinya dengan penuh ketulusan. Hal ini betapa jelas berhubungan dengan teks-teks Perjanjian Baru, dimana kebangkitan Kristus dan penempatannya di sisi kanan Tuhan disajikan sebagai dua aspek, aspek utama yang tak dapat dipisahkan, dan satu lagi aspek keunggulan yang agung. Demikianlah risalah Yahya 20:17, dimana Kristus membuat pernyataan yang meragukan kepada Maria Magdalena bahwa dia tidak akan lama lagi keadaannya akan pulih kembali seperti sebelumnya, ketika Maria boleh menyentuhnya secara bebas; dan dia memerintahkannya untuk memberitahukan kepada para muridnya, bahwa kenaikannya sudah dekat pada waktunya. Sungguh ini jelas sekali, bahwa ketika dia muncul di hadapan para muridnya (Yahya 20:19-20) setelah kenaikannya; yakni setelah kembali kepada Bapak-nya yang telah memperkuat keabadiannya. Dari risalah ini seseorang dapat menyimpulkan, bahwa antara Kebangkitan dan Kenaikan di sana, lebih banyak mondar-mandir sebentar, sudah cukup jelas diuraikan oleh maksud dialog ilmu pendidikan (Injil – penj.) tersebut. Perwujudan jasmani di atas Gunung Zaitun itu samasekali tidak bertentangan dengan keutamaan dan keunggulan yang menentukan itu, yang telah menempatkannya pada Hari Paskah. Sungguh, sebagaimana pernyataan Lukas menunjukkan, keadaanya benar-benar berbeda. Jauh dari niat untuk melukiskan kepada kita perihal keunggulan yang masuk ke dalam keagungan samawi, sebagaimana para penyembah berhala zaman purba tentang pribadi-pribadi leluhur atau mereka yang setengah dewa (Romulus, Hercules, Mithras dan sebagainya), dan Injil yang tak resmi pun menyatakan tentang Kenaikan Kristus itu. Lukas hanya ingin menceriterakan keberangkatan Kristus yang terakhir itu secara persis. Kehatihatiannya dan ceritera tradisionalnya mencoba berusaha untuk menyampaikan bahwa pada waktu untuk bercakap-cakap dengan Yesus secara akrab berakhir dan dia tak dapat kembali lagi hingga kedatangannya yang kedua kali nanti. Kata-kata malaikat dan para muridnya serta awan – suatu khayalan adat-istiadat dalam perwujudan alam ketuhanan (lihat Lukas 21:27; Markus 14:62; Wahyu 1:7-11, 12 dan 14:14 dan I Tesalonika 4:17) -–tidak memberikan arti lain. Begitu juga empatpuluh hari itu dapat diperkirakan sebagai suatu unsur adat-istiadat dan tidak usah diambil terlalu harfiah. Barangkali, Lukas berpikir, bahwa selama empatpuluh hari itu Kristus telah mencurahkan waktunya di padang pasir sebelum memulai tugas sucinya (Lukas 4:2), karena secara prinsip, apa yang memaksanya mengenai kebangkitan jasmani Kristus yang terakhir itu adalah keberangkatannya ini, yang mendahului dan dipersiapkan untuk hari Pantekosta, ketika limapuluh hari setelah Kebangkitan, Ruh Suci memancar keluar dan menyebarkan Kerajaan Tuhan di bumi yang telah diresmikannya. Melihat cara ini, kemunculan Kristus di Gunung Zaitun itu, yang dilukiskan oleh Lukas sendiri, tidaklah bertentangan dengan kenaikan yang pertama dan utama kepada keagungan, yang terjadi pada hari yang sama seperti Kebangkitan. Sebaliknya, hal itu merupakan pelengkap dan penuntasnya. Oleh karena itu, Kristen tradisi secara prinsip pada upacara Gerejanya sepenuhnya membenarkan perihal melihat perbuatan kehidupan lahiriah Yesus, sebagaimana perwujudan yang terakhir itu dapat mengatasi kematian dan hadir serta agung di langit sana, seperti hari Paskah, juga seperti menantikan curahan karunia pada hari Pantekosta”. “Bibel Lexikon” edisi bahasa Spanyol yang ditulis oleh Professor R.P. Seraphin de Ausejo, yang menyimpulkan pandangan-pandangan mengenai kenaikan itu mengatakan, bahwa “Terjadinya kenaikan ke langit pada hari yang sama seperti Kebangkitan itu adalah sesuatu yang gaib, tidak bisa diterima oleh akal pikiran manusia, tetapi sungguh, nyata dan bersejarah”. Ditinjau dari satu segi pandangan yang obyektif, betapapun tak seorang manusia dapat menguatkan perihal: “sungguh, nyata dan bersejarah”, apakah arti: “tidak bisa diterima oleh akal pikiran manusia” itu? Setelah membaca dan membaca lagi berulangkali penganalisaan yang dikemukakan di atas, saya sampai kepada kesimpulan, bahwa “kebahagiaan” yang diperlukan oleh manusia berakhir kepada penjelmaan yang misteri yang dituntut oleh Kristus, yakni Kebangkitan yang diikuti oleh Kenaikan, maka pindahlah tempat tinggal Kristus dari bumi ke langit. Memang, tanpa adanya kenaikan, maka Kebangkitan itu tidak ada arti apa-apanya, karena sudah logis, bahwa adanya awal itu pasti mengakibatkan adanya akhir. Karenanya, kenaikan itu samasekali bukanlah suatu bukti perbuatan nyata, tetapi hanya merupakan suatu phenomena yang diciptakan oleh suatu proses kesimpulan yang ada dalam akal pikiran manusia saja. Di lain pihak, Kristus tidak bisa naik jika beliau sebelumnya tidak dibangkitkan, dan beliau tidak bisa dibangkitkan, seperti kita akui, jika beliau tidak wafat di kayu salib. Sehubungan dengan ini, kiranya patut untuk mengutip apa yang dikatakan “Bibel Lexikon” tersebut mengenai Kebangkitan itu. “Dalil kebangkitan Yesus itu – yakni intisari ajaran Injil yang menjadi ketetapan kaum Kristen – hanya didapati dari sumber-sumber Kristen saja. Injil yang empat tidak menunjukkan kenaikan yang sesungguhnya, yang mana telah kita bicarakan, bahwa tidak ada saksi mata duniawi yang menyaksikan peristiwa itu, tetapi hanya mendapati makam yang kosong, dan terutama mendapati kebangkitan Kristus yang muncul di hadapan para muridnya. Kisah-kisah seperti ini menjadi problem saat ini, menunjukkan sedikit kesamaan dan berisi sejumlah pertentangan yang mendetail. St. Thomas berkata, bahkan para muridnya juga, kebangkitan itu telah ditampakkan hanya melalui tanda-tanda kepercayaan tertentu (seperti dikemukakan oleh Perjanjian Lama dan para rasul) dan bukti-bukti lahiriah lainnya yang tidak menunjukkan kenaikan itu sendiri, tetapi mengenyampingkan ayat-ayat yang asli; keimanan orang-orang Kristen sudah didasari oleh apa yang diajarkan oleh para rasul tadi. Demikianlah, kebangkitan itu nyata, tetapi, sebagaimana satu kepercayaan misteri, ia bukanlah sesuatu yang dapat diperlihatkan oleh metode-metode ilmu sejarah yang sesungguhnya. Hanya keimanan para muridnya saja mengenai kebangkitan itu yang dapat membuktikan kebersejarahannya”. Mari kita kembali dan mengikuti jejak Yesus setelah keberangkatannya dari makam itu. Pertama, beliau berjumpa dengan Maria Magdalena dan para sahabatnya, yang dengan cara mereka sendiri memberitahukan kepada para murid Yesus bahwa mereka telah menjumpai makam yang kosong dan mereka telah diberi tahu oleh seorang malaikat, bahwa Yesus telah bangkit (bangun) dan sedang dalam perjalananya menuju ke Galilea. “Dan mereka segera pergi dari makam itu dengan takut dan sukacita yang sangat, dan berlari-lari cepat-cepat untuk memberitahukannya kepada muridmurid Yesus. Tiba-tiba Yesus berjumpa dengan mereka dan berkata: “Salam bagimu”. Mereka mendekatinya dan memeluk kakinya serta menyembahnya. “Maka kata Yesus kepada mereka: Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara-saudaraku, supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat aku” (Matius 28:8-10). Perlu dicatat, perempuan-perempuan itu nampak takut, dan Yesus berusaha menenangkannya. Rupanya mereka takut kalau-kalau Yesus pasti akan ditemukan lagi. Kemudian Yesus pergi ke luar sejauh enampuluh mil perjalanan ke Galilea. Setelah itu, dalam beberapa kesempatan, beliau muncul kepada para muridnya; tetapi beliau selalu ada di tempat di mana mereka tidak berada, hal ini agar beliau tidak dijumpai. Semua ini menggambarkan bahwa Yesus tetap dalam bentuk manusia biasa seutuhnya, dan beliau masih tetap dalam kesukaran untuk menghindar agar jangan sampai ditemui dan ditangkap kembali. Apa bukti lain bahwa Yesus di sana itu bukan dalam bentuk ruhnya saja? Pernyataan yang jelas dibuktikan oleh Lukas 24:36-39: “Dan sementara mereka bercakap-cakap tentang hal-hal itu, Yesus tiba-tiba berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata kepada mereka: “Damai sejahtera bagi kamu”. Mereka terkejut dan takut dan menyangka bahwa mereka melihat hantu. Akan tetapi ia berkata kepada mereka: Mengapakah kamu terkejut dan apa sebabnya timbul keragu-raguan di dalam hati kamu? Lihatlah tanganku dan kakiku: Aku sendirilah ini; rabalah aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaku”. Dua ayat berikutnya, tiba-tiba Yesus menunjukkan rasa laparnya – sesuatu yang benar-benar tak bisa dimengerti atau suatu yang sangat mustahil jika itu dalam bentuk alam ketuhanan ataupun itu dalam bentuk alam kerohanian: “Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah ia kepada mereka: Adakah padamu makanan di sini? Lalu mereka memberikan kepadanya sepotong ikan goreng. Lalu ia mengambilnya dan memakannya di depan mereka” (Lukas 24:41-43). Pada Injil Yahya kita baca bahwa Yesus menunjukkan luka-lukanya dan beliau mengizinkan Thomas untuk menyentuhnya: “Kemudian ia berkata kepada Thomas: Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganku, ulurkanlah tanganmu dan cobloskanlah ke dalam lambungku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah. Dan Thomas menjawabnya: Ya Tuhanku, Ya Allah” (Yahya 20:27-28). Jelaslah, jika teori kita benar, maka cepat atau lambat Yesus meninggalkan Palestina, karena di sana beliau dalam keadaan bahaya. Memang, rupa-rupanya bahkan beliau sampai berlindung kepada penyamaran, karena menurut Markus 16:12: “Sesudah itu ia menampakkan diri dalam rupa yang lain kepada dua orang dari mereka, ketika keduanya dalam perjalanan ke luar kota”. Rupa-rupanya hal yang sangat masuk akal untuk mempertimbangkan Yesus selama masa itu sebagai manusia lahiriah dan manusia jasmaniah yang sebenarnya. Sekarang, baginya mengungsi itu hanya satu-satunya pilihan. Walaupun begitu, sebagaimana akan kita lihat pada bagian berikutnya, beliau masih memiliki sebagian missinya untuk dipenuhi, yakni, mencari dan menyelamatkan suku-suku Israel yang hilang. Andaikata beliau wafat di kayu salib, maka missi beliau pasti belum disempurnakan; dan demikianlah, setelah meninggalkan para muridnya terakhir kali, beliau pergi menuju ke arah Timur. KEHIDUPAN YESUS YANG KEDUA (2/5) Mencari Suku-suku Israel Yang Hilang Menurut berbagai Injil, missi utama Yesus adalah untuk memenuhi undangundang dan meyelamatkan keturunan Suku Yahudi yang hilang. Missi beliau kepada suku-suku tersebut adalah hal yang sangat menarik hati kita sekalian di bagian ini. Pada Injil Lukas 19:10 kita diberitahu, bahwa “Anak manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”, dan pada Lukas 22:29-30, Yesus berkata kepada para muridnya: “Dan aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapakku menentukan bagiku, bahwa kamu akan makan dan minum semeja dengan aku di dalam kerajaanku dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi keduabelas suku Israel”. Pada Matius 10:5-6 beliau terutama menekankan: “Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria: Melainkan pergilah ke domba-domba yang hilang dari umat Israel”. Terbukti beliau sendiri pergi mencari suku-suku yang hilang tersebut, tetapi di manakah mereka itu? Marilah kita kembali kepada sejarah bangsa Israel. Bebel memberitahukan kepada kita, bahwa Israel adalah nama yang diberikan kepada Ya’kub oleh seseorang yang misterius yang pernah bergelut dengannya di suatu malam di tepi sebuah anak sungai Yabok (Kejadian 32:22-32), atau oleh Tuhan ketika Dia menampakkan diri di hadapan Ya’kub di Bethel (Kejadian 35:9-10). Anak-anak atau Bani Israel adalah keturunan Ya’kub, Joshua-lah yang memimpin bangsa Israel ke Negeri Yang Dijanjikan setelah dikeluarkan dari Mesir, terbagilah negeri itu di antara duabelas suku, Judah dan Benyamin menempati bagian selatan, dan sisanya sepuluh suku menempati bagian utara dan timur tepi sungai Yordan. Setelah keadaan itu diperintah oleh para hakim untuk sementara waktu, dimana Joshua orang pertamanya, bangsa Israel memilih raja pertamanya, Saul. Dia digantikan oleh Daud yang menaklukkan dan membangun ibukota Yerusalem; dan Daud kemudian digantikan oleh puteranya, Sulaiman, yang di sana membangun sebuah tempat peribadatan yang indah untuk dipersembahkan kepada Yahweh atau Jehovah (nama Tuhan dalam Bebel). Ke sanalah akhirnya pemerintahan ditujukan. Sulaimanlah yang menekankan perluasan negeri itu, kemudian, ketika puteranya, Rehoboam, naik takhta, dan menjanjikan untuk memperluas negerinya lagi, akhirnya kerajaan terpecah menjadi dua dengan Judah dan Benyamin (Kerajaan Judah/Yudah), sebagian besar sisanya untuk Rehoboam, dan suku lainnya yang sepuluh itu membentuk Kerajaan Israel yang terpisah dengan ibukotanya di Samaria dan Jeroboam sebagai Raja pertamanya. Sebagaimana biasa, hubungan kedua kerajaan itu menjadi retak, dalam beberapa tahun mereka terlibat peperangan, dan permusuhan itu terus berlanjut, berhenti untuk sementara waktu, hingga lama sekali yang akhirnya Israel membentuk Kerajaan yang berdiri sendiri. Raja yang kedua, Pekah, membentuk persekutuan dengan Rezin dari Syria, kemudian menyerbu Judah, ia mendapat kemenangan besar dan menangkap sejumlah besar tahanan perang. Pada waktu membalas kekalahan itu, Ahaz dari Judah membayar Tiglath Pileser dari Assyria yang datang untuk membantunya, akhirnya Pekah dan Rezin terbunuh. Karena Israel mulai runtuh di bawah jajahan bangsa Assyria, maka bangsa Assyria, menurut adat-istiadat mereka, mulai mengangkut rakyat yang ditaklukkannya berbondong-bondong untuk menempati daerah kekuasaan bersama-sama orang-orang dari daerah kekuasaan kekaisaran Assyria yang lain. Para pendatang baru itu akhirnya membentuk bangsa Samaritan, karenanya bangsa Yahudi – para penduduk Kerajaan Judah –menyebarkan rasa antipati yang dalam. Walaupun demikian, satu setengah abad kemudian, Nebuchadnezzar dari Babylonia, yang pada waktu itu beruntung dapat mengatasi bangsa Assyria, ia dapat menaklukkan Yudah dan menghancurkan Yerusalem berikut tempat peribadatannya (Temple). “Dan mereka yang masih tinggal dan luput dari kibasan pedang, diangkutnya ke Babylonia dan mereka menjadi budaknya dan budak anak-anaknya sampai kerajaan Persia berkuasa” (II Tawarikh 36:20). Dengan demikian, satu tahapan baru dimulailah dalam sejarah bangsa Yahudi. Suatu kali Cyrus menaklukkan Babylonia, dia memproklamirkan, bahwa bangsa Yahudi diizinkan kembali ke Yerusalem dan membangun kembali tempat peribadatan mereka di sana (Ezra 1:1-4). Namun demikian, yang pergi ke sana itu sedikit sekali jumlahnya dibandingkan yang tetap tinggal, oleh karena itulah harus diingat, yang tersisa ini menjadi obyek kekuasaan Persia termasuk bangsa Palestina. Pengganti Cyrus adalah Darius yang kemudian dia memperluas kekaisaran, yang luasnya terbentang dari kepulauan Yunani sampai jauh ke India. Dariuslah yang telah mengerahkan kekuatan militernya yang begitu besar, sejak dari lautan Hindia sampai jauh ke utara, yakni: Bactria (Afghanistan). Kehancuran kekaisarannya disebabkan oleh bangsa Yunani, Bactrian, Scythian dan bangsa Parthian, yang telah meluaskannya jauh ke timur sampai ke sungai Jhelum di Kashmir. Walaupun Perjanjian Lama melukiskan bagaimana sisa bangsa Yahudi yang terasing itu kembali ke Palestina, di mana pun ia tidak membicarakan hal yang sama mengenai kembalinya sepuluh suku pembentuk Kerajaan Israel (berbeda dengan Yudah). Seperti Thomas Holditch menulis di dalam bukunya “The Gates of India”, dengan kehancurannya kekaisaran Assyria, sepuluh suku itu, yang lebih dari satu abad telah bercampur-baur dengan bangsa Mesopotamia dan Armenia, (rupanya) hilang dari penglihatan. Walaupun begitu, sekalipun kitab-kitab yang menjadi kaidah Gereja, yakni: Perjanjian Lama, tidak pernah membicarakan apa yang terjadi terhadap sepuluh suku setelah pengasingannya tersebut, kita diberitahu di dalam Injil yang tida resmi, yaitu pada 2 Edras 13:29-30, bahwa mereka tidak pernah kembali ke negeri asal mereka sendiri, tetapi terus mengembara ke Timur. Dikatakan pula di sana, bahwa mereka memakan waktu sampai satu setengah tahun untuk sampai ke tujuan tempat tinggal mereka yang dinamakan Asareth. Al-Hajj Khwaja Nazir Ahmad, seorang penulis yang benar-benar menggali penelaahan tersebut, di dalam bukunya “Yesus in Heaven on Earth” memaparkan kepada kita, bahwa di “Ta-baqat-i-Nasiri” dikatakan, bahwa pada waktu dinasti Shansabi, rakyat yang dinamakan Bani Israel (putera-putera Israel) tinggal di Asareth. Kemudian dia menyebutkan Thomas Ledlie, yang di dalam “More Ledlian”-nya (“Calcutta Review”, Januari 1898) di dalam membicarakan penduduk asli Afghanistan, mengingatkan bahwa Asareth ada hubungannya dengan Hazara, suatu daerah di Pakistan Utara. Daerah ini berbatasan dengan Kashmir, tetapi pada waktu dahulu terbentang sampai ke Indus hingga ke Chilas, yang sekarang ini termasuk daerah hukum teritorial bangsa Kahsmir. Nazir Ahmad lebih jauh lagi menguraikan, yakni pada waktu itu, bangsabangsa penakluk sering menempati daerah kekuasaan baru dengan mencampurkan rakyat dari bagian kekaisaran lain, lalu membuka pusat-pusat kebudayaan dan perniagaan baru. Setelah membicarakan soal ini, dia memberi argumentasi bahwa hal itu benar-benar dapat dijalankan dengan baik, yakni Tiglagh-Pileser dan seorang atau lebih dari para penggantinya memindahkan sebagian bangsa Israel ke Timur. Hal ini perlu diperhatikan, bahwa para penakluk besar seperti (Tiglagh-Pilesser, Darius dan Iskandar Agung) menembus sejauh-jauhnya, tetapi kemudian tidak bisa menembus perbatasan India sebelah barat – yaitu tidak bisa sampai ke Punjab dan Lembah Indus, maka jika kelompok sepuluh suku bergerak ke Timur dengan kekuatan militer, atau tinggal di sebelah barat daerah tapal batas, kita bisa mendapatkan bukti bahwa memang mereka betul tinggal di daerah ini. Kesimpulannya, Nazir Ahmad mengatakan, bahwa sangat beralasan sekali untuk dipercaya, sepuluh suku bangsa Israel yang hilang itu bisa didapati di Afghanistan, Gagh, Bukhara, Khurasan, Kokand, Samarkhan dan di Tibet, dan juga di sebelah barat China dan India, sebelah utara Pakistan, dan di Kashmir. Kebiasaan penduduk asli orang Ibrani berlangsung juga di Mesopotamia dan selanjutnya di barat; sedangkan orang-orang yang di Palestina, Arab, Turki, Mesopotamia dan di Persia mereka menyebut dirinya sebagai Yahudi, tetapi mereka yang tinggal di sebelah timur Persia menyebut dirinya sebagai Bani Israel, atau putera Israel. Dengan sendirinya hal ini sangat penting sekali. Marilah kita pertimbangkan lagi beberapa naskah yang menyebutkan penduduk-penduduk asli bangsa Israel terhadap bangsa Afghanistan dan bangsa Kashmir. KEHIDUPAN YESUS YANG KEDUA (3/5) Buku-buku sejarah yang menjadi saksi terhadap penduduk asli bangsa Israel yang ada di Afghanistan dan di Kashmir Di dalam buku sejarah dunianya “Mirat-ul-‘Alam” Bukhtawar Khan, terang sekali mengisahkan pengembaraan bangsa Afghanistan dari Tanah Suci Gor, Gazni, Kabul dan termpat-tempat lain di Afghanistan. Dua karya penyelidikan sejarah bangsa Afghanistan, yaitu: “Tarikh-i-Afghana” (Sejarah bangsa Afghanistan) oleh Niamatullah, dan “Tarikh-i-Hafiz Rakhmatkhani” oleh Hafiz Mohammed Zadeek, menyimpulkan, bahwa bangsa Afghnaistan itu adalah Bani Israel. George Moore, di dalam bukunya “The Lost Tribes” (Suku-suku yang hilang) (1861) menulis, bahwa banyak sekali tingkah laku nenek moyang bangsa Israel dipetik di antara orang-orang yang menamakan dirinya Bani Israel dan mengaku sebagai keturunan suku-suku yang hilang. Istilah dan nama-nama yang dipakai oleh para nenek moyang maupun oleh orang-orang modern masa kini dari suku-suku dan daerah-daerah mereka banyak memperkuat adat-istiadat ini. Bukti lainnya dilengkapi oleh perjalanan bangsa Israel dari Timur-Tengah ke Afghanistan dan India: berbagai tempat yang mereka lalui melahirkan nama-nama beberapa suku, yang menunjukkan jelas sekali, bahwa bukan saja mereka itu melalui jalan itu, tetapi pengembaraan mereka itu lama sekali dan mengalami berbagai kesukaran. Moore berkata, bahwa setelah melalui penyelidikan, Sir William Jones, Sir John Malcolm dan Chamberlain, mereka berpendapat, bahwa sepuluh suku berimigrasi ke India, Tibet dan Kashmir menyeberangi Afghanistan. Dan para ahli sejarah awal bangsa Kashmir, Mulla Nadiri, yang menulis: “Tarikh-i-Kashmir” (Sejarah Kashmir), dan Mulla Ahmad, yang menulis “Waqaya-i-Kashmir” (Kejadian Kashmir) – dengan pasti menguatkan, bahwa bangsa Kashmir adalah keturunan dari putera-putera Israel; dan Abdul Qadir bin Qazi-ul-Qazat Wasil ‘Ali Khan mengatakan hal yang sama di dalam bukunya “General History of the Moghul Empire”,bahwa bangsa Kashmir adalah keturunan bangsa Yahudi. Haqqaq Hukok 1 Tawarikh 6:75 Iqqash Ikkesh 1 Tawarikh 11:28 Ishai Ishui 1 Samuel 14:49 Israel Israel Kejadian 32:28 Kahan-Masu, Kahana, Kan Kanah (Ibr. Kanah/Cohen ) Yosua 19:28 Kalkul Calcol (Ibr. Kalkul) 1 Tawarikh 2:6 Kanaz, Kunzru Kenaz Hakim-Hakim 3:9 Kanjuit Kirjath Yosua 18:28 Kar Careah 2 Raja-raja 25:23 Karrah Korah Bilangan 26:9 Katju Cuth (Ibr. Kath) 2 Raja-raja 25:23 Kitchlu Kithlish Yosua 16:40 Kotru Keturah Kejadian 25:4 Laddu Lud 1 Tawarikh 1:17 Lavi, Laveh Levi 1 Tawarikh 2:1 Lilian Lebana Nehemia 7:48 Maikri Machir 1 Tawarikh 7:14 Malla, Maula Maaleh-acrabbim Yosua 15:3 Mallak Malluch 1 Tawarikh 6:44 Meer, Meresh Meres Ester 1:14 Mir Mearah Yosua 13:4 Mahsa, Mahsi Massah (Ibr. Mahssa) Keluaran 17:7 Minto Minnith Hakim-hakim 11:13 Moza Moza 1 Tawarikh 8:36 Mushran Muchi 1 Tawarikh 6:19 Mathu, Mattu, Mauthan Matthat Lukas 3:29 Musa Moses (Ind. Musa) Keluaran 2:10 Nehru Nahor 1 Tawarikh 1:26 Nephzu Nepheg (Ibr. Nephez) 1 Tawarikh 3:7 Opal, Upal Ophel 2 Tawarikh 27:3 Ogar, Ogrey Og Ulangan 3:11 Padhe, Paddar, Paudh Padon Nehemia 7:47 Pareh Paruah 1 Raja-raja 4:17 Phalu Phallu Kejadian 46:9 Pau Pauh 1 Tawarikh 7:1 Pua Bilangan 26:23 Poot, Put Put 1 Tawarikh 1:8 Raina Rinnah 1 Tawarikh 4:20 Raphu Raphu Bilangan 13:9 Rathar Rithmah Bilangan 33:18 Razdon Rezon 1 Raja-raja 11:23 Reshu, Resh, Reshi Rhesa (Aramic: Resha) Lukas 3:27 Reu Reu Kejadian 11:18 Reu-wal, Reual Reuel Bilangan 2:14 Sachu Sechu 1 Samuel 19:22 Sam Shem Kejadian 5:32 Sapru, Sapra Saphir Mikha 1:11 She Sia Nehemia 7:47 Siaha Ezra 2:44 Shahmiri Shamir 1 Tawarikh 24:24 Shaul Shaul 1 Tawarikh 4:24 Shavi Shaveh Kejadian 14:17 Shuah Shuah 1 Tawarikh 4:11 Suliamanish Solomon (Ind. Sulaiman) 1 Raja-raja 1:34 Tamar Tamar 2 Samuel 13:2 Tellah Telah 1 Tawarikh 7:25 Thabal Tubal (Ibr. Thebhal) Kejadian 10:2, 1 Tawarikh 1:5 Thapal Tophel (Ibr. Thophel) Ulangan 1:1 Tiku Tekoa 1 Tawarikh 2:24 Toh Tou 1 Tawarikh 18:9 Tohu 1 Samuel 1:1 Tola Tola 1 Tawarikh 7:1 Voppha Vophsi (Ind. Wofsi) Bilangan 13:14 Wain, Wani Vaniah (Ind. Wanya) Ezra 10:36 Yadu Jahdo (Ibr. Yahdu) 1 Tawarikh 5:14 Zadu Zadok 1 Tawarikh 24:3 Zartan Zaretan Yosua 3:16 Zaru Zarah Kejadian 46:12 Zattu Zattu Ezra 10:27 Zebu Zebah Hakim-hakim 8:10. KEHIDUPAN YESUS YANG KEDUA (4/5) Persamaan yang terdapat di Afghanistan dan Pakistan Ajan Ajah Kejadian 36:24 Ama-Zye Ammah 2 Samuel 2:24 Amon-Zye Amon 1 Raja-raja 22:26 Aya-Zye Ava (Ind. Awa) 2 Raja-raja 17:24 Ayub-Khel, Ayub-Zye J ob (Ibr. Iyobb) Ayub 1:1 Aziel-Khel Aziel 1 Tawarikh 15:20 Azorees Azor Matius 1:13 Baboo-Zye Bebai Ezra 2:10 Barak-Zye Barak Hakim-hakim 4:6 Bezak-Zye Bezek 1 Samuel 11:8 Biroo-Zye Beera 1 Tawarikh 5:6 Daud-Khel, Daud-Zye David (Ind. Daud) 1 Samuel 16:13 Gadha Gad (Ibr. Gadh) 1 Tawarikh 2:2 Ghaznees Gaza Yosua 15:47 Hamor-Khel Hamor Kejadian 33:19 Haroon-Khel Aaron (Ibr. Aharon, Ind. Harun) Keluaran 4:14 Hoti-Wal Hittites (Ind. Het) Hakim-hakim 3:5 Ibrahim-Khel, Ibrahim-Zye Abraham (Ind. Ibrahim) 1 Raja-raja 17:1 Issa-Khel, Issa-Zye Jesus (Ind. Isa) Matius 1:21 Ilyas-Khel Elijah (Ibr. Eliyas) Raja-raja 17:1 Isaq-Khel Isaac (Ind. Ishak) Kejadian 17:19 Karak-Zye Karkaa Yosua 15:3 Mallak Malluch 1 Tawrikh 7:14 Malhi, Malla-Zye Maaleh-acrabbim Yosua 15:3 NAMA-NAMA TEMPAT KASHMIR DAN DAERAH SEKITARNYA Nama tempat Nama di Bibel Referensi Bibel Ach-bal (Anatnag) Ach-hame (Palwama & Srinagar) Ach-Kot (Baramula) Ashbel Kejadian 46:21 Ach-nambal (Anatnag) Ach-pur (Handwara) Aguru (Kulgam) Agur Amsal 30:1 Ajas (Srinagar) Ajah (Ind. Aya) Kejadian 36:24 Amanuh (Kulgam) Amonu (Anatnag) Amon 1 Raja-raja 22:26 Amariah (Srinagar) Amariah (Ind. Amarya) 1 Tawarikh 23:19 Aner-wan (Srinagar) Aner 1 Tawarikh 6:70 Ara-ham (Anatnag) Ara-guttru (Kulgam) Ara 1 Tawarikh 7:38 Ara-Mullat (Kulgam) Ara-bal (Kulgam) Arah 1 Tawarikh 7:39 Arch (Srinagar) Archi (Ind. Arki) Yosua 16:2 Aror (Awantipur) Aru (Anatnag dan Handwara) Aroer Yosua 12:2 Asam (Muzaffarabad) Asham (Srinagar) Ashima 2 Raja-raja 11:5 Assu (Anatnag) Ashur 1 Tawarikh 2:24 Astor (Kulgam dan Gilgit) Astoreth (Ind. Asytoret) 1 Raja-raja 11:5 Avend (Anatnag) Aven (Ind. Awen) Amos 1:5 Babel (Anatnag) Babel Kejadian 11:9 Bahan (Kulgam) Bohan Yosua 15:6 Balpura (Awantipur) Baalpear Bilangan 25:3 Baman (Handwara) Bamah Yehezkiel 20:9 Bani-ruth atau suku Ruth (Kulgam) Ruth Rut 1:4 Barzilla (Kulgam dan Srinagar) Barzillai 2 Samuel 17:27 Ben-hara = suku Ham (Baramula dan Handwara) Ham Kejadian 5:32 Berat (Anatnag) Beriah 1 Tawarikh 7:23 Behatpoor (Handwara) Bethpeor Ulangan 34:6 Beyar (Uri) Beor Kejadian 36:32 Birsu (Awantipur & Srinagar) Birsha Kejadian 14:2 Bona (Baramula) Baana Nehemia 3:4 Dan-sok (Kulgam) Dan 1 Tawarikh 2:2 Doru (Anatnag dan Gilgit) Dor 1 Raja-raja 4:11 Gadha-bara = pasar Gadh (Srinagar) Gad 1 Tawarikh 2:2 Gochan (Anatnag) Goshen Yosua 11:16 Hara-mok (Anatnag) Hara 1 Tawarikh 5:26 Harwan (danau di dekat Srinagar) Haran 2 Raja-raja 19:12 Heshba (Handwara) Heshbon Ulangan 4:46 Hosiah (Anantnag) Hosea Hosea 1:1 Kahan (Awantipur) Kanah Yosua 19:28 Kalkol (Kulgam) Calcol (Ibr. Kalkul) 1 Tawarikh 2:6 Keran (Kernah) Cheran (Ibr. Keran) 1 Tawarikh 1:41 Kir-gam (Kulgam) Kir Amos 9:7 Kirouth (Kulgam) Kirjuth (Ind. Kiryat) Yosua 18:28 Kashy (Kulgam), Kashi (Jamu) Cush Kejadian 10:6 Kashtwar (Kulgam dan satu daerah di Jammu) Cush Kejadian 10:6 Koh-I-Hama (Gunung di dekat (Handwara) Ham Kejadian 5:32 Koh-I-Maran Mara Rut 1:20 Lasharoun (Srinagar) Lasharon Yosua 12:18 Lavi-pura (Handwara) Levi 1 Tawarikh 2:1 Lidder (Anatnag) Lobedar 2 Samuel 9:4 Loderu (Awantipur) Lobedar 2 Samuel 9:4 Lyddan (Palwana) Lydda Kisah Rasul 9:32 Mahora (Uri) Mehir 1 Tawarikh 4:11 Mamre (Srinagar) Mamre Kejadian 14:13 Mattan (Anatnag) Mattan 2 Raja-raja 11:18 Median-pura (Kulgam) Midian 1 Tawarikh 1:46 Nabudaal (Handwara) Gunung Nebo Ulangan 34:1 Nine-wa (Anatnag) Nieveh (Ind. Niniwe) Kejadian 10:11 Nekanur-pura (Kulgam) Nicanor (Ind. Nikanor) Kisah Rasul 6:5 Paru (Anatnag) Paruah 1 Raja-raja 4:17 Pattan (Baramula) Padon Nehemia 7:47 Perah (Udampur) Parah Yosua 18:23 Phallu (Kulgam) Phallu Kejadian 46:9 Pishgah (Handwara) Pisgah Ulangan 3:27 Rei (Kulgam) Rei 1 Raja-raja 1:8 Rissi-pura (Awantipur) Rissah Bilangan 33:21 Shopeon (Kulgam) Shopan Bilangan 32:35 Sopur (Handwara) Shapher (Ind. Syafer) Bilangan 33:23 Sukait Succoth (Ind. Sukot) Kejadian 33:17 Suru (dekat Bhawan) Shur (Ind. Syur) Kejadian 16:7 Taharan (Kulgam) Tahan Bilangan 26:35 Tahrea 1 Tawarikh 9:41 Takh-i-Sulaiman (Srinagar) Solomon (Ind. Sulaiman) 1 Raja-raja 1:34 Tarelu (Awantipur) Taralah Yosua 18:27 Teman-kot (Handwara) Taman Yeremia 49:7 Tedru (Awantipur) Tekoa 1 Tawarikh 2:24 Tema-pura (Kulgam) Tema Kejadian 25:15 Terich (Uri) Teresh Ester 2:21 Uri (Uri) Uri Keluaran 31:2 Yus-maidan (Kulgam), Yus-margh (Handwara), Yusu-nag (Kulgam) dan Yus-para (Kulgam) Yesus Matius 1:21 Zelu (Awantipur) Zelah Yosua 18:28 KEHIDUPAN YESUS YANG KEDUA (5/5) Afghanistan dan daerah sekitarnya Agrur (Hazara dan Swat) Agur Amsal 30:1, 1 Raja-raja 11:5 Asret (Swat) Ashtoreth 1 Samuel 30:9 Bajor Besor Yosua 21:36 Bezer Kejadian 36:32 Beora-wai Beor Yosua 21:15 Dober (Swat) Debir Dor (sungai di Hazara) Dor 1 Raja-raja 4:11 Ghazni Gaza Kejadian 10:19 Gaur Gur-nai (Swat) Gur 2 Raja-raja 9:27 Hazara Hazeroth Bilangan 12:16 Havellian Havilah (Ind. Hawila) Kejadian 25:18 Heart Hara 1 Tawarikh 5:26 Hirah Kejadian 38:1 Hiel (daerah Hazara) Hiel 1 Raja-raja 16:34 Ilai (daerah Hazara) Ilai 1 Tawarikh 11:20 Jalala Galilea Matius 3:13 Jamrud Jarmuth (Ind. Yarmut) Yosua 21:29 Jared Jared Kejadian 5:15 Kabul Cabul (Ind. Kabul) Yosua 19:27 Kaidon (Swat) Kidron 2 Samuel 15:23 Karakorum Karkor Hakim-hakim 8:10 Khaibar Chebar (Ibr. Khabur) Yehezkil 1:1 Kohollah Kolaiah Nehemia 11:7 Kohat Kohath Yosua 21:5 Koh-i-Sulaiman Solomon (Sulaiman) 1 Raja-raja 1:34 Kullahi (Swat) Kallai (Ind. Kalai) Nehemia 12:20 Mansehra Mosera Ulangan 10:6 Moseroth Bilangan 33:31 Mossa-Kai Moses (Ibr. Mosheh – Musa) Keluaran 33:31 Pakhaur Peshur (Ibr. Parkhaur), (Ind. Pasyhur) Ezra 2:38 Sadoom (daerah Mardan) Sodom Ulangan 29:23 Samarkand Samaria 1 Raja-raja 16:32 Shaul (daerah Hazara) Shaul (Ind. Saul) 1 Tawarikh 4:24 Terah Terah Kejadian 11:24 Toru Tyre (Ind. Tirus) 2 Samuel 5:11) Tikaal Tekel Daniel 5:27 Zaida Zidon (Ind. Sidon) Hakim-hakim 18:28 Baltistan, Gilgit, Ladakh, Pamir, Tibet dan daerah-daerah sekitarnya Alit-shur (Pamir) Aloth 1 Raja-raja 4:16 Alash (Pamir) Alush Bilangan 33:13 Astor (Dardistan) Ashtoreth (Ind. Asytoret) 1 Raja-raja 11:5 Babel (Gilgit) Babel Kejadian 11:9 Baltal (Ladakh) Bethul (Ind. Betul) Yosua 19:4 Barzillah Barzillai 2 Samuel 17:27 Bushan (Pamir) Bashan Ulangan 3:1 Buttal (Baltistan) Bethel Kejadian 12:8 Dardistan Dara 1 Tawarikh 2:6 Dottan (Baltistan) Dathan (Ind. Datan) Bilangan 26:9 Gilgit Gilgal Yosua 4:19 Gilgatta (nama lokasi Gilgit) Golgotha Matius 27:33 Gur-aie (Gilgit) Gur 2 Raja-raja 19:27 Guzana Gozan 2 Raja-raja 19:12 Haait (Pamir) Hai Kejadian 12:8 Hadattah (Pamir) Hadid (Ibr. Haddidh) Ezra 2:33 Hasorah (Yarkand) Hazor Yosua 15:23 Hussor (Ladakh) Hamis (Ladakh) Hamath (Ind. Hamat) 1 Tawarikh 18:9 Huel (Ladakh) Hiel 1 Raja-raja 16:34 Jehial (Gilgit) Jehiel (Ind. Yehiel) 1 Tawarikh 15:20 Kirjuth (Ladakh) Kirjath (Ind. Kiryat) Yosua 18:28 Kegiz (Pamir) Keziz (Ind. Kezis) Yosua 18:21 Ladakh Laadah (Ind. Lada) 1 Tawarikh 4:21 Lhasa (Tibet) Lasha Kejadian 10:19 Laish Hakim-hakim 18:14 Kejadian 28:16 Leh (Ladakh) Leah Hakim-hakim 15:9 Lehi Liker (Tibet) Likhi 1 Tawarikh 7:19 Lotson (Pamir) Lotan 1 Tawarikh 1:39 Melichi (Pamir) Malachi Maleakhi 1:1 Minat (Iskardu) Minnith (Ind. Minit) Yehezkiel 27:17 Moserah (Kenskar) Moseroth Bilangan 33:31 Oduhy (terusan di Tibet) Oded 2 Tawarikh 15:1 Pishon (sungai di Zenskar) Pison Kejadian 2:11 Rabath (Pamir) Rabbah (Ind. Raba) 2 Samuel 11:1 Rezin (Zanskar) Rezin Nehemia 7:50 Samaryah (Zanskar) Samaria 1 Raja-raja 16:32 Tibet Tebeth Ester 2:16 Tibhath 1 Tawarikh 18:8 Zanuja (Kanskar) Zelah Yosua 18:28 Zojilah (terusan di Baltistan) Zanoah Yosua 15:34 BAB IV TUJUAN YESUS: KASHMIR (1/7) Sekarang marilah kita kembali kepada Yesus. Kita telah melihat bukti, bahwa beliau hidup terus setelah penyaliban dan muncul kepada para muridnya dalam bentuk jasmaniah, orang-orang yang tidak percaya sewaktu beliau menunjukkan badan beliau yang sama seperti sebelum penyaliban, beliau sekali lagi menunjukkan kepada mereka yang menyangkanya hantu, berulangkali beliau menunjukkannya dengan jelas bahwa beliau bukan hantu. Jelas sekali, sekalipun beliau tidak dapat tinggal di Palestina yang tidak menentu (karena suatu hal, yakni bahaya pengkhianatan yang kedua kali), maka tidak lama kemudian beliau pergi untuk menyempurnakan missinya dengan menjumpai sepuluh suku Israel yang hilang di Kashmir. Di dalam kitab “Kanzul-Ummal” jilid 2, Abu Hurairah menerangkan kepada kita, bahwa Tuhan memberi petunjuk kepada Yesus supaya keluar dari Yerusalem, maka dengan begitu beliau pasti tidak akan diketahui dan dikejar-kejar. Setelah itu beliau pergi ke Galilea, dan demi memutuskan kesulitan yang dihadapi, dimana para pengikutnya selalu mengenalinya ketika beliau muncul di hadapan mereka (contohnya, lihatlah penjelasan pada Yahya 20:14-16, Lukas 21:13-31 dan pada Yahya 21:1-7), maka seringkali beliau menyamar. Menurut Imam Abu Ja’far Muhammad al-Tabari dalam kitabnya yang termasyhur: “Tafsir Ibnu Jarir at-Tabari” menjelaskan bahwa “Yesus dan bundanya, Mariam, telah meninggalkan Palestina dan berangkat ke negeri yang jauh, berkelana dari satu negeri ke negeri lainnya” (Vol. 3, hal. 197). Dalam hubungan ini, sangat menarik sekali, bahwa dikala Yesus meninggalkan makam, beliau pergi ke Galilea, karena letak kota ini adalah rutenya para kafilah untuk pergi ke Syria, dan dari sana, dengan menembus Belukar yang Rimbun, beliau menuju ke arah Timur. Andaikata Yesus pergi sepanjang rute ini, maka tak dapat diingkari lagi bahwa beliau pasti mengunjungi Damaskus (Damsyik). Memang, hanya dua mil saja jauhnya dari kota, di sana ada satu tempat yang dinamakan “Maqam-i-‘Isa, yang artinya (“tempat di mana Yesus pernah tinggal”). Berbagai keterangan mendukung pandangan tersebut bahwa Yesus pernah tinggal beberapa lama di Damaskus; dan akan ingat kembali, bahwa dalam perjalanannya menuju Damaskus itulah Yesus pernah muncul kepada Saul dari Tarsus, yaitu orang yang pernah menganiaya orangorang Kristen dan menjadi rasul Paulus. Apabila hipotesa kami benar, maka mungkin sekali Yesus benar-benar pernah tinggal di Damaskus pada waktu itu, dan beliau dengan sengaja keluar untuk menemui Saul dalam perjalanannya ke kota dan berusaha menobatkannya. Kita diberitahu, bahwa selama tinggalnya di Damaskus, Yesus menerima sepucuk surat dari Raja Nisibis yang memberitahukannya bahwa raja sedang menderita sakit keras dan ia memohon pertolongan beliau. Yesus mengirim balasan dan mengatakan, bahwa beliau pasti mengirimkan seorang muridnya dan beliau sendiri akan datang belakangan (“Biblioteca Christiana Ante-Nicena”, Vol.20 – Syrian Documents, 1). Beliau mengetahui, bahwa beberapa suku yang hilang tinggal di Nisibis – hal ini juga disebutkan oleh Josephus (“Antiquities”, XVIII, 9)- dan benar, bahwa waktu untuk meninggalkan Damaskus telah tiba. Tobatnya Saul itu membuat bangsa Yahudi berang, dan mereka berencana untuk menangkapnya. Mohammed bin Khavendshan bin Mahmud, yang biasanya dikenal sebagai Mir Khwand, menulis di dalam bukunya yang termasyhur: “Rauzat-us-Safa”, yang telah menjadi kebanggaan di antara karya-karya sejarah bangsa Persi, bahwa Yesus dan Mariam terbengkalai di kota, kemudian mereka pergi ke Syria (Vol. 1, hal.134). Keadaan Yesus dan Mariam di saat-saat demikian ini diperkuat oleh pernyataan buku sejarah “Jami-ut-Tawarikh”-nya Faqir Muhammad yang juga mengatakan, bahwa Yesus pergi berjalan kaki dan membawa sebuah tongkat. Sumber yang sama (Vol. 2) memberitahukan kepada kita, bahwa beliau terus menuju Nisibis, di sana beliau berkunjung kepada raja dan mengajar; dan dari sana beliau melanjutkan perjalanannya ke Mashag, yang di sana terdapat makam Shem, putera Nabi Nuh. Buku sejarah “Nasikh-ut-Tawarikh” memberikan pernyataan yang sama, tetapi baik yang ini maupun dua sumber yang terakhir itu, tidak menjelaskan, mengapa Yesus tidak tinggal lama di Nisibis.Namun demikian, menurut “Tafsir Ibnu Jarir at-Tabari”, sebab orang-orang Nisibis menunjukkan ketidak senangan terhadap Yesus dan mereka ingin membunuhnya. Nazir Ahmad memberi keterangan kepada kita, bahwa pada waktu Yesus di sana ada tiga kota yang dikenal seperti Nisibis (Nasibain); satu di antara Mosul (pusat perniagaan yang terbesar di atas sungai Tigris) dan Syria; satu di tepi sungai Euphrates (Eprat); dan satu lagi di dekat Jalalabad di Afghanistan. Di dalam “Majmaul-Buldan” Vol.8, hal. 1207 (oleh Shaikh-ul-Imam Shahabuddin Abi Abdullah Ya’qub bin Abdullah al-Hamdi al-Rumi al-Baghdadi) ia menyatakan, bahwa yang pertama itu terletak enam hari perjalanan dari Mosul, sepanjang rute kafilah besar dari Laut Tengah ke Teluk Persi dan terus ke Timur. Uraian ini pasti cocok dengan Nusaybin modern, yang terletak di Turki, dekat perbatasan Syria. Di waktu meninggalkan Nisibis, Yesus rupanya selama perjalanannya menggunakan nama “Yuz Asaf”, yang dihubungkan dengannya oleh tulisan-tulisan dan ceritera-ceritera adat-istiadat setempat yang langsung pernah dilalui oleh beliau. Buku sejarah “Farhang-i-Jahangiri” dan “Anjuman-i-Arae Nasiri” dari Raja Quli (xxiv, kolom 1) membicarakan Asaf sebagai seorang besar dari negeri-negeri Arab, sementara di dalam buku “Burhan-i-Qate” (XXXIV, kolom 2) Asaf adalah suatu nama yang diberikan kepada anak Barkhia, salah seorang yang terpelajar dari Bani Israel. Yuz, bagian nama lain, dinyatakan oleh Muhammad Badshah di dalam bukunya “Farhang-i-Anand Raj” (vol.8) sebagai “yang berkuasa” atau “pemimpin”. Gambaran yang jelas dari arti nama Yuz Asaf tersebut dilengkapi oleh buku “Farhang-i-Asafia” (vol.1) yang mengatakan bahwa Hazrat ‘Isa (Yesus) adalah “penyembuh penyakit kusta”; dan yang pernah membebaskan dari segala penyakit disebut “Asaf”. Jadi, jika “Yuz” artinnya “Pemimpin”, maka “Yuz Asaf” artinya sesuatu seperti “pemimpin penyembuh penyakit kusta”, yang sudah pasti sangat cocok sekali dengan nama Kristus. Hal ini menguatkan sekali, bahwa dua nama tersebut menandakan pribadi yang sama. “Faizi”, satu sya’ir dari istana Akbar, menandakan Yesus itu sebagai “Ai Ki Nami to: Yus o Kristo” (“Kamu itu yang bernama Yuz atau Kristus”). Dalam melanjutkan perjalanannya, Yesus datang ke Iran. Adat-istiadat setempat memberitahukan kepada kita, bahwa seseorang yang disebut Yuz Asaf datang ke sana dari suatu negeri di barat, kemudian dia mengajar dan banyak menobatkan orang. Lagi, adat-istiadat ini secara terperinci menjelaskan bahwa Yuz Asaf adalah Yesus (Contohnya lihatlah Agha Mustafai dalam bukunya “Ahwali Ahalian-i-Paras”). Begitu juga jejak-jejak Yesus bisa didapati di Afghanistan: sebelah barat, dan di Ghazni dan Jalalabad di sebelah timur. Menjelajahi jejak-jejak Yesus di Timur, kita dapati adat-istiadat bahwa beliau pernah melalui daerah Taxila, kini Pakistan. (Pada tahun 1981, saya pernah meninjau daerah Taxila ini. Di tempat ini terdapat berbagai candi tua dan puingpuing peninggalan agama Buddha yang sudah tidak terurus lagi dan terletak di bukitbukit kecil yang tandus. Taxila ini adalah salah satu rute yang dilalui perjalanan Yesus kedua kalinya dari Palestina ke Kashmir, dan dari sini beliau terus mendaki perbukitan yang sekarang dinamakan “Bukit Muree” dimana Bunda Yesus, Maria, dikebumikan di bukit ini karena beliau tidak mampu lagi melanjutkan perjalanannya menuju Lembah Kashmir. Ceritera mengenai Bunda Yesus ini, bisa dilihat di dalam buku: “Khiyaban Murre” dalam bahasa Urdu oleh Latief Kashmiri, yang pernah saya jumpai dan wawancarai, dan kata beliau, buku ini sedang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris untuk disebar-luaskan di Eropa dan Amerika. Sedikit menyinggung buku ini dan demi memperkuat fakta sejarah bahwa Yesus pernah melalui kota kuno Taxila dan Bukit Muree ini, di sini sedikit saya kutip keterangan dari buku tersebut: “Bukit Muree ini dibenarkan oleh sejarah adalah tempat singgah serombongan pengembara yang datang dari daerah Barat yang sedang menuju “Lembah Kashmir” melalui Afghanistan dan kota kuno “Taxila”, India (sekarang termasuk daerah Propinsi Balucistan, Pakistan)(“Khiyaban Muree” halaman 11-12). Juga, demi menguatkan fakta, bahwa Yesus pernah melalui daerah ini, di mana di daerah ini banyak sekali penduduk keturunan bangsa Yahudi, hal ini pernah ditulis oleh Ghulam Ali Khan di dalam “Mingguan Bilal” tanggal 8 Juli 1981, yang diterbitkan oleh “Murraka Dera Ghari Khan” dalam bahasa Urdu, yang juga dikatakan di sana, bahwa di Propinsi Balucistan ada kota kecil yang bernama “Isa Kheli” yang artinya “Kota ‘Isa” yang menunjukkan bahwa ‘Isa as. pernah singgah di kota ini sebelum melanjutkan perjalanannya menuju Kashmir melalui Taxila”. Adapun “Bukit Muree”, kini di sekitarnya telah banyak dibangun Gereja-gereja dan sekolah-sekolah Kristen berikut biara-biaranya, dan tepat di sebelah makam Bunda Maria, kini telah dibangun Menara Pemancar Televesi untuk daerah Rawalpindi, Islamabad dan sekitarnya, dan Bukit Muree itu jauhnya dari kedua kota tersebut kurang-lebih 50 km, dan makam tersebut terletak di puncak bukit yang kini bisa ditempuh dengan kendaraan bermotor melalui jalan berkelok-kelok dan jurang-jurang yang curam di kanan kirinya. –penj.). Taxila ini tidak jauh dari perbatasan Kashmir (India). Menurut Injil yang tidak resmi yakni “Actae Thomae” (Kisah Perbuatan Thomas), Thomas pernah ada di sana sewaktu menghadiri pernikahan putera Gad, saudara Raja Gondafras, dan setelah upacara pernikahan itu usai: “…… Thomas meninggalkan tempatnya. Mempelai laki-laki itu menarik tirai yang memisahkannya dari mempelai perempuan, dan ia melihat Thomas, seakan-akan ia sukar sekali untuk berkata kepadanya. Tiba-tiba ia berkata kepadanya: “Mengapa anda ada di sini? Bukankah saya melihat anda sudah pergi?” Dan Tuan itu menjawab: “Saya bukan Judas Thomas, tetapi saudaranya”. (Actae Thomae dalam “Biblioteca Christiana Ante-Nicena” Vol. 20. Lihat juga V.A. Smith, Early History of India, hal. 219). Yang penting dalam hal ini ialah Yahya, pada Yahya 20:24, Thomas diberi nama Didymus, yang dalam bahasa Yunaninya sama dengan bahasa Aramic “Ioma” artinya “Kembar”, dan diperkirakan Thomas dilahirkan jasmaninya lebih kuat, tidak seperti Yesus. Lebih penting lagi, walaupun “Actae Thomae” telah menempatkan Thomas dan Mariam serta Yesus di Taxila, dan tidak dengan para muridnya di Yerusalem. Menurut riwayat kuno ini, Thomas telah menemani Yesus ke Kashmir melalui Damaskus dan Magdonia (Nisibis) (lihat “Rauzat-us-Safa”, vol. I hal. 124); ada di Kashmir menjelang wafatnya Yesus (lihat Shaikh Al-Sa’id-us-Sadiq dalam “Kamalud-Din”); kemudian setelah menelusuri jejak-jejaknya ke Taxila, melanjutkan perjalanannya ke Kerala, di India selatan, dan wafat serta mayatnya dibakar di Milpore, Madras. TUJUAN YESUS: KASHMIR (2/7) Mariam dikebumikan di Pakistan Setelah meninggalkan Taxila, Yesus, Mariam dan Thomas melanjutkan perjalanan ke Kashmir; tetapi Mariam tidak pernah mengalami ke tempat yang dinamakan “Sorga di Bumi” itu. Tidak kuat menghadapi kesukaran perjalanan yang jauh, Mariam wafat di suatu tempat yang sekarang menjadi kota kecil yang dinamakan Murree (kota yang terletak di puncak bukit dekat perbatasan Pakistan dan Kashmir, India –penj.) satu nama untuk menghormatinya (Kashmir Postal, in “Punjab Gazette”,No. 673, 1869. Lihat juga Drew, “Jammoo and Kashmir Territories”, hal. 527), dan kira-kira empatpuluh mil jauhnya dari Taxila atau tigapuluh mil dari Rawalpindi, Pakistan. Di tempat itu Mariam dikebumikan, yang dikenal sebagai “Pindi Point” (Puncak Pindi) dan makam itu sendiri dinamakan “Mai Mari da Asthan” yang artinya: “Tempat peristirahatan Bunda Maria”. Menurut adat-istiadat Yahudi, makam tersebut menghadap timur-barat, sebagaimana makamnya Yesus dan Musa (akan dibicarakan belakangan). Ini berbeda sekali dengan kebiasaan arah makam kaum Muslimin yang membujur utara-selatan. Mumtaz Ahmad Faruqui menulis dalam bukunya “The Crumbling of the Cross”, bahwa pada waktu Mariam wafat dan dimakamkan di Murree, negeri itu di bawah pemerintahan raja-raja Hindu. Orang-orang Hindu yang banyak menyembah dewa-dewi, mereka sebagaimana biasa sangat bertakhayul, dan ketika mereka melihat makam baru yang terletak di puncak sebuah bukit, mereka mulai memujanya dan bersembahyang di sana, maka makam itu menjadi sangat terkenal sebagai tempat yang suci. Ketika kaum Muslimin mengambil alih pemerintahan, mereka insaf akan hal itu, sekalipun orang-orang Hindu masih tetap memuja makam itu, seseorang yang telah dikuburkan di sana itu pasti “Seorang Ahli Kitab” (apakah itu orang Yahudi atau Kristen), sejak itulah orang-orang Hindu membakar mayat-mayat mereka di sana. Kaum Muslimin pun mulai memuja-muja makam Bunda Maria tersebut. (Sebelum dibangun menara pemancar televisi di sebelah makam tersebut, di lokasi itu setiap tahun makam itu selalu penuh dikunjungi para penziarah dari berbagai pelosok, baik dari Afghanistan, Kashmir, Punjab India maupun dari Pakistan sendiri. Demikian kata Latif Kashmiri, seorang pengarang buku “Khiyaban Murre” yang pernah saya jumpai di rumahnya di Bukit Murree tersebut, -penj.). Pada tahun 1898, Pemerintah kolonial Inggris telah mempertahankan menara yang dibangun berhadapan dengan makam itu, yang selalu dikunjungi oleh orangorang daerah sekitarnya. Pada tahun 1916 sampai 1917, seorang insinyur militer setempat, Kapten Richardson, ingin menghancurkan makam tersebut, maka dia mengusir orang-orang dari daerah itu; tetapi rakyat bangkit dan berteriak, bahwa pemerintahan kota-praja harus menjadi perantara untuk menyetop penghancuran itu, dan membentuk lembaga penyelidikan. Hasil ini diberikan oleh dokumen (tertanggal 30 Juli 1917) yang tersimpan di dalam file No.118 pada pemerintahan kota-praja Murree; ini bisa didapati, dan bukti-bukti ini pada dasarnya terdapat pada lusinan terbitan-terbitan tua yang terdapat pada penduduk setempat, bahwa tempat suci di Pindi Point (Puncak Pindi) tersebut ialah makam seorang yang memiliki akhlak yang suci, yang selalu dipuja baik oleh orang-orang Hindu maupun oleh kaum Muslimin, dan karenanya, di waktu musim panas, upacara sembahyang dan persembahan sesajen-sesajen di makam tersebut pada umumnya dilakukan untuk mendatangkan hujan. Ini diperkuat oleh para petugas penyelidikan yang melaporkan, bahwa pada musim panas sekitar tahun 1916-1917, diadakan upacara sembahyang dan sesembahan yang dibuat di makam tersebut, yang akibatnya segera saja banyak hujan dan salju turun yang berlangsung selama tiga hari. Maka diputuskanlah untuk tidak menghancurkan makam, dan tidak lama kemudian, Kapten Richardson benar-benar luka parah dalam suatu insiden. Begitulah orang-orang di sana mengatakan, bahwa hal itu sebagai balasan atas perbuatannya. Pada tahun 1950 makam itu diperbaiki, terima kasih atas segala usaha Khwaja Nazir Ahmad, penulis buku “Yesus in Heaven on Earth”. Dipertahankannya menara tersebut sejak akan dirobohkannya, karena dianggap tak berguna, dan di tempat itu dibangun menara televisi (sebagaimana dijelaskan di atas. Juga kuranglebih 350 meter di bawah makam tersebut ada satu biara yang cukup sunyi dan di halaman mukanya, persis bersandar di suatu tebing yang dibuat agak menjorok ke dalam, ada satu patung Bunda Maria yang cukup elok. Penj.). Padang Rumput Yesus: Pintu Gerbang ke Kashmir Dari Murre, Yesus melanjutkan perjalanannya menuju Kashmir, beliau memasukinya langsung melalui lembah yang dikenal sebagai Yusmarg, “Padang Rumput Yesus”. Ini adalah Lembah Hijau yang indah lebat dengan pepohonan dan ditempati oleh bangsa Yadu, keturunan sepuluh suku Israel. Orang-orang yang tinggal di sini terutama hidup sebagai pengembala yang ditopang oleh banyaknya gembala peternakan mereka, dan lembah tempat tinggal mereka hidup itu terletak sepanjang rute kuno yang dilalui oleh perjalanan para pedagang (kafilah) antara Afghanistan dan Lembah Kaghan, di Kashmir. Bila menjelajahi rute ini ke arah timur, maka sampailah ke Aishmuqam. “Aish” adalah kata awalan dari “Isa” (Yesus), dan “muqam” artinya “tempat istirahat”. Di tempat inilah Yesus beristirahat dalam perjalanannya, sebagaimana dikuatkan oleh satu buku yang berjudul “Nur Nama”. Penduduk Aishmuqam sekarang Muslim. Waktu kami berkunjung ke sana, kami dapati bahwa tanduk-tanduk “the Ram of God” (Perkakas Tuhan) terdapat di sana disimpan baik-baik, dan tongkat juga disimpan di sana yang dikatakan oleh sebagian orang bahwa tongkat itu asli milik Yesus. Tetapi orang-orang yang bertanggungjawab menjaga tongkat itu mengatakan kepada kami (dan Proffesor Hassnain nanti akan menguatkan) bahwa keterangan itu salah, karena tongkat itu bukan milik Yesus tetapi milik Musa, yang ada mata-rantainya dengan Kashmir yang akan kami bicarakan pada bab berikut. Sebelum melanjutkan keterangan berbagai dokumen bersejarah yang menjadi saksi atas kehadiran Yesus di Kashmir, di sini saya berikan daftar ringkas sejarah bangsa Kashmir dan nama-nama peta bumi yang ada sangkut pautnya dengan Yesus, untuk memudahkan. Issa-Brari _ Yusu-dha Issa-cil _ Yusu-dhara Issa-Kush _ Yusu-gam Issa-Mati _ Yusu-hatpura Issa-Ta _ Yusu-kun I-yes-Issa _ Yusu-maidan I-yes-th-Issa-vara _ Yusu-para Kal-Issa _ Yusu-raja Ram-Issa _ Yusu-varman Arya-Issa _ Yus-marg Aish-muqam _ Yus-nag Yusu _ Yus-mangala TUJUAN YESUS: KASHMIR (3/7) Yesus tinggal di Kashmir Sekarang marilah kita pertimbangkan beberapa teks yang menjadi saksi bagi tempat tinggal sementara Yesus dan wafatnya di Kashmir. Mulla Nadiri, seorang ahli sejarah Muslim pertama Kashmir, yang menulis dalam bahasa Persi, mengatakan di dalam bukunya”Tarikh-i-Kashmir”, bahwa Yuza Asaf mengawali da’wah risalahnya di Kashmir pada tahun 54 (tepatnya tanggal yang dimaksudkan ini akan didiskusikan kemudian). Sebagian kutipan yang bersangkutpaut dengan masalah ini di antaranya sebagai berikut: “Raja yang bernama Gopananda kemudian memulai aktifitasnya di Lembah Kashmir. Selama kekuasaannya, banyak sekali tempat peribadatan dibangun dan diperbaiki. Dia mengundang Sulaiman dari Persi untuk keperluan perbaikan Takhta (Nabi) Sulaiman di gunung. Orang-orang Hindu berkeberatan dengan mengatakan, bahwa karena dia bukan orang Hindu dan dia itu pengikut agama lain, maka dia tidak bisa memperbaiki makam suci itu. Di masa periode itu Yuza Asaf tiba dari Palestina dan mulai mengaku dirinya sebagai Nabi di Lembah Kashmir. Dia melaksanakan tugasnya siang dan malam, dan dia sangat tawakal dan suci. Dia menyampaikan firmanfirman Tuhan kepada rakyat Kashmir. Banyak sekali orang yang insyaf dan menjadi pengikutnya. Raja memohon kepadanya untuk memimpin orangorang Hindu ke jalan yang benar. Sulaiman memperbaiki Takhta Sulaiman dan membangun empat tiang utama dengan dibubuhi tulisan berukir yang berbunyi: Para pembangun tiang-tiang ini adalah Bhisti Zargar, tahun 54. Dan Khawaja Runkun, putera Miryan. Yuza Asaf mendakwahkan dirinya sebagai seorang nabi. Tahun 54. Dia adalah Yuzu, dari suku-suku Israel. Tulisan-tulisan berukir itu masih tetap ada dan mudah dibaca ketika Khawaja Haidar Malik Chadura menulis buku sejarahnya “Tarikh-I-Kashmir”, selama kekuasaan Jahangir (lihat pula Pirzada Ghulam Hasan dalam bukunya “Tarikh-i-Kashmir”, vol. 3). Tempat suci itu dikenal sebagai Takhta Sulaiman yang terletak di atas sebuah bukit lebih ke timur lagi dari Srinagar, dan mempersembahkan panorama kota yang mengagumkan. Pecakapan Yesus bersama Shalewahin Di dalam buku: “Bhavisya Mahapurana” kuno, yang ditulis dalam bahasa Sansekerta pada tahun 3191 dari Zaman Laukika (115 M.) dan dianggap berasal dari Viyas, dalam ayat (17-32) kita diberi tahu bahwa raja Shalewahin pada suatu hari keluar untuk berjalan-jalan di pegunungan dan di Voyen dekat Srinagar, melihat seseorang yang berpakaian lain daripada yang lain, berbaju putih dan berwajah simpatik. Raja menanyakan namanya. Yesus menjawab, bahwa dia yang dikenal sebagai anak Tuhan dan lahir dari seorang perawan. Sang Raja merasa terkejut, tetapi Yesus lebih lanjut menjelaskan, bahwa dia ditunjukkan jalan yang benar dan missinya adalah untuk membersihkan agama. Ketika sang raja mengulangi pertanyaannya, Yesus mengatakan kepadanya, bahwa dia telah menda’wahkan kependetaannya di suatu negeri yang jauh di seberang Indus, dan orang-orang di sana telah membuatnya menderita. Dia telah mengajarkan cinta-kasih, menunjukkan jalan yang benar dan menjernihkan hati, dan karena hal inilah dia telah dikenal sebagai Masih. Berikut ini adalah terjemahan ayat-ayat yang berhubungan dengan peristiwa itu: “Shalewahin, cucu Bikramajit, memikul tanggungjawab pemerintahan. Dia berperang dengan pasukan gerombolan China, Parthian, Scythian dan Bactrian. Dia menentukan perbatasan antara bangsa Arya dengan bangsa Amalekit, meminta mereka untuk tinggal di sisi lain sungai Indus. Suatu hari Shalewahin menuju Himalaya, dan di sana, di tengah-tengah negeri Hun, raja yang berkuasa itu melihat seseorang yang sangat berbeda sekali sedang duduk di dekat suatu bukit. Berwajah simpatik dan berpakaian putih. Raja Shalewahin bertanya kepadanya, siapakah gerangan orang itu. Dia menjawab dengan lemah lembut: “Saya yang dikenal sebagai anak Tuhan yang lahir dari seorang perawan”. Sang Raja merasa terpesona dengan jawaban ini, kemudian orang suci itu melanjutkan: “Saya mengajarkan agama bangsa Amalekit dan mengikuti prinsip-prinsip kebenaran sejati”. Sang Raja bertanya kepadanya mengenai agamanya dan dia menjawab: “Wahai raja, saya menyeru dari negeri yang jauh, dimana kebenaran tidak bisa tinggal lama, dan kejahatan sudah merajalela tanpa batas. Saya muncul di negeri bangsa Amalekit sebagai Masih. Melalui sayalah orang-orang berdosa dan orang-orang bersalah menderita, dan saya juga menderita di tangan-tangan mereka”. Sang Raja memohon kepadanya untuk menjelaskan perihal ajaran agamanya lebih banyak lagi, dan orang suci itu mengatakan kepadanya: “Mengajarkan cinta-kasih, kebenaran dan kesucian hati. Membimbing manusia untuk mengabdi kepada Tuhan yang menjadi pusatnya matahari dan segala makhluk. Dan Tuhan beserta makhluk itu akan abadi”. Sang Raja kembali setelah berjanji akan setia kepada orang suci itu. TUJUAN YESUS: KASHMIR (4/7) Yesus, Keluarga Manusia Bab ini pasti akan lebih banyak menimbulkan bantahan dalam buku ini, karena meliputi hal-hal yang pelik, yakni apakah Yesus Selama di Kashmir itu mempunyai isteri dan anak atau tidak. Proffesor Hasnain dan Sahibzada Basharat Saleem, orang yang mungkin langsung dari keturunan Yesus, kedua-duanya mengatakan kepada saya, bahwa itu benar, tetapi jawaban-jawaban yang mereka berikan atas pertanyaan-pertanyaan saya dalam masalah ini condong untuk dielakkan, walaupun berproses dari pertanyaan-pertanyaan yang murni. Keduanya mengemukakan masalah ini dengan penuh kehati-hatian dan arah yang pasti demi mencegah kisah ini menjadi kegaduhan dan penyalah-gunaan. Sebagaimana niat saya di dalam buku ini untuk meriwayatkan segala aspek apa yang disebut “Kehidupan Kedua” Kristus, saya harus meriwayatkannya sebenar benarnya. Namun karena hormat saya kepada kedua orang yang saya hormati tersebut, yang telah memberikan informasi kepada saya, kedua-duanya sungguh baik dan menunjukkan akhlak yang mulia. Saya mohon kepada hakim yang adil yakni para pembaca yang budiman, agar jangan melebih-lebihkan maupun membesarbesarkan sesuatu yang terdapat di baris-baris berikut ini. Diwaktu mendengar ada keturunan Yesus tinggal di Srinagar, saya dapat mewawancarainya; tetapi, karena saya tidak tahu bahwa ada beberapa naskah yang menyatakan bahwa Yesus mempunyai anak, saya pertamakali menghubungi Professor Hassnain yang tak ada sangkut pautnya dengan masalah tersebut. Beliau mengatakan kepada saya, bahwa sepengetahuannya, sumber yang ditulis dalam masalah ini adalah dari: “Negaris-Tan-i-Kashmir” satu buku tua berbahasa Persi yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Urdu, dan ia menceriterakan bahwa raja Shalewahin (yakni Raja yang pernah bertemu dan berbincang-bincang dengan Yesus di suatu perbukitan) mengatakan kepada Yesus bila ia butuh seorang perempuan untuk merawatnya, dan dia menawarkannya atas pilihannya pada seorang perempuan yang berusia limapuluh tahun. Yesus menjawab, bahwa beliau tidak memerlukan siapa pun dan juga tidak memerlukan orang yang harus membantu pekerjaannya, tetapi Raja tetap berusaha hingga Yesus menyetujuinya seorang perempuan untuk membantunya memasak, mengurus rumah dan mencuci bajunya. Professor Hassnain memberitahukan kepada saya bahwa nama perempuan itu adalah Maryan, dan buku yang sama itu pun menyatakan bahwa perempuan itu melahirkan anak-anak Yesus. Sahibzada Basharat Saleem menerima kami di rumahnya di Srinagar. Beliau adalah seorang fotografer yang lincah dan seorang pencinta seni dan syair. –ringkasnya, beliau adalah seorang yang halus perasaannya. Ketika kami tanyakan kepada beliau, apakah benar beliau ini keturunan Yesus, beliau menjawab, bahwa kapan saja beliau menanyakan perihal itu kepada ayahnya, ayahnya selalu menjawab, bahwa kakeknya dari kakek (yakni nenek moyangnya yang jauh) adalah seorang Nabi yang bernama Yuz Asaf. Beliau juga selalu berkata, bahwa di dekat makam nenek-moyang tersebut, di distrik Khanyar, ada satu tempat suci yang di sana dibaringkan jenazah seorang yang suci dan agung di Kashmir, dihormati oleh seluruh penduduk Srinagar. Orang suci ini begitu dihormati dan begitu penting di Kashmir, ayah beliau menyatakan kepada beliau, bahwa dia benar-benar tak ada bandingannya dengan Nabi yang dikuburkan di makam yang dikenal sebagai “Rozabal” tersebut. Sahibzada Basharat Saleem juga memberitahukan kepada kami bahwa, kapan saja bila ayah beliau ditanya, apakah dia seorang keturunan Yesus, jawabannya adalah: “Ya sungguh benar, tetapi kami memanggilnya Yuza Asaf”. Sahibzada Basharat Saleem adalah anak Sahibzada Ghulam Mohiyudin, anak dari Sahibzada Abdul Ahad, putera Sahibzada Abdus Samad, putera Sahibzada Abubekr – dan seterusnya hingga sampai ke Yuz Asaf atau Yesus. Sahibzada Basharat Saleem memiliki daftar silsilah yang mendetail tentang keturunannya sampai kepada Yesus. Ketika ditanyakan mengenai nama perempuan yang melahirkan anak-anak Yesus, beliau menguatkan, bahwa nama itu adalah Maryan (Mirjan atau Marjon) dan dikatakan perempuan itu datang dari suatu kampung penggembala, yang cantik rupawan di lembah Pahalgam yang subur, di Kashmir. Riwayat kuno lain mengenai Yesus yang sangat menarik hati di dalam tulisan ini adalah karya sejarah yang berbahasa Persi, yaitu “Rauzat-us-Safa”, yang ada hubungannya ialah (Bagian I, Vol.2, halaman 182-183) “dikatakan bahwa, setelah dia turun dari dunia atas sana, Isa (Yesus) akan hidup lebih dari empatpuluh tahun, akan menikah dan mempunyai anak, akan memerangi musuh-musuh kaum Muslimin, dan akan menghancurkan semua bangsa yang mengikuti agama-agama lain”. Sementara kemunculannya ini sehubungan dengan kedatangannya yang kedua kali, hal ini begitu penting karena ia berisi sesuatu yang menyangkut tradisi pernikahan Yesus. Kembali kepada Sahibzada Basharat Saleem, kiranya patut dicatat, bahwa keduanya, ayahnya dan kakeknya dikenang di Kashmir sebagai orang-orang yang memiliki kekuatan menyembuhkan. Basharat Saleem yang sudah dikenal setiap orang di Srinagar, memberitahukan kepada kami, bahwa pada suatu hari ada seseorang, yang telah mengenal putera siapa beliau ini, berlutut di hadapannya dan mengatakan kepadanya bahwa ia punya seorang anak laki-laki yang sedang sakit keras yang tidak bisa disembuhkan oleh dokter. Dia memohon kepada ayah Basharat Saleem untuk mendo’akan demi kesembuhan anak itu, lalu beliau mengatakan bahwa beliau akan berdo’a demi kesembuhan anak yang sakit tersebut dan orang itu pun harus melakukan yang sama setelah ia kembali pulang ke rumahnya. Sekalipun sedang menghadapi sakaratul-maut, pada tengah malam tiba-tiba anak itu meminta susu, dan di pagi hari anak itu segar-bugar dan bangun sehat kembali. Basharat Saleem juga berceritera lagi bahwa ada seorang perempuan yang sedang sakit dimana para dokter sudah menyerah seperti putus asa, lalu si pasien itu didatangi ayahnya di rumahsakit dan memintanya untuk dipindahkan dari rumahsakit dan dirawat di rumah saja. Setelah beberapa hari, perempuan itu sembuh seperti sediakala. Berbicara mengenai kehidupan beliau sendiri, Basharat Saleem mengatakan kepada kami, bahwa sebelumnya beliau pernah terjun dalam bidang politik, tetapi beliau dapati bahwa orang-orang berpolitik itu rata-rata curang. Beliau yakin, bahwa seseorang dapat menolong orang yang miskin apabila seseorang itu memiliki kekuasaan, tetapi para politikus pada umumnya menggunakan kekuasaan mereka akhirnya hanya untuk kepentingan diri-pribadinya saja. Basharat Saleem suka menulis sya’ir, tetapi keuntungan finansialnya bukan untuk kepentingan sendiri; beliau suka mendermakan uangnya untuk keperluan kaum pakir-miskin. Beliau juga mengatakan kepada kami, bahwa sudah menjadi tradisi, anak yang tertua dari masing-masing generasi dari keluarganya harus memelihara kelestarian “Rozabal”, suatu bangunan di Srinagar yang menaungi Jasad Yesus. Saudaranya tinggal di sekitar bangunan tersebut. Basharat Saleem telah mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk membantu mengatur taman di sekeliling bangunan itu, tetapi sayang, ditolak. Kesukaran pribadi untuk memelihara bangunan tersebut menjadikan penghalang, tetapi beliau membayar seorang pekerja untuk melakukan hal itu dan untuk melayani para pengunjung serta keluarga dalamnya yang kadang-kadang datang untuk berziarah ke makam tersebut. Sahibzada Basharat Saleem, keturunan Yesus, telah terdaftar dalam suatu edisi Asian “Who’s Who” yang dikatakannya bahwa beliau lahir tanggal 14 Agustus 1934 di Srinagar; beliau pernah menjadi editor salah satu Koran Harian, dan sekarang menjadi pemilik hotel; karena beliau pernah menjadi pimpinan politik, maka beliau pernah ditangkap dan dipenjara beberapa kali. Yang terakhir, ini terjadi pada tahun 1965, selama konflik Indo-Pakistan. Pada hari sebelum kami meninggalkan Kashmir, di waktu senja kami banyak berbincang-bincang dengan Basharat Saleem, dan di malam harinya kami makan bersama di rumah Professor Hassnain. Tiga jam kemudian, setelah membagi-bagikan makanan menu Muslim yang baik, kami ingat bahwa camera kami tertinggal di belakang Basharat Saleem. Pada waktu kami kembali ke sana, kami diberitahu, bahwa beliau sedang mencari-cari kami dengan membawa camera kami, lalu kami kembali lagi menuju taksi kami yang kehabisan bensin sekitar satu seperempat mil jauhnya. Diwaktu demikian itu kebetulan kami berjumpa dengan Basharat Saleem yang sedang menuju pulang dengan camera kami masih di tangannya. Rupanya beliau telah berputar-putar mencari dan tidak menemukan kami yang sedang diam di sebuah rumah terapung di atas Danau Nagin, beliau pergi bejalan kaki (seperti kebanyakan orang-orang Kashmir, beliau tidak memiliki kendaraan) dan beliau mencari-cari kami di sepanjang Danau Nagin dan Danau Dal, berdayung dari perahu ke perahu lainnya di bawah curahan hujan selama empat jam. Setelah mengalami segala kesulitan dengan tanpa hasil, beliau pulang kembali ke rumah dengan niat, nanti akan mengembalikan camera itu dengan titipan kapal udara, dan bila perlu, ke pelabuhan udara sendiri yang jaraknya sangat jauh sekali dari kota. Memperhatikan hal demikian, ini menunjukkan bahwa, bahkan dalam perkara kecil seperti itu pun, beliau itu perwujudan akhlak nan bijaksana yang sangat indah dipandang dari kebanyakan orang-orang istimewa. Kesimpulannya, kiranya patut untuk dicatat bahwa Basharat maknanya “Risalah” dan Saleem maknanya “Baik”, dengan kata lain bahwa kehidupan keturunan Yesus ini dikenal lebih pantas lagi ialah dengan nama “Berita Gembira”. TUJUAN YESUS: KASHMIR (5/7) Yesus wafat di Kashmir Al-Shaikh-us-Sadiq Abi Ja’far Muhammad ibnu Ali ibnu Hasain ibnu Musa ibnu Baibuyah al-Qummi, seorang penulis Timur dan ahli sejarah yang termasyhur, begitu pula Shakh Al-Said-us-Sadiq, yang meninggal dunia di Khurasan pada tahun 962 Masehi, menghubungkan perjalanan Yuz Asaf di dalam bukunya yang termasyhur “Kama-lu-Din wa Tama-un-Ni’mat fi Asbat-il-Ghaibat wa Kasful- Khairat” juga yang disebut “Ikmaluddin”. Buku ini, yang dinilai sangat berharga oleh para orientalis Barat, pertama kali diterbitkan tahun 1882 oleh Aga Mir Baqar, pada Sayyid-us-Samad Press di Iran, dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman oleh Professor Muller dari Universitas Heidelberg. Penulis buku ini berkelana ke mana-mana untuk memperbanyak dan melengkapi informasi buku ini, yang dengan teliti sekali sesuai kenyataan dan menyebutkan dua perkara perjalanan Yesus pertama ke Timur (ke Ceylon dan tempat-tempat lain) dan yang kedua, berakhir di Kashmir. Buku tersebut juga sedikit memberi penjelasan mengenai ajaran-ajaran Yesus selama dalam perjalanannya ini dan mengemukakan ajaran yang serupa seperti apa yang ada di dalam Injil yang empat. Untuk melengkapi semua ini, Shaikh al-Sa’id-us-Sadiq mengutarakan riwayat kuno mengenai wafatnya Yesus. Menurut buku ini (lihat halaman 357-358), Yesus mengutus muridnya Ba’bat (Thomas) ketika beliau sudah dekat pada ajalnya, dan mengucapkan wasiyat terakhirnya, bahwa tugasnya harus diteruskan dan makam harus dibangun di atasnya dengan secermat mungkin apabila beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Thomas melaksanakan apa yang dimintanya. Yesus dikebumikan dengan kakinya membujur ke Barat dan kepalanya ke Timur. Begitu juga, Nabi Muhammad bersabda, bahwa Tuhan pasti menjaga ruhnya di tempat di mana beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Oleh karenanya, mengapa beliau dimakamkan di tempat tinggal yang kecil, di tempat isterinya Siti ‘Aisyah. (Lihat Mumtaz Ahmad Faruqui, The Crumbling of the Cross, hal. 70). Makam Yesus di Kashmir Makam yang diduga telah dibangun oleh Thomas di atas jasad Yesus itu berlokasi di distrik Khanyar, di pusat ibu kota Kashmir, Srinagar. Di jalan sebelah makam itu, terpampang sebuah papan-nama, dengan tulisan putih menonjol yang sudah tua: “Rozabal”, yakni kependekan dari “Rauza Bal”. “Rauza” adalah kata-kata yang berarti “Makam Nabi”, sebagaimana berlainan dengan Wali itu (yang disebut “Ziarat”). Bangunan itu persegi empat dan mempunyai satu ruangan mungil yang terpadu padanya. Di belakang bangunan itu terdapat pemakaman kaum Muslimin, dimana makam-makam tersebut, sesuai dengan kebiasaan kaum Muslimin, membujur ke Utara-Selatan. Kalau berjalan terus masuk ke Rozabal kemudian masuk ke dalam ruangan (karena tempat itu disucikan oleh orang-orang Hindu dan Muslim, maka orang harus membuka alas kaki) orang pertamakali akan memasuki serambi. Di sekeliling ini ada kamar dalam, yang bila orang memasukinya harus melalui sebelah kiri dan sedikit membuka papan kayu yang ditulis (sebagai pengganti papan yang asli yang telah hilang), judul tulisan itu tertera: “Ziarat Yuza Asaf Khanyar”. “Makam” (ini menarik hati bahwa kata-kata itu di sini digunakan kata “ziarat”, sebagaimana telah kita lihat di muka, yakni yang berkenaan dengan orang-orang suci) Yuz Asaf, Khanyar”. Sedangkan sisa tulisan kaligrafi lainnya menunjukkan, bahwa Yuz Asaf sampai di Lembah Kashmir beberapa abad yang telah silam dan mempersembahkan kehidupan untuk mengajarkan kebenaran. Papan yang ada saat ini adalah persembahan Departemen Archeology (Kepurbakalaan) dari pemerintah Kashmir. Di atas lantai serambi dalam terdapat dua batu maesan (batu kubur), keduanya ditutup dengan rangka-rangka kayu berukir. Salah satu batu yang terbesar adalah makam Yesus dan terletak agak ke muka dari serambi itu, sedangkan yang lebih kecil terletak dekat pintu masuk, ialah seorang Wali Muslim dari abad kelimabelas, Sayyid Nasiruddin. Ketaatannya kepada Yesus tiada terhingga, dan menurut kehendaknya supaya dimakamkan di dekat makam Yesus. Dua batu maesan tersebut membujur ke Utara-Selatan, menurut kebiasaan kaum Muslimin, tetapi makam Yesus yang sebenarnya, yang terletak di bawah tanah, membujur ke Timur-Barat, sesuai dengan cara bangsa Yahudi. Waktu dahulu ruangan makam di bawah tanah tersebut dapat dicapai dengan menapaki satu tangga dari jalan sebelah barat bangunan, tetapi jalan masuk itu sekarang ditutup kecuali satu celah kecil. Di lantai sudut sebelah timur-laut dari serambi utama itu diletakkan satu balok batu yang biasa digunakan untuk tempat lilin. Oleh sebab itu ia selalu tertutup oleh cairan lilin, tetapi ketika pada suatu hari, Professor Hassnain mulai menguliti cairan lilin tersebut, beliau mendapati patung salib yang mengeras, kemudian satu tasbih, dan setelah membersihkan permukaan batu tersebut lebih sempurna lagi, didapati sesuatu yang membekas dari telapak kaki yang nampak bekas-bekas luka penyaliban. Sewaktu kami mengunjungi makam Yesus itu, kami dapat membuktikan, bahwa “cetakan telapak kaki” (footprints) tersebut tiada lain adalah ukiran pahat yang dikerjakan oleh seseorang zaman dahulu, yakni seorang ahli seni pahat yang tak dikenal. Demikianlah faktanya, bahwa ukiran pahat yang menggambarkan telapak kaki serta menonjolkan luka-luka penyaliban itu menunjukkan, bahwa siapa saja yang menyaksikan hal itu akan tahu bahwa Yuza Asaf dan Yesus orangnya itu-itu juga, dan ini menjadi saksi bukti. Selama kunjungan kami ke Rozabal, kami selalu ditemani oleh seorang penjaga (kuncen), yang bertugas menjadi juru kunci. Berikut ini wawancara yang kami dapati bersamanya sewaktu kunjungan itu. (T = tanya, dan J = jawab): T. Kenapa anda menjadi penjaga Rozabal? J. Karena tradisi keluarga. Ayah saya, dan kakek saya dan ayah kakek saya.. T. Tapi kan anda bukan keluarga Basharat Saleem? J. Ya, saya seorang keluarga jauh dari Basharat Saleem. (Saya harus banyak diam mengenai hal ini, karena Basharat Saleem bersikeras mengelak terhadap soal ini. Beliau hanya mengatakan bahwa penjaga makam itu semata-mata hanya seorang pegawai saja). T. Apakah anda yakin bahwa makam ini makam Yesus? J. Ini makamnya Yuza Asaf. T. Dapatkah anda memberitahukan kepada saya, makam siapakah yang kedua dan lebih kecil itu? J. Yuza Asaf seorang yang lebih mulia, maka baginya tidak cukup hanya diberikan satu maesan (batu kubur): beliau memiliki dua. (Orang lain di Srinagar mencoba meyakinkan saya mengenai batu kubur yang kedua itu, bahwa dia adalah seorang utusan dari Mesir yang dikirim ke Kashmir di zaman dahulu, kata mereka. Kedua versi itu salah, jawaban-jawaban si penjaga makam itu adalah ciri khas orang yang amat sederhana, yang hanya bertanggungjawab langsung memelihara bangunan itu, yang benar-benar tidak tahu apa-apa perihal tempat yang amat bersejarah itu). T. Apa agama anda? J. Saya Muslim. T. Oleh agama-agama apa saja bangunan ini disucikan? J. Bagi orang-orang Muslim, Kristen, Yahudi dan Hindu. Katanya, bahwa sejak zaman dahulu kala banyak sekali orang dari berbagai agama telah datang untuk menyampaikan rasa hormat ke tempat ini. Tandatangantandatangan di buku tamu para pengunjung Rozabal ini dapat menjadi saksi baginya. T. Dapatkah anda mengingat-ingat, siapa sajakah orang penting yang pernah berziarah ke tempat ini? J. Banyak sekali orang terpelajar dan Professor sampai ke sini, tetapi bagi saya khususnya, orang-orang penting yang pernah menziarahi Rozabal ini adalah paman kami, Perdana Menteri Indira Ghandi. Banyak juga para bintang film sampai ke sini. T. Apakah anda ingat, adakah beberapa pendeta Kristen yang sampai ke sini? J. Mungkin sekali telah banyak yang datang, karena di sini banyak sekali berbagai sekolah Kristen, tetapi saya tidak ingat orang-orang itu. Juru bahasa selama kunjungan ini adalah putera Professor Hassnain, Mr. Fida, yang sangat banyak membantu kami selama kami tinggal di Kashmir. Kesimpulannya, patut dicatat, bahwa orang-orang dari Kashmir yang berkunjung ke makam tersebut dan meninggalkan sesajen di sana, mereka tahu, bahwa itu adalah makamnya Hazrat Yuz Asaf atau Nabi Sahib (Sahib adalah bahasa Urdu yang artinya Bapak atau Tuan.- Penj.), Shahzada Nabi (“Pangeran Nabi”) atau Isa Sahib (yakni Nabi ‘Isa atau Yesus). TUJUAN YESUS: KASHMIR (6/7) Para Pejabat yang menetapkan penyerahan Rozabal Penjaga makam Yesus itu memegang surat tua ketetapan pembangunan yang menetapkan pembangunan makam Yuz Asaf atau Yesus. Ketetapan itu dijamin atas kuasa Rahman Mir dengan ditandatangani oleh lima mufti (hakim) dari Srinagar. Itu ditandatangani dan dicap oleh mereka bertanggalkan 1766. Teks lengkapnya sebagai berikut: Pada kerajaan ini, di Departemen Pendidikan dan Agama dan di Dewan Kehakiman, Rahman Mir, putera Bahadur Mir, mengumumkan, bahwa para bangsawan, para menteri, para raja, para pejabat tinggi dan masyarakat umum datang dari setiap penjuru ke bangunan suci Nabi Yuz Asaf yang dirahmati Tuhan, untuk menyampaikan rasa hormat dan sesembahan; dan dia menyatakan, bahwa dia diberi kuasa penuh untuk menerima dan memanfaatkan sesembahan tersebut, dan tidak ada orang lain yang diberi hak, dan semua orang lain harus mencegah dari campur tangan terhadap yang berhak ini. Setelah menguatkan pernyataan itu, maka dibangunlah pada zaman kekuasaan raja Gopadatta, yang pernah memperbaiki bangunan di atas Bukit Sulaiman dan banyak membangun tempat peribadatan (kuil-kuil), seseorang yang bernama Yuz Asaf datang. Dia seorang pangeran besar dan meninggalkan semua keduniawian, mengaku dan menjadi seorang pembuat undang-undang. Dia biasa melaksanakan sembahyang siang dan malam kepada Tuhan, dan melalui masa yang lama menyepi dan bermeditasi. Ini terjadi setelah banjir besar di Kashmir ketika rakyat merelakan dirinya untuk menyembah segala berhala. Yuz Asaf telah diutus sebagai seorang Nabi untuk mengajar bangsa Kashmir. Dia mengajarkan Keesaan Ilahi hingga menjelang wafatnya dan kemudian meninggal dunia. Dia dimakamkan di Mohall Khanyar di tepi danau, di tempat yang dikenal sebagai “Rauzabal”. Pada tahun 1451, Sayyid Naziruddin Rizvi, seorang keturunan Imam Moosa Ali Raza, telah dimakamkam berdampingan dengan Yuz Asaf. Karena tempat itu selalu dikunjungi oleh setiap orang, baik itu orang pangkat maupun orang rendah, dan Rahman Mir, yang tadi disebutkan, dia berhak menerima segala sesembahan yang diberikan di sana, dan tidak seorang lain pun yang dibenarkan atau berhubungan dengan sesembahan itu. Dikuasakan oleh kami, pada hari yang ketujuh Jumadil-ats-Tsani, 1184 Hijriah (1766 M). Cap dan tandatangan: Cap dan tandatangan: Mulla Fazl, Mufti Azam Muhammad Akbar, Khadim Abdul Shakur, Mufti Azam Raza Akbar, Khadim Ahmadullah, Mufti KhizarMuhammad, Khadim Muhammad Azam, Mufti Habibullah, Khadim. Hafiz Ahsanullah, Mufti. Ladakh, negeri Yesus dan Kristen Ini hanya perbandingan saja. Ladakh, yang terletak di bagian timur pemerintahan Jammu dan Kashmir serta salah satu daerah tempat tinggal tertinggi di muka bumi, mulai membuka pintunya yang ajaib. Inilah suatu negeri yang seakanakan bumi dan langit bertemu, suatu negeri yang berpadang pasir luas dan himpitan gunung-gunung batu yang gelap. Ibukota negeri itu Leh, yang terletak hanya beberapa mil saja dari Biara Hemis, dimana Nicolai Notovich mendapatkan sejumlah manuskrip yang membicarakan perjalanan pertama Yesus ke Timur, ke India, Ceylon dan Kashmir. Lady Henrietta Merrick, di dalam bukunya: “In the World’s Attic” (“Di Atap Langit Dunia”) (halaman 215) menguatkan, bahwa kependetaan (biara) Hemis memiliki berbagai dokumen yang ditulis dalam bahasa Tibet dan Pali yang membicarakan hari-hari Yesus ketika ada di Leh, dimana beliau diterima dengan sukacita dan pernah mengajar. Ladakh dan tetangganya, Tibet, adalah negeri-negeri pilihan kaum Kristen permulaan. Di Tankse, kira-kira enampuluh mil dari Leh, di sana ada beberapa batu yang bertuliskan kaligrafi (ukiran) yang ditulis oleh orang Kristen Nestarian zaman dahulu, orang-orang mistik pun datang dari Syria kemudian tinggal di Tankse. Di sebelah tulisan berukir tersebut ada pahatan salib St. George. Sangat berharga sekali untuk ditelaah, mengapa orang-orang Kristen Nestorian, para pendiri sekte Nestorian, para pemimpin Constantinople permulaan pada tahun 428 sampai 431 Masehi, mereka sampai dan tinggal di sini. Kaum Kristen Nestorian yakin, bahwa Yesus memiliki dua sifat, sifat kemanusiaan dan sifat ketuhanan, dan sifat ketuhanannya “tertanam” dalam sifat kemanusiaannya. Dengan ciri khas yang sama, para Nestorian itu mengakui, bahwa Mariam hanyalah ibu manusia, bukan ibu Tuhan, yakni Yesus. Doktrin ini telah dikukuhkan oleh Dewan Ephesus pada tahun 431, tetapi menjadi di bawah kepemimpinan Katholikos, gereja kenegaraan Persia. Tambahan pula, ia telah sukses luar biasa di India, di mana para Nestorian itu telah mengembangkan mata-rantai kaum Kristen St. Thomas, baik itu yang ada di Turkistan, di Cina maupun di berbagai bangsa Mongol. Namun demikian, karena harus membayar hutang kepada tuntutan yang diderita akibat tangan-tangan Tamburlaine (yang sebenarnya Timur i Leng) pada abad keenambelas, Chaldean Nestorian bergabung dengan Gereja Roma, dan pada tahun 1914-1917 kaum Nestorian akhirnya menderita tuntutan hukuman mati yang mengerikan di tangan-tangan bangsa Turki. Orang-orang yang hidup terus dari tuntutan hukuman mati itu, mungkin bisa ditemukan di sebelah utara Irak. Tulisan mengenai Nestorian itu di dalam bukunya “Les Religions du Tibet 1974, Marcelle Lalou mengatakan, bahwa selama abad pertengahan sekte Nestorian pasti berhubungan dengan suku-suku bangsa Tibet yang berkemah di Asia Tengah, dimana mereka berusaha membangun kekaisaran. Jean Dauvillier menunjukkan tulisan Cina yang diukir pada lembaran sebuah batu dan sekarang disimpan di Ueno Museum di Tokyo, yang menggambarkan, bahwa orang-orang Cina pada umumnya adalah penganut Kristen Nestorian yang mengikuti upacara agama Chaldean, yang berusaha merobah suku bangsa Tibet yang memerintah antara tahun 656 dan 661. Jejak-jejak Kristen menurut upacara Chaldean telah ditemukan di Tibet, dan tepatnya di Drang-tse, dekat Danau Pang-Kong, pada rute kafilah yang menuju Lhasa. Tulisan ukiran pada batu di sana terdapat tiga tulisan Chaldean bersilang yang didampingi tulisan berukir dari berbagai bahasa. Yang berbahasa Tibet sekarang tak dapat dibaca, tetapi satu yang berbahasa Sogdian (bahasa kuno dari daerah Samarkand) meliputi nama Yesus dan bertanggal, kira-kira 825 sampai 826 Masehi. Masyarakat Chaldean dari Tibet pasti penting sekali artinya, sebagaimana di dalam dua suratnya (bertanggal antara 792 dan 798) Patriach Timothy I menyebutkan kaum Kristen bangsa Tibet dan menyatakan dirinya ingin memetropolitankan bishop besar “untuk negeri bangsa Tibet”. Ini menggambarkan pendirian kuat para pendeta dan beberapa bishop di Tibet. Khusus ada bukti yang amat menarik, bahwa Marcell Lalou mendapati Kristen yang percaya pada manuskrip-manuskrip Buddha yang penting yang ditemukan oleh Pelliot di ribuan goa Buddha di Ten-huang. Manuskrip tersebut “Petunjuk Jalan Kematian: Petunjuk kepada Kesucian Singgasana Tuhan”, bertanggal dari periode tahun 800 sampai 1035, tetapi berupa kutipan ulang dari teksteks terdahulu. Ia meliput keselamatan orang mati langsung melalui sembahyang dan do’a atau seruan kepada Bodisatwa, dan begitulah ia menunjukkan kepada belas kasih dan pengampunan terhadap hukum Karma yang kejam, yakni perbuatan seseorang di dalam hidup yang telah dipastikan untuk masa depannya setelah mati. Marcelle Lalou mengakui, bahwa “diwaktu menelaah dokumen ini, mustahil sekali kalau tidak melihat jejak-jejak kepercayaan Kristen dalam hal penebusan dosa”. Selanjutnya, untuk membandingkan antara Buddha dan Kristen, akan didiskusikan dalam bab belakangan. Penyaliban Sandiman Mengungkap tabir sejarah India yang panjang, hanya satu saja yang tercatat mengenai penyaliban yang terjadi di sana, dan ini sangat penting sekali artinya, dan dikatakan itu terjadi di Srinagar. Kejadian itu diceriterakan di abad keduabelas dalam buku Rajatarangini yang ditulis dalam bahasa Sansekerta oleh Pandit Kalhana dan kejadian itu ada hubungannya dengan Yesus. San Issana (Yesus) tinggal di Ishbar di tepi danau Dal di Kashmir. Dia adalah seorang yang termashur kesucian dan kemuliannya, setiap orang mendengarkan khotbahnya, dan dia mempunyai sejumlah pengikut. Salah seorang muridnya yang utama ialah Sandiman (yang dikenal juga sebagai Sandimati) telah dipenjara selama sepuluh tahun. San Issana merawatnya dan melihat tiga kalimat yang ditulis di depan Sandiman: 1. Orang ini akan hidup sederhana. 2. Dia akan disalib setelah sepuluh tahun dipenjara 3. Dan, setelah kebangkitannya, ia akan menjadi raja. Sandiman disalib di papan pagar, dan banyak sekali orang yang menyaksikan penyaliban itu. Di waktu malam, seorang perempuan suci mendekatinya dan mengelilingi tubuhnya. San Issana menjadi sedih; dia pergi ke tempat itu dan pada hari yang ketiga Sandiman hidup kembali. Orang-orang datang merasa heran melihatnya lalu ditawarkannya mahkota Kashmir kepadanya. Dia menolak tawaran tersebut, tetapi orang-orang itu tidak mau meninggalkannya, dan akhirnya dia setuju menjadi raja. Pengarang itu lebih jauh lagi mengatakan, bahwa peristiwa penyaliban yang luar biasa itu hanya terjadi satu kali saja di dalam sejarah kuno Kashmir, benar atau tidaknya kiranya hal ini perlu diperhatikan karena ada kemiripan persamaan dengan sejarah penyaliban Yesus. Jelas sekali, dia katakan, San Issana si orang yang termasyhur itu tiada lain adalah Yesus itu sendiri. Ini perlu diperhatikan juga bahwa Issana itu tinggal di Ishbar, yang artinya “Tempat Issa”, dan dengan perantaraan dialah Sandiman bisa bangkit. Kisah ini juga terdapat di berbagai sejarah Kashmir. TUJUAN YESUS: KASHMIR (7/7) Bukti kronologis Agar terbukti secara kronologis bahwa Yuz Asaf itu dimungkinkan Yesus, maka penting sekali untuk menentukan tanggal mengenai sampainya maupun wafatnya di Kashmir. Untuk melakukan hal ini, seseorang harus memusatkan perhatiannya kepada periode sekitar kekuasaan raja-raja Gondafras, Gopadatta dan Shalewahin. Terpisah dari tulisan-tulisan berukir dan kepingan-kepingan logam, petunjuk yang sah berlaku hanyalah sejarah Pandit Kulhana yang menyusun buku “Rajatarangini” selama tahun 1148 dan 1149. Ini adalah dokumen sejarah yang tertua yang meliputi dinasti-dinasti zaman permulaan pemerintahan Kashmir maupun yang ada hubungannya dengan itu. Semua riwayat kuno yang digunakan oleh Kulhana telah hilang, dan para penggantinya dari kalangan kaum Hindu dan Muslim kebanyakan mengambil bukti-bukti tulisan mereka tentang periode awal itu dari dia. Tiga bab pertama dari “Rajatarangini” terutama penuh ceritera kuno, tetapi yang keempat merupakan dasar yang kuat sebagai bukti sejarah. Para ahli sejarah seperti: Fleet, Ferguson, Lassen, Levi, Prinsep, Wilfred dan Wilson mereka berusaha memeriksa benar tidaknya kronologi buatan Kulhana dengan berbagai penelaahan, mengecek perhitungan mereka terhadap apa yang diketahui siapa yang berkuasa dan kapan. Sayang sekali, sejarah kuno India itu kebanyakan legendaris belaka dan banyak orang-orang mistik (bahkan sampai kepada hantu jahat) terbawa-bawa dan diperlakukan seakan sebagai manusia yang sebenarnya. Para penulis Barat yang disebut di atas selalu menemui kesukaran terhadap masalah itu, mereka banyak disulitkan oleh fakta zaman yang menunjukkan kepada sumber-sumber purbakala yang banyak sekali jumlahnya dan sedikit sekali yang dapat dimengerti. Dalam daftar perbandingan berikut ini tercatat zaman yang ada sangkut pautnya dengan masalah kita di sini berikut pertanggalan pada zaman itu, yang menurut perhitungan Nazir Ahmad, disesuaikan kepada tanggal 1 dan 1950 Masehi (Ibrani dan Muslim sama, oleh karena itu tidak bisa diragukan). Era: Tahun: Tahun: Era Kristen (Masehi) 1 1950 Era Ibrani (AM) 4004 5954 Era Kalyugi 3101 5051 Era Laukika 3076 5026 Era Bikrami 57 2007 Era Shalewahin -78 1877 Era Muslim (Hijriah) -622 1369 Era Kashmir -1324 626 Atas dasar ini, marilah kita hitung tanggal peristiwa yang berhubungan dengan kehidupan Yesus atau Yuz Asaf (lagi-lagi kami menggunakan bukti yang dikumpulkan oleh Nazir Ahmad). Pertamakali mengambil tempat tinggal Yesus dan Thomas sewaktu di Taxila, kami temukan, bahwa Actae Thomae menempatkan hal itu pada zaman kekuasaan raja Gondafras. Suatu tulisan kuno yang telah ditemukan di Taxila, yang kini disimpan di Museum Lahore (Pakistan –penj.), mencatat itu “Pada tahun 26 raja agung Gondafras, pada tahun Samvat 103, dan pada hari keempat dari bulan Baisakh …..” (lihat Archaelogical Reports of India, 1903-4). Terhadap peristiwa itu, tulisan kuno tersebut tidak menunjukkannya lebih jauh lagi, seperti sekarang ini, ia tidak lengkap lagi, tetapi ada menceriterakan perkawinan Abdagases, yang satu kali dikatakan Yesus dan Thomas hadir di Taxila. Penyebutan tahun Samvat dan bulan Baisakh menggambarkan, bahwa zaman Bikrami, yang dimulai kira-kira tahun 57 sebelum Masehi, telah digunakan. Hal ini pasti tanggal yang diperingati oleh tulisan tersebut kira-kira 46 Masehi dan permulaan kekuasaan Gondafras kira-kira 20 Masehi. Untuk memperkuat hal ini, Professor Rapson, di dalam bukunya “Ancient India” (India Kuno) (halaman 174) menerangkan kekuasaan Gondafras kira-kira 21-50 Masehi; dan V.A. Smith, di dalam bukunya “Early History of India” (Sejarah Permulaan India)(halaman 217) menerangkan hampir mendekati tahun 20-60 Masehi. Ini perkiraan kepastian bermukimnya Yesus dan Thomas di Taxila beberapa saat sebelum 60 Masehi dan mungkin sekali 50-han Masehi. Sekarang marilah kita pertimbangkan ketika pertemuan Yesus dengan Shalewahin di Voyen, dekat Srinagar, yang pasti telah terjadi. Untuk itu, pertamakali kita harus melihat latar belakang sejarahnya. Di sekitar tahun 60-han Masehi, Kadephsis I mengangkat dirinya menjadi penguasa di India Utara (V.A.Smith, op.cit, hal. 235). Kanishka, raja mudanya di Purushpura (Peshawar), dapat menaklukkan Kashmir, dan beberapa waktu kemudian (tahun 73 Masehi) menjadi raja di Kashgar. Baik Kadephsis maupun Kanishka mereka melepaskan kekuasaan kerajaannya di negeri-negeri ini. Mereka cukup puas dengan membayar upeti, sejak itu tujuan utamanya adalah Asia Tengah. Selama periode ini, Shalewahin bangkit bagaikan kekuatan Brahmin mengalahkan Saktas (Rapson, op.cit., hal. 582). Dia mengusir Saktas dari India Utara, termasuk Kashmir, dan kira-kira tahun 78 Masehi meninggalkan Kashmir menuju Deccan (Dacca), di India selatan untuk menindas pemberontakan. Dia merayakan kemenangannya atas Saktas dengan menandai era baru dari padanya dan menamakan era ini di belakang dirinya. Era Shalewahin (atau yang lebih dikenal di India Utara, Era Sakta) dimulai pada 1 Baisakh tahun 3179 dari Era Kalyugi, bertepatan dengan 14 Maret 78 Masehi (J.H. Wheeler, “History of India”, hal. 239). Maka jelaslah, pertemuan Yesus dengan Shalewahin pasti terjadi di dalam periode yang tidak begitu jauh dari itu, dan dapat diberi tanggal tidak lama dari kirakira 78 Masehi. Nanti kita sampai kepada tulisan-tulisan yang terdapat pada tiang-tiang “Singgasana Sulaiman” yang tercatat di dalam buku sejarah “Tarikh-i-Kashmir” oleh Mulla Nadiri. Tahun tulisan-tulisan tersebut diberikan untuk membangun tiang-tiang dan karena kehadiran Yesus di Lembah Kashmir pada tahun 54 atau 154, sebagaimana Pirzada Ghulam Hasan melukiskannya di dalam buku sejarahnya “Tarikh-i-Hasan”, vol. 1. Tulisan-tulisan berukir itu berbentuk “Khat-i-Sulus” (sejenis model atau gaya tulisan bahasa Arab, seperti: Diwan, Nastaliq, Rik’ah. Kufi dan sebagainya, penj.), bukan Nastalik, yang diperkenalkan kepada bangsa India dan Afghanistan oleh Mir Ali Tabrezi pada tahun 1398 Masehi. Sejak tulisan-tulisan itu tidak menyebutkan secara khusus data metode yang digunakan, hal itu penting sekali untuk mempertimbangkan semua alternatif. Daftar Nazir Ahmad seperti berikut ini: Muslim Era 1 = 622 Masehi 54 = 676 Masehi 154 = 776 Masehi Era Kashmir 1 = 1324 Masehi 54 = 1378 Masehi 154 = 1478 Masehi Era Shalewahin 1 = 78 Maeshi 54 = 132 Masehi 154 = 232 Masehi Era Bikrami 1 = 57 sebelum Masehi 54 = 3 sebelum Masehi 154 = 97 Masehi Era Laukika 1 = 307 sebelum Masehi 3054 = 22 sebelum Masehi 3154 = 78 Masehi Era Kalyugi 1 = 3101 sebelum Masehi 3054 = 47 sebelum Masehi 3154 = 53 Masehi. (Sebagaimana akan dicatat, kemungkinan bentuk ringkasan dari penanggalan Laukika atau Kalyugi 3054 atau 3154 yang digunakan kiranya dapat diterima). Major Cole menyatakan, tanpa memberikan alasan-alasan, (dalam buku Illustration of Ancient Buildings in Kashmir), bahwa tahun itu berarti 1054 Era Muslim, yakni 1676 Masehi. Pandit Ram Chand Kak berpendapat sama, dan menyatakan bahwa tulisan-tulisan tersebut telah dibuat selama kekuasaan Mongol Shah-Yahan (Ancient Monuments of Kashmir, hal. 74). Karenanya, tidak ada catatan yang menunjukkan kembali kepada kuil itu sampai sekarang ini, dan juga tidak ada penulis yang mengemukakan beberapa alasan mengapa tulisan Nastaliq, yang pada periode itu telah digunakan untuk semua tulisan di Kashmir, tidak ada yang mengerjakannya. Chaduarah Khwaja Hasan Malak juga percaya, bahwa penanggalan periode Muslim itu telah ada, tetapi dia menempatkan tahun itu 54 Hijriah, 576 Masehi (lihat bukunya “Tarikh-i-Kashmir”). Ini muncul lebih beralasan lagi bila di sana dia tidak mengatakan pilar-pilar itu dibangun pada masa kekuasaan Ghazi Shah Chak, karena Chak sendiri tidak menguasai Kashmir hingga tahun 1554 Masehi. Mulla Ahmad, seorang pakar sejarah dari Keraton Sultan Zainul Abidin, membantu menjelaskan gambaran yang sebenarnya. Dia menjelaskan kepada kita, bahwa periode Kashmir telah ditunjukkan oleh Sultan Shamsuddin, yang bertanggalkan dari masa kekuasaan Ratanju (Sultan Sadruddin), gubernur Kashmir yang pertama memeluk Islam; yaitu yang terletak di antara periode Muslim digunakan; dan mendahului Haptrakesh-waran, atau Laukika, Era yang digunakan secara umum. Era Laukika adalah salah satu yang digunakan oleh Pandit Kulhana. Pirzada Ghulam Hasan memilih periode Kashmir dan memberi tanggal terhadap tulisan-tulisan kuno itu pada masa kekuasaan Sultan Zainul Abidin. Ini tak mungkin, sebab Periode Kashmir bertanggalkan 54 dan 154 yang bertepatan dengan 1378 dan 1478 Masehi, tidak juga jatuh pada masa kekuasaan itu (1424-71 Masehi). Kita tahu, bahwa Zainul Abidin memperbaiki kuil, tetapi itu kuil ”Panj Mukhia” (Lima Pintu), sekalipun itu di Srinagar, tetapi bukan “Takhta Sulaiman”. Berbagai alternatif lain gagal karena kurang bukti, atau karena “bukti” itu ditambah-tambah semuanya untuk memutar balikkan segala kesalahan. Walaupun demikian, dengan pertolongan petunjuk yang diberikan oleh Mulla Ahmad, dan berbagai pernyataan para ahli sejarah bangsa Kashmir memberitahukan, kapan pilarpilar itu diperbaiki dan dibangun, hal itu mungkin sekali untuk mencapai hipotesa yang cukup beralasan. Para ahli sejarah itu bersepakat, bahwa perbaikan itu dilaksanakan selama kekuasaan Gopadatta (Gopananda). Pernyataan-pernyataan yang bersangkut-paut dengan ini mungkin bisa didapati di berbagai karya seperti pada “Tarikh-i-Kashmir” oleh Mulla Nadiri; “Wajeez-ut-Tawarikh” oleh Mufti Ghulani Nabi Khaniyari, vol. 1 hal. 36; “Khulasat-ut-Tawarikh” oleh Mirza Saifuddin Baig; sementara itu lebih lanjut diperkuat dan dilengkapi oleh Pandit Narayan Kaul Ajiz, yang menyatakan di dalam bukunya “Tarikh-i-Kashmir” bahwa “ribuan tahun yang silam, Raja Gopadatta telah memperbaiki kuil Koh-i-Sulaiman”. Juga dikatakan oleh Haider Malak, di dalam bukunya “Tarikh-i-Kashmir, bahwa Raja Gopadatta …. Membangun beberapa kuil dan memperbaiki Koh-i-Sulaiman. Dua ribu tahun telah berlalu, tetapi kuil itu masih tetap utuh. Dia memerintah selama tujuhpuluh tahun”; dan di dalam buku “Tarikh-i-Jadul”, di sana dikatakan, bahwa “dia (Gopadatta) memperbaiki kuil yang disebut Zishi Shore di atas Koh-i-Sulaiman….. Sandiman (Sulaiman) adalah menterinya Gopadatta kemudian diperintah untuk memperbaiki kuil”. Pirzada Ghulam Hasan juga menyatakan bahwa kuil itu telah diperbaiki pada waktu Raja Gopadatta, tetapi, sebagaimana telah kita lihat di muka, kesimpulannya mengenai tulisan-tuisan kuno itu tidak mengatakan apa-apa. Sandiman atau Sulaiman adalah seorang bangsa Persi dan berasal dari Syria, maka ada alasan yang benar mengapa tulisan itu dalam bentuk Khat-i-Sulus yang berhaluan Persia. Langkah selanjutnya ialah untuk menentukan bahwa Gopadatta memerintah di Kashmir, Wilson memperhitungkan, bahwa kekuasaan Gopadatta mulai tahun 82 sebelum Masehi, tetapi dia meleset sejauh 131 tahun di dalam perhitungannya. Dia telah dilompati oleh tiga masa kekuasaan (sekitar sembilanpuluh empat tahun), dengan kesalahan perhitungan (dengan duapuluh lima dan empat tahun berturutturut) tanggal-tanggal Laukika dan Kalyugi, dan dibingungkan oleh Gopadatta dari Kashmir dengan Gopadatta dari Gandhara (yang dianggap lain). Gopadatta berkuasa selama enampuluh tahun dan dua bulan, maka, setelah menunjukkan kesalahan Wilson, kita dapat memberikan tanggal dimulainya masa kekuasaan Gopadatta pada 49 Masehi dan berakhir pada 109 Masehi. Untuk mengecek kemungkinan tanggaltanggal pada tulisan-tulisan di Takhta Sulaiman, kita dapati dua, tahun 54 Bikrami (97 Masehi) dan 3154 tahun Laukika (78 Masehi) yang jatuh pada periode ini. Tanggal Laukika rupanya lebih disukai, karena cocok dengan ikhtisar metode penaggalannya Mulla Ahmad yang dipakai di Kashmir, dan 97 Masehi pasti jauh ketinggalan terhadap referensi Yuz Asaf atau Yesus yang sebenarnya. Akhirnya kita perlu mempertimbangkan tanggal kelahiran Yesus. Tanggal tradisi ini sudah tentu 1 Masehi; tetapi bukti yang menentukan kepada itu telah terjadi beberapa tahun lebih awal. Dr. Herbert Haag, di dalam bukunya Bibel Lexikon, memajukan pendapatnya bahwa hal itu mungkin sekali bertanggalkan 6 atau 7 sebelum Masehi, dan, walaupun taksiran itu agak bergeser, tapi hal ini tidak begitu bergeser terlalu jauh. Kesimpulan ini untuk memberikan urutan (kronologi) waktu apa yang telah didiskusikan di atas, dan untuk gambaran umum bagi kita mengenai “kehidupan kedua” Yesus, bahwa Yesus ada pada tahun-tahun itu, pada waktu itu beliau telah melengkapi pengembaraannya ke Timur, dan beliau wafat pada usia lanjut. Jika kita benar memberikan penanggalan atas perjumpaan beliau dengan Shalewahin, yang belakangan pernah berbicara kepada orang tersebut (78 Masehi) yakni kepada orang yang berusia sekitar 85 tahun. BAB V MUSA DIMAKAMKAN DI KASHMIR (1/2) “Dan dikuburkannyalah dia di suatu lembah di tanah Moab, di tentangan Bet-Peor, dan tidak ada orang yang tahu kuburannya sampai hari ini” (Ulangan 34:6). “Beritahukanlah aku, bukankah jasad Musa dibaringkan di suatu tempat yang jauh di Timur?” (St. John Chrysostom, Homily 25, pada Ibrani 3). Menurut pernyatan Kitab Ulangan, Musa, yang memimpin bangsa Israel dari Mesir, tidak diizinkan untuk memasuki Negeri yang Dijanjikan: “Pada hari itu juga Tuhan berfirman kepada Musa: “Naiklah ke atas pegunungan Abarim, ke atas gunung Nebo, yang di tanah Moab, di tentangan Yerikho, dan pandanglah tanah Kanaan yang Kuberikan kepada orang Israel menjadi miliknya, kemudian engkau akan mati di atas gunung yang akan kau naiki itu, supaya engkau dikumpulkan kepada kaum leluhurmu, sama seperti Harun, kakakmu, sudah meninggal di gunung Hor dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya – oleh sebab kamu telah berubah setia terhadap Aku di tengah-tengah orang Israel, dekat mata air Meriba di Kadesy di padang gurun Zin, dan oleh sebab kamu tidak menghormati kekudusanKu di tengah-tengah orang Israel. Engkau boleh melihat negeri itu terbentang di depanmu, tetapi tidak boleh masuk ke sana, ke negeri yang Kuberikan kepada orang Israel”. (Ulangan 32:48-52). Para sarjana Bibel tidak tetap menentukan beberapa tempat yang berhubungan dengan kematian Musa; Peak, di dalam bukunya “Commentary on the Bible”, menyatakan dengan pasti, bahwa mereka tidak tahu. Sungguh menarik hati, nama-nama yang cocok muncul di Kashmir. Di sana, sebagaimana akan kita lihat, ada “Makam Musa”; dan nama-nama tempat di sana menunjukkan sangat mirip dengan salah satu yang diterangkan di dalam Bebel. “Bethpeor” (Ulangan 4:46; 34:6) artinya “rumah (tempat) terbuka”(Lihat Cruden’s Concordance). Sungai Jhelum, yang dinamakan Behat di dalam bahasa Persi dan Venath di dalam bahasa Kashmir, mengalir dari Danau Wular dekat Bandipur atau Bandipoor, yang akhirnya dikenal sebagai Behatpoor (“Rajatarangini” VIII). “Heshbon” (ulangan 4:46) telah termashyur karena kolam-kolam ikannya (nyanyian Sulaiman 7:4). Di kashmir ada sebuah kota kecil bernama Hashaba (Hazbal), yang sangat termasyhur karena danau-danaunya yang kaya dengan ikannya, dan terletak kurang lebih duabelas mil sebelah timur-laut Bandipur. “Pisgah” (Ulangan 4:49) disebutkan karena sumber mata airnya. Kota Pisgah atau Pishnag kurang lebih satu mil ke arah timur-laut dari Aham Sharif, satu kota kecil di kaki gunung Niltoop atau Nebo. Airnya termasyhur karena mengandung obat yang berkhasiat. Dataran “Moab” pasti ada hubungannya dengan dataran “Movu”, kurang lebih empat mil ke arah timur laut dari gunung Nebo. Gunung “Nebo” dan gunung “Abarim” (Ulangan 32:49) diperkirakan satu dan sama, tetapi pasti (lihat Dummelow dalam bukunya “Commentary on the Holy Bible” , hal. 115) gunung Nebo itu yang sebenarnya satu puncak dengan gunung Abarim. Di Kashmir ada gunung Niltoop (Baal Nebu) kurang lebih delapan mil sebelah timur-laut Bandipur. Newall, di dalam bukunya “The Highland of India”, vol. 2 menyebut-nyebut Bukit Naboo. Tidak berapa jauh dari gunung Ablu maupun dari gunung Neltoop ada sebuah panorama yang mentakjubkan di atas Lembah Kashmir yang dapat dinikmati keindahannya. Perincian terakhir ini begitu penting, sebagaimana dari Abaria atau Nebo, Musa telah melihat Tanah Yang Dijanjikan – “suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya”, “negeri yang bergunung-gunung dan berlembah-lembah” dan “mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit” (Ulangan 11:9, 11). Di Palestina sebenarnya ada gunung Abarim, tetapi pemandangan yang benar-benar mempunyai panorama yang luas dan tanah yang subur, dari gunung Ablu itulah sebenarnya. Mohammad Yasin, penulis buku “Misteries of Kashmir” yang mempunyai sub-judul “Kashmir: Tanah Yang Dijanjikan”, mengatakan, bahwa dari Palestina ke arah timur, di sana tidak ada negeri yang banyak sumber mata air dan sungaisungainya, demikian pula berlimpah dengan buah dan bunga-bunganya, atau demikian indah padang rumput serta lembah hijaunya seperti di Kashmir, yang tepat sekali dia terangkan dengan sebutan “Jannat-to-Duniya” (Sorga Dunia) dan “Bagh-i- Jannat” (“Taman Sorga”). Makam Nabi Musa Ceritera kuno bangsa Kashmir, baik berupa tulisan maupun lisan menguatkan, bahwa Musa datang ke Kashmir dan dimakamkan di sana. Di dalam “Hashmat-i-Kashmir”, oleh Abdul-Qadir, halaman 7, kami baca, bahwa “Musa tiba di Kashmir dan orang-orang mendengarkan khutbahnya. Sebagian ada yang beriman kepadanya dan sebagian lagi tidak.Dia wafat dan dimakamkan di sana. Orang-orang Kashmir menamakan makam itu sebagai “Tempat Suci Nabi Ahli Kitab”. Makam yang ditunjukkan di sini adalah satu makam yang terletak di puncak bukit Niltoop, yang dikatakan telah dihormati sejak 3.500 tahun yang silam. Dari sana dapat dilihat tempat-tempat yang telah dibicarakan di berbagai bab di muka, dan di dekat tempat itu ada beberapa tempat yang dikenal sebagai “Muqam-i-Musa”: “Tempat Musa”. “Musa” ialah bahasa Arab yang bahasa Inggrisnya Moses. Nabi Muhammad bersabda, bahwa ketika dia merasa bahwa ajalnya sudah dekat, dia berdo’a kepada Tuhan agar mengizinkannya untuk melihat Negeri Yang Dijanjikan. Do’anya dikabulkan. Abu Hurairah menerangkan kepada kita (Bukhari, vol. 2), bahwa Nabi Muhammad lebih lanjut bersabda: “Musa wafat di sana. Saya katakan di sana, saya dapat nyatakan makamnya dekat jalan kecil yang mendaki di sebuah bukit yang amat tinggi”. Makam Musa yang disebutkan itu terletak di bukit Niltoop, kurang lebih tigapuluh mil sebelah barat-laut Srinagar, persis di tempat yang disebutkan itu. Pendakian ke makam itu dari Aham Sharif memakan waktu kurang-lebih dua jam. Ini adalah pendakian yang menyiksa, karena harus melalui lembah-lembah curam pada waktu mulai mendakinya, dan jalan-jalan tangganya sangat licin. Di sana tak ada petunjuk jalan, maka seseorang harus berhati-hati sekali jangan sampai tergelincir. Di dekat makam itu, hampir di puncak gunung, di sana ada sedikit masyarakat bangsa Yahudi. Rakyat yang tinggal di sana benar-benar terisolasi dari penduduk daerah lain, dan merekalah yang bertanggungjawab merawat makam pemimpin nenek moyang mereka itu, yakni Musa. Ketika itu penjaga makam tersebut adalah seorang Wali Reshi. Tidak jauh dari jalan kecil utama itu dan dekat kampung itulah letaknya lokasi makam. Tembok rendah mengelilingi sekitarnya, dan pintu masuknya berupa pintu gerbang kayu. Di pintu gerbang ini terpampang ukiran nama-nama penjaga makam berturut-turut, yang dikatakan oleh Wali Reshi, itu telah turun-temurun dari keluarganya sejak 900 tahun yang silam. Dia juga memberitahukan kepada kami, bahwa di sana ada empatpuluh-lima keluarga di kampung itu, dan mereka tidak akur dengan orang-orang Aham Sharif karena merasa takut bahwa mereka akan menghancurkan kelestarian daerah itu, dan mereka tidak mau makam itu disebar luaskan beritanya. 400 tahun yang silam, Hazrat Makhdoom Shaikh Hamza dari Kashmir, yang pernah berdo’a selama empatpuluh hari di makam, di sana dia telah menanam dua pohon, yang satu bersebelahan dengan makam itu. Kedua pohon itu sekarang sudah sungguh besar sekali, dan menjadikan makam itu memiliki kesan tersendiri (terasa angker). Makam itu membujur ke arah timur-barat, sesuai dengan kebiasaan bangsa Yahudi; tetapi di sekitar makam itu ada tiga makam lainnya, semuanya membujur ke arah utara-selatan, menurut kebiasaan Muslim. Itu adalah makamnya Sang Bibi, seorang pertapa pengikut Shaikh Noor-ud-Din Reshi, dan Nakraez Reshi serta Navroz Reshi, semuanya pengikut Sang Bibi. Literatur bangsa Kashmir berisi sejumlah referensi kehadiran Musa di Kashmir. Di dalam buku “Tarikh-i-‘Azami” oleh Khwaja Muhammad Azam, kami baca: “Sang Bibi juga termasyhur sebagai pertapa dan sangat luar biasa menjalani meditasi dan sembahyang. Di dekat makamnya, di sana ada satu tempat yang dikenal sebagai makam Musa, Nabiyullah, dan mereka yang tahu akan hal itu meyakinkan kami, bahwa tempat itu adalah suatu sumber yang banyak sekali karunianya”. Buku “Guldata-i-Kashmir” (oleh Pandit Har Gopal), mengatakan: “Orang-orang Muslim menyebut tempat ini (Kashmir) “Sorga yang tercipta di atas bumi” dan “Taman Sulaiman”. Banyak sekali tempat suci di negeri ini. Mereka mengatakan, bahwa Hazrat Sulaiman datang ke sini, Musa juga datang ke sini dan wafat di negeri ini”. Referensi yang serupa juga terdapat di dalam “Wajee-ut-Tawarikh” oleh Khaniyari (Vol. 1, halaman 28) dan di dalam “Tarikh-i-Hasan” oleh Pirzada Ghulam Hasan (Vol. 1). Lebih dari itu, sejumlah pengembara dan penulis Eropa menyebutkan kisah kuno yang memata-rantaikan Musa dengan Kashmir. Di antara yang paling terkenal adalah Francis Bernier dalam bukunya “Travel in India”, halaman 174 dan George Moore di dalam bukunya “The Lost Tribes” halaman 137. MUSA DIMAKAMKAN DI KASHMIR (2/2) Nama-nama di Kashmir yang memperkuat nama Musa Di Kashmir, Musa (Moses) pada umumnya adalah nama laki-laki. Terpissah dari ini, oleh karenanya, banyak sekali nama-nama tempat yang berkaitan dengan nama Musa. Di Awantipur, di sana ada Gund-i-Khalil atau Gund-i-Musa, dan Sir Aurel Stein menyebutkan Khon-i-Musa di dekat Shadipur dan Rampur (“Hajataraughi, Vol. 1 hal. 70, dan “The Ancient Geography of Kashmir” halaman 166). Nasir Ahmad menyatakan, bahwa di sana paling sedikit ada empat tempat yang disebut Muqami-Musa (Tempat peristirahatan Musa) di Kashmir. Satu di dekat Auth Wattu (di Hadwara Tehsil), yang juga disebut Ayat-Maula, “Tanda Allah”, satu lagi di dekat Pisgah dan satunya lagi di dekat Bandipoor, dan satu lagi ada di pertemuan (kuala) sungai Jhelum dan Sindh, di dekat Shadipur. Tempat ini dikenal juga sebagai Kohnai-Musa (salah satu yang ditunjukkan oleh Sir Aurel Stein), dan “batu karang Musa”. Batu karang ini pasti tidak lain daripada “Batu Musa” yang nanti akan kami terangkan dalam bab berikutnya. “Batu Musa” Rakyat di Bijabhara, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya sebelah selatan Srinagar, sejak waktu yang sudah tidak bisa diingat lagi yang sudah turun-temurun menjaga apa yang dinamakan “Batu Musa” (Sang-i-Musa) yang lebih dikenal dengan; Ka Ka Pal. Batu tersebut beratnya kurang-lebih 108 pound. Adat-istiadat mengatakan, bahwa jika sebelas orang masing-masing meletakkan jari-jari tangannya ke ujung batu yang paling bawah dan bernyanyi bersama-sama: “ka ka ka ka ka ka ……”, maka batu itu akan terangkat; tetapi jika ada beberapa orang lainnya lagi melakukan itu, maka tak akan terjadi apa-apa. Jumlah sebelas itu, dikatakan begitu, sebagai simbol dari sebelas suku yang menerima dan memelihara batas tanah yang diwariskan di Israel. (Lewi dan Simeon tidak termasuk, tetapi kedua suku itu berasal dari Yusuf – termasuk suku Manaseh dan Ephraim. Di sana seluruhnya ada tigabelas suku, dan sebelas suku dari padanya memiliki daerah kekuasaan tertentu. Lewi, suku yang paling alim, adalah salah satu yang pada umumnya telah hilang dalam perhitungan jumlah suku-suku tersebut). Pada bab 1, Vol. 2, dari karya sejarah bangsa Persi, yakni: “Rauza-us-Saufa”, asal-muasalnya “Batu Musa” itu dijelaskan seperti di bawah ini: “Dikatakan, bahwa Musa begitu malu dan tak mau menunjukkan tubuh telanjangnya dan tak pernah memperlihatkannya sekali pun. Telanjang badan tidak dilarang di antara para putera Israel, dan tidak menjadi persoalan jika bertelanjang di depan orang lain. Tetapi, karena Musa tidak mau melakukan ini, maka banyak sekali orang yang bermaksud jahat di antara rakyatnya yang mulai mendesas-desuskan bahwa dia mempunyai penyakit yang menjijikan. Desa-desus itu menjadi begitu kuat, karenaya Tuhan, dengan maksud supaya menunjukkan ketidak sadaran Musa, memerintah batu untuk bergeser, di mana Musa menyimpan bajunya di sana sementara dia mandi. Ketika Musa melihat batu itu bergerak menjauh dan pakaiannya masih di sana, dia serentak melompat dengan telanjang bulat dari air dan mengejarnya. Karena begitu sangat memperhatikan pakaiannya, maka ia tak sadar bahwa banyak orang yang menyaksikannya hingga dia melewati mereka. Mereka yang melihatnya acuh tak acuh terhadapnya kecuali benarbenar kagum akan kebersihan tubuhnya, dan hal itu membuat mereka jadi lebih berhati-hati untuk mendesas-desuskan yang bukan-bukan, dan mengajak mereka untuk mengakui kembali akan kebersihan jasmani dan rohaninya. Setelah kejadian ini, Tuhan memerintahkan Musa untuk memelihara batu itu, yang nanti pasti akan dia butuhkan kembali. Dikatakan bahwa batu itu mempunyai empat permukaan, dan itulah yang dipukul-pukul dengan tongkat, empat aliran air mengalir dari arah masing-masing. Pertamatama air itu hanya menetes, tetapi sedikit demi sedikit aliran itu bertambah besar dan menjadi cukup untuk persediaan seluruh suku Israel”. Ini mengingatkan kembali akan pernyataan Bebel yang tertera pada Kitab Bilangan 20:2-13. Di dalam ayat-ayat 2-6 kita mendengar, bagaimana bangsa Israel mengeluh karena tidak ada air, dan bagaimana Musa dan Harun mempersoalkan hal itu di hadapan Tuhan. Ayat-ayat 7-13 terbaca: “Tuhan berfirman kepada Musa: “Ambillah tongkatmu itu dan engkau dan Harun, kakakmu, harus menyuruh umat itu berkumpul; katakanlah di depan mata mereka kepada bukit batu itu supaya diberi airnya; demikianlah engkau mengeluarkan air dari bukit batu itu bagi mereka dan memberi minum umat itu serta ternaknya”. Lalu Musa mengambil tongkat itu dari hadapan Tuhan, seperti yang diperintahkan-Nya kepadanya. Ketika Musa dan Harun telah mengumpulkan jemaah itu di depan bukit batu itu, berkatalah ia kepada mereka: “Dengarlah kepadaku, hai orang-orang durhaka, apakah kami harus mengeluarkan air bagimu dari bukit batu ini? Sesudah itu Musa mengangkat tangannya, lalu memukul bukit batu itu dengan tongkatnya dua kali, maka keluarlah banyak air, sehingga umat itu dan ternak mereka dapat minum. Tetapi Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun: “Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati kekuasaan-Ku di depan mata orang Israel, itulah sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan kuberikan kepada mereka”. Itulah mata air Meriba, tempat orang Israel bertengkar dengan Tuhan dan Ia menunjukkan kekudusan-Nya di antara mereka”. Sajian ini sugguh menarik hati sama dengan apa yang dinyatakan di dalam “Rauzat-us-Saufa”. Batu yang ada di Bijibhara letaknya kira-kira hanya limabelas yard dari aliran deras sungai, yang menurut ceritera legenda asal-muasal batu itu, katanya tidak jauh dari tempat di mana Musa mandi. Di dekat batu itu ada satu tempat suci Hindu, di mana di tengah-tengah serambim itu, di sana mantra-mantra pujian suka dipersembahkan. Ini terdiri dari sebelas lingam (Lingam adalah phallus atau lambang kemaluan laki-laki umat Hindu, lambang Siwa), dikelilingi lambang kesuburan. Sebelas lingam ada kaitannya dengan sebelas jari yang dibutuhkan untuk melakukan terangkatnya batu secara ajaib, dan beberapa jenis upacara kesuburan itu sangat dikhayalkan sekali. Akhirnya, dengan menunjukkan kepada nyanyian tadi, dinyanyikannya lagu itu untuk membantu agar batu itu bisa terangkat, hal ini sangat menarik untuk dicatat, bahwa nama Musa itu telah dikenal di Ladakh, dan bahwa para petani di daerah itu memberikan julukan kepada orang yang lebih tua dan suci sebagai Ka Ka. “Tongkat Musa” – juga dikenal sebagai “Tongkat Isa” Di Aishmuqam (tempat peristirahatan Yesus), yang telah kita pelajari di muka dalam hal melintasi jejak rute Yesus ke Kashmir, dipelihara satu tongkat berwarna coklat tua yang dibuat dari kayu zaitun. Panjang tongkat itu delapan feet tiga inci, dan garis tengahnya berbeda dari seperampat hingga tigaperempat inchi. Tongkat ini dikenal milik berdua sebagai “Tongkat Musa” (Asa-i-Musa) dan sebagai “Tongkat Yesus” (Asa-i-‘Isa), tetapi para pemeliharanya mengaku, bahwa benda itu milik Musa sendiri, dan tongkat itu biasa digunakan untuk mengalirkan air dari “Batu Musa”, telah dibicarakan di bagian muka. Tongkat itu disimpan dan dikunci, dan dibawa ke luar hanya pada waktu ada bencana alam besar seperti, musim kemarau, wabah penyakit dan sebangsanya. Diceriterakan bahwa tongkat itu bisa mendatangkan hujan di waktu musim-musim kemarau dan telah terbukti juga manjur menangkal bencana-bencana lainnya, katanya. Oleh sebab itu ia dikenal juga sebagai Balagir (yakni bisa menyerang dan menghindar dari musibah). Menurut adat-istiadat bangsa Kashmir, tongkat itu berpindah-pindah tangan beberapa waktu sebelum datang kepada pemiliknya yang suci, Hazrat Zainuddin Wali di Aishmuqam. BAB VI PERSAMAAN SIFAT-SIFAT YESUS DAN BUDDHA Di dalam buku ini kami telah mengemukakan penelaahan-penelaahan bahwa Yesus telah melakukan dua pengembaraan ke India; yang pertama ketika masa mudanya, pada periode yang boleh dikatakan pada masa belajarnya; dan yang kedua, - sehubungan dengan pengungsiannya dari Palestina dan kepergiannya mencari sukusuku Israel yang hilang – setelah penyalibannya, yang kita akui bahwa beliau hidup terus. Dalam hubungan ini perlu kiranya bahwa sejumlah persamaan antara Yesus dan Buddha, dan antara ajaran mereka masing-masing bisa diketahui. Pada tahun 1897, di Jerman muncul satu buku yang berjudul: “Vergleichende Ubersicht der vier Evangelien” (Studi perbandingan empat Injil) oleh S.E.Verus. Verus mencatat, bahwa catatan Bebel mengenai kehidupan Yesus berisi banyak sekali persamaannya dengan kehidupan Buddha, yang berhubungan dengan itu adalah, bahwa dia itu sebagai penjelmaan Tuhan; dia digambarkan dan dilahirkan dalam keadaan yang luar biasa; berita akan kelahirannya telah diumumkan; dewadewa dan raja-raja menyembah si jabang bayi dan memberinya hadiah-hadiah; seorang Brahmin tua segera mengenal sang bayi itu sebagai salah seorang yang pasti akan terbukti menjadi penyelamat dari segala kejahatan, dan dengan perantaraan orang itu kedamaian dan kebahagiaan akan muncul di muka bumi; yang di masa mudanya dia akan terkena ancaman hukuman mati, dan kemudian dia selamat dengan cara yang ajaib dan berkhidmat hadir di kuil, yang ketika pada usia duabelas tahun kedua orang tuanya mencari-carinya dengan cemas dan mendapatkannya di antara para pendeta; yang kecerdasannya menonjol dan melebihi para gurunya dalam hal kebijaksanaan; dan yang berpuasa dan tergoda; bahwa dia mensucikan dirinya dengan mandi di sungai suci; dan beberapa muridnya dari seorang Brahmin yang bijaksana menjadi pengikutnya ketika dia memberitahukan kepadanya: “Ikutilah aku”, yang di antara para pengikutnya ada tiga model yang menyatu dan satu menindas yang lain; yang asal nama para pengikutnya setelahnya berubah; dan yang setelah mengajar mereka, dia mengutus para muridnya berdua-dua untuk mengajar ke seluruh dunia. Lebih dari itu, kita dapati bahwa Buddha muncul dengan membawa kabar gembira dan ajarannya sangat menyerupai ajaran Yesus. Dia menyukai perkataan kalam-ibarat, bekerja keras, menyingkiri kekayaan duniawi, dan membela rasa kemanusiaan dan perdamaian, mengampuni salah seorang musuhnya, hidup membujang dan bertapa. Miskin dan tak berwarga-negara, dia mengembara dari satu tempat ke tempat lain, sebagai tabib, penyelamat, penolong, para musuhnya mendekatinya seperti lebih menyukai menemani orang-orang berdosa. Ketika dia menghadapi sakaratul-maut, dia berkata bahwa dia akan pulang ke rumah, ke langit, dan dalam ucapan selamat tinggalnya, dia menasihati para muridnya untuk mengumumkan akan kehancuran dunia ini. Kematiannya ditandai oleh tanda-tanda ajaib: bumi berguncang, di penjuru dunia yang jauh berkelebatan kilat, matahari menjadi gelap, dan meteor pun jatuh dari langit. Segala hal-ihwal itu sehubungan dengan pernyataan kehidupan Buddha, dan semua itu sangat dekat sekali persamaannya dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan Yesus. Pada tahun 1899 muncullah penelaahan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang luar biasa: “Masih Hindustan Mein”, yang mengemukakan secara terperinci persamaan atara Buddha dan Yesus. Semua itu bagaikan dihakimi oleh pernyataan kehidupan mereka, banyak sekali didapati, dan penulis itu menggambarkan perhatian yang sangat serupa antara nama-nama yang berhubungan dengan Buddha dan yang berhubungan dengan Yesus. “Buddha” (nama aslinya ialah Sidharta Gautama) artinya “seseorang yang menerangi”, dan begitu pula Yesus memanggil dirinya sendiri “Cahaya Dunia” (Yahya 8:12). Yesus dipanggil “Guru” oleh para pengikutnya, dan Buddha pun dipanggil “Sasata” yang artinya sama. Kedua-duanya sama-sama dipanggil “pangeran dan “raja”. Yesus dipanggil “pelindung si lemah”. Buddha “pelindung orang yang tak mempunyai perlindungan” (Asarn Sarn). Masih banyak lagi corak yang saling berhubungan seperti itu. Rhys David, di dalam buku “Buddhism”, mencatat bahwa ibunya Buddha dikatakan seorang perawan ketika dia melahirkannya, dan perempuan yang memiliki keluhuran dan kesucian. Di dalam Injil kita diberitahu akan kemuliaan yang sama pada diri Mariam, bunda Yesus. Ia rupanya sama, kata Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, karena orang-orang Buddha di dalam kitab-kitabnya memproduksi kembali apa-apa yang terkandung di dalam Injil yang empat. Jelas seakali, bahwa persamaan antara apa yang dikemukakan Buddha dan apa yang dikemukakan Yesus adalah berlipat ganda; tetapi apa kesimpulannya yang dapat kita gambarkan dari sini? Secara alami pendapat itu bisa berbeda; sedangkan beberapa orang melihat Yesus telah dipengaruhi oleh agama Buddha (selama pengembarannya yang pertama ke India), lainnya lagi melihatnya seperti dialah yang mempengaruhinya. Di antara golongan yang belakangan ialah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad. Dia dan orang-orang yang sependapat mengakui, bahwa ketika Yesus tiba di India, mungkin pada waktu itu para pendeta Buddha mereka mengira al-Masih itu seperti kemunculan Buddha baru. Gelar Yesus dan ajarannya menyerupai Buddha, dan dia berkulit putih bersih, sebagaimana Buddha Gautama menyatakan bahwa penggantinya nanti pasti akan begitu. Atau apakah gela-gelar dan “ramalan-ramalan” yang belakangan itu suatu hal yang baru? Sejarah kehidupan Buddha tidak pernah mulai ditulis hingga zaman Yesus, maka menurut teori, para pendeta pun pasti dapat menjelaskan perihal Buddha apa pun yang mereka sukai. Sudah tentu banyak sekali ajaran akhlak agama Buddha sebelum periode ini; tetapi kata mereka yang mengakui pengaruh Kristen pada agama Budhha, aspek-aspek kehidupan sang Buddha dan ajarannya, sbagaimana dikisahkan dalam Injil, pokok utamanya pasti berasal dari masa tinggalnya Yesus di India. Semua itu, kata mereka: Kepergian Buddha ke Benares, di sana dia mengamalkan mukjizat-mukjizat, khutbah di gunung menyerupai Yesus. Ada berbagai perumpamaan, di mana pokok pembicaraan masalah rohani diuraikan setiap hari, dan bahkan pernah membicarakan sepuluh perintah, yang ini mengingatkan kembali akan Sepuluh Perintah Nabi Musa. Ayat-ayat ajaran Buddha (lihat Sir Monier Williams, dalam “Buddhism”, hal. 126) seperti berikut: Janganlah kamu membunuh binatang yang hidup. Janganlah kamu suka mencuri. Janganlah kamu suka melakukan zina. Janganlah kamu suka berbohong. Janganlah kamu suka minum minuma keras kelewat batas. Kamu harus makan hanya di waktu yang sudah ditentukan saja. Janganlah kamu suka memakai kalung, perhiasan dan wangi-wangian. Janganlah kamu suka tidur ditempat yang tinggi, di tempat tidur yang mewah, namun tidurlah di atas lantai yang digelari tikar. Janganlah kamu suka menari, menyanyi, bermain musik atau menghadiri pertunjukkan yang bersifat duniawi. Janganlah kamu menumpuk-numpuk emas dan perak dalam bentuk apa pun dan jangan pula suka menerima itu. Naskah-naskah Buddha mengatakan, bahwa Buddha Gautama meramalkan bahwa dia menjadi pengganti Maitreya. Banyak sekali ramalan-ramalan yang mengarah kepada Maitreya (nama orang yang terdiri dari “mitra” yang artinya “kawan”) tempat tibanya di bagian jauh di masa depan, tetapi itu menunjukkan, bahwa dia telah menanti sekitar 500 tahun setelah kematian Gautama. Ini pasti telah membawa kepada waktu kita ketika, sebagaimana telah kami lukiskan, Yesus sampai di Kashmir setelah pengembaraan ke Timur yang kedua kali. Ramalan-ramalan mengenai Maitreya yang terdapat di dalamnya, di antara karya-karya lainnya, “Langgawati Sutatta”, “Pitakkatayan” dan “Atha Katha”. Dia membicarakan seperti “Bagwa Maitreya” – “Maitreya Putih”, yang menunjukkan bahwa dia berkulit bersih, seperti Yesus. Dikatakan juga bahwa dia akan datang dari luar negeri. Nama Maitreya mungkin asal-usulnya berhubungan dengan bahasa Ibrani Mashiahh (“Messiah” – “Masih” artinya “meminyaki” atau “mengurapi”). Dalam hubungan ini, penting sekali untuk dicatat, bahwa dalam buku-buku agama Buddha berbahasa Tibet yang sudah tujuh abad lamanya berisi nama Mi-Shi-Hu, nampaknya ini menunjukkan pada Yesus. Data yang lebih konkrit lagi mengenai teks-teks buku atau kitab tersebut bisa didapati di dalam “A Record of the Buddhist Religion”, oleh I. Tsing. Di dalam bukunya: “Buddhism”, Sir Monier Williams menulis (halaman 45), dikatakan bahwa enam murid Buddha ada seorang yang dinamakan Yasa – satu nama yang muncul dengan kata lain dari “Yasu” (Yesus). Begitu pula, Doktor Hermann Oldenberg di dalam bukunya: “Buddha”, mengatakan, bahwa di dalam bab pertamanya buku “Mahawaga” dikatakan bahwa pengganti Buddha pasti seorang yang bernama Rahula, yang juga dilukiskan sebagai seorang pengikut. “Rahula” serumpun dengan “Ruhullah” yang di dalam bahasa Ibrani adalah salah satu gelar Yesus. BAB VII GERAKAN AHMADIYAH Gerakan Ahmadiyah didirikan tahun 1888 oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian (India), tetapi nama Ahmadiyah itu tidak terangkat selama kurang-lebih satu dekade setelahnya. Di dalam suatu pengumuman tertanggal 4 Nopember 1900, Pendiri menjelaskan, bahwa nama tersebut menunjukkan kepada Ahmad, salah satu nama pilihan Nabi Muhammad. “Muhammad” yang artinya “seorang terpuji”, menunjukkan keagungan yang telah ditetapkan kepada Nabi, yang nama itu menanjak semenjak waktu Hijrah; tetapi “Ahmad” berarti karena keindahan khotbahkhotbahnya dan karena perdamaiannya yang telah ditetapkan untuk ditegakkan kepada sekalian bangsa di dunia langsung melalui ajaran-ajarannya. Nama-nama itu menunjukkan kepada dua segi pandangan Islam, dan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mengatakan, bahwa pada waktu nanti kelak, segi pandangan yang belakanganlah yang akan menentukan perhatian yang sungguh besar. Dengan memelihara ini, tujuannya adalah untuk menyebarkan perdamaian di seluruh dunia langsung melalui ajaran rohani Islam, yang dia yakin, hanya dengan usaha cara mengembalikan perdamaian kepada pikiran umat manusia, maka dengan demikian ia akan menolongnya untuk hidup dalam kedamaian dengan orang-orang lain maupun dengan Tuhan. Risalah Gerakan Ahmadiyah itu ditandai dengan namanya. Risalah itu teruntuk kaum Mulsimin, yang memberitahukan kepada mereka, bahwa mereka bisa mencapai kemenangan di dunia yaitu dengan perantaraan dua kekuatan rohani yang besar yang diberikan kepada mereka, yakni Qur’an dan Sunnah Nabi. Dalam kesempatan yang sama, risalah itu pun diperuntukkan bagi kaum non-Muslim, khususnya untuk dunia Barat, yang dengan pertumbuhan kebudayaannya mereka telah jatuh ke jurang materialisme yang sungguh amat berlebihan. Bagi orang-orang Barat, risalah tersebut hanya bisa dicapai melalui kekuatan rohani Islam agar orang dapat mencapai kedamaian. Dana dari Gerakan itu diniatkannya terutama dipusatkan dalam mewujudkan keselamatan ajaran Qur’an dan ajaran Nabi serta untuk menyebar-luaskan risalah Islam di Barat. Di dalam bukunya “Izala Auham”, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mengemukakan harapannya untuk melihat Qur’an diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, sehingga dapat membantu tugas ini. Dia yakin, bahwa Qur’an itu adalah kekuatan yang tertinggi di bumi ini, dan itu pasti akan menghasilkan tidak hanya berupa kebangkitan kaum Muslimin saja, melainkan juga suatu perubahan dalam pandangan materi dunia Barat. Hanya karena alasan itu saja dia mengaku dirinya bergelar “Imam, dan keinginan utamanya adalah agar para pengikutnya harus menyerukan kebenaran Qur’an menembus dunia, memperbaiki kesalahan, dan mereka harus menyuguhkan gambaran sejati mengenai Muhammad yang begitu sering menjadi sasaran fitnah. Ghulam Ahmad wafat bulan Mei 1908, dan sebagai pengganti pimpinannya adalah Nuruddin yang wafat pada bulan Maret 1914. Di bawah kepemimpinan Nuruddin, Gerakan lebih kuat dan bahkan bertambah kuat lagi, dan terutama sangat menarik perhatian yang luar biasa dengan semakin populernya di kalangan kaum Muslimin. Betapa pun demikian, namun ada juga tanda-tanda keretakan dalam Gerakan yang tidak menonjol ke luar, ada ketegangan-ketegangan di bawah permukaan, dan hanya dengan kekuatan Nuruddin pribadi saja yang dapat mencegah itu dari permukaan mereka. Nigeria Philipina Maulvi Abdur Rahman Dunmoye 54 Aroloya Street PO BOX 1664, Lagos. Al-Hajj Abdul Rasheed Tajala Orchid Compound Sercabon Zamboaga. Republik of China South Africa Al-Hajj Ishaq Hsino Yung Tao 3 Salaw 18, 178 Lane, Roosevelt Road, 3rd Section, Taipae – Taiwan Dawood Sydou 49 Kweper Laan Athlone Capetown. Sri Lanka Suriname Dr. M.M. Zavahir People’s Clinic 85 Main Street, Paramaribo S.I.V. Ahmadiyya Mosque Dehiowita Trinidad & Tobago United Kingdom Maulana Mustafa Keimal Haidar Fireburn Ahmadiyya Mosque Karapichaima. Maulana S. Mohammed Tufail, MA. 3 Orchard Close Woking, Surrey Di Amerika Serikat, Gerakan Ahmadiyah juga ada di beberapa tempat seperti berikut: M/S Specialty Promotions Co. Inc. 6841 Cregier Avenue Illinois 60649 M/S Books and Things 117 Lenox Avenue New York, NY 10026. Ada lagi delegasi Ahmadiyah di Madrid, Spanyol. BAB VIII ORANG-ORANG YANG ADA HUBUNGANNYA DENGAN BUKU INI Untuk kepentingan setiap orang yang ingin menyelidiki lebih jauh lagi mengenai buku ini, di sini saya berikan nama-nama dan alamat-alamat dua orang yang paling banyak berhubungan dengan kesaksian tersebut: 1. Professor Fida M. Hassnain. 2. Sahibzada Basharat Saleem 1 Gogji Bagh, (Telp. 5096, Srinagar, Kashmir, India “Nashaiman” 7 Raj Bagh, Srinagar Kashmir – India. Sebagai penghargaan istimewa bagi Professor Hassnain, dan penghargaan atas budi baiknya serta kerja samanya, di bawah ini saya susun daftar orang-orang yang pernah berhubungan dengan beliau mengenai makam Yesus di Kashmir tersebut, dan ada sangkut pautnya dengan itu: Orang-orang yang secara pribadi berkunjung ke Srinagar: Erich Von Daniken Stern Magazine Im Schachen, 8906 Bonstetton (Zurich) Switzerlan 60 East 56th Street New York, NY 10022 U.S.A. Dr. Walter Schmuckli Jay Ullal 8047 Zurich Altweg 10 Switzerland. Stern-Redaktion, 2 Hamburg 36, Warburgstrasse 50 West Germany Orang-orang yang telah menerbitkan makalah perihal itu: Erich von Daniken dan Klaus Liedtke, yang telah disebut di atas. Dr. Ladislaw Filip, MD. Dr. Franz Sachse Charles Univrsity, 29001 Podebrady, 654-II Czecholovakia. 54 Koblenz, Arzheim, West Germany. Rolf D. Schurch. Cameron Press. 3027 Bern Wsioimatitrasse 20 Switzerland. Lain-lainnya: A.Z. Abdeen. Marie Cooper. 30 Mews Street Colombo 2 Sri Lanka PO Box 2193 Redding, California 96001 U.S.A. J. Roose van Den Hans Joachim Doring Endelaan 48 Hillegom, Netherland 1 Berlin 47 Lipschitzalle 48 West Germany James W. Douglas Al-Hajj M.M.A Faruqui Box 174 Hedley, British Colombia Canada 20-1 10th Street Section F 6/3, Islamabad Pakistan Dr. F. Fernando Mary A.C. Fiske Dispensary and Surgery Wennappuwa Sri Lanka Editorial Deparment Walker and Co. 720 Fifth Avenue, New York U.S.A. Dr. Lambert J. Fonseca Dr. William George, Ph D. Muniswappa Block 2, Lingarajapuram Bangalore 560005 Karnataka State, India 4 Lefrey Street, Coatbridge Lanarkshire Scontland. Dipl. Kfm. Christa Gerland. Maria F. Gilodi Gerland Verlag, 6 Frankfurt-am-Main 70 West Germany Schiebstattgasse 49 8010 Graz Austria. Professor Dr. O.V. Hinuber M.M. Ibrahim Seminar fur Indiologie Johannes Guternbergs Universitat 65 Mainz, Postfach 3980 West Germany 637 Randolph Street Dayton, Ohio U.S.A. Adegoroye Iranlade. Dipl. Ing. Irmann K. Faculty of Health Sciences University of Ife Western State – Nigeria 33701 Rokycany, 214-II Czechoslovakia K. Kanailis Lothar Kompatzki 295 Stoney Lane Birmingham, England Sender Freies Berlin, B12 8 AP 1 Berlin 19 West Germany Werner Krauss Bruce McLeod’s Antiques 1 Berlin 47 West Germany La Seiva and Saddle Road Maraval, Port of Spain Trinidad & Tobago BAB IX PERNYATAAN SAYA PRIBADI Di dalam menyimpulkan makalah ini, di sini saya kemukakan pendapat saya sendiri dalam masalah yang telah dibicarakan, dan, sebagaimana di dalam Kata Pendahuluan buku ini dinyatakan, bagaimana saya sampai menulis buku ini. Pada mulanya, dan seperti kebanyakan orang lain, saya mendengar desasdesus: bahwa Yesus tidak wafat di kayu salib, dan beliau mengungsi serta mungkin sekali dikuburkan di Timur. Semua hal-ihwal tersebut pertama kali tak saya pedulikan samasekali, dan tidak lama setelah saya mendengar kabar bahwa di Spanyol ada foto makam Yesus di Kashmir yang beritanya telah tersebar, maka perhatian saya benar-benar timbul kembali. Setelah meminta foto tersebut, saya mulai mengumpulkan beberapa faktafakta yang mendasar. Dikala saya sedang memproses pekerjaan itu, seorang teman menunjukkan satu artikel dalam majalah Stern (Jerman) yang membicarakan penelaahan mengenai pengungsian Yesus ke, bahkan akhirnya wafat di Kashmir, dan menggaris bawahi masalah-masalah teori yang disajikan ini. Setelah membaca artikel tersebut saya segera menghubungi penulisnya, Klaus Liedtke, di kantor Majalah Stern, New York, dan photographer, Jay Ullal, di kantor majalah tersebut di Hamburg. Semua informasi dan bahan-bahan itu dikirimkan kepada saya dengan sangat baik sekali. Hal ini mendorong saya untuk membuat hubungan dengan Gerakan Ahmadiyah di Jerman, dan kemudian ke Pusat Gerakan tersebut di Pakistan. Ini pun mendorong saya untuk pergi menjumpai Professor Fida Hassnain, seorang sarjana terkemuka bangsa Kashmir yang sedang menelaah persis apa yang telah dibicarakan di dalam artikel majalah Stern tersebut; dan kemudian menjumpai Sahibzada Basharat Saleem, yang boleh jadi beliau ini salah seorang keturunan Yesus. Seraya penelaahan-penelaahan saya berjalan terus, saya menyadari, bahwa saya tidak sedang melangkah di jalan yang tidak diketahui, tetapi sebaliknya, hal ini telah siap menerima perhatian yang begitu besar, dan bukan hanya dari Gerakan Ahmadiyah saja. Pada penghujung akhir abad yang lalu, satu buku telah terbit di Paris yang ditulis oleh Nicolai Notovich, seorang pengembara Rusia; dan belakangan, di bawah judul: The Unknown Life of Jesus Christ”, dalam edisi bahasa Inggris telah terbit pula. Buku ini membicarakan kemungkinan bahwa Yesus telah mengunjungi India di masa mudanya. Pada tahun 1938-1939, Mingguan Lahore: The Sunrise telah terbit dalam bentuk serial buku “Masih Hindustan Mein” (aslinya terbit tahun 1908) oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, Pendiri Gerakan Ahmadiyah. Karya ini mengemukakan masalah, apakah Yesus benar-benar wafat di kayu salib atau tidak, dan telah ditemukan begitu meyakinkan oleh rektor Universitas Al-Azhar di Cairo, Mesir, yang beliau catat dalam “Fatwa” (Keputusan) yang menyatakan bahwa, menurut Qur’an Suci, Yesus wafat secara wajar. Lebih-lebih, pada waktu belakangan ini, berbagai artikel yang mematarantaikan Yesus dengan Kashmir, dan menceriterakan masalah-masalah itu, telah meuncul di sejumlah majalah. Lagipula, artikel di majalah Stern – “Jesus starb in Indien” (Yesus wafat di India), yang muncul tahun 1973 – telah terbit, misalnya; artikel J.N.Sadbu: “Is Jesus Christ Buried in Kashmir?” (Apakah Yesus dimakamkan di Kashmir?) telah terbit di Mingguan The Illustrated Weekly of India, bulan April 1972; dan satu artikel di Weekend (London) Juli 1973; begitu pula Fluchtete Jesus nach Indien (Apakah Yesus mengungsi ke India?) dan Das Geheimnis des Grabes von Srinagar (Makam Rahasia di Srinagar) yang kedua-duanya ditulis oleh Erich von Daniken dan diterbitkan di Mingguan Jerman Horzu telah tersebar luas. Von Daniken mendengar makam tersebut ketika dia sedang mengunjungi daerah itu pada musim panas tahun 1975. Dengan menilik berbagai artikel tersebut dan lamanya waktu yang telah berlalu sejak penyelidikan Notovich dan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad muncul, hal itu sangat menarik perhatian, bahwa perkara apakah Yesus pergi ke India pada masa mudanya, hidup terus setelah penyaliban, dan setelah mengadakan perjalan yang kedua kali ke Timur, beliau wafat secara wajar di Kashmir, yang dikabarkan bahwa beliau dikebumikan di sana, bukan menjadi masalah perdebatan umum lagi. Sungguh, kiranya masih ada sedikit masyarakat yang masih menyadari bahwa kemungkinan-kemungkinan itu tetap ada. Dari sudut pandang saya pribadi, ini artinya bahwa hanya dengan cara yang harus saya putuskan sendiri terhadap apa yang menjadi keragu-raguan saya yang melekat itu, yaitu saya harus pergi sendiri ke Kashmir. Maka akhirnya saya dan isteri saya, Mercedes, menumpang pesawat Jet Air India ke Bombay. Dari Bombay kami terbang ke New Delhi, di sana kami menggunakan petapeta dan buku-buku petunjuk yang meliputi sejarah, monumen-monumen dan ceritera-ceritera kuno mengenai India, khususnya Kashmir, dan dari Delhi kami terbang ke Srinagar. Selama bagian perjalanan terakhir dari kunjungan kami ini, kami mendapat pandangan-pandangan penting mengenai Himalaya, dan mulai sadar bahwa kami pasti akan menjumpai Kashmir suatu dunia yang terpisah, asing dan tersendiri dari India. Gambaran itu menjadi kuat setelah kami menginjakkan kaki kami di lapangan terbuka yang tidak begitu luas di Srinagar dan tinggal beberapa hari melihat sekeliling dan berbincang-bincang dengan bangsa Kashmir, sebagian masyarakat luas mereka lebih menyukai Kashmir bergabung dengan kaum Muslimin negara Pakistan. Banyak sekali ketegangan-ketegangan antara India dan Pakistan di daerah ini sebagaimana terlihat dengan banyaknya polisi perbatasan di jalan-jalan perbatasan. Sekalipun mayoritas bangsa Kashmir itu Muslim (meskipun, seperti kami akui, keturunan Israel), di sana sedikit sikap acuh tak acuh terhadap agama-agama lain. Muslim, Yahudi, Hindu, Buddha dan Kristen mereka hidup bersama dalam suasana saling hormat-menghormati dan toleransi, walaupun pengaruh keagamaan bergelora kuat. Di sini, seperti di mana-mana, para pemimpin yang berkuasa memainkan peran dalam kehidupan masyarakat, tetapi tetap harmonis. Pada hari-hari pertama kami tinggal di Srinagar, kami tinggal di Hotel kelas utama (first class) yang bertaraf internasional. Namun karena kami ingin dekat bersentuhan dengan rakyat dan ingin tahu mereka, hotel itu kami tinggalkan dan pindah ke salah satu rumah terapung tepat di tengah-tengah Danau Nagin. Kami segera bercampur-baur dengan sebagian masyarakat yang cukup makmur. Seraya kami tinggal di sana berjalan terus, maka keyakinan kami tumbuh terus karena keadaan itu benar-benar cocok. Kami tidak hanya melihat makam yang dikatakan Yesus dibaringkan di sana, tetapi lebih dari itu kami pun melihat makam Musa. Kami mendapati adat-istiadat yang kuat akan kehadairan Musa dan Isa di Kashmir berikut sejumlah nama-nama yang menunjukkan nama-nama mereka. Untuk memperkuat ini, ada bantuan yang sangat berharga yang kami terima dari Professor Hassnain, Direktur Perpustakaan dan Perawatan arsip-arsip dan monumen-monumen Kashmir, seorang professor dari tiga universitas di Jepang, yaitu archaeologist (ahli ilmu kepurbakalaan), anthropologist (ahli ilmu pengetahuan manusia), dan ahli penelaahan yang berdedikasi. Beliau tak pernah berhenti berkeliling negeri untuk membuktikan hal-hal tersebut kepada orang-orang yang dijumpainya, dan, dengan pengecualian Nazir Ahmad, penulis Jesus in Heaven on Earth (1952), seorang penelaah yang sangat seksama dan menelaah melalui bukti dan adat-istiadat yang membuat seseorang benar-benar serius dan takjub apakah di sini, di jantung Kashmir, Yesus dikebumikan. Juga selama kami tinggal, kami mengalami suatu kebiasaan yang tidak seperti biasanya berjabat tangan yang mengharukan dan berbincang-bincang dengan senang sekali serta lama dengan seseorang yang boleh jadi keturunan langsung dari Yesus, yakni Sahibzada Basharat Saleem. Halaman-halaman yang telah disajikan di muka adalah hasil dari pembicaraan-pembicaraaan itu, beberapa hubungan dan wawancara-wawancara lain pun telah kami lakukan sehubungan dengan penyelidikan-penyelidikan kami, dan kunjungan-kunjungan kami sendiri ke tempat-tempat yang ada hubungannya dengan kisah kuno yang menceriterakan bahwa Musa telah datang ke Kashmir, yaitu bagian dari sepuluh suku Israel yang hilang dan tinggal di sana, dan yang kemudian Yesus tinggal dan wafat di sana, telah kami kunjungi pula. Kesimpulan yang paling mengagumkan kami dari semua ini adalah, bahwa di sana sangat ramah sekali dimana adat-istiadat yang berbeda itu semuanya ada hubungannya dengan pernyataan-pernyataan di dalam Bebel, dan mereka benar-benar menolong untuk menjelaskan dan sekaligus melengkapi kisah Bebel. Semua itu saya saksikan dan saya dapati di sana, di sini saya merasa puas. Saya puas karena “Rozabal”, makam Yuz Asasf (atau, mungkin sekali, Yesus) benar ada, dan saya telah mengunjunginya. Saya merasa puas karena saya melihat dan bahkan menyentuh “Batu Musa”. Saya mengaku bahwa saya telah pergi ke Yusmarg, “Padang Rumput Yesus”, yang dikatakan dari sana beliau akan memasuki Kashmir. Saya bersumpah bahwa saya telah mengunjungi Aishmuqam, “Tempat Peristirahatan Yesus”, tempat yang dikatakan bahwa tongkat Yesus atau Musa ada di sana. Saya bersumpah bahwa rakyat di sana menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan sepenuh kejujuran hatinya – beberapa orang mencoba meyakinkan bahwa itu milik Yesus dan Musa, lain-lainnya lagi menyatakan bahwa itu Yuz Asaf dan Musa yang ada di sana-. Para penjaga makam, yang dikatakan makam Musa, mereka bersumpah, bahwa tempat itu dalam pemeliharaan mereka sejak 3500 tahun yang silam. Orang-orang itu, kami catat sepintas saja, telah menjadi begitu terputus atau terisolasi dari dunia luar yang mereka percaya bahwa Hitler adalah seorang raja besar dan agung, dan tidak mengerti bahwa sebenarnya dia sudah sekian lama telah mati setelah melakukan pembantaian yang mengerikan terhadap orang-orang yang mana mereka sendiri termasuk sisanya. Kebodohan dunia terasing itu adalah ciri khas orang-orang pedalaman yang telah kami bicarakan mengenai sejarah dan adat-istiadatnya, dan mnunjukkan bahwa ceritera-ceritera kuno mereka mengenai Yesus (Yuz Asaf) dan Musa sangat mungkin sekali, terlihat betapa cocok mereka menghubungkan kisah orang-orang tersebut dengan isi kisah yang ada di Bebel yang menceriterakan mereka, diperoleh dari pendapat yang murni. Sungguh, betapa berbagai tradisi itu memiliki dasar yang kuat terhadap kenyataan tersebut. Kesimpulan ini pun diperoleh oleh Professor Hassnain setelah diselidiki secara teliti selama bertahun-tahun. Beliau mungkin juga bisa salah dalam beberapa hal, tetapi itu tidak disengaja, dan hal itu benar sekali bahwa kepercayaannya mengenai teori-teori yang mendasar yang dikemukakan di buku ini dengan tulus diakui dan pasti terdapat. Begitu pula Sahibzada Basharat Saleem, beliau sepenuhnya memberikan keterangan kepada kami tanpa ragu-ragu lagi dan tidak ada tanda ketidak-tulusan bagi beliau terhadap apa yang dibicarakan kepada kami. Beliau menceriterakan tradisi keluarga beliau yang sudah diwariskan oleh ayahnya kepada beliau, dan menyarankannya sedapat mungkin jangan menyebar-luaskan mengenai keturunan Yesus. Setelah pergi ke Kashmir, memeriksa naskah-naskah, ceritera-ceritera kuno dan makam-makam tersebut, dan setelah berbicara kepada Professor Hassnain, kepada Basharat Saleem dan bahkan kepada banyak lagi bangsa Kashmir lainnya, maka pendapat saya sendiri mengenai penelaahan dua perjalanan Yesus ke India dan Kashmir, penelaahan mengenai wafatnya dan pemakamannya di sana, dan penelaahan kematian Musa dan pemakamannya di negeri yang sama, hal itu sangat mungkin sekali benar. Bukti yang definitif tentu masih kurang, dan oleh karena itu saya percaya bahwa makam-makam yang dipermasalahkan tersebut pasti tetap terbuka bagi penyelidikan yang lebih ilmiah lagi. Lebih dari itu, saya usulkan, yakni agar penyelidikan itu lebih objektif lagi dan agar mencapai kebenaran yang lebih ilmiah lagi, maka kongres dunia para sarjana Bebel, para ahli bahasa, para orientalis dan para sarjana Islam serta ahli sejarah kepurbakalaan, berembuklah!. Hanya dengan cara inilah kiranya akan mencapai suatu kekuatan yang kokoh, yakni suatu keputusan yang tidak berat sebelah. Tujuan buku ini dikemukakan karena sebagian besar masyarakat pembaca mungkin sekali mengenai masalah-masalah ini anda sekalian masih belum cukup mengetahuinya lebih luas lagi, mengingat betapa besar sekali pengaruh sikap yang dimiliki atas kepercayaan-kepercayaan terhadap Yesus, yang seseorang itu sukar sekali untuk disangkal, akibat pengaruh berbagai paham Kristen, yang ternyata sangat kuat sekali mempengaruhi perkembangan kebudayaan Barat. Buku ini adalah suatu dokumen penting terhadap apa yang dibicarakan, diketahui dan dipercayai pada saat ini mengenai kemungkinan sekali Yesus tidak wafat di kayu salib dan tidak naik ke langit secara lahiriah. Lokasi tempat-tempat penting dan monumen-monumen yang berhubungan dengan Srinagar Makam Musa Terletak kira-kira 37 mil sebelah barat laut dari Srinagar, dengan melalui jalan Shalateng, Shadipur, Sumbal, danau Manasbal, Safapur dan Bandipur. Dari Bandipur hanya beberapa mil saja ke Aham Syarif, di mana jalan ke makam dimulai. Pendakian ke makam memakan waktu kurang lebih dua jam. Batu Musa, atau Ka Ka Pal Terletak di Bijbihara, kira-kira 27 mil sebelah tenggara dari Srinagar. Rute dari Srinagar langsung melalui Pandrattan, Pampur, Awantipur, Sethar dan Sangam. Batu itu terletak dekat sungai kira-kira 50 yard dari jalan (sebelah kiri). Aishmuqam Terletak kira-kira 45 mil sebelah tenggara dari Srinagar, dengan melalui jalan Bijbihara (rute yang disebutkan di atas), Khanabal, Anantnag dan Bewan. Tempat keramat di mana “Tongkat Musa disimpan, terletak duapuluh menit perjalanan kaki dari jalan, dengan melalui jalan berlereng yang curam dan kemudian melalui jalan bertangga yang panjang. Yusmarg, atau padang rumput Yesus Terletak kira-kira 25 mil sebelah tenggara dari Srinagar, dengan melalui jalan Naugam dan Nilnag. Pahalgam Terletak kira-kira 60 mil dari Srinagar, dengan melalui jalan Bijbihara (rute yang disebutkan di atas) dan Salar. Makam Maria, Bunda Yesus Terletak di Bukit Murree (Pakistan) kira-kira 100 mil sebelah barat Srinagar. Sementara perbatasan Kashmir-Pakistan masih tertutup, maka perlu melalui jalan berputar melalui Amritsar melintasi perbatasan India-Pakistan, kemudian menuju Murree melalui jalan Lahore, Rawalpindi (Lahore-Rawalpindi kurang lebih 300 km, dan dari Rawalpindi ke Murree kurang lebih 50 km melalu jalan berkelok-kelok, mendaki dan penuh jurang curam yang cukup berbahaya tapi berpanorama indah, dan bila musim dingin daerah ini selalu dipenuhi salju). Makam tersebut terletak di puncak bukit kecil, di tempat yang dikenal sebagai Pindi Point (yang kini di sebelah makan tersebut telah dibangun menara televisi dan dikelilingi oleh Gereja-gereja berikut sekolah-sekolah Kristen dan biara-biara, - penj.) CATATAN-CATATAN KETERANGAN FOTO-FOTO ** 1. Keturunan Yesus yang masih hidup, Sahibzada Bashart Saleem, seorang penyair dan Bapak penyembuh yang termasyhur. 2. Sebuah kepingan kuno yang menonjolkan cap telapak kaki Yesus, nampak persis tempat penyalibannya yang mengerikan. 3. Batu Maesan Yesus yang terdapat di Rozabal (Rauza-Bal = Makam Nabi). 4 & 5 Ukiran tirai yang indah di dalam Rozabal yang menutupi makam Yesus, dan seorang Wali yang taat kepada Yesus, Naziruddin. 6 (Kiri) Papan hijau di Rozabal yang menyatakan bahwa Yesus dibaringkan di dalam. 7 (Kanan) Keputusan yang dibuat tahun 1766 oleh Hakim Agung Kashmir, pejabat yang menetapkan bahwa Rozabal adalah makam Yuz Asaf (Yesus). 8 Halaman depan Rozabal (Rauza-Bal = Makam Nabi). 9 Tulisan ukiran dalam medali perunggu tergantung di pintu masuk makam Yesus. 10 (Atas) Aishmuqam (tempat peristirahatan Yesus), salah satu tempat suci di Kashmir, disebut demikian karena Yesus berhenti di sini untuk istirahat sebelum memasuki Kashmir. Di sinilah “Tongkat Musa” (juga disebut-sebut “Tongkat Yesus) disimpan. 11 (Kiri) Pintu masuk tempat suci Aishmuqam. 12 (Kanan) Jalan distrik Khanyar, Srinagar yang menghubungkan Rozabal. 13 Srinagar, ibukota Kashmir yang terapung, yang juga disebut “Sorga di atas bumi”, satu negeri yang berbukit-bukit dan berlembah-lembah” “yang mendapat air sebanyak hujan yang turun dari langit”, (Ulangan 11:11) Di sinilah Yesus menempuh hidup yang kedua. 14 & 15 Halaman 118 dan 119 bertanggal 1894 dari catatan harian Dr. Mark dan Dr. Francke, dua orang missionaris Jerman yang mendapatkan kembali naskah Nicolai Notovich yang menakjubkan itu dalam gulungan-gulungan berbahasa Tibet yang menceriterakan kehidupan Yesus di Timur. 16 Tulisan ukiran pahat Kristen Nestorian permulaan di atas permukaan batu karang raksasa di Tankse, 60 mil dari Leh, ibukota Ladakh. Ia terdiri dari salibsalib St. George dan tulisan-tulisan ukir bahasa Aramaic. 17 Biara Hemis dekat Leh, ibukota Ladakh di sana kaya sekali dengan naskahnaskah (manuskrip-manuskrip) yang didapati membuktikan akan kehadiran dan wafatnya Yesus di Kashmir. 18 (Atas) Manuskrip “Bavishya Mahaparana” asli, bertanggal 115 Masehi, yang menceriterakan panjang lebar mengenai perjumpaan Yesus dengan Raja Shalewahin sebelum 78 Masehi, yang mengakui kebijaksanaan dan kesucian Yesus dan dikatakan dia telah menasehati Yesus untuk menikah. 19 Teks edisi modern dari karya yang menunjukkan ayat-ayat 17 – 32, yang menceriterakan perjumpaan tersebut di atas (no.18). 20 “Takhta Sulaiman” yang diperbaiki kembali oleh Gopadatta dari Persia tahun 78 Masehi. Ia didirikan di puncak sebelah timur sekali yang tak terlihat dari Srinagar; dan Bani Israel yang ada di Kashmir mempercayainya sebagai jiplakan (tiruan) dari “Takhta Sulaiman” yang ada di Yesrusalem, yang dihancurkan oleh Nebuchadnezzar. 21 Tulisan berukir berbahasa Persi yang terpampang di tiang-tiang Takhta Sulaiman yang memperkuat pernyataan akan kehadiran Yesus di Srinagar sebelum 78 Masehi. --------------------------------------- 5. Jalan masuk ke ruangan makam di bawah tanah (sekarang ditutup, kecuali satu jendela kecil) 6. Serambi 7. Pintu Gerbang 8. Halaman terbuka 9. Pemakaman kaum Muslimin 10. Jalan 11. Gardu denngan tulisan “Rozabal”. -------------------------------------- 7. Peta yang menunjukkan “Makam Musa” dan daerah sekitarnya. 8. Denah yang memagari di mana “Makam Musa” berada. BAB IX Bibliography Penulis Abbot, S. The Fourfold Gospel, CUP, Cambridge 1917 Abdul Qadir bin Qazi-ul-Qazzat Wasil Ali Khan, Hashmat-i-Kashmir, MS. No.42, Asiatic Society of Bengal, Calcutta. Allcroft, A. Hardian, The Circle and the Cross, Macmillan, London 1917. Allen, Bernard M., The Story behind the Gospels, Methuen, London 1919. Andrews, A., Apochryphal Books of the Old and New Testaments, Theological Translation Library, London 1906. Ansault, Abate, La Croix avant Jesus-Christ, Paris 1894. Arbuthnot, James, A Trip to Kashmir, Calcutta 1900. At-Tabri, Imam Abu Ja'fat Muhammad, Tafsir Ibnu Jarir at-Tabri, Kubr-ul-Mar'a Press, Cairo. Augstein, Rudolf, Jesus, Menschensohn, Gutersloh (Munich) and Bertelsmann (Vienna), 1972. Avicenna, Canon of Avicenna, Newal Kishore Press, Lucknow. Bacon, B.W., The Four Gospels in Research and Debate, New Haven, Conn., 1918. Barber, Pierre, A Doctor at Calvary, New York 1953. Bardtke, H., Die Handschriftenfunde am Toten Meer, Berlin 1952. Bardtke, H., Die Handschriftenfunde am Toten Meer; Die Sekte von Qumran, Berlin 1958. Bardtke, H., Die Handschriftenfunde in der Wuste Juda, Berlin 1962. Basharat Ahmad, De., Birth of Jesus, Daru-l-Kutubi-l-Islamia, Lahore 1929. Bauer, B., Kritik der Evangelien, 2 vols. Berlin 1850-1. Baur, F.C., Kritische Untersuchungen uber die Kanonischen Evangelin, Tubingen 1847. Bell, Major A.W., Tribes of Afghanistan, Bell, London 1897. Bellew, H.W., The New Afghan Question, or Are the AfghansIsraelites?, Croddock, Simla 1880. Bellew, H.W., The Races of Afghanistan, Thacker, Spink and Co., Calcutta. Bengalee, Sufi Matiur Rahman, The Tomb of Jesus, Muslim Sunrise Press, Chicago 1946. Berna, Kurt, Jesus nicht am Kreuz gestorben, Verlag Hans Naber, Stuttgart 1957. Bernier, Francois, Travel in the Moghul Empire, trans. Archibald Constable, London 1891. Beruni-Al, Indian Travel, trans. Dr. Edward Sachan, 2 vol. Trubner, London 1888. Betz, Otto, Offenbarung und Schriftorschung der Qumrantexte, Mohr, Tubingen 1960. Bhavishya Mahapurana, Lihat Sutta, Pandit. Biblioteca Christiana Ante-Nicena, 25 vols, Clark, Edinburgh 1869. Biscoe, Rev. C.E., Kashmir in Sunlight and Shade, London 1922. Blinzler, Josef, El proceso de Jesus, Editorial Liturgica Espanola, Barcelona 1959. Bornkamm, C., Jesus von Nazareth, Stuttgart 1968. Boys, Hnery S., Seven Hundred Miles in Kashmir, Chucrh Mission Congregation Press, Calcutta 1886. Braun, H., Gesammelte Studien zum Neuen Testament und seiner Umwelt, Tubingen 1962. Braun, H., Qumran und das Neue Testament, Tubingen 1966. Braun, H., Spatjudisch-haretischer und fruhchristlicher Radikalismus: Jesus von Nazareth und die essenische Qumransekte, Tubingen 1957. Brioton, Etienne, Las Religiones del Antiguo Oriente, Andorra 1958. 87 Bruce, Hon. Mrs. C.G., Kashmir, Peeps at Many Lands series. Black, London 1911. Bruhl, Rev. J.H., The Lost Ten Tribes, Where are They?, Operative Jewish Converts Institution Press, London 1893. Buchanan, Rev. C., Christian Researches of Asia, Ogle, Edinburgh 1912. Buhl, F., Canon and Text of the New Testament, trans. W.J.M. Macpherson, Clark, Edinburgh 1908. Bultmann, R., "Das Verhaltnis der unchristlichen Christus Botschaft zum historischen Jesus". Exegetica, Tubingen 1967. Bultmann, R., Die Geschichte der synoptischen Tradition, Gottingen 1921. Bultmann, R., Jesus, Tubingen 1926. Burkitt, F.C., The Earliest Sources for the Life of Jesus, Constable, London 1910. Burkitt, F.C., The Four Gospels, A Study of Origins, Macmillan, London 1924. Burkitt, F.C., The Gospel History and its Transmission, Clark, Edinburgh 1906. Cadoux, C.J., The Life of Christ, Pelican, London 1948. Campenhausen, H. von., Der Ablauf der Osterereignisse und das leere Grab, Heidelberg 1958. Clemen, C., Der geschichtlche Jesus, Giessen 1911. Cole, Major H.H., Illustration of Ancient Buildings in Kashmir, W.H.Allen, London 1869. Conselmann, Hans., Grundriss der Theologie des Neuen Testament, Munich 1968. Cook, Edward, The Holy Bible with Commentary, John Murray, London 1899. Cool, P.J. (ed.), Geschichte und Religion des Alten Testaments, Olten 1965. The Crucifixion by an Eye-Winess, Austin, Los Angeles 1919. Chadurah, Khwaja Haidar Malik, Wawiat-i-Kashmir or Tarikh-i-Kashmir, Muhammadi Press, Lahore. Chandra Kak, Ram, Ancient Monument of Kashmir, Sagar, Newe Delhi 1971. Chatterjee, J.C., Kashmir Saivism, Srinagar 1911. Chwolson, D., Uber die Frage, ob Jesus gelebt hat, Leipsiz 1910. Danielov, Jean, Qumran und der Ursprung des Christentums, Mainz 1959. Dautzenberg, Gerhand, Der Jesus-Report und die neutestamentcliche Forschung, Muller, Wurzburg 1970. Davids, Mrs Rhys, Buddhism, William, London 1912. Davids, T.W. Rhys, Buddhism, its History and Literature, Patnam, New York and London 1896. Denys, F, Ward, One Summer in Vale of Kashmir, James William Bryan Press, Washington, DC. 1915. Dibelius, M., Die Formgeschichte des Evangeliums, Tubingen 1919. Docker, M.A., If Jesus did not Die on the Cross: A Study in Evidence, Roland Scott, London 1920. Dodd, C.H., Historical Tradition in the Fourth Gospel, Cambridge 1963. Doughty, Marion, Through the Kashmir Valley, Sands, London 1902. Drew, A., Le Mythus du Christ, Paris 1926. Drew, F., The Jammoo and Kashmir Territories, Edward Standford, London 1875. Dummelow, Rev. J.R., Commentary on the Holy Bible, Macmillan, London 1917. Duppont, A., Les Eseits esseniens decouverts pres de la Mer Morte, Payot, Paris 1959. Dutt, Jagdish Chandra, The King of Kashmir, Boss, Calcutta 1879. Edersheim, Dr. Alfred, The Life and Times of Jesus, London 1906. Edkins, Joseph, Chinese Buddhism, Kegan Paul, French and Trubner, London 1890. Edmunds, A.J., Buddhist and Christian Gospel, Innes, Philadelphia 1908-9. Edmunds, A.J., Gospel Parallels from Pali Texts, Open Court Publishing, 88 Chicago 1900-1. Eissfeldt, Otto, Einleitung in das Alte Testament, Tubingen 1964. Eifel, E.J., Three Lectures on Buddhism, Trubner, London 1873. Eliot, Sir H.N., Histoory of Indiaas Told by its Own Historians, 8 vols. Thacker, Spink and Co., Calcutta 1849. Emerson, E.R., Indian Myths, Trubner, London 1885. Farquhar, Dr. J.N., The Apostle Thomas in South India, Manchester University Press, Manchester 1927. Farrar, Dean F.W., The Life of Christ, London, Paris and New York 1874. Feilson, Col. W., History of Afghanistan, John Rylands Library Bulletin, 1927. Ferrier, J.E., History of the Afghans, John Murray, London 1858. Flusser, D., Jesus in Selbstzeugnissen und Bilddokumenten, Hamburg 1968. Gieselman, J.R., Jesus der Christus, Stuttgart 1951. Ghulam Ahmad, Hazrat Mirza, Jesus in India, Ahmadiyya Muslim Foreign Mission Department, Rabwah, Pakistan 1962. Ghulam Ahmad, Hazra Mirza, Masih Hindustan mein, (Urdu), Qadian, India 1908. Gillabert, Emile, Paroles de Jesus et Pensee Orientale, Editions Metanoia, Marsanne, Montelimar 1974. Goddard, Dwight, Was Jesus Influenced by Buddhisme?, Thetford, Vermont, 1927. Goguel, M., Jesus, Paris 1950. Gore, C. and Leighton, H., A New Commentary on the Holy Scriptures, Including the Apocrypha, Thornton and Butterworth, London 1928. Gorion, Emanuel bin (ed.), Die Sagen der Juden, Frankfurt 1962. Greg, William, The Creed of Christendom, Macmillan, London 1907. Gregory, A., The Canon and Text of the New Testament, New York 1907. Guignebert, C., Le Mondejuif vers le temps de Jesus, Paris 1935. Haag, H., Bibel-Lexikon,1951, based on A. van den Born (ed.), Bijbelsch Woordenboek, 1941. Spanis edition (Diccionario de la Biblica), ed. S. de Ausejo, Barcelona 1967. Haenchen, Ernst, Der Weg Jesu, Berlin 1968. Haig, Sir, T.W. The Kingdom of Kashmir, Cambridge University Press, Cambridge 1928. Hanna, William, The Life of the Christ, Americant Tract Society, Newe York 1928. Harnack, A. von, Das Wesen des Christentums, Munich 1964. Headland, A.C. The Miracle of the New Testament, Longman Green, London 1914. Hengel, Martin, Die Zeloten, Leiden 1961. Hirn, Yrjo, The Sacred Shrine, Macmillan, London 1912. Hodson, Geoffrey, The Christ Life from Nativity to Ascention, Theosophical Publi- Shing House, Illinois. Holtzmann, H.J., Die synoptischen Evangelien, Leipzig 1863. Hugh, Rev. James, Hitory of Christian in India from the Commencement of the Christians Era. Seeley and Burnside, London 1839. Instinkky, H.U., Das Jahr der Gebier Jesu, Gottingen 1958. Jeremias, J., Studien zur neutestamentlichen Theologie und Zeitgeschichte, Gottingen 1966. Jeremias, J., Jerusalem der Zeit Jesu, Gottingen, 1958. Jeremias, J., Die Gleichnisse Jesu, Gottingen 1970. John, Sir William, Journey to Kashmir in Asiatic Researches, Baptist Mission Press. Calcutta 1895. Kahler, Martin, Der sogennante historische Jesus und der geschichtliche bliblische Christus, Wolf, Munich 1969. 89 Kak, R.B. Pandit Ram Chand, Ancient Monument of Kashmir, India Society, London 1933. Kamal-ud-Din, Al-Hajj Hazrat Khwaja, A Running Commentary on the Holy Qur'an, MM. and L. Trust, Woking, Surrey 1932. Kamal-ud-Din, Alhajj Hazrat Khwaja, Islam and Christianity, MM and L. Trust, Woking, Surrey 1921. Kamal-ud-Din, Alhajj Hazrat Khwaja, The Sources of Christianity, MM L. Trust, Woking, Surrey 1922. Kasemann, E., Exegetiche Versuche und Besinnung, Gottingen 1964. Kaul, Pandit Anand, The Geography of Jammu and Kashmir, Thacker, Spink and Co., Calcutta 1913. Kaul, Pandit Anand, The Kashmir Pandits, Thacker, Spink and Co., Calcutta 1924. Kaul, Pandit Ghawasha, A Sshort History of Kashmir, Srinagar 1929. Kautsky, K., Der Ursprung des Christentums, Stuttgart 1908. Kautzsch, E (ed.), Die Apokryphen und Pseudepigraphen des Alten Testament, Tubingen 1900. Kehimkar, H.S. Bani Israel of India, Dayag Press Tel Aviv 1937. Keller, W., Und die Bibel hat doch recht, Dusseldorf 1955. Kennett, R.H., Ancient Hebrew Social Life and Custom as indicated in Law. Narrative and Metaphor, Oxford University Press, Oxford 1933. Kenyon, Sir Frederick, Our Bible and the Ancient Manuscripts, being a History Of the Text and Translation, Eyre and Spottiswoode, London 1939. Khaniyari, Mufti Ghulam Muhammed Nabi, Wajeez-ul-Tawarikh, Research Library, Srinagar. Klausner, Joseph, Jesus of Nazareth, Allen and unwin, London 1925. Klijn, A.F.J., The Acts of Thomas, Brill, Leiden 1962. Kroll, G., Auf den Spuren jesu, Leipzig 1963. Kung, Hans, Christ sein, Peper, Munich 1974. Lake, Kirsopp, The Historical Evidence for Resurrection of Jesus Christ, London 1907. Lauenstein, Diether, Der Messias, Stutgart 1971. Lawrence, Sir Walter, The Valley of Kashmir, Froude, London 1895. Lehmann, Johanes, Jesus-Report. Protokoll einer Verfalschung, Dusseldorf 1970. Leipoldt, J., Hat Jesus gelebt? Leipzig 1920. Lewis, Spencer H., Mystical Life of Jesus, Supreme Grand Lodge of AMORC, San Jose, California 1929. Loewenthal, Rev. I., Some Persian Inscriptions Found in Kashmir, Asiatic Society Of Bengal, Calcutta 1865. Lohse, E., Die Texte aus Qumran, Koset 1964. Lord, Rev. James Henry, The Jews in India and the Far East, SPCK, Bombay 1907. McCasland, SV., The Resurrection of Jesus, Nelson, London and New York 1932. McNeil, A.H., The Gospel According to St. Matthew, Macmillan, London 1927. Maier, Johann, Die Texte vom Toten Meer, Munich 1960. Malleson, Col. G.B., The History of Afghanistan from the Earliest Periode to the Outbreak of the War of 1878, W.H. Allen, London 1879. Marx and Francke (Moravian mission doctors) "Tagebuch", MS. Preserved in Leh, Ladakh. Marxen, Willi, Die Auferstehung Jesu als historisches und theologisches Problem, Gutersloh, Munich 1965. Marxen, Willi, Einleiitung in das Neue Testament, Gutersloh, Munich 1964. Meffert, F., Die geschich Existenz Christi, Munchengladbach 1920. 90 Merrick, Lady Henrietta S., In the World's Attic, Putnam, London 1931. Meyer, Dr. Arnold, Jesus or Paul, trans. F.A. Wilkinson, Harper, London 1909. Milligan, William, The Resurrection of our Lord, Macmillan, London 1905. Mir Khwand, Rauzat-us-Safa, trans. E. Rehatsek, Arbuthnot, MRAS, London 1891. Moore, George, The Lost Tribes, Longman Grreen, London 1861. Mozundar, A.K., Hindu History (3000 BC to 1200 AD), Dacca 1917. Muhammad Ali, Maulvi, History of the Prophets, Ahmadiyya Anjuman Isha'at-i- Islam, Lahore 1945. Muhammad Ali, Maulvi, The Religion of Islam, Ahmadiyya Anjuman Isha'at-i- Islam, Lahore 1936. Mumtaz Ahmad Faruqui, Al-Hajj, The Crumbling of the Cross, Ahmadiyya Anjuman Isha'at-i-Islam, Lahore 1973. Nazir Ahmad, Al-Hajj Khwaja, Jesus in Heaven on Earth, Azeez Manzil, Lahore 1973. Noerlinger, Henry S., Moses und Agypten, Heidelberg 1957. Notovich, Nicholas, The Unknown Life of Jesus Christ, trans. From French edition By Heyina Loranger, Rand McNally, Chicago 1894. Oldenberg, H., Buddha, trans. From German, William and Norgate, London and Edinburgh 1883. Otto, Rudolf, Reich Gottes und Menschensohn, Munich 1940. Palmer, E.H., The Qur'an, Sacred Books of the East series, Clarendon Press, Oxford 1880. Pande K.C., Abhinavagupta: An historical and Philosophical Study, Benares 1936. Pannenberg, Wolfhart, Grundzuge der Christologie, Gutersloh, Munich 1964. Quincey, de, D., The Apocryphal and Legendary Life of Christ, Nathan, New York 1903. Ragg, Lonsdale and Laura, The Gospel of Barnabas, Clarendon Press, Oxford 1907. Ramsay, Sir William, Was Christ born in Bethlehem?, Hodder and Stoughton, London 1905. Rangacharya, V. History of Pre-Musulman India, Indian Publishing House, Madras 1937. Rapson, Prof. E.J., Ancient India, Cambridge University Press, Cambridge 1911. Ray, Dr. Sunil Chandra, Early History and Culture of Kashmir, Munshiram Manoharlal, New Delhi 1969. Ray, H.C. The Dynastic History of Northern India, 2 vols. Thacker, Spink and Co., Calcutta 1931. Reicke, B., Newtestamentliche Zeitgeschichte, Gottingen 1965. Rengstorf, K.H., Die Auferstehung Jesu, Berlin 1955. Reidmann, A., Die Wahrhelt des Christentum, Freiburg im Breisgau 1951. Rietmuller, O., Woher wissen sir, dass Jesus gelebt hat?, Stuttgart 1922. Ristow, H., and Matthiae, K., Der geschichtliche Jesus und der Kerygmatische Christus, Berlin 1961. Robinson, Forbes, The Optic Apocryphal Gospel, Methuen, London 1902. Robinson, J.M., The New Quest of the Historucal Jesus, London 1959. Rockhill, W.W., The Life of Buddha, Trubner, London. Rodgers, Robert William, A History of Ancient India, Scribner, London 1929. Rose, Rt Hon, Sin George H., The Afghan: The Tribes and the Kings of the East, Operative Jewis Convert Institution Press, London 1852. Schelke, K.H., Die Gemeinde von Qumran und die Kirche des Neuen Testament, Die Welt der Bibel, Dusseldorf 1960. Schelke, K.H., Die Passion Jesu in der Verkundgung des Neuen Testament, 91 Heidelberg 1949. Schick, E., Formgeschich und Synoptiker Exegese, Munster 1940. Schmidt, K.L. Der Rahmen der Geschichte Jesu, Berlin 1919. Scholem, Gershom, Von der mystischen Gestalt der Gottheit, Frankfurt 1973. Schubert, Kurt, Vom Messias zum Christus, Vienna and Freiburg 1964. Schurer, Emil, Geschichte des judischen Volker im Zeitalter Jesu Christi, Leipsiz 1901-9. Schwegler, T., Die Biblische Urgeschichite, Munich 1962. Schweitzer, A., Das Messianitats-und Leidensgeheimnis, Tubingen 1901. Schweitzer, A., Geschichte der Leben-Jesu-Forschung, Munich 1966. Schweitzer, E., Jesus Christus im vielfaltigen Zeugnis des Neuen Testament, Munich and Hamburg 1968. Seydel, Professor, Das Evangelium von Jesu in Seinem Verhaltnissen zu Buddhas Sage und Buddhas Lehre, Leipzig 1880. Shams, J.D. Where did Jesus Die?. Baker and Wilt, London 1945. Simon, M., Les Sectes juives au temps de Jesus, Paris 1960. Smith, G.B., A Guide to the Study of the Christian Religion, Chicago University Press, Chicago 1922. Smith, R.G., Early Relation between India and Iran, London 1937. Smith, V.A., The Early History of India, Clarendon Press, Oxford 1904. Stanton, W.H., The Gospel as Historical Documents, Cambridge University Press, Cambridge 1927. Stauffer, Ethelbert, Jesus, Gestalt und Geschichte, Bern 1957. Stein, M.A. (translator), Kalhana's Chronicle of the Kings of Kashmir, 2 vol. London 1900. Strauss, D.F., Das Leben Jesus, kritick bearbeitet, Tubingen 1835-6. Stroud, William, On the Physical Cause of Death of Christ, Hamilton and Adams, London 1905. Sufi, G.M.D., Kashmir, being a History of Kashmir from the Earliest Times, 2 vol. Light and Life Publisher, New Delhi and Jammu 1974. Sumi, Tokan D., Oki and Hassnain, F.M., Lalakh, the Moonland, Light and Life Publisher, New Delhi, Jammu and Rothak 1975. Sutta, Pandit, Bhavisya Mahapurana (MS. In State Library, Srinagar), Venkate Shvaria Press, Bombay 1917. Thomas, L'Evangeli selon, Editions Metanoia, Marsanne, Montelimar 1975. Thomas, P., Epics, Myths and Legends of India, 13th ed., Tarapolevala, Bombay 1973 Tola, Fernando, Doctrinas secretas de la India Upanishads, Barral, Barcelona 1973. Trocme, Etienne, Jesus de Nazareth vu par les temoins de so vie, Delaclaux et nestle, Neuchatel 1971. Tsing, I., A Record of the Buddhist Religion Practised in India and the malay Archipelago, trans. J. Takakusu, Clarendon Press, Oxford 1896. Verus, S.E., Vergleichende Ubersichtder vier Evangelien, 1897. Vogtle, A., Exegetische Erwagungen uber das Wissen und Selbstbewusstsein Jesu, Freiburg im Brreisgau 1964. Waddell, L.A., Lhasa and its Mysteries, Sanskaran Prakashak, New Delhi 1975. Warechaner, J., The Historical Life of Christ, London 1927. Weiss, J., Die Predigt Jesu vom Reiche Gottes, Gottingen 1892-1900. Weigall, Arthur, Paganism in our Christianity, Hutchinson, London 1916. Whitney, Dean, The Resurrectionof the Lord, Hamilton and Adams, London 1906. Williams, Sir Monier, Buddhism, Macmillan, New York 1889. Wilson, H.H., History of Kashmir in Asiatic Researches, Baptist Mission Press, 92 Calcutta 1841. Wright, Dudley, Studies in Islam and Christianity, MM and L Trust, Woking, Surrey 1943. Wright, William, The Apocryphal Acts of the Apostle, Williams and Norgate, London and Edinburgh 1871. Wuenshel, Edward, Self Portrait of Christ, New York 1954. Yasin, Mohammed, Mysteries of Kashmir, Kesar, Srinagar 1972. Younghusband, Sir Francis, Kashmir, Black, London 1909. Zahrnt, Heinz, Es Begann mit Jesus von Nazareth, Guterslon, Munich 1969. Zimmermann, H., Jesus Christus: Geschichte und Verkundigung, Stuttgart 1973. Zimmen, H., Zum Streit um die "Christus Mythe", Berlin 1910. Zockler, Otto, (ed.), Die Apokryphen des Alten Testament, Munich 1891. Referensi Penerjemah: 1. Kamus Inggris Indonesia untuk Umum, oleh Prof. Drs. S. wojowasito. Penerbit CV. Pangarang – 1977. 2. Kamus: Oxford Advanced Leaner's Dictionary of Current English, oleh A.S. Hornby, Revised Third Edition, Oxford University Press, 1980. 3. Kamus: Webster's Intermediate Dictionary, oleh A. Merriam Webster 1972. 4. Jesus in Heaven on Earth, oleh Al-Hajj Khwaja Nazir Ahmad, Fifth Edition, 1972, Woking, England. 5. Majalah Time, 30 Desember 1974, di bawah judul: How True is the Bible? 6. The Crumbling of the Cross, oleh Al-Hajj Mumtaz Ahmad Faruqui B.Sc. E.E. Darul Kutubil Islamia, Lahore, Pakistan. 7. Kamus bahasa Indonesia, oleh W.J.S. Poerwadarminta. P.N. Balai Pustaka, Jakarta 1976. 8. ALKITAB (Bebel), terbitan: Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta 1976. 9. Khiyaban Murre, (dalam bahasa Urdu) oleh: Latief Kashmiri, Rawalpindi, Pakistan 1980. 10. Mingguan Al-Bilal, (dalam bahasa Urdu), 8 Juli 1981, Murraka Dera Ghari Khan, Islamabad, Pakistan. 11. Christ in Kashmir, Edisi pertama 1973. oleh: Aziz Kashmiri, Roshni Publications, Srinagar, Kashmir 190001. 12. Jesus Live in India, oleh Holger Kersten, Element Books Ltd. Shaftesbury, dorset Great Britain, 1994. 13. Muhammad and Christ, oleh Maulana Muhammad Ali, Edisi pertama 1921. Ahmadiyya Anjuman Isha'at-i-Islam, Lahore, Pakistan. 14. The Sources of Christianity, oleh Al-Hajj Khwaja Kamal-ud-Din, The Woking Muslim Mission and Literary Trust, Aziz Manzil, Brandreth Road, Pakistan, Edisi kelima 1973. 15. The Holy Qur'an, with English Translation and Commentary, oleh Maulana Muhammad Ali, Ahmadiyya Anjuman Isha'at-I-Islam, Lahore, Pakistan.