Surat Menyurat Maryam Jamilah - Maududi Judul Asli : Correspondence between Maulana Maudoodi and Maryam Jameelah mjbookmaker by: http://jowo.jw.lt Riwayat Hidup Ringkas Maryam Jamilah Gadis yang berasal dari suatu keluarga Yahudi yang mukim di New York, ini memang lain sejak awalnya. Demi memuasi dahaganya akan kebenaran hidup, sejak masa-masa remajanya yang paling dini ia telah sekian kali berpindah dari suatu "pusat kerohanian" ke "pusat kerohanian" lainnya. Dari yang sepenuhnya bersifat keagamaan hingga tak kurang dari yang bersifat agnostik, atau malah ateistik sama sekali. Juga, berbeda dengan remaja-remaja New York sebayanya, Margaret Marcus nama gadis ini mengharamkan bagi dirinya segala sesuatu yang disebut sebagai "sumber kenikmatan hidup", seperti pergaulan bebas, pesta-pesta, mode, minuman keras, merokok dan ajojing, justru di masa-masa yang sering disebut sebagai "masa-masa yang paling membahagiakan" dalam kehidupan seseorang. Dan sebagai gantinya, ia benamkan dirinya dalam tumpukan buku-buku yang terhitung "berat" bagi kebanyakan manusia, apalagi bagi remaja seumurnya, seperti: agama, filsafat, psikologi dan sebangsanya. Upaya pencarian kebenaran dan identitas diri ini, sebagaimana hampir jadi sebuah kelaziman, harus dibayarnya dengan harga yang amat mahal. Rontoknya pilar-pilar kepercayaan yang telah terbangun dalam dirinya dan tak adanya alternatif yang menggantikannya, ditambah dengan keterasingan dari keluarga, teman sebaya, dan masyarakat yang otomatis sulit menerimanya, akhirnya memaksanya menjalani psikoanalisa selama 3,5 tahun disusul dengan dua tahun perawatan di rumah sakit jiwa. Gadis ini belum lagi terbebas dari masa-masa kritisnya ketika kemudian dia temukan Islam. Dan ternyata hilangnya rasa dahaga setelah terpuasi oleh Islam belum melepaskannya sama sekali dari derita yang berkepanjangan. Mudah diduga, masyarakat New York yang Kristen dan keluarga Yahudinya seolah membuang muslimah muallaf ini. Harapannya untuk menemukan pelipur dari saudara-saudaranya sesama muslim di Amerika ternyata hampa belaka. Sekali lagi, tak kalah keras dari bentrokannya dengan keluarga dan masyarakatnya, pandangan-pandangannya harus berbentrokan dan, ironisnya, kali ini justru dengan rekan-rekan seagamanya yang telah terbaratkan. Kalimat perpisahan pada deritanya baru bisa ia ucapkan setelah dikenalnya Sayyid Abul A'la al-Maududi, seorang imam besar umat yang tinggal di Pakistan. Mulai dari surat-menyurat yang mengharukan antara seorang bapak dengan putrinya, antara seorang muslimah intelektual dengan ulama besar yang ternyata sama sekali bersesuaian pendapat ini, akhirnya mentaslah dari gadis ini seorang Maryam Jamilah yang tegar. Berkat ketekunan dan semangatnya dan hidayah Allah swt, sebentar saja namanya telah bisa disejajarkan dengan ulama-ulama besar terkemuka di dunia Islam, menyusul rekan-rekannya sesama muallaf lain seperti: Marmaduke Pickthall, Muhammad Asad, T.B. Irving dan lain-lain. Saat ini, juga sebagai salah satu hasil surat-menyuratnya dengan Maududi, Maryam Jamilah mukim di Pakistan, membina suatu keluarga bahagia sebagai istri kedua dari seorang muslim Pakistan --yang sekaligus menjadi penerbit tulisan-tulisannya. Pendahuluan Pada umur 19 tahun segera setelah mulai saya pelajari dengan intensif literatur Islam yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, saya melakukan surat menyurat dengan belasan kaum muda dan dunia Arab dan Pakistan. Tujuan saya adalah agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam dari tangan pertama tentang arti Islam menurut orang Islam sendiri, dan untuk mendapatkan informasi yang lebih terperinci tentang peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di negara Islam daripada informasi yang biasa dimuat dalam surat kabar dan majalah. Sebagian hubungan sahabat pena tidak berlangsung lama karena segera saja saya menjadi kecewa dengan gaya hidup mereka yang ter-barat-kan karena, keacuh-takacuhan mereka dan kadang-kadang permusuhan yang tersembunyi terhadap Islam, dan pikiran mereka yang kekanak-kanakan. Akhirnya saya putuskan untuk melakukan surat-menyurat dengan pemimpin-pemimpin Islam yang matang dan berpengaruh, khususnya dengan para ulama. Pada penghujung tahun 1960, telah saya adakan surat-menyurat dengan Dr. Fadhil Jamali, bekas pemimpin delegasi Irak di PBB; Dr. Mahmud F. Hoballah, Direktur Islamic Centre di Washington DC pada waktu itu; Syaikh Muhammad Bashir Ibrahimi (almarhum) pemimpin ulama Aljazair dan pemimpin perjuangan kemerdekaan melawan Imperialis Perancis; Dr. Muhammad al-Bahay dari Al-Azhar; Dr. Hamidullah dari Paris; Dr. Ma'ruf Dawalibi, ahli hukum Islam dan Guru Besar dalam Syari'ah pada Universitas Damaskus yang juga bekas Perdana Menteri Syria; dan Dr. Said Ramadhan, pemimpin Islamic Centre di Jenewa. Saya telah berusaha dengan sungguh-sungguh untuk melakukan kontak dengan Sayyid Qutb (almarhum) yang pada waktu itu sedang menjalani hukuman yang panjang di penjara Mesir. Walaupun kegiatan-kegiatan Syaikh Hasan al-Banna (almarhum) dan al-Ikhwan al Muslimuun telah mendapatkan publisitas yang melimpah walaupun dengan nada menghina di persurat-kabaran New York, tetapi Maulana Maududi dan Jemaat Islaminya belum banyak menarik perhatian kalangan sarjana dan wartawan Amerika. Walaupun sudah hampir satu dekade saya begitu keranjingan membaca semua buku dan terbitan-terbitan berkala dalam bahasa Inggris tentang Islam yang saya temukan, belum saya dengar tentang Maulana Maududi dan tidak pula saya ketahui siapa dan apa Jemat Islami itu, sampai saya dapatkan esai Mazharuddin Siddiqui dalam buku Islam Jalan Lurus (Editor Kenneth Morgan, Ronald Press, New York, 1958), ketika secara kebetulan sekali saya temukan artikel yang bagus dalam majalah The Muslim Digest, Durban, oleh penulis yang sama, segera saja saya merasa tertarik untuk berkirim surat dengan orang yang mempunyai kelebihan luar biasa ini, dan menulis surat kepada redaksi majalah tersebut untuk meminta alamatnya. Pertama kali mengirim surat, saya hanya mengharap jawaban singkat yang mengungkapkan rasa saling simpati yang timbul dan kesamaan cita-cita. Waktu itu saya tidak bisa meramalkan betapa surat menyurat ini akan menandai perioda yang paling kritis dalam seluruh sejarah hidup saya. Maulana Maududi tidak perlu lagi membujuk saya untuk memeluk Islam karena waktu itu saya telah berada di ambang peralihan kepada agama Islam, dan sudah akan mengambil langkah terakhir, bahkan tanpa sepengetahuannya. Maulana Maududi juga tidak mengupayakan pengaruh yang menentukan apapun atas arah karier menulis saya, karena sudah sejak lebih dari setahun sebelum persahabatan kami saya telah menulis esai-esai untuk membela Islam dan pokok-pokok pikiran saya yang utama telah mapan jauh sebelum kami berdua saling berkenalan. Namun demikian, sebagai hasil dari surat menyurat ini adalah banyak bertambahnya wawasan dan pengetahuan saya, sehingga saya lebih mahir mengemukakan pendapat, dan tulisan-tulisan saya pun bertambah matang dan mendalam. Surat-surat ini mesti dibaca dengan tetap memperhatikan latar belakang sejarahnya. Di Amerika, John F. Kennedy, presiden waktu itu, telah mencapai kekuatan politik dan kemakmuran ekonomi yang belum pernah dicapai sebelumnya. "Perang dingin" antara Komunis Rusia di bawah Krushchev dengan demokrasi Barat baru mulai mencair. Di Pakistan, Presiden Ayub Khan memerintah tanpa penentang, dan untuk melestarikan kediktatorannya dia memberlakukan undang-undang darurat perang dan melarang partai politik, termasuk Jemaat Islami. Ulama yang takwa diganggu dan diintimidasi karena mereka berani mengkritik pemberlakuan undang-undang keluarga yang tidak Islam secara sewenang-sewenang dan sembarangan melawan kehendak mayoritas rakyat. Sesudah tiga setengah tahun psikoanalisa yang mahal dan tak membuahkan hasil dan dua tahun di rumah sakit, saya baru saja mentas dari masa remaja yang panjang, tidak bahagia lagi penuh dengan kesendirian dan frustrasi, dan sedang berusaha menemukan diri saya sendiri serta tempat yang cocok dalam hidup ini. Hanya karena Allah yang Maha Pengasih lagi Penyayang sajalah pada tahap itu Maulana Maududi memberikan kesempatan bagi saya untuk meraih kehidupan yang bermanfaat, kaya dengan pemuasan kebutuhan dengan menyediakan tanah yang subur tempat bisa tumbuh dan berkembang penuhnya usaha-usaha saya. Maryam Jamilah 14 Jumadits-Tsana 1389 H (28 Agustus 1969 M). New York, 5 Desember 1960 Maulana Maududi yth., Artikel anda yang bagus sekali berjudul Life After Death (Hidup Sesudah Mati) yang dimuat dalam majalah The Muslim Digest, Durban, Afrika Selatan terbitan bulan Februari 1960 adalah yang terbaik dan paling meyakinkan yang pernah saya baca. Ketika pertama kali saya baca tentang anda dalam tulisan Mazharuddin Siddiqui yang dimuat dalam buku Islam The Straight Path (Islam Jalan-Lurus, editor Kenneth Morgan, Ronald Press, New York 1958) tentang umat Islam di Pakistan, segera saja saya bersimpati sepenuh hati terhadap anda dan masalah-masalah anda, walaupun Mazharuddin adalah seorang modernis khas yang menggambarkan anda dengan gaya menghina. Pada tahun lalu saya telah berketetapan hati untuk membaktikan kehidupan saya guna berjuang melawan filasafat-filsafat materialistik, sekularisme dan nasionalisme yang sekarang masih merajalela di dunia. Aliran-aliran tersebut tidak hanya mengancam kehidupan Islam saja, tetapi juga mengancam seluruh umat manusia. Untuk itulah telah saya tulis sejumlah artikel, enam di antaranya telah dimuat oleh majalah The Muslim Digest dan The Islamic Review, Woking, England. Artikel saya yang pertama berjudul Sebuah Kritik terhadap buku "Islam in Modern History" yang ditulis oleh Prof. Wilfred Cantwell Smith, Direktur Islamic Institute di McGill University, Montreal. Saya menentang bagian demi bagian argumentasinya yang mengatakan bahwa sekularisme dan westernisme itu cocok dengan Islam dan bahwa "pembaharuan" Kemal Ataturk di Turki menawarkan model yang paling baik untuk ditiru oleh negara-negara Islam lainnya. Artikel saya yang kedua berjudul Nasionalisme, Suatu Ancaman terhadap Solidaritas Islam menunjukan betapa tidak cocok dan tak terujukkannya konsep nasionalisme modern dengan konsep ummah atau persaudaraan Islam yang universal. Artikel saya yang ketiga --dimuat dalam majalah The Islamic Review, bulan Juni 1960 dan majalah The Muslim Digest bulan Agustus 1960 merupakan bantahan terhadap argumentasi Asaf A. Fyzee (wakil Rektor Universitas Kashmir) tentang Islam yang terbaratkan, diperbaharui dan "diliberalkan" sampai suatu titik ia hanya menjadi ungkapan-ungkapan etika yang hampa dan kosong dan tidak mampu memberi dampak terhadap pembentukan masyarakat dan kebudayaan. Artikel lain yang saya tulis membantah pendapat ahli sosiologi Turki, Ziya Gokalp, yang mencoba untuk memperdayakan pembacanya agar yakin bahwa nasionalisme dan sekularisme itu cocok dengan Islam (langsung daripadanyalah Kemal Ataturk memperoleh inspirasinya); Sir Sayyid Ahmad Khan yang menuhankan ilmu pengetahuan dan filsafat Eropa abad XIX; Ali Abdur-Raziq dalam buku Islam and the Principles of Government yang ditulisnya sesudah penghapusan kekhalifahan Usmaniyah yang mencoba menunjukan bahwa kekhalifahan tidak pernah menjadi bagian integral dari Islam, sehingga harus dijauhkan secara total dan terus-menerus dari negara; Presiden Habib Bourguiba yang tahun lalu menyerang puasa bulan Ramadan dengan menyatakan bahwa puasa Bulan Suci merupakan penghalang bagi pembangunan ekonomi Tunisia; dan Dr. Toha Husein, intelektual dan penulis Mesir buta yang telah mengemukakan dalam bukunya Future and Culture in Egypt bahwa Mesir adalah bagian integral dari Eropa, karenanya perlu melakukan sekularisasi dan westernisasi sepenuhnya. Mereka yang sering disebut-sebut sebagai muslim "progresif" yang lebih berbahaya dari pada musuh-musuh dari luar, karena mereka menyerang landasan-landasan asasi Islam dari dalam. Tujuan saya menulis artikel-artikel tersebut tidak lain adalah untuk membuka mata kaum muslimin akan fakta ini. Sekularisme, nasionalisme dan materialisme masa kini disadap dari filosof-filosof yang membangkitkan revolusi Perancis, seperti Voltaire, Rousseau, Montesquieau dan lain-lain. Mereka adalah pembenci-pembenci fanatik terhadap seluruh agama. Merekalah yang bertanggung-jawab terhadap adanya keyakinan yang menyatakan bahwa manusia dapat maju dan mencapai keselamatan tanpa Tuhan. Khayalan bahwa manusia tidak tergantung pada Allah dan bahwa Hari Akhir tidak ada, akan membawa kepada keyakinan bahwa tujuan utama kehidupan umat manusia adalah kemajuan material. Tanpa adanya suasana anti agama yang mematikan ini, maka faham-faham seperti Marxisme, Fascisme, Nazisme, Pragmatisme (seperti yang dipropagandakan oleh John Dewey) dan Zionisme (penyebab tragedi Palestina) tidak akan pernah mengakar. Saya merencanakan untuk menulis artikel lain tentang masalah ini dengan lebih terperinci. Mungkin anda ingin tahu siapa saya sebenarnya. Saya adalah seorang gadis Amerika, umur 28 tahun, yang begitu tertarik kepada Islam sebagai satu-satunya harapan dalam hidup saya, sehingga saya sekarang ingin berpindah agama. Masalah saya yang pelik adalah kesulitan untuk bertemu dengan orang Islam di daerah pinggiran kota New York, tempat tinggal saya. Lagi pula saya merasa terasing, Karena itu tatkala saya dapati artikel anda dalam The Muslim Digest, segera saja saya kirim surat kepada redaksi majalah tersebut untuk meminta alamat anda dengan harapan akan anda balas surat-surat saya. Bila anda bersedia, kirimkanlah kepada saya beberapa tulisan anda, khususnya brosur yang anda tulis beberapa tahun yang lalu yang berjudul The Process of Islamic Revolution. Karena kita saling berbagi cita-cita yang sama dan bekerja untuk meraih tujuan yang sama, maka saya ingin sekali menikmati hubungan persahabatan dengan anda dan menolong anda dalam perjuangan anda sebisa-bisanya. Salam takzim, Margaret Marcus Lahore, 21 Januari 1961 Saudari Marcus yth., Assalamu 'alaikum, Surat anda tertanggal 5 Desember 1960 sampai di sini ketika saya telah pergi ke Saudi Arabia untuk menghadiri undangan Raja Ibnu Saud. Raja ingin mendirikan Universitas Islam di Medinah dia undang saya untuk mempersiapkan rencana tersebut. Karenanya, saya berada di luar negeri kira-kira selama satu bulan. Ketika pulang saya dapatkan surat anda beserta ketiga esai anda. Saya benar-benar tak mampu mengutarakan alangkah bahagianya saya setelah membaca surat dan esai-esai anda. Sengaja saya tuliskan kata "Assalamu 'alaikum" di awal surat ini, yakni ucapan salam khusus untuk kaum muslimin. Alasannya ialah walaupun anda masih menimbang-nimbang untuk beralih agama, tetapi saya percaya bahwa anda sudah menjadi seorang muslimah. Seseorang yang meyakini keesaan Tuhan, dan meyakini bahwa Muhammad adalah rasulullah dan nabi-Nya yang terakhir, al-Qur'an adalah Kitab-Nya dan juga beriman kepada Hari Akhir, maka ia adalah seorang muslim yang sebenarnya, baik ia dilahirkan sebagai Yahudi, Kristen maupun dari keluarga yang menyembah berhala. Gagasan-gagasan anda telah menjadi saksi atas kenyataan bahwa anda beriman terhadap kebenaran-kebenaran yang telah disebutkan di atas. Karenanya, saya pandang anda sebagai seorang muslimah dan sebagai saudara saya seiman. Tidak diperlukan upacara baptis di hadapan pendeta atau yang semacamnya bila seseorang hendak memeluk agama Islam. Bila anda yakin terhadap kebenaran Islam, maka anda hanya perlu menegaskan dengan sungguh-sungguh bahwa "Tak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul-Nya". Kemudian hendaknya anda ganti nama dengan nama Islam (seperti Aisyah atau Fatimah) lalu membuat pengumuman tentang nama dan agama anda, sehingga dunia Islam secara luas mengetahui bahwa anda adalah anggota persaudaraan Islam. Kemudian anda harus mulai menegakkan shalat wajib lima kali sehari semalam dan menaati perintah-perintah Islam yang lain dengan sabar. Saya dapati anda telah berada di ambang pintu Islam dan dengan satu langkah pasti lagi anda sudah akan termasuk dalam kelompok orang-orang beriman. Saya pikir langkah terakhir ini akan merupakan puncak yang logis dan wajar dari gagasan-gagasan anda. Pembantu pribadi saya telah mengirimkan beberapa brosur kepada anda, termasuk yang anda minta. Sebagai tambahan, saya kirimkan pula buku-buku saya. Ketika saya baca artikel-artikel anda, saya merasa seolah-olah sedang membaca gagasan-gagasan saya sendiri. Saya berharap anda rasakan hal yang sama bila anda baca karya-karya saya. Walaupun kenyataannya kita belum saling berkenalan, namun rasa simpati dan kesatuan pemikiran kita adalah hasil langsung dari kenyataan bahwa kita telah memperoleh ilham dari satu sumber yang sama. Orang-orang Islam kebarat-baratan yang kekurangan semangat Islamnya yang anda sesali itu, adalah hasil terjelek daripada penjajahan barat atas negara-negara Islam. Pukulan yang terberat yang telah ditimpakan oleh penjajahan atas kita bukanlah di lapangan politik ataupun ekonomi, melainkan di bidang pemikiran dan semangat. Imperialisme ini telah menghasilkan banyak budak secara mental, yang bahkan setelah kemerdekaan, masih tetap tunduk pada Barat dan dengan setia mengikuti langkah majikan terdahulu mereka. Dari sudut pandangan inilah saya pikir perang kemerdekaan belum lagi selesai, karena kita masih harus menjalani perang yang panjang melawan orang asing dalam negeri seperti itu. Dan sekarang saya tak tahan untuk tidak mengungkapkan rasa takjub saya mengenai satu hal. Saya ingin tahu dengan persis bagaimana dan di mana seorang gadis Amerika dapat sampai pada konsepsi Islam yang murni lagi cemerlang seperti itu. Dapatkah anda sisihkan waktu untuk menulis cerita singkat tentang evolusi mental anda, dan mengirimkannya kepada saya? Saya benar-benar dapat mengerti perasaan kesendirian anda karena ketiadaan masyarakat Islam di lingkungan anda. Tentu hal ini adalah penderitaan yang paling berat bagi seorang muslimah yang hidup di negara non-muslim. Tetapi tentu dapat merupakan suatu pelipur bagi anda memahami bahwa di dunia kini tiap orang Islam sejati sama berbagi kepedihan dan keterasingan bersama anda, walaupun mungkin pada tingkat yang lebih ringan atau dalam bentuk lain. Kapan saja anda mengunjungi Pakistan, saya akan berbahagia sekali jika bisa bertemu dengan anda dan mengelu-elu anda sebagai tamu saya. Alangkah gembiranya saya beserta seluruh keluarga bila anda dapat datang dan bersama kami melaksanakan puasa bulan Ramadhan (yang tahun ini akan jatuh pada 17 Februari s/d 18 Maret). Saya berada di Lahore hingga akhir bulan Maret, setelah itu saya hendak melawat ke beberapa negara di benua Afrika untuk mengorganisasikan da'wah Islam di sana, Insyaallah. Saya akan kembali berada di Lahore akhir bulan Mei. Saya rencanakan untuk tetap tinggal di Lahore hingga akhir tahun, karenanya, kapan saja anda datang, anda dapat temui saya di rumah. Saudaramu Seagama, Abul A'la New York, 31 Januari 1961 Maulana Maududi yth., Beberapa hari yang lalu saya menerima hadiah buku-buku berbahasa Inggris dari anda yang jumlahnya menyerupai suatu perpustakaan kecil. Saya rasa, mengatakan terimakasih saja tidak cukup. Saya hanya bisa berjanji akan selalu memelihara dan menghargainya. Baru kemarin saya terima surat anda yang menceritakan bahwa tatkala anda baca naskah-naskah saya seolah-olah anda sedang membaca karya sendiri. Yakinlah, bahwa tatkala saya baca buku-buku anda, saya juga merasa seolah benar-benar sedang membaca gagasan-gagasan saya sendiri yang hanya saja diungkapkan dengan lebih tegas dan menyeluruh daripada yang barangkali bisa saya tulis. Dua naskah terakhir saya adalah; yang satu tentang puisi Allamah Iqbal [Lihat artikel saya tentang Allamah Iqbal dalam Islam Versus The West], satu-satunya ilmuwan dunia Islam masa kini yang telah berhasil mengungkapkan --dalam bentuk puisi dengan keindahan abadi-- tentang apa arti sebenarnya menjadi seorang muslim; naskah yang lain berjudul The Philosophical Sources of Western Materialism (Sumber-sumber Filsafat Materialisme Barat), di sini saya lacak perkembangan Materialisme Barat sejak kelahirannya di masa Yunani Kuno, melewati zaman Renesan sampai memuncak dalam bentuk ideologi, seperti Komunisme. Dalam naskah yang kedua ini juga saya coba tunjukkan, bahwa kejahatan-kejahatan yang kita saksikan saat ini adalah akibat logis daripada kecenderungan yang telah berlanjut selama lebih dari lima abad. Tokoh-tokoh pemikiran Barat seluruhnya adalah materialis yang bersemangat; nyatanya, seluruh tema peradaban Barat modern adalah pemberontakan terhadap gereja dan pada puncaknya juga terhadap seluruh agama dan nilai rohaniah. Jadi, materialisme adalah bagian dari esensi Barat terpenting. Pemimpin-pemimpin Asia dan Afrika, sebagaimana anda jelaskan dengan jitu dalam artikel anda Nasionalism and India (Nasionalisme dan India), secara serempak telah diajar untuk memandang rendah pusaka asli mereka dan dicekoki dengan filsafat materialisme. Karena rasa dendam dan benci yang mendalam kepada majikan Barat mereka terdahulu, maka mereka lemparkan kembali sampah-sampah tepat ke muka mereka sendiri. Hal ini saya maksudkan sebagai gambaran pergolakan hebat yang saat ini sedang terjadi di Asia dan Afrika, khususnya di Kongo. Setelah saya baca tentang kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di Afrika, saya mengkhawatirkan keselamatan anda. Sungguh sangat menyakitkan terasa bagi saya membaca dan mengetahui bagaimana negara-negara muslim seperti Republik Persatuan Arab (sekarang pecah menjadi Mesir dan Syria -penerjemah) secara membudak meniru Komunis Rusia dan Cina dalam hal politik luar negeri mereka di Afrika. Saya hendak bersimpati dengan beberapa negara seperti RPA, tetapi tidak saya lihat sesuatu yang Islami dalam kebijaksanaan pemerintahannya. Seorang muslim yang mudah tertipu akan menyambut gembira upaya-upaya Nasser dalam memajukan dakwah Islam di Afrika, tetapi tak syak lagi bahwa ia tidak begitu tertarik untuk berjuang lebih jauh dari pada sekedar menggunakan akidah itu semata-mata sebagai slogan untuk meninggikan keharuman nama dan harkatnya. Saya dengan tulus dan pasti yakin bahwa pemahaman anda tentang Islam sebagai yang anda kernukakan dalam buku Towards Understanding Islam (Menuju Pemahaman Islam) dan Islamic Law and Constitution (Hukum dan Perundang-undangan Islam) dan brosur-brosur lain yang telah anda kirimkan kepada saya adalah satu-satunya penafsiran yang tepat. Saya berharap agar saya tidak dipandang sebagai orang yang berpikiran sempit dengan berkata demikian. Sungguh saya hargai anda dan segala sesuatu yang anda kerjakan, sebab anda memegang teguh Islam dalam kemurniannya di samping menolak untuk berdamai dengan tingkah laku zaman atau memperkosanya dengan filsafat-filsafat asing. Seperti yang telah anda uraikan dalam karya-karya anda, maka saya percaya bahwa Islam adalah jalan hidup yang unggul dan merupakan satu-satunya jalan menuju kebenaran. Tragisnya, ternyata banyak orang Islam yang tidak setuju. Berkali-kali saya bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa Islam yang belajar pada universitas-universitas di New York yang berusaha meyakinkan saya bahwa Kemal Ataturk adalah orang Islam yang baik dan bahwa Islam harus menerima kriteria filsafat kontemporer, sehingga bila ada akidah Islam dan peribadatannya yang menyimpang dari kebudayaan Barat modern, maka hal itu harus dicampakkan. Pemikiran demikian dipuji sebagai "liberal", "berpandangan ke depan" dan "progresif". Sedang orang-orang yang berpikiran seperti kita dicap sebagai "reaksioner dan fanatik", yakni orang-orang yang menolak untuk menghadapi kenyataan masa kini. Suatu hal di dalam buku kecil anda Nasionalisme dan India yang perlu mendapatkan perhatian khusus ialah sikap oposisi anda terhadap orang Islam yang memakai pakaian Barat. Banyak orang memandang masalah ini sebagai sesuatu yang remeh, tetapi saya memandangnya sebagai hal yang paling penting. Tidakkah Nabi Besar Muhammad saw telah bersabda: "Barangsiapa yang meniru orang kafir, maka ia termasuk salah seorang dari mereka!" Saya pikir, orang muslim harus merasa bangga memperlihatkan kenyataan berupa kekhasan penampilan fisiknya. Demikianlah, maka bila saya lihat pemimpin Islam yang sama sekali berpakaian model barat dan bercukur licin, tak bisa tidak saya anggap imannya bercacat, karena lewat pakaiannya, dia permaklumkan kepada dunia bahwa ia malu akan identitasnya yang sebenarnya. Pernahkah anda baca Islam di Simpang Jalan karya Muhammad Asad yang membicarakan hal ini secara panjang lebar? Tidak aneh bila anda begitu heran terhadap gadis yang lahir dari keluarga khas Amerika bisa memeluk Islam. Karenanya, berikut ini akan saya ceritakan bagaimana hal itu terjadi. Ketika saya berumur sepuluh tahun, saya bersekolah di sekolah Jewish Sunday yang diperbaharui. Segera saya terpesona dengan sejarah Yahudi yang tragis. Saya tertarik kepada cerita Ibrahim dan kedua anaknya Ismail dan Ishak. Ishak dianggap sebagai bapak orang Yahudi dan Ismail bapak orang Arab. Tidak saja orang Arab dan Yahudi bersamaan asal, tetapi sejarahnya pun saling berkaitan pada beberapa perioda. Telah saya pelajari bahwa di bawah pemerintahan Islam, khususnya di Spanyol, orang Yahudi mengalami masa keemasan dengan kebudayaan Ibraninya. Karena ketidaktahuan, tentunya terhadap sifat jahat Zionisme, secara naif saya mengira bahwa orang Yahudi Eropa kembali ke Palestina untuk menjadi orang semit lagi dan hidup seperti orang Arab. Sungguh saya sangat tergairahkan oleh prospek kerja sama antara orang-orang Arab dan Yahudi untuk menciptakan zaman keemasan baru seperti pernah terjadi di Spanyol. Selama masa remaja, saya mengalami keterasingan sosial di sekolah karena saya senang menggunakan sebagian besar waktu saya untuk membaca buku-buku di perpustakaan dan tidak tertarik, kepada lain jenis, pesta-pesta, dansa, film, pakaian, perhiasan atau pun kosmetika. Saya beranggapan bahwa merokok adalah kebiasaan vulgar dan kemubaziran. Meskipun kenyataan di masyarakat mengharuskan seseorang untuk minum-minum di dalam pesta dengan tujuan agar dapat diterima secara sosial, dan kedua orangtua saya berpendapat bahwa pengumbaran diri sekedarnya dengan anggur tak dapat dipisahkan dari "kenikmatan hidup", namun saya belum pernah menyentuh minuman keras. Saya hampir tidak mempunyai teman selama delapan tahun di sekolah lanjutan pertama dan atas, karena saya hanya berbagi sedikit kegetiran dengan anak-anak laki-laki dan perempuan sebaya saya. Pada tahun kedua di Universitas New York, saya bertemu dengan seorang gadis remaja dari keluarga Yahudi yang telah memutuskan untuk memeluk agama Islam. Karena begitu tertarik kepada bangsa Arab sebagaimana saya, maka dia kenalkan saya dengan teman-teman Arab dan muslimnya di New York. Dia dan saya sama-sama mengikuti pelajaran dalam kelas yang diajar oleh Rabbi Yahudi berjudul Yudaisme dalam Islam. Rabbi itu mencoba untuk memberikan bukti-bukti kepada para siswanya, dibalik kedok "perbandingan agama", bahwa segala yang baik dalam Islam itu dipinjam langsung dari perjanjian lama, Talmud dan Midrash. Buku teks kami, yang disusun oleh Rabbi ini juga (Judaism in Islam, Abraham I Katsh, Washington Square Press, New York 1954), menuliskan surat kedua dan ketiga dari Al-Qur'an ayat demi ayat, untuk melacak asal-usulnya dari sumber-sumber Yahudi. Kuliah ini diselingi juga dengan pemutaran film berwarna dan slide propaganda Zionis untuk mengagungkan negara Yahudi. Tetapi ironisnya, kuliah ini bukannya mampu meyakinkan saya akan keunggulan Yahudi atas agama Islam, tapi malah mengalihkan saya kepada pandangan yang sebaliknya. Walaupun kenyataannya di dalam kitab Perjanjian Lama terdapat konsep-konsep universal tentang Tuhan dan cita moral luhur seperti yang diajarkan oleh para nabi, tetapi agama Yahudi selalu mempertahankan karakter kesukuan dan kebangsaan. Dan meskipun di dalamnya terdapat idealisme luhur, narnun kitab suci agama Yahudi itu bagaikan buku sejarah orang Yahudi saja layaknya sejarah ketuhanan dan kebangsaannya. Parokialisme berpandangan sempit telah mendapatkan ungkapan modernnya dalam Zionisme (walaupun dalam bentuk yang sepenuhnya sekular). Perdana Menteri Israel, David ben Gurion, tidak beriman kepada Tuhan yang bersifat pribadi dan supranatural, tidak pernah mendatangi sinagoge dan tidak menaati hukum Yahudi, adat-adat maupun upacara-upacara, namun.ia dipandang sebagai orang Yahudi terbesar masa kini, bahkan juga oleh orang-orang yang taat dan ortodoks. Sebagian besar pemimpin Yahudi memandang Tuhan sebagai super agen real estate yang membagi-bagikan lahan untuk keuntungan mereka sendiri. Zionisnie telah menjadikan aspek-aspek yang sangat jelek dari nasionalisme materialistik Barat modern sebagai milik mereka sendiri. Hanya filsafat utilitarian dan opportunisme seperti itu yang dapat membenarkan di dalam pikiran-pikiran, hal-hal seperti: kampanye zalim untuk mengusir mayoritas orang Arab dan menginjak-injak minoritas yang mengibakan yang masih tinggal di "Israel", kemudian memasang gaya pembawa "kemajuan" dan "pencerahan" bagi bangsa Arab "yang jahil". Betapapun unggulnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi "Israel", namun saya yakin kemajuan material yang dikombinasikan dengan moralitas kesukuan bangsa "terpilih" ini adalah suatu ancaman yang amat besar bagi perdamaian dunia. Pernah saya dengar Golda Meir berpidato di depan Sidang Umum PBB: "Saya akan menentang siapa saja yang hendah mempersoalkan hak keamanan Israel dengan menahan daerah Arab yang dikuasai lewat penaklukan. Satu-satunya etika yang penting bagi kami adalah bertahan hidupnya bangsaYahudi di negeri Yahudi" (Tak apa, Nyonya Golda Meir, tentang bertahan hidup itu, bangsa-bangsa lain pun akan mempertahankan hidupnya pula). Waktu itu pula saya ketahui babwa para ulama Yahudi memendam rasa permusuhan yang lebih besar terhadap Nabi Muhammad saw daripada orang-orang Kristen. Kemunafikan agama Yahudi yang diperbaharui sama juga tak bisa diterima. Sehingga, walaupun seorang keturunan Yahudi, saya tetap tidak bisa mengidentifikasikan pemikiran-pemikiran dan aspirasi-aspirasi saya dengan bangsa Yahudi. Karena kedua orangtua saya bukanlah Yahudi yang taat dan keduanya sangat yakin akan perlunya orang Yahudi Amerika untuk berpikir, berpandangan dan berperilaku seperti orang Amerika lain, maka setelah dua tahun belajar di sekolah agama Yahudi, saya didaftarkan pada sistem pendidikan Pergerakan Kebudayaan Etika yang didirikan oleh mendiang Dr. Felix Adler pada dekade-dekade terakhir abad sembilan belasan. Dalam buku anda Pandangan Islam tentang Etika, anda merujuk kepada pergerakan humanis agnostik ini yang menolak landasan supranatural nilai-nilai etika dan menganggapnya sebagai relatif dan buatan manusia. Saya hadiri pengajaran di sekolah kebudayaan Etika itu seminggu sekali selama empat tahun sampai saya tamat pada usia lima belas tahun. Sejak itu hingga saya masuk sekolah Rabbi Katsh di Universitas New York tahun 1954, saya menjadi seorang ateis tulen dan meremehkan semua organisasi keagamaan ortodoks sebagai ketahayulan. Suatu hari di kelas, Rabbi Katsh memberikan kuliah di hadapan para mahasiswa, ia kemukakan alasan-alasan mengapa seluruh nilai-nilai etika yang tumbuh sebagai hak bawaan universal setiap manusia bersifat mutlak dan merupakan pemberian Tuhan, bukan ciptaan manusia dan tidak pula relatif sebagaimana telah diajarkan kepada saya sebelumnya. Saya lupa argumentasi khasnya, tetapi saya hanya ingat bahwa alasan-alasan tersebut begitu masuk akal dan meyakinkan saya, sehingga hal ini menandai suatu titik balik dalam kehidupan saya. Setelah saya pelajari Al-Qur'an lebih dalam lagi, saya mulai sadar mengapa Islam dan hanya agama Islam telah mampu membuat bangsa Arab menjadi bangsa besar. Tanpa Al-Qur'an saat ini bahasa Arab mungkin telah punah. Paling-paling, tanpa Al-Qur'an bahasa Arab akan menjadi kurang berarti dan tidak dikenal seperti dulu. Keberadaan seluruh kesusasteraan dan kebudayaan Arab berhutang banyak kepada Al-Qur'an. Karenanya, kebudayaan Arab dan Islam tidak bisa dipisahkan. Tanpa Islam, kebudayaan Arab tidak akan berarti penting dalam dunia internasional. Walaupun kedua orangtua saya tidak dapat memahami penentangan saya terhadap kebudayaan yang membesarkan saya, khususnya rasa permusuhan saya terhadap Zionisme, mereka tetap memberikan kebebasan untuk mencari dan mendapatkan pegangan hidup. Mulanya mereka mencoba melemahkan semangat saya dengan mengatakan bahwa keterlibatan saya akan menjauhkan saya dari mereka dan seluruh keluarga. Tetapi saat ini, setelah mereka lihat saya begitu tetap hati, mereka yakinkan saya bahwa mereka tidak akan menghalangi saya berpindah agama atau menjalani kehidupan yang membuat saya bahagia. Walaupun tetap meyakini pandangan-pandangan yang berlawanan dengan saya hampir dalam segala hal, mereka tetap toleran dan lapang dada. Betapapun tidak setuju, mereka tak pernah mengancam untuk tidak mengakui saya sebagai anaknya. Alangkah bedanya dengan orangtua Yahudi ortodoks, yang menganggap anaknya yang memeluk agama lain sebagai telah mati. Kemarin saya kunjungi Islamic Foundation di New York, imamnya adalah Dr. Nuruddin Shoreibah, sarjana tamatan al Azhar. Ia ajari saya bacaan-bacaan shalat lima waktu dalam bahasa Arab, sebagai persiapan untuk menghadapi bulan Ramadan yang akan datang, karena saya bemiat hendak melaksanakan ibadah puasa untuk pertama kalinya. Saya serahkan pada anda untuk memutuskan, adakah lebih baik kita bekerja bersama atau sendiri-sendiri, mengingat kita mengejar cita-cita yang sama. Dengan surat saya yang panjang ini, ingin sekali saya ucapkan terimakasib atas tawaran-tawaran yang telah anda sampaikan. Salam takzim, Margaret Marcus Lahore, 25 Februari 1961 Nona Marcus yth.. Assalamu'alaikum warahmatullah, Surat anda yang panjang lebar tertanggal 31 Januari itu agak terlambat sampai di sini. Maaf, karena saya tidak bisa segera membalas sebab adanya kesibukan yang tak terhindarkan. Saya khawatir keterlambatan ini akan menyebabkan anda tidak enak hati. Oleh karena itu saya mohon maaf. Saya mempelajari sketsa kehidupan anda dengan rasa tertarik dan perhatian yang besar. Begitu selesai membaca, segera saya menyadari bagaimana pikiran terbuka dan tanpa prasangka bisa menemukan Jalan yang Lurus, asalkan berusaha dengan sungguh-sungguh dan terus menerus. Kisah kesulitan, kesengsaraan dan kesedihan mental anda bukan merupakan hal baru bagi saya. Bila seseorang mengalami konflik yang keras dengan lingkungan sosialnya serta tidak mendapatkan simpati atau penghargaan sedikitpun dari lingkungan mental maupun moralnya, sungguh luar biasa bila sarafnya tidak mengalami kehancuran fatal. Ketidakmampuan anda untuk menyesuaikan adalah akibat yang alami daripada ketidak-cocokan antara anda dengan masyarakat anda. Tabiat, citarasa, gagasan, kebiasaan dan seluruh kelakuan anda secara asasi berbeda dari lingkungan masyarakat tempat anda tinggal. Pergesekan yang terus-menerus bisa lebih merusak daripada yang kenyataannya terjadi. Anda tampak bagaikan seperti pohon muda di daerah Khatulistiwa yang ditanam di zona Arktik dan anda tak bisa tidak dipaksa menghadapinya. Tiap orang dapat tumbuh dan memancar sebaik-baiknya dalam suasana cocok. Pada iklim permusuhan, seseorang cenderung kehilangan atau dituduh sebagai telah kehilangan keseimbangan mental dan seluruh kemampuannya, seakan-akan hilang sirna. Alasan serupalah yang menyebabkan anda masih belum menikah; masyarakat anda tidak menyukai tipe wanita seperti anda. Seluruh kelebihan anda dipandang sebagai cacat. Tidak mungkin anda temukan teman hidup sejati dalam keadaan sekarang ini. Jika anda paksakan mengikat diri kepada seseorang di sana, anda tak akan mungkin bisa menjalani kehidupan perkawinan yang baik atau berhasil. Sejak surat anda yang pertama, telah saya pertimbangkan masalah anda dengan penuh perhatian. Saya pikir anda harus memilih salah satu dari dua pilihan. Pertama, anda harus bekerja secara terbuka untuk Islam di Amerika dengan mengumpulkan simpatisan-simpatisan dan rekan-rekan sekerja di sekitar anda, atau, yang kedua, anda pindah ke suatu negara Islam, sebaiknya Pakistan. Tidak mudah bagi saya untuk memilih salah satu alternatif yang sesuai dengan anda, karena hal ini tergantung pada lingkungan dan kemampuan anda yang tentunya anda sendiri yang memahaminya dengan baik. Saya hanya mampu menyampaikan bahwa bila anda hendak hijrah dan tinggal di Pakistan, anda akan berada di tengah-tengah orang-orang yang sependirian, hanya saja dengan bahasa yang berbeda. Insyaallah di Pakistan akan anda dapatkan segenap dukungan serta dorongan moral dan material Lebih lagi, besar kemungkinan anda temukan orang muslim yang takwa, yang dapat menjadi teman hidup anda. Bila anda berada di Pakistan, saya dapat memberikan segala pertolongan. Tetapi sayang sekali saya tidak dapat membantu perjalanan anda dari Amerika ke Pakistan, mengingat adanya pembatasan-pembatasan yang sangat ketat terhadap lalu-lintas luar negeri. Saya benar-benar berharap agar orangtua anda, yang menaruh harapan baik bagi anda, tidak menghalangi pilihan anda. Mereka seharusnya menyadari kenyataan bahwa bila anak putrinya dipaksa untuk hidup dalam iklim yang buruk, akibatnya tidak hanya akan memaksa anaknya hidup dalam keputusasaan, tetapi lebih dari itu, putrinya akan mengalami goncangan-goncangan syaraf yang membahayakan. Tetapi sebaliknya, bila ia cukup beruntung dan mendapatkan suasana beruntung dan mendapatkan suasana sosial yang cocok lagi bersahabat, pikirannya akan kembali sehat dan bersemangat, dan akan menjalani kehidupan yang produktif dan bermanfaat. Saya pikir, begitu mereka sadar akan hal ini sepenuhnya, maka tak akan anda temui halangan dari pihak mereka. Malah, ada kemungkinan akan mereka terima usulan-usulan saya. Anda tanyakan buku Islam di Simpang Jalan. Buku tersebut sudah saya baca dan juga buku-buku karya Muhammad Asad lainnya. Saya telah berkesempatan untuk berkenalan secara pribadi dengannya tidak lama setelah ia memeluk Islam, ketika ia tinggal di anak benua Indo-Pakistan. Mungkin menarik bagi anda untuk mengetahui, bahwa Muhammad Asad juga keturunan Yahudi (Austria). Saya sangat kagum akan pikiran-pikirannya tentang Islam, khususnya kritikan-kritikannya terhadap kebudayaan Barat dan filsafat materialistik. Namun demikian, sayang sekali, meskipun di awal keislamannya ia seorang muslim yang begitu kukuh dan taat, tetapi secara perlahan-lahan ia bergeser mendekati jalan apa yang sering disebut sebagai muslim "progresif", sebagaimana Yahudi yang "diperbaharui". Belakangan ini, perceraian dengan istri Arabnya dan kemudian perkawinannya dengan gadis Amerika modern, dengan pasti mempercepat proses ini. Walaupun kenyataan-kenyataan yang mengharukan ini tidak bisa dipersoalkan apalagi dibenarkan, namun dalam masalah ini saya tidak bisa terlalu menyalahkannya. Ketika saya bertemu pertama kali di tahun-tahun pertama keislamannya, perubahan-perubahan yang menggembirakan terjadi dalam hidupnya. Tetapi, sekali seseorang menjalani kehidupan sebagai orang Islam sejati, segera saja semua kemampuannya kehilangan "nilai pasar" nya. Cerita sedih yang sama juga menimpa Muhammad Asad. Sebelum itu ia sudah terbiasa hidup dengan standar tinggi lagi modern. Sesudah memeluk Islam, ia harus menghadapi kesulitan-kesulitan ekonomi yang teramat berat. Akibatnya, ia terpaksa melakukan kompromi-kompromi. Saya selalu berharap, meskipun dengan terjadinya perubahan-perubahan ini, cita-cita dan pendirian-pendiriannya tidak berubah, walaupun kehidupan sehari-harinya telah mengalami perubahan. Nabi besar Muhammad saw pernah bersabda bahwa, akan datang suatu masa bila seseorang mengikuti jalannya, ia seolah sedang memegang bara api dalam genggamannya. Nubuatannya ini telah terbukti. Akhir-akhir ini, bila seseorang, laki-laki maupun perempuan, hendak mencoba melaksanakan ajaran-ajaran Islam, ia akan menghadapi tantangan-tantangan yang keras dalam setiap langkahnya dari peradaban materialistik. Seluruh lingkungannya berbalik memusuhi muslim itu. Ia akan dipaksa untuk berkompromi atau tetap berada dalam suasana pertentangan dengan masyarakat. Syaraf yang paling kuat dan tahan uji mutlak diperlukan untuk perjuangan yang tidak mengenal henti ini. Sudahkan anda berhubungan dengan Islamic Centre di Washington D.C. atau di Montreal yang mungkin bermanfaat bagi anda? Alamat Islamic Centre di montreal adalah: The Islamic Centre, 1345 Red Path Crescent, Montreal - 2, Quebeq, Canada. Terima kasih atas perhatian yang tulus dari anda terhadap keselamatan saya sehubungan dengan kepergian saya ke Afrika yang akan datang. Alhamdulillah, negara-negara di benua Afrika yang akan saya kunjungi ada dalam keadaan yang sangat aman dan damai. Saya bermaksud mengunjungi Somalia, Kenya, Uganda, Tanganyika, Zansibar, Mauritus dan Republik Afrika Selatan. Di negara-negara tersebut terdapat banyak orang India, Pakistan dan Arab yang muslim. Dengan bantuan mereka saya berharap dapat meningkatkan dakwah Islam di sana. Benar-benar dapat saya pahami kebingungan anda terhadap Presiden Nasser. Sebaliknya daripada seorang pembela Islam, tangan bengisnya dilumuri darah merah para syuhada. Dengan kejam ia tindas al-lkhwanul Muslimin. Dialah yang telah menghancurkan kekuatan Islam di dunia Arab. Paling sedikit ia memiliki empat lidah dalam satu mulut. Bila berbicara kepada orang Mesir, ia katakan: "kita adalah putra-putra Firaun." (ia dirikan patung raksasa Ramses II yang dikutuk sebagai Firaun sang penindas di alun-alun Kairo). Bila berbicara kepada dunia Arab, dia katakan: "Kita adalah bagian dari satu bangsa Arab yang agung". Bila berbicara kepada masyarakat umum Afrika dia berupaya sok menjadi eksponen dan penyambung lidah mereka. Baru-barn ini ia berusaha untuk meniup terompet "Suara Islam" lewat Radio Kairo, karena hal ini sesuai dengan kepentingan dan strateginya. Petualang-petualang jahat seperti dia tidak akan pernah mengabdi untuk perjuangan Islam. Hanyalah mujahid yang tidak kenal pamrih --ikhlas, sederhana dan tidak kenal kompromi, yang siap mengorbankan segenap kepentingan pribadinya dan menyerahkan kehidupannya ke haribaan Islam-- yang bisa melakukan hal ini. Sungguh saya amat bahagia mengetahui bahwa anda telah menjadi orang Islam yang taat dan telah mulai melaksanakan shalat lima kali sehari, dan pula telah menjalankan ibadah puasa. Akan hal ini, saya ucapkan selamat kepada anda. Saya berdoa kepada Allah semoga Dia selalu menguatkan hati dan membantu anda di atas jalan Islam. Hormat saya, Abul A'la New York, 8 Maret 1961 Maulana Maududi yth Saya terima surat anda tertanggal 25 Februari 1961 yang membuat saya sangat bahagia, karena saya dapatkan jawaban yang terperinci dan bijaksana tentang berbagai hal yang sudah lama saya timbang-timbang dengan serius sejak dalam pikiran saya. Bersama ini saya sertakan esai-foto dari majalah Look tentang mode mutakhir pakaian wanita. Bagi saya hal itu amat menjijikkan dan saya tolak mentah-mentah. Lebih baik mati daripada saya tampak mengenakannya. Tujuan para perancang mode di Amerika dan Eropa dalam membuat berbagai rancangan adalah untuk membuat wanita Barat-modern tampak seperti pelacur. Pelacur-pelacur sekalipun tidak melakukan hal seekstrim yang dilakukan oleh mereka yang disebut-sebut sebagai wanita "terhormat". Oscar Wilde menyatakan kebenaran tatkala berbicara bahwa mode adalah sesuatu yang sangat buruk, ia harus diubah tiap enam bulan. Salah satu fungsi pakaian adalah tentunya untuk kesopanan. Seperti yang anda saksikan dalam gambar tersebut, mode Barat-modern untuk wanita itu dirancang secara khusus untuk seks yang dikomersilkan. Upaya paling pertama yang saya lakukan setelah memeluk Islam dan melakukan shalat adalah memperpanjang pakaian-pakaian saya. Keluarga saya terkejut ketika melihat saya berpakaian panjang sampai menyentuh mata kaki, sementara waktu itu para wanita berpakaian pendek sampai lutut. Di majalah-majalah populer Amerika dilancarkan propaganda yang gencar tentang meningkatnya "emansipasi" di kalangan wanita di negara-negara Islam, tentu saja sebagai dampak dari pendidikan Barat dan pengaruh media-massa. Walaupun saya yakin bahwa setiap wanita mesti dididik agar bisa memanfaatkan sepenuhnya kapasitas intelektualnya, namun tetap saya pertanyakan keuntungan menganjurkan perempuan bekerja di luar rumah (lebih-lebih bagi mereka yang mempunyai anak kecil), untuk berlomba dengan lelaki di kantor-kantor dan pabrik-pabrik sambil menyerahkan asuhan anak-anak mereka kepada taman kanak-kanak dan penunggu-anak. Beginilah yang benar-benar terjadi di Uni Sovyet dan Cina Komunis; negara-negara yang para penguasanya menggunakan "emansipasi" wanita dengan sengaja untuk menghancurkan keluarga. Dalam tingkat yang lebih ringan, situasi seperti ini terjadi pula di negara saya. Cerita anda tentang Muhammad Assad dalam surat yang lalu membuat hati saya terguncang dan sedih. Tidak pernah saya menaruh rasa curiga, bahwa dari tulisan-tulisannya yang terakhir, maupun dari surat-suratnya kepada saya, bahwa ia bukan orang muslim yang kukuh dan taat. Tidak bisa saya lupakan tulisannya yang luar biasa dalam bukunya Islam at the Cross-road (Islam di Simpang Jalan), tentang perlunya orang Islam mengikuti al-Qur'an dan Sunnah dengan ketat bila diharapkan Islam bisa bertahan dan berkembang. Argumentasi-argumentasinya tentang Islam sungguh sangat nyata. Selain karena kesulitan keuangannya sebagaimana yang anda ceritakan, saya tak habis pikir mengapa pikirannya dapat berubah seperti itu. Saya berdoa kepada Allah agar hal yang serupa tidak menimpa diri saya. Dapatkah anda terangkan secara terperinci tentang program-program yang anda gariskan untuk Universitas Islam Raja lbnu Saud yang baru? Semula saya perkirakan bahwa universitas tersebut akan menganut model dan pola al-Azhar. Tetapi beberapa hari yang lalu saya baca artikel yang mengatakan bahwa universitas yang direncanakan tersebut pada pokoknya bersifat sekular dan berpola Barat, dengan studi Islam hanya merupakan bagian kecil saja daripada kurikulum. Artikel yang sama juga menguraikan rencana Raja Ibnu Saud untuk mengadakan pembangunan kembali kota Makkah dan Madinah. Walaupun saya tahu bahwa banyak bangunan-bangunan kuno di kota suci tersebut telah usang dan sangat memerlukan perbaikan, saya hanya berharap agar bangunan-bangunan yang baru akan disesuaikan dengan arsitektur Islam, karena seluruh suasana di tempat itu akan rusak-binasa bila mereka meniru model-model ultra modern itu. Saya sendiri tidak menyukai arsitektur modern karena ia bertentangan dengan kriteria-kriteria keindahan, simetri, keanggungan dan kehangatan. Setiap kali saya kunjungi markas besar PBB (contoh bangunan modern yang menonjol), saya seolah-olah terpukul oleh kesuraman, kegersangan dan kedinginan bangunan-bangunan yang menjulang tinggi itu yang nampak tidak lebih daripada kotak-kotak raksasa berjendela kaca. Saya pikir arsitektur kontemporer yang menjadikan kota-kota kita berwajah lebih buruk setiap hari itu adalah pantulan yang sempurna dari penolakan seluruh nilai-nilai rohani oleh para perancangnya, Kota Makkah Madinah jauh lebih baik tetap tua dan bahkan bobrok daripada meniru kota-kota modern. Walau sedikitpun saya tidak tahu tentang Islamic Centre di Montreal sampai anda menceritakannya pada surat yang baru lalu, namun sejak setesai dibangun tahun 1957, saya selalu melakukan kontak dengan Masjid Washington. Musim panas yang lalu saya melakukan perjalanan ke Washington hanya untuk melihatnya, berbicara serta bertukar pikiran dengan direkturnya, Dr. Mahmud F. Hoballah, yang seperti halnya Dr. Syoreibah adalah lulusan universitas al-Azhar. Masjid Washington dibangun secara serasi dan sesuai dengan arsitektur Islam tradisional, seindah masijid-masjid lain di tempat lain di dunia ini. Satu hal yang membuat saya bersedih adalah bahwa penguasa Washington tidak mengizinkan dikumandangkannya azan lewat menara, dengan pertimbangan akan menganggu daerah non-muslim dan mereka menganggapnya sebagai gangguan umum. Mesjid hanya dipakai untuk shalat Jum'at Sepanjang pengamatan saya, jumlah jemaah yang mengunjungi masjid itu hampir mendekati nol. Tahukah anda akan adanya kampanye menentang puasa bulan Ramadan yang dilancarkan oleh Presiden Tunisia, Habib Borguiba? Dia mengeluarkan pernyataan bahwa puasa berbahaya bagi kesehatan dan puasa bertanggung jawab terhadap kemunduran-kemunduran ekonomi Tunisia, karena produksi industri mengalami penurunan selama Bulan Puasa. Adapun orang yang memaksakan untuk melaksanakan ibadah puasa difitnah sebagai "reaksioner". Target utama gigitan berbisa dari Presiden Habib Borguiba ditujukan kepada Rektor Universitas Zaitunah, universitas yang selama beberapa abad merupakan pusat pendidikan Islam di Afrika Utara. Saya telah baca dari surat kabar bahwa setiap mendekati Bulan Puasa di Uni Sovyet kaum komunis memperhebat propagandanya melawan Islam. Propaganda komunis yang ditujukan untuk konsumsi dalam negeri ini tidak pernah lupa menekankan kehancuran ekonomi akibat Puasa Ramadhan, dengan alasan bahwa pekerja pabrik atau petani akan kehabisan tenaga disebabkan puasanya. Alasan lain adalah bahwa orang Islam yang berhenti bekerja untuk melaksanakan shalat dianggap telah melakukan penyabotan terhadap produktifitas nasional. Walaupun Habib Borguiba dianggap sebagai sahabat karib demokrasi Barat, namun dia sama sekali memakai taktik-taktik yang sama dalam menentang Ibadah Puasa Ramadhan. Kenalkah anda dengan orientalis Dr. Wilfred Cantwell Smith, direktur Institute of Islamic Studies, McGill University di Montreal? Bila kenal, pernahkah anda baca bukunya Islam in Modern History (Islam dalam Sejarah Modern) yang temanya bahwa Islam yang disampaikan dan diamalkan oleh Rasulullah saw kepada alam sebagai "ketinggalan zaman", dan mestinya menerima sekularisasi dan modernisasi bila diinginkan agar Islam tetap bertahan di masa depan? Dalam bab tentang Pakistan, dia mengatakan tentang anda sebagai berikut: "... Maududi hendak menampilkan Islam sebagai suatu sistem, yang dahulu kala memberi satu himpunan-jawab terhadap masalah-masalah kemanusiaan, dan bukannya suatu keyakinan yang di dalamnya Tuhan memberi karunia tiap hari-baru dengan kekayaan yang bisa menjawab masalah itu sendiri ... Kecenderungan-kecenderungan modern akan memandang sistem Maududi ini sebagai ketinggalan zaman, sempit, ketetapan-ketetapan dan bentuknya terlalu tegar untuk bisa menampilkan imperatif-imperatif tersebut bagi masa kini, dan hendak mencari kebenaran Islam lebih banyak dalam bidang nilai, dinamika dan semangat ... Lebih jauh lagi, dinilai dari pemaparan Maududi sendiri, akan tampak bahwa ia bertujuan untuk melaksanakan sistemnya di Pakistan bila ia dapat memperjuangkan kelompoknya untuk menduduki kekuasaan. Juga dalam bentuk sistematis yang keras, Maududi menunjukkan kecilnya perhatian, baik bagi kesejahteraan manusia umumnya maupun pribadi-pribadi yang akan hidup di bawah kekuasaannya. Ideologinya tampak hanya memberikan sedikit kelonggaran bagi harapan-harapan dan ketulusan rakyat ataupun untuk kecenderungan yang oleh para penguasa sudah sering ditunjukkan lewat sejarah manusia untuk menyimpangkan skema yang paling baik sekalipun oleh penyimpangan individu ... Pergerakan Maududi merupakan kompromi dan adaptasi antara sejarah Islam belakangan dengan tuntutan kehidupan modern yang ia sarikan bagi pola statiknya, dan bukannya suatu pandangan kreatif." Karena saya tahu bahwa bila surat ini sampai di tangan anda nanti, anda betul-betul sangat sibuk dengan persiapan perjalanan ke Afrika, maka saya tidak mengharapkan jawaban anda sampai anda kembali berada di Lahore lagi akhir Mei nanti. Sahabat anda yang tulus, Margaret Marcus Lahore, 1 April 1961 Nona Marcus yth Assalamu'alaikum warahmatullah, Surat anda tertanggal 8 Maret 1961 telah sampai di sini dengan segera, tetapi tidak dapat saya balas lebih cepat karena kesehatan saya terganggu. Sejak pertengahan Ramadan saya menderita nyeri yang amat sangat lagi terus menerus di bahu kanan saya. Pengobatan yang diberikan sejauh ini belum bisa menyembuhkannya. Akhirnya, dokter menasehatkan agar saya diberi penyinaran sinar X yang kuat. Telah saya baca surat anda dengan penuh rasa tertarik. Gambar pakaian wanita Amerika yang anda kirimkan itu bukan berita baru bagi saya. Telah sering kami lihat wanita Eropa dan Amerika di Lahore mengenakan pakaian dengan mode serupa. Saya telah melihat wanita Arab di Kairo, Beirut dan Damaskus yang berkeliaran dengan pakaian yang sama. Sungguh tidak dapat saya bayangkan bagaimana seorang wanita yang punya rasa kesopanan bisa berpakaian seperti itu, walaupun di antara keluarga terdekatnya sekalipun, apalagi di luar rumah! Saya benar-benar berbahagia mengetahui betapa anda memandang rendah terhadap bentuk pakaian seperti ini. Jika anda bisa belajar bahasa Arab atau Urdu dan belajar secara langsung perintah-perintah terperinci Nabi Muhammad saw berkenaan dengan wanita, saya berharap, akan anda dapati hal tersebut sangat sesuai dengan sifat kewanitaan sejati. Peran sosial yang harus dimainkan oleh wanita Barat itu bukanlah merupakan "emansipasi" yang sebenarnya, tetapi merupakan perbuatan yang tidak wajar dan perbudakan. Sebagai hasil dari propaganda yang salah dan menyesatkan ini, kaum wanita mencoba untuk membuang sifat kewanitaan mereka sendiri. Mereka pikir, menduduki tempatnya yang alami dalam kehidupan dan melaksanakan tugas-tugas yang dikenakan oleh alam akan memerosotkan diri mereka. Mereka malah mengejar kehormatan dengan upaya-upaya kelaki-lakian. Peradaban Barat telah terbukti berlaku sangat kejam terhadap kewanitaannya. Di satu pihak ia menuntut agar wanita menduduki kodratnya sebagai wanita, tapi di pihak lain peradaban ini mengajak mereka untuk menduduki dan mengerjakan berbagai pekerjaan kaum pria. Dengan demikian, wanita diletakkan persis di antara dua batu gerinda. Lagi pula, propaganda seperti ini telah memikat kaum wanita, sehingga mereka merasa harus membuat diri mereka lebih menarik bagi lawan jenisnya. Dengan demikian mereka telah memperkosa kesopanan mereka dengan mengenakan pakaian yang minim atau bahkan telanjang. Mereka telah dijelmakan menjadi barang mainan di tangan kaum lelaki. Islam telah membuktikan diri sebagai penyelamat kaum wanita, dengan mengikatkan setiap wanita kepada seorang laki-laki dan memerdekakannya dari semua laki-laki lain. Islam memberikan nilai yang tinggi bagi kegiatan-kegiatan yang dikaruniakan oleh alam kepada kaum wanita. Peradaban Barat, di lain pihak, telah menjadikan kaum wanita sebagai budak banyak kaum lelaki dan melekatkan pengertian yang salah dengan menganggap seluruh tugas yang seharusnya cocok untuk kaum wanita sebagai memalukan. Keterangan anda tentang Universitas Islam Madinah itu tidak benar. Kurikulum yang saya ajukan dan telah disetujui oleh panitia yang ditunjuk oleh Raja terdiri dari pengajaran al-Qur'an, Fikih, Ilmu Kalam dan Sejarah Islam yang dikombinasikan dengan Filsafat Barat, Ilmu Hukum, Sejarah, Ekonomi, Politik dan Perbandingan Agama, ditambah satu bahasa Barat: Perancis, Inggris atau Jerman sebagai pilihan wajib. Pendidikan yang wujudnya seperti ini tidak bisa dikatakan "sekular" ataupun agamis dalam arti sempit masing masing istilah tersebut. Kami menghendaki agar Universitas ini betul-betul berbeda dari sekolah-sekolah modern atau madrasah model lama dan mempunyai kedudukan yang sama sekali unik. Ingin kami cetak sarjana-sarjana muslim yang benar-benar memahami ajaran Islam yang dikombinasikan dengan pengetahuan modern, sehingga mereka akan berkompeten untuk menerapkan nilai-nilai pokok Ajaran Islam kepada masalah kehidupan masa kini. Seperti negara-negara Islam yang lain, Saudi Arabia saat ini merupakan ajang perbenturan dua peradaban yang saling bertentangan. Penemuan minyak telah memberikan kekayaan yang tidak terimpikan dan melimpah ruah. Akhirnya, pintu air penahan peradaban Barat telah terbuka lebar. Riyadh modern saat ini sedang tumbuh sebagai tiruan dari ibukota negara-negara Barat di padang pasir Arab, demikian pula kota-kota Dhahran dan Jeddah. Bahkan Makkah dan Madinah pun sedang dalam proses "pemodernan". Pada saat kritis seperti ini, bila kita gagal menghasilkan sarjana kelas wahid yang dapat membekali negara Arab dengan kepemimpinan intelektual dan praktis yang dibutuhkan, saya khawatir tempat suci Islam ini akan disapu bersih oleh gelombang kebudayaan materialistik yang telah menimpakan malapetaka di Turki. Dan sekarang, Mesir, Tunisia, Maroko, Indonesia dan Pakistan sedang menderita genggaman mautnya. Saya pikir, tugas utama kita adalah menyelamatkan pusat Islam dari bahaya yang terus meningkat ini. Presiden Tunisia, Habib Bourguiba dengan taat kini mengikuti Mustafa Kemal Ataturk. Kesemua orang ini yang ingin disebut sebagai pemimpin Islam modern ini telah melakukan pengkhianatan besar-besaran di negerinya masing-masing. Ketika mereka lancarkan perjuangan untuk mengusir penjajah Barat, mereka bujuk orang atas nama Islam. Tetapi segera setelah mereka pegang kekuasaan, mereka anggap agama sebagai kambing hitam "kemunduran" bangsa. Dengan tanpa ampun mereka padamkan segala pewujudan pemikiran dan kebudayaan Islam. Orang-orang seperti itulah produk imperialisme. Mereka tak punya pengetahuan ataupun penghargaan terhadap Islam. Mereka dididik dan dibesarkan di Inggris, Perancis atau negara Eropa yang lain. Banyak di antara mereka yang menikah dengan wanita barat (istri Bourguiba orang Perancis). Mereka benar-benar merupakan prototip masyarakat Barat dalam perilaku dan kehidupan sehari-hari. Umat Islam harus menerima kepemimpinan mereka agar dapat memenangkan kebebasan politik mereka dan kini pemimpin-pemimpin yang ter-eropa-kan ini berusaha melenyapkan sisa-sisa terakhir peradaban Islam dari negeri mereka demi mengamankan dan memperkuat kekuasaan politik mereka. Dr. Wilfred Cantwell Smith pernah bertemu muka dengan saya di tahun 1958 ketika dia menghadiahkan saya sebuah salinan pelengkap dari buku yang anda sebutkan dalam surat yang lalu. Orang-orang ini tidak berhasil membuat Islam Baru untuk kita. Sia-sia mereka berharap agar kita meninggalkan Islam yang benar dari Qur'an dan Sunnah untuk menerima model yang mereka ciptakan. Mereka tidak sadar bahwa semua usaha mereka ditakdirkan akan gagal. Seorang muslim harus tetap menjadi muslim dalam bentuknya yang murni, dan Allah melarangnya untuk menyeleweng dari sumber Islam yang murni. Sebab itu, mestilah ia pilih jalan tengah antara keduanya, dan kesempatan-kesempatan untuk mempertahankan kelangsungan hidup Islam suam-suam kuku seperti ini sangatlah suram. Saya terheran-heran melihat ketololan penguasa-penguasa Barat. Di satu pihak mereka ingin agar orang Islam menghajar Komunis karena mereka ateis, tetapi di lain pihak mereka anggap Islam sebagai ancaman. Karena itu mereka berusaha melakukan de-lslamisasi orang-orang Islam dan menggalakkan segala bentuk bid 'ah dan kemurtadan. Alangkah kasihannya orang-orang yang tidak mengerti akibat ketololan mereka ini. Mereka selalu mendorong unsur-unsur yang terus menyusupkan nilai-nilai yang bertentangan dengan Islam ke dalam negara Islam, dan tak pernah lelah mengutuk orang-orang yang berjuang untuk mempertahankan ruh Islam dan mernfitnahnya sebagai "reaksioner" dan "fanatik". Tak cukup puas dengan kecaman-kecaman seperti itu, mereka jadikan pemimpin modern sebagai alat untuk memojokkan orang Islam yang selalu berjuang demi kebangunan Islam. Hanya Tuhanlah yang tahu apa yang akhirnya akan terjadi akibat sikap yang tidak bijak lagi sesat dari orang-orang Barat pengkritik itu. Dr. Wilfred Cantwell Smith dan rekanan-rekanannya di kalangan kita mesti yakin bahwa mayoritas orang Islam samasekali tak akan mungkin menerima dan mempercayai "Islam" versi baru ini sebagai ajaran yang murni. Syukur kepada Allah, bahwa sumber Islam yang murni al-Qur'an dan Sunnah masih tetap perawan dan tidak tercampur. Selama masih ada seorang muslim yang dapat menggunakan sumber-sumber asli ini, maka tak akan ada terbitan palsu yang bisa beredar luas dan dipakai di kalangan umat Islam. Perjalanan saya ke Benua Afrika mungkin akan tertunda sampai bulan Juli, karena kesehatan saya tidak memungkinkan untuk bepergian. Lagi pula, teman Afrika saya menganggap bahwa perjalanan saya akan lebih bermanfaat bila kerusuhan akibat pemilihan umum di Kenya telah reda dan ketenangan politik telah pulih kembali. Teriring salam dan segala harapan, Abul A'la New York, 12 April 1961 Maulana Maududi yth, Assalamu'alaikum, Saya sangat terkejut ketika tahu bahwa anda tidak bisa melakukan perjalanan ke Afrika karena buruknya kesehatan anda dan telah menderita sakit selama hampir dua bulan. Saya hanya bisa berharap agar dokter bisa segera mendapatkan pengobatan yang efektif untuk menyembuhkan rasa nyeri anda tersebut. Dalam keadaan menderita sakit seperti itu, tentunya anda harus bersusah payah untuk mengetik surat yang sedemikian terperinci bagi saya dan untuk menjawab seluruh pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan. Akhir-akhir ini tampaknya setiap orang secara terus-menerus diberondong oleh radio, televisi dan persuratkabaran akan perlunya "peningkatan standar hidup" dan "pembangunan ekonomi" di negara-negara yang disebut-sebut sebagai "terkebelakang". Untuk ini, bantuan luar negeri secara besar-besaran dari Amerika Serikat ataupun dari Sovyet dianggap penting. Apa yang disebut-sebut sebagai "pembangunan ekonomi" di negara "terkebelakang" telah menjadi suatu tuntutan. pembangunan ekonomi di negara-negara terkebelakang diartikan sebagai urbanisasi, industrialisasi dan mekanisasi pertanian. Praktis bisa dikatakan bahwa slogan "pembangunan ekonomi" semata-mata merupakan alat untuk menyebarkan westernisasi dan perusakan menyeluruh terhadap budaya asli Asia-Afrika. Upaya pemberantasan buta huruf dan memperluas pendidikan selalu ditekankan, tetapi hal itu di masa sekarang dalam lingkup pendidikan hanya berarti pendidikan sekular di sepanjang garis yang murni Barat sembari menekankan teknologi. Sarana-sarana Islam untuk menegakkan keadilan sosial dan pembagian kekayaan yang lebih merata seperti zakat, hukum warisan, yayasan-yayasan wakaf dan larangan bunga sama sekali diabaikan. Satu-satunya gerakan pada masa kini yang saya ketahui berupaya untuk mewujudkan keadilan sosial sesuai dengan metoda-metoda Islam adalah organisasi yang telah dibubarkan oleh pemerintah, yakni, al-lkhwanul Muslimun yang didirikan oleh Shaikh Hassan al-Banna pada tahun 1928. Selama masa remaja dulu, saya sangat tertarik pada cita-cita badan-badan PBB seperti UNESCO, karena saya selalu berfikir tentang yang serba internasional dan tertarik pada upaya-upaya melanjutkan lebih jauh pertukaran kebudayaan dan pemahaman yang lebih baik antara bangsa-bangsa di dunia. Tetapi belakangan ini saya mulai kurang memperhatikan hal-hal seperti itu, termasilk UNESCO sekalipun. Sudah saya baca hampir seluruh penerbitannya sejak didirikannya ketika saya masih seorang anak berumur 12 tahun di tahun 1946. Walaupun penerbitan-penerbitan tersebut diinginkan agarbenar-benar obyektif dan tidak memihak, toh mereka juga berprasangka terhadap Islam seperti halnya penerbitan berkala Barat lainnya. Akhirnya, dapat saya ambil kesimpulan bahwa badan-badan PBB hanyalah sebuah alat lagi untuk menyebarkan westernisasi dan materialisme modern. Direktur UNESCO yang pertama tidak lain adalah Sir Julian Huxley, cucu ahli biologi Inggris terkenal, Sir Thomas Huxley, dan pengarang sejumlah buku yang terkenal akan ateisme dan materialismenya. Bab terakhir dari novel saya, Ahmad Khalil: The Biography of a Palestinian Arab Refugee, telah diterbitkan sebagai cerita pendek dalam dua buah majalah edisi Maret 1961, yakni The IslamicReviews di Woking dan The Ramadan Annual of the Muslim, Digest dari Durban. Sejak itu terus saya terima banyak surat dari orang-orang Islam yang berkeberatan terhadap penggambaran saya yang dilandasi dengan rasa simpati tentang kehidupan orangArab "tradisional" dan "zaman pertengahan", seperti memakai pakaian asli, makan dengan jejari dari satu piring, tidur di atas permadani atau kasur di lantai dan seterusnya. Mereka melemparkan tuduhan bahwa saya telah menimpakan kerusakan berat atas orang Arab dengan menggambarkan kehidupan tokoh saya dalam bentuk "kemunduran" seperti itu. Bagaimana pendapat anda? Saya kira, elite penguasa di Asia dan Afrika yang berpendidikan modern begitu tergoda dengan kegandrungan untuk melakukan "pembangunan" negara mereka masing-masing, bukan karena mereka betul-betui memperhatikan kesejahteraan kaum miskin, akan tetapi karena malu akan mereka. Mereka menderita penyakit rendah diri (inferiority-complex) yang parah setiap kali negara mereka dijuluki sebagai "mundur". Saya kira kegandrungan industrialisasi bukan berasal dari keinginan untuk mendapatkan manfaat positif bagi negara, melainkan karena pabrik-pabrik besar, bendungan-bendungan raksasa dan pembangkit listrik tenaga-air akan menaikkan gengsi dan kehormatan negara tersebut di mata sebagian negara maju. Tidak ada perbedaan antara bangsa-bangsa dan pribadi-pribadi yang selalu bersitegang-syaraf untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya dengan maksud agar mereka bisa berlagak dan membual tentangnya. Kitab suci al-Qur'an mengikhtisarkan masalah ini dengan indah sebagai berikut: "Ketahuilah, bahwa sesungguhnya dunia itu hanyalah pemainan dan sesuatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak" Ayat Al Qur'an ini tampak lebih berlaku di masa sekarang daripada di zaman Nabi. Sekarang saya dapat mengerti mengapa iman terhadap Hari Akhir adalah merupakan bagian yang sedemikian penting dari Islam dan mengapa ia ditekankan hampir di setiap ayat al-Qur'an. Begitu seseorang mulai beriman kepada Hari Akhir, maka nilai-nilai dunia yang dipandang hebat menjadi kehilangan artinya. Iman kepada Hari Akhir sekaligus memberi wawasan yang benar tentang kehidupan kepada orang yang beriman, sehingga ia mampu membedakan mana yang benar-benar penting dan mana yang tidak. Kemudian ia akan mulai mendambakan benda-benda yang abadi dan bukannya benda-benda material yang ditakdirkan akan musnah segera tanpa bekas. Beriman pada Pengadilan Tuhan di Hari Akhir merupakan satu-satunya sanksi yang efektif di samping hukum moral. Tanpa Iman pada Hari Akhir, agama tak punya arti. Apabila Hari Akhir itu adalah suatu keperluan moral seperti itu, maka ia tidak mungkin merupakan hasil khayalan belaka, sebagaimana dibilang para skeptik, melainkan harus merupakan suatu hakikat obyektif. Telah saya ceritakan kepada anda betapa saya merasa terasing dari orang-orang yang punya pemikiran yang sama. Di New York ini, terdapat sekelompok kecil orang-orang muslim yang saya temui di masjid setiap saya ikuti pelajaran bahasa Arab. Pada hari Jum'at, saya pergi ke Universitas Columbia untuk berkumpul dengan sejumlah mahasiswa muslim dari berbagai negara (termasuk Pakistan) untuk melaksanakan shalat Jum'at dan kemudian makan bersama sambil berdiskusi. Tetapi pikiran-pikiran mereka bentrok dengan pikiran saya sebanyak dengan orangtua saya di hampir segala hal. Mereka begitu yakin bahwa Islam harus dirujukkan dengan peradaban Barat modern, demikian pula cita-cita dan praktek-prakteknya harus disesuaikan dengannya. Beberapa di antaranya bahkan mengkritik ajaran-ajaran asasi Islam. Beberapa yang lain meragukan keaslian Hadits. Walaupun saya telah berusaha untuk selalu bersikap sopan dan bijaksana, saya tetap tidak bisa meyakinkan mereka dan mereka pun tidak bisa meyakinkan saya. Saya selalu berpisah dengan mereka dengan perasaan frustrasi. Guru bahasa Arab saya di masjid, orang Kairo asli, mengatakan pada saya, bahwa dia menganggap menjadi seorang Mesir baginya sama penting dengan keislamannya. Dia berusaha meyakinkan saya bahwa nasionalisme sama sekali bukannya barang impor dari Barat, melainkan telah tertanam di lubuk hati setiap orang. Sekarang saya hendak bertanya pada anda, apa yang bisa saya kerjakan berkenaan dengan soal ini? Jauh sebelum November 1959, telah saya tulis sejumlah artikel yang diterbitkan oleh beberapa majalah Muslim berbahasa Inggris, untuk membela pendapat semacam ini, tetapi ini saja tidak cukup. Saya sungguh akan bersenang hati bila anda dapat menerangkan tentang upaya praktis apa di samping menulis yang telah dan sedang anda lakukan dalam soal ini. Dengan segala doa demi perbaikan kesehatan anda, saya sampaikan salam untuk anda beserta keluarga. Hormat saya, Margaret Marcus Lahore, 19 Mei 1961 Nona Marcus yth. Assalamu'alaikum warahmatullah, Telah saya teriina surat anda tertanggal 12 April dan lagi-lagi saya harus minta maaf karena terlambat menjawabnya. Alasannya, seperti yang telah anda ketahui, adalah buruknya kesehatan saya dan kerja lembur. Setelah sakit yang berkepanjangan, saya akhirnya diberi pengobatan dengan penyinaran sinar X yang kuat dan alhamdulillah, saya sudah hampir sembuh. Tinggal rasa lemah saja yang saya rasakan. Telah saya baca dengan penuh rasa tertarik guntingan majalah The Islamic Review yang memuat cerita-pendek dari novel anda yang anda lampirkan dalam surat yang lalu. Telah anda lukiskan dengan tepat sekali dampak materialisme Barat pada orang-orang Arab Islam. Telah saya saksikan dengan mata kepala sendiri pengaruh-pengaruh yang serupa pada kehidupan bangsa Arab ketika saya berkunjung ke sana. Dan telah saya diskusikan maasalah-masalah ini dengan para pemikir dan pembaharu yang cinta Islam. Komentar-komentar yang anda terima tentang cerita anda tidak terlalu mengagetkan saya. Orang-orang Islam yang ikhlas sekali pun khawatir bahwa orang-orang Barat dan orang Islam modern akan memberikan reaksi berupa penolakan bila gambaran "kemunduran" Islam ditampilkan kepada mereka. Reaksi pertama anda menghadapi pendapat yang menentang ini secara alami akan bercampur dengan keputusasasaan, tetapi anda harus mencoba untuk memahami semuanya ini. Bila anda tekun lagi sabar dalam melakukan dakwah Islam, akhirnya anda sungguh akan berhasil dalam segala upaya anda dan akan menghasilkan muallaf-muallaf baru. Saya nasehati anda agar jangan mencoba untuk meyakinkan setiap orang, khususnya orang-orang yang tidak mau mendengarkan atau yang pandangannya bertolak belakang seratus-delapan-puluh-derajat dengan anda, walaupun mereka adalah kedua orangtua anda sekalipun. Allah telah berfirman: "Berilah peringatan bila peringatan itu bermanfaat." Anda harus selalu berusaha untuk mendapatkan jiwa-jiwa yang dapat naik melampaui konsepsi-konsepsi materialistik dan menghargai nilai-nilai ruhaniah dan moral yang lebih tinggi. Jika anda tidak berhasil mendapatkan orang-orang seperti ini sejak dini, anda akan merasa sendirian dan terasing di tengah kebuasaan materialisme, persangkaan dan perdebatan terus-menerus dengan orang-orang yang bermusuhan dan apatis yang cenderung menciptakan rasa pesimis dalam benak anda. Tentunya merupakan sesuatu yang alami, bila negara-negara yang disebut-sebut sebagai "terkebelakang" berusaha mengakhiri kemundurannya secepat-cepatnya dan mengejar negara-negara Barat dalam perlombaan meraih kemajuan material. Tetapi yang tragis adalah bahwa bantuan dari negara-negara kaya membawa bersamanya air bah kebudayaan Barat yang merupakan tantangan maut terhadap agama, moral, peradaban dan kebudayaan kita, ringkasnya, segala sesuatu yang dekat dengan kita dan membuat kehidupan kita berharga. Lagi pula kepemimpinan di negara-negara Islam masih berada di tangan orang-orang yang pikirannya telah tertaklukkan sepenuhnya dan yang secara serampangan melakukan penafsiran kembali hukum-hukum syari'ah, walaupun pengetahuan mereka masih cetek dalam hal ini. Situasi seperti ini menimbulkan bahaya ganda. Hal ini tidak hanya merupakan tekanan bagi pola-pola pemikiran dan perilaku Islam, tetapi juga membuka kemungkinan bagi negara-negara Islam untuk jatuh ke pangkuan Komunisme. Bila umat Islam menyaksikan nilai-nilai kehidupannya yang luhur diinjak-injak sehingga hanya gagasan-gagasan materialistik saja yang tinggal sebagai wadah menjalani hidup dan mati mereka, maka pastilah dunia Islam akan menjadi tanah yang subur bagi propaganda, penyusupan dan permusuhan rahasia Komunis. Saya pikir, politik luar negeri Amerika akan mengalami pembalikan yang tak terperbaiki lagi. Ia akan menemui nasib yang sama di sini, seperti yang pernah dialaminya di negeri Cina, dan seluruh bantuan mereka berupa uang maupun barang jatuh ke tangan musuh. Buruk sangka yang berakar dalam terhadap Islam dan kebencian terhadap muslim di antara orang-orang Amerika dan Eropa telah membutakan mereka dari akibat yang merugikan mereka sendiri. Pertanyaan yang anda lemparkan di akhir surat anda yang lalu adalah benar-benar suatu pertanyaan yang penting, persis serupa dengan pertanyaan yang telah saya coba pecahkan sejak tiga puluh lima tahun yang lalu. Saya mulai upaya saya ketika saya masih remaja berumur dua puluh tiga tahun, dan sejak itu, saya baktikan seluruh kehidupan saya untuk tugas ini. Saya tidak percaya dengan taktik bertahan ataupun menjaga garis belakang belaka. Telah saya lancarkan ofensif tiga cabang. Pertama, saya serang habis-habisan dasar-dasar ideologi kebudayaan Barat, kemudian saya beberkan sejelas-jelasnya pokok-pokok ideologi Islam. Mengenai hal ini, saya terangkan dengan panjang lebar apa yang dimaksud dengan pandangan hidup Islam dan betapa ia lebih unggul dalam segala hal dari kebudayaan Barat. Ketiga, saya tawarkan jawaban Islam yang praktis terhadap masalah-masalah penting yang di zaman sebelumnya seorang Islam yang taat sekali pun tidak punya pilihan lain kecuali harus mengikuti Barat. Sebagai hasil dari upaya ini, berjuta-juta orang Islam Pakistan dan India ikut bersemangat dan mendamba suatu tatanan Islam dengan saya. Kira-kira dua puluh lima buku saya yang berbahasa Urdu telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dan sebagian besar masyarakat Islam di negara berbahasa Arab menghargai dan bersimpati pada gagasan-gagasan saya. Saya tundukkan kepala di hadapan Allah dan memuji-Nya atas semua ini. Sayang sekali, baru sedikit karya-karya saya yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. Bila anda bisa belajar bahasa Urdu, saya pikir, buku-buku saya ini akan membantu anda dalam memperjuangkan Islam di Amerika. Tahukah anda bahwa sejak tahun 1941, suatu organisasi Jama'at-e-Islami telah bergiat di anak benua India Pakistan. Jama'at-e-Islami berjuang untuk menyebarkan dan menerapkan ideologi yang. telah saya paparkan dalam karya-karya saya. Setelah pemisahan Pakistan dan India di tahun 1947, organisasi ini pecah menjadi dua partai Jema'at-e-Islami Pakistan dan Jama'at-e-Islami India. Yang di Pakistan telah dilarang bersama dengan partai politik yang lain tatkala diberlakukannya Undang-undang Darurat oleh Presiden Ayub Khan tahun 1958; yang di India masih hidup di bawah kepemimpinannya sendiri yang independen. Saya ceritakan hal ini kepada anda untuk menarik perhatian anda akan kenyataan bahwa, agar anda bisa meraih hasil yang positif, diperlukan perjuangan dengan sabar selama bertahun-tahun. Lagi pula, agar bisa meraih keberhasilan, seseorang perlu diperlengkapi dengan kemampuan intelektual yang cukup di samping kemampuan moral. Memang sulit melakukan perjuangan habis-habisan tanpa berhenti. Anda baru mulai. Saya menyadari sepenuhnya betapa sulit dan melelahkannya bagi seorang gadis muda yang belum menikah dan baru memeluk Islam untuk melakukan perjuangan demi Islam di negara seperti Amerika. Tetapi, setelah anda peluk Islam dan pahami kewajiban yang dibebankan olehnya, mesti anda cari pertolongan Allah Yang Maha Kuasa dan berusaha memikul tanggung jawab yang telah la pilihkan untuk anda. Makin serius dan ikhlas anda berjuang, makin bertambah banyaklah bantuan yang anda terima dari Allah, yang akan datang dari arah dan dengan cara yang tidak anda dan saya duga sebelumnya. Harus saya akui bahwa dengan terganggunya kesehatan saya, saya harus memaksa diri untuk melakukan berbagai-bagai pekerjaan. Setiap hari saya harus banyak membaca dan menulis, dan tiap hari banyak orang menyurati dan mengunjungi saya. Karena itu, bila saya terlambat membalas surat anda, harap jangan ambil pusing dan teruslah memberi kabar kepada saya tentang kegiatan dan kesejahteraan anda. Sungguh saya sangat tertarik kepada perjuangan anda untuk menegakkan Islam. Juga ingin saya terbitkan di dalam majalah bulanan saya yang berbahasa Urdu, Turjumanul Qur'an, ikhtisar surat-surat dan esai-esai anda, tentunya dengan menghilangkan rinci-rinci masalah pribadi. Saya harap anda tidak berkeberatan. Bolehkah saya bertanya, sudahkah anda memakai nama Islam? Teriring salam dan harapan baik. Hormat saya, Abul A'la New York, 29 Mei 1961 Maulana Maududi yth., Assalamu'alaikum, Saya amat berbahagia menerima surat anda tertanggal 20 Mei dan merasa lega ketika mengetahui bahwa anda telah sembuh dari sakit. Saya berharap anda segera akan merasa sehat kembali. Saya berikan izin sepenuhnya kepada anda untuk menerbitkan beberapa bagian dari surat-surat dan artikel saya dalam majalah anda, Turjumanul Qur'an. Dari seluruh surat yang memberi komentar tentang cerita-pendek saya yang pernah saya terima, surat andalah satu-satunya yang menunjukkan pengertian yang berharga terhadap apa yang sedang saya coba sampaikan. Sebagaimana telah saya ceritakan kepada anda, cerita pendek ini adalah salah satu bab terakhir novel saya, Ahmad Khalil: Biografi Seorang Pengungsi Arab-Palestina,yang saya tulis di bulan Agustus 1949 ketika saya berumur lima belas tahun. Bagian pertama menceritakan awal masa kanak-kanaknya di sebuah desa kecil Palestina Selatan; rumahnya, lingkungannya dan anggota keluarganya yang berakhir dengan pengusiran mereka secara tragis dari tanah-air mereka saat meletus perang Palestina tahun 1948 dan penghancuran desa mereka secara total (bersama jalan hidup mereka) oleh kekuatan militer Zionis yang dahsyat. Paroh kedua dimulai tatkala Ahmad Khalil, sekarang berumur 19 tahun, setelah menikah selama dua tahun, memutuskan untuk meninggalkan perkampungan pengungsi dan tanpa izin pemerintah mengambil sisa-sisa bekal keluarganya untuk melakukan ibadah haji ke Makkah "secara tidak sah". Begitu berada di sana ia putuskan untuk tinggal di Madinah sampai memungkinkannya kembali ke Palestina. Bagian selebihnya berpusat pada saudara sepupunya, Rasyid, yang sepanjang hidupnya selalu menjadi sahabat dan pengikut akrabnya; tentang adiknya Khalifa, yang sakit mental, kemudian tentang kekejaman dan kekafiran satu-satunya anak Ahmad Khalil yang masih hidup bernama Ismail; dan tentang anak pungutnya Abdur Raziq, mahasiswa Ushuluddin di al-Azhar yang buta, satu-satunya pelipur jiwanya. Bagian pertama dari cerita ini menekankan tentang kejahatan materialisme Barat yang berlindung di balik kedok tujuan imperialisme Zionis dan bagian kesimpulannya, tentang akibat yang merusak dari industri minyak di Saudi Arabia karena mempengaruhi kehidupan sehari-hari dan nasib akhir keluarga Arab muslim ini. Novel saya mengungkapkan gagasan-gagasan yang sama dengan buku-buku anda, hanya saja dalam bentuk cerita. Untuk alasan-alasan yang jelas terlepas dari kelebihan kesusasteraannya atau kekurangannya, Ahmad Khalil tentu akan sangat tidak terkenal di sini, dan saya tak akan mencoba-coba untuk menyerahkannya kepada penerbit Amerika. Saat ini saya sedang merencanakan untuk menyusun suatu buku lagi berjudul Islam Attacked from Without and Within: An Anthology of Anti-Islamic Propaganda (Islam Diserang Dari Dalam dan Dari Luar: Sebuah Kumpulan Tulisan tentang Propaganda Anti Islam). Tujuan saya tidak hanya untuk menunjukkan secara terperinci tentang betapa Islam dalam segala hal telah diserang oleh para orientalis Barat dan orang Islam yang terbaratkan dari dalam; dengan itu ingin pula saya ungkapkan mental musuh-musuh kita. Hampir tidak ada artinya mengutuk musuh-musuh kita. Untuk memerangi mereka secara efektif, saya pikir, kita perlu memahami mereka dan mempelajari bagaimana jalan pikiran mereka. Psikologi adalah salah satu ilmu yang paling menarik dan saya ingin menerapkan prinsip-prinsipnya di sini, sehingga secara khas dapat kita ketahui sebab-sebab yang mendorong mereka berbuat seperti itu. Di antara pengarang yang akan saya kutip dengan panjang lebar adalah Wilfred Cantwell Smith, Direktur Islamic Institute di Universitas McGill Canada; H.G. Wells, ahli sejarah Inggris yang terkenal; Arnold Toynbee; William Douglas, jaksa yang saat ini bekerja di Mahkamah Agung Amerika; Julian Huxley, Ahli Biologi dan bekas Direktur UNESCO 1946-1948; Albert Schweitzer; Mrs. Eleanor Roosevelt dan John S. Badeau, bekas Profesor di American College Kairo dan sekarang menjadi Duta Besar Amerika untuk Republik Persatuan Arab. Di antara orang Islam yang terbaratkan, akan saya masukkan Ziya Gokalp, Dr. Thaha Hussain dan Asaf A. Fyzee, wakil Rektor Universitas Kasmir. Setiap kutipan akan diawali dengan beberapa alinea perkenalan diikuti dengan komentar panjang lebar. Di awal kumpulan tulisan ini, akan saya tuliskan kata pengantar yang panjang, dan pada kesimpulan, saya tuliskan suatu penutup yang ringkas lagi jelas. Baru saya baca buku yang sangat menarik karya Muhammad Ali almarhum, yang pernah menjabat sebagai pemimpin pergerakan Ahmadiyah Lahore, berjudul The Christ Gog and Magog (Ya'juj dan Ma'jujnya Kristen) yang menguraikan mengapa nubuatan-nubuatan Rasulullah saw hanya bisa berarti dominasi materialisme Barat di muka bumi. Sebagaimana kekhawatiran saya bahwa yang disebut-sebut sebagai "bantuan teknik" untuk "pembangunan ekonomi" di negara-negara yang terkebelakang hanya berarti penyebaran materialisme Barat, Nabi Besar kita telah memahami hal ini dengan tepat ketika bersabda: "Dia (Dajjal) akan memberi mereka (orang Islam yang membutuhkan) makanan untuk dimakan, tetapi dia akan juga membuat mereka kafir." Sayangnya, seluruh isi buku ini dirusak di bagian akhirnya ketika pengarangnya mencoba meyakinkan pembacanya bahwa Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian adalah Imam-Mahdi yang djjanjikan. Selama beberapa bulan yang lalu telah saya coba untuk melakukan kontak dengan Sayyid Qutb yang anda ketahui lebih baik dari siapapun dipenjarakan oleh rezim Nasser sejak dilarangnya al-Ikhwanul Muslimun tahun 1954. Walaupun ia tidak bisa menulis surat sendiri untuk saya, baru kemarin saya terima surat yang indah dari adik perempuannya, Aminah Qutb, yang menceritakan bahwa surat saya telah disampaikan kepada kakaknya di dalam penjara dan bahwa ia hendak mengirim surat kepada saya atas namanya. Sayyid Qutb, ulama dan pengarang beberapa buku, adalah pengagum anda dan ia secara khusus merekomendasikan buku-buku anda untuk saya baca. Alangkah tragis, di suatu negara yang disebut-sebut sebagai negara Islam, Islam malahan ditindas jauh lebih keras daripada di negara-negara non-Islam. Bersama ini saya lampirkan bulletin mingguan lokal Unitarian Church, organisasi yang ingin dimasuki oleh kedua orangtua dan kakak perempuan saya. Sampai kini, selalu terkesankan pada saya bahwa Unitarian Church adalah salah satu sekta agama Kristen yang menolak Trinitas dan Penuhanan Kristus, menganggap Jesus sebagai nabi dan menekankan Keesaan Tuhan. Bagaimana pun juga, gereja yang dikunjungi orangtua dan saudara perempuan saya menganut ideologi yang tidak berbeda dengan humanisme agnostik dan pergerakan Ethical Culture. Lima hari yang lalu, di hari Idul Adha, sesudah shalat Id dan dengan disaksikan dua orang muslim teman saya, secara resmi saya berikrar mengucapkan Syahadat yang menjadikan saya sebagai orang Islam sepenuhnya. Kemudian saya terima sertifikat Peralihan Agama Islam di Missi Islam Amerika, Brooklyn dari Syaikh Daoud Ahmad Faisal. Nama Islam saya adalah Maryam Jamilah. Dengan nama itu selanjutnya akan saya tandatangani seluruh surat dan tulisan-tulisan saya. Tetapi, karena kedua orangtua dan keluarga saya tidak mau memanggil saya dengan nama Arab, maka saya tidak akan memaksakannya atas mereka. Tetapi dengan anda dan seluruh saudaraku yang seiman, saya hanya ingin menggunakan nama baru yang sangat membanggakan ini. Teriring harapan agar kesehatan anda terus bertambah baik. Saudaramu seagama, Maryam Jamilah Lahore, 20 Juni 1961 Nona Maryam Jamilah yth., Assalamu'alaikum wa rahamatullah, Telah saya terima surat anda tertanggal 29 Mei dan saya sangat bahagia ketika mengetahui bahwa anda telah menjadi bagian dari pada persaudaraan Islam dengan mengucapkan ikrar syahadat dan memakai nama Islam. Semuanya ini adalah akibat alami dari gagasan-gagasan dan keyakinan anda. Dengan khidmat saya panjatkan doa kepada Allah agar menerima keikhlasan anda, memberi anda kekuatan untuk hidup dan bekerja demi Islam dan memberanikan anda dalam menghadapi lingkungan yang terus menerus memusuhi anda. Terima kasih atas perhatian anda terhadap kesehatan saya. Alhamdulillah, kesehatan saya telah kembali normal. Insyaallah saya akan berangkat ke Afrika bulan Juli mendatang. Terima kasih atas izin anda untuk menerbitkan esai-esai serta beberapa bagian surat anda. Saya kira tulisan-tulisan anda tersebut akan menjadi pembuka mata para pemuda muslim di sini, dan akan merupakan suatu kontras yang menyolok mata, yakni sementara mereka sedang mencoba membaratkan diri mereka sendiri, walaupun dilahirkan di negeri Islam, ada seorang pemudi yang dilahirkan di keluarga Yahudi yang "diperbarui" di negara Amerika modern yang telah berjuang demi kebenaran dan kini berusaha untuk mempraktekannya ketika akhirnya dia temukan kebenaran itu. Saya harap contoh anda ini dapat menjadi pelajaran bagi mereka. Silakan anda kirimkan manuskrip novel anda yang berjudul Ahmad Khalil. Saya akan menyempatkan diri untuk membacanya, kemudian menunjukkannya kepada penerbit saya, Messrs. Islamic Publications Ltd. di Lahore. Saya tentu akan bergembira sekali bila mereka setuju untuk menerbitkannya. Kumpulan tulisan anda tentang propaganda anti-Islam akan sangat bermanfaat dan banyak memberikan pelajaran. Ada beberapa kenyataan yang tidak boleh anda lupa menyebutnya di sana. Pertama, bahwa Komunis di Timur dan Demokrasi di Barat bekerja bersama-sama untuk memusuhi Islam. Kedua, bilamana terjadi seorang muslim melakukan penyimpangan dari ajaran Islam, maka dunia Barat akan memberi tepukan keras yang akan membuat muslim modernis itu lebih berani melakukan pengacauan. Bagi para pengecam ini, menjauh dari Islam berarti "pencerahan" dan "kemajuan". Dan akibat kegandrungan mereka untuk mendapatkan pujian, maka orang Islam yang "termodernkan" itu bertambah berani melakukan "pembaharuan-pembaharuan". Hal ini hanyalah menghasilkan gelombahg kebencian di kalangan mayoritas orang muslim senegaranya sendiri. Para penguasa melancarkan peperangan terbuka terhadap rakyatnya, sehingga konflik dalam negeri yang terus menerus ini menjadikan negara Islam tersebut kehilangan vitalitasnya. Akibat lain dari sikap yang tidak bijaksana ini adalah bahwa kelompok yang disebut-sebut sebagai "kelompok dunia bebas" ini membuat garis pertahanan mereka melawan Komunisme menjadi lemah dan mudah ditembus. Sejauh ini, Komunisme melakukan penjajahan terhadap kaum muslimin hanya di negara-negara yang mereka kuasai, tetapi kelompok Negara non-Komunis menimpakan malapetaka juga atas negara-negara Islam yang merdeka. Mereka berupaya untuk mengalahkan pertahanan-bersama negara-negara Islam. Orang-orang muslim sejati tidak bisa melihat adanya perbedaan antara kedua blok kekuatan ini dan mereka dipaksa untuk percaya bahwa kepentingan kedua blok ini pada pokoknya sama. Dengan adanya rasa muak dan perubahan mendadak seperti itu di kalangan mayoritas rakyat Islam, aliansi-aliansi politik penguasa merupakan sesuatu yang dibuat-buat dan kehilangan makna. Sekarang saya pindah kepada pertanyaan anda tentang Dajjal. Dalam bahasa Arab Dajjal secara harfiah berarti penipuan dan kecurangan. Dari sudut pandangan ini, orang, kelompok ataupun negara yang curang adalah Dajjal. Meskipun demikian, menurut Sunnah Rasul, Dajjal (Pendusta) haruslah oknum tunggal. Di bawah kepemimpinan Dajjal seperti telah diramalkan oleh Nabi Besar Muhammad saw orang-orang muslim sejati akan menderita penganiayaan berat. Bila saya pikirkan secara terperinci tentang Dajjal atau Anti-Christ dalam hadits, saya cenderung meyakini bahwa Dajjal belum datang. Namun demikian saya pikir waktu terjadinya nubuatan ini telah datang. Saya kira Dajjal akan tampil di bumi Israel. Saya gembira mendengar kontak anda dengan Sayyid Qutb dan kerabatnya. Walaupun sejauh ini belum pernah ketemu muka dengan Sayyid Qutb, namun kami telah saling mengenal dengan baik. Dia telah kirimkan buku-bukunya kepada saya dari penjara dan saya pernah bertemu dengan saudaranya, Muhammad Qutb, tatkala saya ke Kairo di tahun 1960. Cobaan-cobaan berupa api dan pedang yang harus dipikul oleh Ikhwan dan kenyataannya juga oleh seluruh kaum muslimin di mana saja berada tidak usah mengagetkan anda. Bila seorang muslim dididik dan dibesarkan di bawah pengaruh kekafiran dan dipegangnya kuat-kuat panji-panji kekafiran di kedua-belah tangannya, dia tentu akan bertindak ekstrim, menganiaya rekan seagamanya dengan cara yang tidak terpikir oleh orang non-Islam sekalipun. Tetapi lambat atau cepat, waktunya akan datang ketika setiap orang akan menuai apa yang telah ditanamnya. Semoga anda mendapat kemajuan yang mantap di jalan Islam. Hormat saya, Abul A'la New York, 11 Juli 1961 Maulana Maududi yth Assalamu'alaikum, Terima kasih atas surat anda tertanggal 20 Juni. Saya sangat gembira ketika mendengar bahwa kesehatan anda telah kembali normal seperti sedia kala, sehingga anda akan bisa melakukan perjalanan ke beberapa negara Afrika. Saya kirimkan surat ini dengan perangko biasa, karena saya tidak mengharapkan jawaban sebelum anda kembali ke Lahore bulan September mendatang. Dari keterangan yang telah saya kumpulkan dari bacaan-bacaan saya, dapat saya ambil kesimpulan bahwa Afrika merupakan bagian yang paling cerah di dalam peta bumi dalam hal prospek perkembangan Islam. Khususnya di Nigeria di bawah kepemimpinan Ahmadu Bello dan Abu Bakar Tawafa Belawa yang cakap. Islam di sana tersebar sedemikian pesat sehingga untuk pembanding setiap penyembah berhala yang beralih ke agama Kristen, sepuluh memeluk Islam. Walaupun missionaris-missionaris Katolik dan Protestan mendapatkan kekayaan material serta dukungan yang berlimpah dari kekuatan-kekuatan Barat dan telah memonopoli pendidikan, rumah-rumah sakit dan kerja-kerja sosial selama hampir satu abad, namun mereka hanya dapat mengkristenkan beberapa orang saja. Sementara itu, hanya dalam beberapa minggu atau beberapa bulan saja seluruh penduduk desa telah memeluk Islam. Baru-baru ini The New York Times menerbitkan suatu tulisan yang berisi wawancara antara korespondennya dengan beberapa missionaris Katolik Roma di suatu kota di Nigeria yang menceritakan bahwa sebagian besar orang-orang Afrika yang telah mereka baptis, sekarang ini dengan teratur mengunjungi masjid-masjid dan melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Saya pikir salah satu alasan yang sangat penting dalam hal ini adalah kenyataan diterimanya diskriminasi rasial oleh orang-orang Kristen dan bahwa semua gereja-gereja mereka melakukan pemisahan-pemisahan secara tegar. Sedangkan di masjid, orang-orang Afrika tahu bahwa mereka akan diterima dengan baik dan diperlakukan sedemikian sehingga mereka merasa seakan-akan di rumah sendiri. Bila dakwah Islam dapat dikelola secara efektif di Amerika, akan kita temukan untuknya medan yang sangat subur di antara dua puluh juta penduduk Negronya, khususnya yang miskin, menganggur, terhina dan tercampakkan, yang memadati ghetto-ghetto besar di New York dan Chicago. Saya sertakan dalam kumpulan tulisan saya tentang propaganda anti Islam, tajuk The Islamic Review yang memuji kampanye Presiden Habib Bourguiba dalam menentang ibadah puasaRamadhan yang bagi saya merupakan suatu tindakan menjijikkan dan tak termaafkan. Sebagian besar penyumbang kumpulan tulisan saya adalah orang-orang Universitas Amerika di Beirut dan American College di Kairo. Kedua lembaga ini adalah milik missionaris Protestan dan walaupun dalam kenyataannya mereka hanya berhasil mengkristenkan beberapa orang saja, namun mereka telah berhasil membuat mahasiswa-mahasiswa muslim memusuhi Islam dan berpandangan hidup Barat. Suatu hari saya bertemu dengan seorang mahasiswa dari Saudi Arabia yang saat itu sedang membuat disertasi dalam bidang pendidikan di Universitas Columbia. Ia mendapatkan ijazah Sarjana-Mudanya di Universitas Amerika di Beirut. Katanya, seluruh mahasiswa Islam diharuskan mengikuti peribadatan Kristen di kapel. Bagi mereka yang menolak, diwajibkan mengikuti mata kuliah wajib tentang "moral Kristen". Setelah saya pelajari cara menggunakan mesin ketik di sekolah dagang, saya pikir waktu itu saya tak akan mengalami kesulitan untuk bekerja sebagai sekretaris. Dalam usaha mencari pekerjaan, pertama kali saya pergi ke Pusat Informasi Arab, karena saya pikir minat saya yang besar terhadap negara-negara yang berbahasa Arab dan Islam akan bisa bermanfaat. Tetapi, segera setelah mereka ketahui bahwa saya adalah orang Yahudi yang telah memeluk Islam dan bahwa saya tidak menaruh simpati terhadap Presiden Nasser dengan "Arabisme''nya, maka penerimaan mereka terhadap saya menjadi dingin. Sayapun tidak pernah kembali lagi. Di lain kesempatan, saya datang ke kantor pusat Persatuan Orang Amerika Sahabat Timur Tengah, di situ saya temui dua orang gadis Amerika yang cantik-cantik duduk di meja depan, dengan terus terang berbicara kepada saya bahwa, menurut mereka, seluruh agama-agama ortodoks itu telah usang, dan jika orang-orang Arab tidak mencampakkan Islam ke balik punggungnya seperti mencampakkan pakaian yang telah aus, tidak akan pernah mereka raih kemajuan ekonomi ataupun taraf hidup yang lebih tinggi. Segera setelah itu saya mengerti bahwa organisasi-organisasi yang ada di New York yang berhubungan dengan negara-negara Timur Dekat sesungguhnya berada di bawah kendali para Zionis, missionaris Kristen, atau sama sekali bersifat komersial. Di hari yang lain lagi saya lewat Pusat Perdagangan Tunisia di New York. Karena tertarik dengan pameran permadani tenunan tangan dan talam tembaga berukir yang indah-indah di jendela etalase, saya pun memutuskan untuk masuk ke dalam dan melihat-lihat. Selama hidup, saya tidak pernah sedemikian terguncang karena melihat sesuatu seperti saat itu, yakni ketika saya lihat di dalam toko tersebut rak-rak yang dari lantai sampai ke langit-langit sama sekali penuh dengan botol anggur, whisky, rum dan bir. Saya bertanya kepada seorang wanita yang bertugas di meja depan, adakah semuanya itu produksi negeri Tunisia yang merdeka. Dia katakan bahwa produksi besar-besaran minuman tersebut untuk keperluan dalam negeri maupun ekspor, adalah merupakan bukti kemajuan ekonomi yang dihasilkan oleh Presiden Habib Bourguiba bagi negaranya. Kemudian ditambahkannya bahwa Islam hanyalah peninggalan Abad Pertengahan; makin cepat ditinggalkan, makin baik. Mendengar aksen Perancis yang medok dari wanita tersebut, maka saya bertanya kepadanya, apakah ia seorang penduduk Perancis, wanita tersebut menjawab "ya" dengan penuh semangat. Ia ceritakan bahwa dirinya dipekerjakan oleh pemerintah Tunisia karena Presiden Habib Bourguiba ingin meningkatkan hubungan persahabatan negaranya dengan Perancis. Sore ini saya bermaksud pergi ke Universitas New York, sekolah saya dahulu, untuk berbicara dengan seorang pemuda Yahudi yang telah mengucapkan ikrar syahadat dua minggu yang lalu di masjid. Ketika ibunya tahu bahwa ia telah memeluk Islam, segera ia bawa anaknya tersebut ke sinagog. Di sana seorang Rabbi memaksanya melepaskan Islam dan kembali memeluk agama Yahudi. Ia tidak punya pilihan lain karena ibunya (ayahnya telah meninggal) mengancam untuk menyetop seluruh bantuan keuangannya bila ia tetap memeluk Islam. Karena ia mahasiswa kedokteran, maka ia tidak akan bisa membiayai dirinya sendiri untuk beberapa tahun yang akan datang. Saya hanya bisa bersyukur kepada Allah mengingat bahwa kedua orangtua saya tidak berpandangan sempit dan tidak toleran seperti ibu ini. Dengan hasrat yang menggebu-gebu saya tunggu jawaban anda di bulan September bersama segenap rincian cerita menarik tentang perjalanan anda ke Afrika. Saudaramu seagama, Maryam Jamilah Lahore, 29 September 1961 Nona Maryam Jamilah, Assalamu'alaikum warahmatullah, Surat anda tertanggal 11 Juli baru sampai pada saya beberapa hari yang lalu, menunjukkan betapa lambatnya perjalanan surat biasa dari negara anda ke negara saya. Naskah novel anda Ahmad Khalil yang telah sampai ke sini lebih dari sebulan yang lalu, saat ini sedang berada di Islamic Publication Ltd. Segera setelah mereka kembalikan kepada saya, akan saya coba sempatkan waktu untuk membacanya dan memberi komentar atasnya. Anda tentu akan kaget mendengar bahwa karena Pemerintah tiba-tiba memutuskan untuk mencoret nama-nama semua negeri Afrika dan Arab dari paspor saya, saya terpaksa membatalkan perjalanan saya ke Afrika. Sejak saat itu saya terima banyak sekali surat dari negara-negara tersebut, demikian juga dari dalam negeri, yang semuanya memprotes pembatalan yang sewenang-wenang terhadap kegiatan saya di luar negeri. Yang sangat bergembira dengan adanya tindakan ini adalah para missionaris Kristen dan orang-orang Qadiani yang menganggap Mirza Ghulam Ahmad dari Qadiani sebagai Nabi baru dan menganggap setiap orang yang tidak beriman kepadanya sebagai kafir. Tanpa organisasi dan dukungan keuangan yang memadai, Islam telah memperoleh pijakan yang mantap di Afrika, meskipun terdapat usaha-usaha yang sangat intensif dan persediaan dana yang besar di pihak misi Kristen. Kenyataan ini berbicara dengan jelas mengenai perbedaan kelebihan-kelebihan bawaan dari masing-masing agama tersebut. Kekristenan itu sedemikian lemahnya, sehingga walaupun terdapat sangat banyak sekolah-sekolah dan rumah-rumah sakit Kristen, kegiatan-kegiatan missionaris yang terorganisasikan dengan rapi dan dukungan pemerintahan kolonial, toh sedikit sekali orang-orang Afrika yang memeluk agama Kristen dengan teguh; atau kalaupun ada, mereka akan segera sadar dan melepaskannya kembali. Di lain pihak, walaupun Islam tidak disajikan kepada mereka dengan segenap keindahannya, dan sebagian besar orang-orang Islam tidak memberikan contoh yang baik tentang perilaku Islami lagi pula kita hanya memiliki sedikit juru dakwah yang terlatih, maka Islam yang diketahui oleh orang-orang Afrika ini hanyalah dari pengaruh orang-orang muslim yang berpikiran sederhana, sebagian besar di antaranya tak terpelajar, sekedar lewat kontak pribadi belaka. Tetapi begitu saja ternyata telah cukup mampu memberi daya tarik kepada orang-orang Afrika. Karenanya saya ingin sekali mengelola suatu program terencana untuk penyebaran Islam di sana. Tetapi sayang, tangan-tangan saya telah terikat. Namun demikian tidak akan pernah saya lupakan masalah ini sehingga, Insyaallah, akan saya coba untuk berbuat sebaik-baiknya, walaupun saya berada di tempat yang jauh dari mereka. Anda tentu tidak akan terperanjat oleh adanya dukungan Islamic Review, Woking, terhadap Habib Bourguiba bila anda pahami aliran pemikiran majalah ini. Mereka adalah rekan senegara kami dan sangat kami pahami mereka dengan baik. Mereka adalah anggota kelompok Lahore pengikut Mirza Ghulam Ahmad dari Qadiani, yang berbuat lancang dengan mengaku sebagai nabi. Badan utama organisasi pengikutnya secara terbuka menyatakan bahwa Mirza adalah seorang Nabi dan bahwa orang-orang yang menolaknya adalah kafir. Putera Mirza Ghulam Ahmad, Bashiruddin Mahmud, memimpin kelompok ini. Sempalan sekta ini yang mengendalikan The Islamic Review di masjid Woking, Inggris segan mengumumkan secara terus terang bahwa Mirza adalah seorang Nabi, melainkan hanyalah sebagai "Nabi" secara metafora, yang mereka sambut sebagai Messiah Yang Dijanjikan, Majaddid (pembaharu) dan Mahdi. Kedua kelompok Qadiani ini adalah sahabat-sahabat akrab pemerintah Inggris ketika masih menguasai anak benua India-Pakistan. Mereka tidak hanya menikmati dukungan yang diberikan secara diam-diam tetapi juga mendapatkan perlindungan positif dan dorongan-dorongan dari Imperialis Inggris. Di dalam negeri mereka dianugerahi kedudukan-kedudukan penting, sedang di luar negeri mereka merupakan orang-orang yang sangat dipercaya, setia dan taat dari Kerajaan Inggris. Propaganda "Islam" mereka diizinkan hanya karena tidak berbahaya, malahan misi bertindak sebagai kedok yang etektif bagi banyak kegiatan-tanpa-nama mereka untuk kepentingan penjajahan. Maulana Muhammad Ali, yang menerjemahkan al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris, adalah pemimpin Pergerakan Ahmadiyah Lahore yang mendirikan The Woking Mission and Literary Trust di Inggris dan menerbitkan The Islamic Review. Orang-orang ini berupaya dengan sungguh-sungguh untuk memperlihatkan bahwa diri mereka "tercerahkan", maju, progresif dan liberal menurut ukuran Barat. Inilah sebabnya mengapa dengan penuh harap mereka sambut gembira setiap langkah yang diambil oleh Pakistan dan negara Islam lain untuk "memperbaharui" Islam. Baru-baru ini Undang-undang Keluarga telah diperbaharui untuk membuatnya lebih cocok dengan kriteria Barat, yang disambut oleh The Islamic Review dengan gegap gempita. Penilaian anda terhadap Universitas-universitas Kristen di Beirut dan Kairo sangatlah tepat. Pasti anda akan tertarik untuk mengetahui bahwa sekolah-sekolah Kristen di Pakistan telah menciptakan hasil serupa selama satu setengah abad. Elite sosial kami yang mendapatkan hak khusus berkat tingkat ekonominya dan pegawai-pegawai tinggi negara mempercayakan anak-anak mereka yang baru berumur empat atau lima tahun kepada lembaga pendidikan seperti ini. Mereka belajar bahasa Inggris, bukan bahasa Urdu, dan sebagian besar dari mereka benar-benar tidak bisa berbicara ataupun menulis dalam bahasa nasional sedikitpun. Mereka benar-benar terasing dari tradisi keimanan dan budaya mereka sendiri. Mereka merayakan Hari Natal dan mengabaikan Idul Fitri. Mereka sangat jahil mengenai Islam. Setelah dewasa, mereka akan jadi pemimpin, penguasa dan penentu nasib kami. Dampak dari sistem pendidikan nasional kami yang merupakan warisan dominasi Inggris tidak kurang berbahayanya. Walaupun sekolah pemerintah tidak mengubah pelajar yang beragama Islam menjadi Kristen, tetapi hasil praktis dari suasana yang materialistik-sekular membuahkan kejahilan, kemasabodohan dan ketakacuhan. Sebagian besar pemuda kami yang terpelajar tetap beragama Islam bukan karena sistem pendidikan ini, tetapi karena hal-hal lain. Karena anda adalah orang baru dalam lingkungan umat Islam, saya harap anda memahami alasan-alasan sebenarnya mengapa orang-orang Islam menjadi termodernkan dan terjauhkan dari Islam, dan mengapa lidah-lidah dan pena-pena mereka mengabdi kepada kekafiran. Saya, sangat masygul atas masalah-masalah yang anda hadapi. Saya sadar sepenuhnya cobaan-cobaan yang harus dihadapi oleh seseorang bila ia memeluk agama Islam di negeri kafir, dan seorang wanita akan menghadapi kesulitan seribu kali lebih besar daripada yang dihadapi oleh laki-laki. Melalui pengalaman pribadi yang lebih pahit, anda jadi tahu betapa toleran dan luasnya pikiran orang-orang Barat itu! Juga telah anda temui jenis orang yang mewakili negara-negara Islam di luar negerinya. Walaupun masa-masa yang amat sulit menunggu di depan anda, saya pikir pengalaman-pengalaman ini akan membekali anda dengan kesabaran dan pasti akan anda peroleh ganjaran yang kekal di Hari Kemudian. Saya yakin, jika saja anda terima undangan saya untuk datang ke Lahore, anda dapat terhindar dari masalah-masalah yang sulit ini dan pasti saya akan dapat menolong anda dengan segala cara. Tetapi, meskipun di Amerika, jika anda pikir saya dapat menolong anda dengan bantuan-bantuan praktis, segeralah beritahu saya dengan terus terang, saya pun tentu tidak akan segan-segan mengerjakan apa saja yang bisa saya perbuat. Semoga Allah Yang Maha Pengasih menolong dan mengaruniai anda kesabaran dan ketabahan. Wassalam, Abul A'la New York, 9 Oktober 1961 Maulana Maududi yth., Assalamu'alaikum, Terima kasih atas surat anda tertanggal 29 September. Setiap Jum'at siang saya kunjungi Perkumpulan Mahasiswa Islam di Universitas Columbia untuk shalat Jum'at. Setiap minggu, mahasiswa-mahasiswa di sana secara bergantian menyampaikan khutbahnya dan menjadi imam-shalat. Karena saya seorang wanita, maka saya tidak diperkenankan untuk menyampaikan khutbah sendiri, sehingga ketika tiba giliran saya, seorang mahasiswa dari Republik Persatuan Arab (Mesir) menawarkan diri untuk menyampaikan khutbah atas nama saya. Khutbah saya yang berjudul "Dapatkah Islam Dirujukkan dengan Semangat Abad Duapuluh?" menganalisa tujuh usulan yang paling penting untuk "memodernkan" Islam, sebagaimana berulangkali digembar-gemborkan oleh orang-orang progresif, yakni: 1. Penghapusan kekhalifahan. 2. Penghapusan syariat dan menggantinya dengan sistem hukum sekular Barat modern. 3. Penggantian konsep persaudaraan muslim universal (ummah) dengan nasionalisme rasial dan kedaerahan. 4. Penerjemahan resmi al-Qur'an tanpa teks bahasa Arabnya dan mengganti tulisan Arabnya dengan abjad Latin. 5. Pandangan yang menyatakan bahwa meningkatkan taraf hidup sehingga sama dengan Barat melalui industrialisasi, hendaknya menjadi tujuan utama pemerintah, sehingga hal-hal yang lain hendaknya dikorbankan dulu. 6. Apa yang disebut-sebut sebagai "emansipasi" wanita. 7. Pengambilalihan mode pakaian dan kebiasaan hidup Barat. Dalam khutbah tersebut saya tunjukkan betapa jika setiap usulan ini ditelusur hingga kesimpulan logisnya, tampak hal itu akan membawa kehancuran total atas peradaban Islam. Meskipun demikian, para mahasiswa itu dengan berang menolaknya. Mereka katakan kepada saya bahwa segera setelah mereka selesaikan studi mereka di Amerika dan pulang ke negeri masing-masing, mereka akan berusaha sekuat tenaga untuk menerapkan pembaharuan-pembaharuan ini. Seorang mahasiswa dari Afghanistan meyakinkan saya bahwa yang paling dibutuhkan oleh negaranya adalah juga seorang Ataturk. Sebagian besar mahasiswa Islam yang saya jumpai berpendapat seperti ini. Harus saya akui bahwa hal ini kadang-kadang membuat saya murung. Terlampir bersama surat ini teks khutbah saya. [Lihatlah esai saya Dapatkah Islam Dirujukkan dengan Semangat Abad-Duapuluh? dalam buku saya Islam versus Barat.] Bagaimana pendapat anda? Saudaramu dalam Islam, Maryam Jamilah Lahore, 24 Oktober 1961 Saudaraku dalam Islam, Assalamu 'alaikum, Terima kasih atas surat anda tertanggal 9 Oktober dan naskah khutbah anda. Uraian anda tentang mahasiswa-mahasiswa Islam yang anda temui di Universitas Columbia adalah persis seperti yang saya duga. Saya telah melakukan penetitian yang mendalam terhadap sistem pendidikan yang dilalui oleh generasi yang sedang tumbuh saat ini, di sini maupun di negara-negara Arab. Akibat-akibat yang tak terelakkan dari sistem ini berujud prasangka para mahasiswa yang amat dalam terhadap Islam dan warisan sejarah serta budayanya. Pada kesempatan pertama, mereka asyik merusak bentuk dan mengacaukan ruhnya. Mental mereka mengalami kemunduran dan moral mereka menjadi rendah. Ketika pulang ke negeri sendiri, mereka temukan hal-hal dan kedudukan yang paling menonjol lagi ampuh dalam kehidupan nasional kami, yang merupakan sebab utama timbulnya perang tanpa henti antara penguasa dengan rakyatnya. Tetapi yakinlah, masih ada juga sisi yang cerah, dan di sekolah serta universitas ini terdapat pula mahasiswa-mahasiswa yang berhasrat untuk menegakkan tatanan Islam. Hal yang sama terjadi pula di dunia Arab, Turki, Indonesia dan negara-negara Islam lainnya. Mahasiswa-mahasiswa ini, khususnya yang tergabung dalam Jamiatut-Tulaba yang terus melakukan kontak dengan saya, dan saya menaruh harapan yang besar pada mereka. Tetapi sayang, mereka hanya bisa memperoleh sedikit kesempatan untuk melanjutkan pelajaran ke Amerika atau Eropa, karena kesempatan untuk itu hanya dicadangkan bagi anak-anak manja negeri ini. Inilah sebabnya mengapa tidak anda temui pemuda seperti ini di New York. Sebenarnya saya ingin cepat mengambil keputusan tentang pencetakan novel anda, Ahmad Khalil, demi kepentingan anda. Tetapi sayang, beberapa hari yang lalu Mian Tufail Muhammad, Direktur Pelaksana Islamic Publication, ditahan oleh pemerintah dan saat ini dipenjara berdasarkan Akta Keselamatan Umum. Akta ini warisan penjajah Inggris membolehkan untuk memenjarakan seseorang dengan sembarangan tanpa proses pengadilan. Penguasa begitu saja menangkap dan menempatkannya di balik terali besi sekehendak hati mereka. Mian Tufail Muhammad adalah teman sejawat saya sejak duapuluh tahun terakhir ini. Karena keberaniannya menerbitkan naskah yang mengkritik Undang-undang keluarga, maka seluruh usaha Islamic Publication dibekukan sampai waktu yang tak terbatas. Telah saya pelajari khutbah Jum'at anda dengan teliti. Yakinlah bahwa apa yang anda khutbahkan itu serupa dengan apa yang selalu saya sampaikan dalam khutbah saya sejak lebih dari tiga puluh tahun yang lalu. Inilah sebabnya mengapa kaum modernis menganggap saya sebagai "bahaya". Sungguh saya kagum, bagaimana seorang gadis yang lahir dan dibesarkan di Amerika dapat memperoleh wawasan yang cermat dalam menghadapi masalah seperti ini. Khutbah anda tak bisa tidak layak mendapat pujian. Saya hanya berdoa kepada Allah agar Ia melimpahkan lebih banyak lagi kearifan kepada anda dan kesabaran dalam mendakwahkan Islam. Teriring salam dan harapan baik. Saudaramu seagama, Abul A'la New York, 8 November 1961 Maulana Maududi yth. Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh. Terima kasih atas surat anda tertanggal 24 Oktober. Saya senang, anda begitu menentang pendekatan polemik yang apolojetik sebagaimana saya. Ketika mulai pertama kali saya baca kepustakaan tentang Islam yang bisa diperoleh dalam bahasa Inggris di tahun 1953, teman-teman dan kenalan saya yang beragama Islam mendesak saya agar membaca buku Sir Sayyid Amir Ali, The Spirit of Islam. Setelah membacanya, saya berkesimpulan bahwa buku tersebut adalah buku tentang Islam terjelek yang pernah saya baca. Teman-teman muslim saya terkejut atas reaksi negatif ini dan tak dapat memahami mengapa saya tidak menyukai buku ini. Ambillah sebagai contoh masalah poligami. Orang-orang muslim seperti Dr. Hoballah, pemimpin Islamic Centre di Washington, mengatakan kepada saya bahwa Islam hanya memperkenankan poligami dalam sedikit peristiwa-peristiwa pengecualian tertentu. Golongan modernis malahan telah lebih jauh menafsirkan ayat al-Qur'an yang menyatakan bahwa "kamu tidak akan bisa berbuat adil terhadap lebih dari satu istri, betapapun kamu menginginkannya", sebagai larangan mutlak terhadap poligami. Berikut ini, pandangan apolojetik serupa dikutip dari tafsir Muhammad Ali Lahori dalam terjemahan al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris (hal. 187-188). "Surat 4:3 membolehkan poligami hanya dalam keadaan-keadaan tertentu... Dengan demikian, akan jelaslah bahwa izin untuk mempunyai istri lebih dari satu itu diberikan untuk keadaan khas umat Islam yang ada pada saat itu... Dapat ditambahkan di sini bahwa poligami dalam Islam, teori maupun praktek, adalah suatu perkecualian, bukan aturan..." Dalih yang paling kuat untuk menentang cara berpikir yang sesat seperti itu adalah kenyataan bahwa tak ada satu pun penafsir al-Qur'an yang dikenal nama baiknya sepanjang sejarah Islam pernah menafsirkan ayat tersebut seperti demikian, hingga dunia Islam jatuh ke dalam kekuasaan imperialis Eropa. Saya tidak bisa menemukan pernyataan dalam kepustakaan al-Qur'an maupun Hadits yang mengatakan bahwa poligami dikutuk sebagai suatu kejahatan, tidak pula suatu masalah pernah timbul mengenai perlunya untuk membatasinya hanya bagi keadaan-keadaan pengecualian tertentu. Persisnya bunyi ayat yang menjadi pembicaraan adalah: Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil terhadap istri-istri (mu), walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian. Karena itu, janganlah kamu terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain terkatung-katung. Dan jika kamu berbuat kebaikan dan memelihara diri dari kejahatan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (al-Qur'an 4:129). Dengan kata lain, karena tidak ada dua manusia yang sama, maka tentunya seorang suami tidak mungkin dapat memperlakukan istri-istrinya dengan rasa cinta-kasih yang sama. Tetapi ayat ini tidaklah melarangnya untuk melakukan poligami hanya karena ia tidak dapat mencintai mereka dengan kadar yang sama. Tidak! Al-Qur'an hanyalah memerintahkan untuk berlaku baik serta mempergauli mereka dengan seadil-adilnya. Catatan pendahuluan Marmaduke Picktall untuk terjemahan al-Qur'annya ke dalam bahasa Inggris, dengan sangat meyakinkan menafsirkan ayat yang berkenaan dengan masalah di atas sebagai berikut: "Dalam Islam, kesucian tidak pernah diidentikkan dengan kehidupan membujang. Bagi kekristenan, cita keagamaan yang paling tinggi adalah membujang; monogami sudah merupakan kelonggaran bagi sifat manusia. Bagi kaum muslim, monogami adalah cita-cita, sedang poligami merupakan kelonggaran bagi sifat manusia. Setelah memberikan contoh agung tentang perkawinan monogami lewat pernikahannya dengan Khadijah, Rasulullah juga memberikan contoh tentang perkawinan poligami yang diwarnai dengan segala sifat luhur. Islam tidak melembagakan poligami, tapi menetapkan batasan atas suatu lembaga yang telah lebih dulu ada di masyarakat, yakni dengan membatasi jumlah istri sampai empat dan dengan memberi kepada setiap wanita kepribadian dan hak-hak sah yang harus dihormati, dan dengan membuat setiap laki-laki bertanggung-jawab secara hukum terhadap setiap istrinya. Apakah poligami ataukah monogami yang mesti berlaku di suatu masyarakat atau masa tertentu adalah merupakan masalah kecocokan dengan keadaan sosial-ekonomi". Sudahkah anda baca The Voice of Islam edisi April-Mei 1961 yang diterbitkan oleh Jamiul Falah, Karachi, yang memuat suatu esai yang berjudul Hukuman dalam Islam tulisan Muhammad Syibli? Tulisan ini segera saja mengagumkan saya karena penyajian alasan-alasan logis dengan jelas dan terus-terang tentang kenapa Islam telah menetapkan apa yang sering disebut orang sebagai hukuman yang bersifat "barbar", seperti merajam sampai mati orang yang melakukan zina (bila yang bersangkutan telah berkeluarga penerj.), memotong tangan bagi pencuri, mendera orang di muka umum bagi pelaku zina dan pemabuk dan sebagainya. Sembilanpuluh sembilan persen penulis muslim-kontemporer hendak mencoba untuk menerangkan bahwa hukuman menurut al-Qur'an tersebut telah usang bagi abad modern ini. Contoh khas dari orang-orang seperti ini adalah surat yang bernada marah kepada redaksi majalah yang sama, dimuat dalam edisi bulan Agustus, yang menyalahkan Muhammad Syibli karena tidak memandang sistem hukum Barat lebih tinggi daripada syariat. Demikian pula Presiden Habib Bourguiba mengatakan: "Sampai kini Islam masih dipahami menurut cara-cara pemahaman para ulama, yakni penafsiran yang statis tanpa perubahan selama berabad-abad. Penafsiran kuno itu telah ketinggalan zaman ..." Dengan kata lain, kaum modernis bermaksud mengatakan kepada kita bahwa seluruh mujaddid kita sepanjang duabelas abad belakangan telah melakukan kesalahan yang besar dalam memahami makna sebenarnya dari al-Qur'an dan baru sekarang inilah untuk pertama kalinya kaum modernis dapat mencapai wawasan yang benar! Inilah beberapa alasan yang menyebabkan saya memandang pendekatan apolojetik sebagai suatu puncak ketidakjujuran, kepengecutan moral, fitnah rohaniah dan kemunafikan. Ketika mahasiswa-mahasiswa muslim "progresif" ini menceritakan kepada saya bahwa negara-negara mereka tidak akan mampu menjadi negara yang relijius sebelum bisa mencapai pembangunan ekonomi dan taraf hidup yang lebih tinggi terlebih dulu, saya tidak bisa menahan diri untuk mengingatkan mereka kecuali akan kata-kata Nabi Isa as. sebagaimana tercatat dalam Perjanjian Baru tatkala ia berkata kepada pengikut-pengikutnya: "Carilah lebih dahulu Kerajaan Surga dan kemudian seluruh benda-benda ini akan ditambahkan bagi kamu sekalian ..." Tetapi orang-orang yang "progresif" ini mencoba melakukan hal yang sebaliknya! Mereka berusaha meyakinkan kita bahwa setelah mereka peroleh kemakmuran material, mereka akan punya banyak waktu untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah rohaniah. Tetapi pengalaman menunjukkan bahwa hal ini tak pernah terjadi, karena orang yang menganut sikap seperti ini akan menjadi sedemikian sibuknya dengan upaya-upaya materialistik, sehingga melupakan sama sekali segi kehidupan rohaniah. Penalaran yang aneh dari orang-orang "progresif" ini nampak ketika guru bahasa Arab saya di masjid New York berkata bahwa Kamal Ataturk melarang orang-orang Turki untuk beribadah Haji karena parahnya ekonomi negara dan kelaparan yang melanda rakyat, sehingga pemerintah tidak dapat mengizinkan mengalirnya kapital ke luar negeri. "Hal ini sama sekali bisa dibenarkan", guru saya memberi alasan, "dan sesuai dengan nilai-nilai Islam, karena Ibadah Haji memang hanya wajib bagi mereka yang mampu". Tetapi tidak ia sebutkan bahwa dekrit Ataturk hanya menimpa Ibadah Haji ke Makkah! Sedang semua perjalanan ke luar negeri yang lain, khususnya ke negara-negara Eropa dan Amerika tidak hanya diizinkan tetapi malah didorong dengan aturan-aturan resmi. Pada pertemuan-pertemuan Perkumpulan Mahasiswa Muslim di Universitas Columbia, topik pembicaraan yang disukai adalah pendidikan Islam tradisional sebagaimana diterapkan di al-Azhar, Deoband atau madrasah-madrasah yang lebih kecil yang karena selalu menekankan pada hafalan, dikritik sebagai membunuh kemerdekaan intelektual, dan pikiran-pikiran orosinal dan kreatif. Para mahasiswa ini tidak menyadari bahwa kritikan mereka terhadap madrasah tradisional itu justru beribu kali lebih tepat ditujukan kepada diri mereka sendiri! Di antara mahasiswa-mahasiswa berpendidikan Barat ini, sama sekali tidak saya temukan kemerdekaan intelektual dan pikiran-pikiran orisinal dan kreatif. Tidak pernah mereka ciptakan pemikiran mereka sendiri selain sekedar mengulang secara mekanis bak burung beo segala sesuatu yang diajarkan kepada mereka. Inilah sebabnya, walaupun Universitas-universitas di Amerika penuh dengan mahasiswa-mahasiswa yang berasal dari negara-negara Islam, tetapi di dalamnya tak bisa didapati satu pun sarjana sejati. Makna harfiah kata "Islam" adalah penyerahan diri kepada kehendak Allah. Seseorang tidak akan mungkin dekat kepada Allah tanpa menyerahkan diri untuk melaksanakan aturan-aturan serta mengikuti petunjuk-Nya dalam kehidupan sehari-hari. Orang seperti itu tidak akan meragukan hikmah Ilahiah (sebagaimana yang pernah terjadi pada seorang mahasiswa Universitas Columbia yang menyatakan bahwa sekarang orang muslim dibolehkan makan daging babi karena para peternaknya kini telah tahu cara memelihara babi secara higenis, sehingga bahaya penyakitnya dapat dihilangkan!). Orang muslim sejati tidak akan pernah mencampakkan ajaran-ajaran al-Qur'an karena menganggapnya tidak cocok lagi dengan kehidupan masa kini. Tujuan hidupnya yang utama adalah menempuh kehidupan sesuai dengan yang dikehendaki oleh Allah, dan tidak ada sesuatu yang dapat membuatnya lebih bersedih daripada mengingkari Tuhannya. Dia tidak akan menganggap hukum Allah sebagai beban, melainkan kebahagiaan. Pada titik inilah agama Yahudi Ortodoks dan Islam bertemu. Setiap hari seorang Yahudi yang taat selalu membaca perintah-perintah dari Hukum Nabi Musa berikut: "Engkau harus mencintai Rabbmu dengan seluruh hatimu, dengan seluruh jiwa dan kekuatanmu. Dan kata-kata yang Aku (Tuhan) perintahkan kepadamu (Musa) ini mesti tertanam dalam hatimu. Engkau harus mengajarkannya dengan rajin kepada anak-anakmu dan kamu harus membicarakannya bila sedang duduk-duduk di rumah, atau bila bepergian, bila berbaring dan bila berdiri. Harus kamu ikat mereka untuk suatu tanda di tanganmu dan harus selalu kau tempatkan mereka di bawah pengawasan. Harus kau catat mereka di daun pintu rumahmu dan di daun pintu gerbangmu. (Deuteronomy 6:4-9). Di pihak lain, bukannya menyerahkan diri kepada Allah, kaum modernis malah mengharap Allah menyerahkan diri-Nya kepada mereka! Bersama ini saya sertakan tajuk The Islamic Review edisi Juli 1961 yang memuji Undang-undang Keluarga Pakistan yang baru. Apa komentar anda? Saudaramu dalam Islam, Maryam Jamilah Lahore, 16 Desember 1961 Nona Maryam Jamilah, Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Terima kasih atas surat anda tertanggal 8 November bersama lampiran tajuk rencana The Islamic Review tentang Undang-undang Keluarga. Dalam sampul yang lain juga telah saya terima naskah esai anda yang berjudul Makna Taqbir. [Lihat Makna Taqbir dalam buku saya Islam versus Barat, cetakan kedua yang telah direvisi dan diperluas, diterbitkan oleh Muhammad Yusuf Khan, Lahore, 1968.] Telah saya baca naskah anda dengan teliti dan saya setuju dengan setiap kata di dalamnya. Nabi Besar dengan tegas telah melarang orang muslim untuk menggambar dan membuat patung binatang ataupun manusia. Sejarah telah menyaksikan kenyataan bahwa pembuatan gambar adalah langkah pertama ke arah syirik dan penyembahan berhala. Penyembahan berhala tidak mesti berarti penyembahan secara ritual di depan suatu obyek. Bila gambar para pemimpin dan orang-orang terkenal digantungkan secara menyolok atau dibagi-bagikan ke mana-mana, pastilah hal itu akan menghasilkan pembudakan mental dan penuhanan, serta menanamkan kesan "keagungan" kepada orang-orang (sebagai ganti keagungan Allah), pada pikiran dan jiwa mereka. Pastilah hal ini merupakan suatu bentuk penyembahan berhala. Ketika Rusia mencaplok Polandia, ribuan gambar Stalin telah dimasukkan ke setiap kota dan desa. Tentara Nazi dulu terbiasa mengenakan foto Hitler di dada mereka dan bila mereka terluka dan menghembuskan nafasnya yang penghabisan di rumah sakit, mereka ditemui sedang menciumi potret-potret ini dan menaruhnya di pelupuk mata mereka. Gambar-gambar pemimpin nasional pada mata uang dan perangko merupakan simbul-simbul kekuasaan duniawi mereka dan bila gambar-gambar mereka dipertunjukkan di layar bioskop, maka para hadirin pun diminta untuk berdiri seketika. Bila ini semua bukan syirik, lantas apa lagi namanya? Kaum Nazi, Fasis, Komunis, Kamalis dan Nasseris telah menunjukkan kegunaan atau lebih tepat disebut sebagai penyalahgunaan gambar-gambar dan mendemonstrasikan sedemikian jelas malapetaka yang diakibatkannya, sehingga saya pikir tidak semestinya ada akal sehat yang meragukan sedikit pun mengapa Islam mengharamkan gambar-gambar dan patung-patung. Bagaimanakah seseorang yang mengetahui perbedaan antara tauhid dan syirik dapat mengizinkan pembuatan gambar bila akibatnya begitu terang saat ini? Di atas semuanya itu, mengapa Krushchev dalam mencela Stalin memerintahkan juga untuk membuang patung-patung Stalin dari tempat-tempat umum? Tidakkah hal ini berarti bahwa Krushchev menyadari sepenuhnya betapa hukum dari tuhan-palsu ini telah terukir pada otak orang-orang Rusia melalui gambar-gambar ini? Sejak awal sekali gambar-gambar telah dipakai secara luas untuk menyebarkan ketakbermoralan dan kecabulan di dunia ini. Anggur, musik, bacaan, gambar dan patung cabul sekarang, lebih dari dulu-dulu, merupakan penghasut yang paling potensial bagi perzinaan. Bila kaum modernis di negeri-negeri muslim masih mempertahankan kegemaran-kegemaran seperti itu, sekalipun telah ada larangan yang terang dari Nabi kita saw, agar bisa berkompromi dengan perubahan "zaman" dan dipuji sebagai up to date, mereka tidak mungkin bisa melakukan hal seperti itu tanpa mengabaikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam. Tak bisa saya pahami, bagaimana orang seperti ini mampu meyakinkan diri mereka sendiri dan orang lain bahwa, meskipun mengalami perubahan yang mendasar seperti itu, mereka adalah orang Islam yang baik. Saya setuju sepenuhnya dengan apa yang anda tulis tentang apolojetik. Ada dua sebab penting dari penalaran seperti ini baik merupakan hasil dari kesalahpahaman dan kejahilannya tentang Islam, ataupun karena hasil alami dari mentalitas orang yang kalah sehingga secara buta mereka terima nilai budaya yang dominan sebagai kriteria tertinggi. Akibatnya, peradaban Barat telah menjadi juri penilai atas kelebihan dan "kesalahan" Islam, bukan sebaliknya. Pelopor kaum apolojetik di anak benua Pakistan adalah Sir Sayyid Ahmad Khan dan rekannya Chiragh Ali. Belakangan, Sir Sayyid Amir Ali pun menyusul (Amir Ali dan Chiragh Ali adalah orang-orang Syi'ah). Akhirnya, seluruh Sekolah Aligarh pun meneriakkan koor apoloji kepada Barat atas nama Islam. Muhammad Ali Lahori (pengikut Mirza Ghulam Ahmad dan penerjemah al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris) yang oleh para pengarang Barat sering dikacaukan namanya dengan Muhammad Ali Jauhar (negarawan terkenal dan pejuang kemerdekaan) banyak mengikatkan diri pada pandangan-pandangan Sekolah Aligarh. Di Mesir, Syaikh Muhammad Abduh melakukan kompromi serupa, sehingga dengan demikian membuka pintu lebar-lebar bagi orang-orang yang melancarkan pembaratan di dunia Arab yang tiba sesudahnya. Sekali mereka mulai berjalan di jalur ini, maka mereka hampir tidak bisa membatasi pemikiran sehat yang mubazir ini. Jihad hanya ditafsirkan sebagai perang "defensif" semata-mata. Ajaran Islam tentang tawanan-tawanan perang (budak-budak) diberi arti yang sangat aneh dan dicari-cari. Poligami dengan setengah hati dianggap hanya sebagai langkah darurat; makin cepat diharamkan makin baik. Mukjizat yang disebutkan dalam al-Qur'an diingkari sebagai kepalsuan atau, upaya-upaya fantastik mereka lakukan untuk menjelaskannya sebagai fenomena alami. Malaikat-malaikat dikatakan sebagai "kekuatan-kekuatan alam" belaka dan wahyu sebagai hasil subyektif daripada kegiatan mental yang luar biasa yang diproyeksikan ke luar menyerupai hallusinasi orang gila. Meskipun kalah secara politis, orang-orang Islam tidak mengalami kekalahan yang serius dalam dunia pemikiran dan hanya karena kelumpuhan mental sajalah maka tidak dapat mereka tangkap hidayah Allah kepada Nabi-Nya yang terakhir. Apa yang anda tulis tentang poligami mutlak benar. Hanya ingin saya tambahkan bahwa surat 4:3 diwahyukan tidak untuk mengesahkan poligami. Poligami tidak pernah diharamkan oleh Allah. Ia dibolehkan oleh syariat seluruh nabi. Sebagian besar para nabi beristri lebih dari satu. Sebelum ayat ini diturunkan kepada Nabi saw., beliau telah beristri tiga (Saudah, Aisyah dan Ummu Salamah ra). Sebagian besar sahabat juga berpoligami. Jadi tidak diperlukan lagi pengesahan atas suatu praktek yang halal dan telah dikenal. Ayat tersebut di atas diturunkan ketika banyak wanita Madinah ditinggal mati suami-suami mereka yang gugur di medan perang Uhud dan banyak pula anak-anak yang sudah tidak berbapak lagi. Dihadapkan pada masalah ini, orang Islam diarahkan untuk memecahkannya dengan memanfaatkan lembaga yang telah ada dan lazim, yakni dengan mengawini dua, tiga atau empat wanita di antara janda-janda tersebut. Sebagai akibatnya, janda-janda dan anak-anak yatim tidak terlantar, melainkan terserap ke dalam berbagai keluarga. Kalaupun petunjuk Tuhan ini menyiratkan suatu pembentukan hukum baru, hal itu bukanlah pemberian izin berpoligami, melainkan merupakan pembatasan jumlah istri sampai empat dan penetapan syarat lebih jauh, yakni bila suami tidak bisa bertindak adil terhadap seluruh istrinya, maka ia harus mempergauli mereka dengan baik atau beristri satu saja Dua buah perintah di atas tidak pernah diketahui dan dikenal oleh orang Arab penyembah berhala, dan Bible yang sekarang pun tidak menyebutkannya. Mengenai orang-orang yang mencoba untuk menafsirkan kembali Islam, saya tidak tahu siapakah yang mereka coba bohongi, Allah atau diri mereka sendiri. Tetapi yakinlah bahwa penipuan ini tidak akan berlangsung lama. Karena kekuasaan politik mereka, maka mereka berusaha menjejalkan pandangan mereka kepada rakyat yang beragama Islam, sedang pers Barat mendorong mereka dari belakang. Tetapi di sini terdapat juga gelombang besar kemarahan di kalangan rakyat. Pendapat umum di negara-negara Islam yang menentang mereka sedemikian kerasnya, melampaui bayangan anda selama masih di Amerika. Bila anda pergi ke salah satu negara Islam, akan anda dapati kenyataan bahwa, tidak hanya orang-orang yang berpikiran sederhana saja, bahkan kaum modern yang terpelajar pun merasa sebal dan letih oleh penafsiran baru yang merupakan pencemaran terhadap bentuk dan jiwanya. Pemuda yang anda temui di Universitas Columbia bukanlah wakil sebenarnya dari pendapat umum orang Islam. Mereka hanya berbicara bagi sebagian kecil orang yang dianggap lebih sebagai kekurangan daripada kelebihan oleh rekan-rekannya seagama. Orang-orang ini, setelah kembali ke negeri asalnya, akan hidup seperti orang asing saja. Kebiasaan, cita-rasa, perilaku dan cara berpikir mereka bertolak belakang seratus-delapanpuluh-derajat dengan rekan mereka sesama muslim. Mereka tidak bergaul dengan orang-orang lain dan orang-orang lain pun tidak bergaul dengan mereka. Mereka adalah sekelompok orang asing bumiputra yang dibesarkan di negara Islam sebagai hasil sampingan dari pemerintahan penjajah Eropa. Karena mereka tahu bahwa mereka tidak akan mampu membujuk rakyat untuk mengambil sekularisme dengan sarana-sarana demokrasi, maka mereka mencoba untuk menyusupkan ideologi asing mereka atas sasaran-sasaran yang tak menghendakinya melalui kelaliman yang sewenang-wenang. Suara-suara yang bersimpati mendorong mereka dari ufuk Barat, yakni "Timur belum lagi siap menerima demokrasi". Tetapi diktator-diktator ini tidak punya penghargaan sedikit pun terhadap cita-cita demokrasi. Merekalah korban perbudakan yang terjelek. Barat memberikan tepukan kepada mereka hanya karena taklid buta mereka kepada materialisme Barat dan karena iman mereka kepada Islam telah rusak sama sekali. Sedangkan mengenai tajuk rencana The Islamic Review yang anda lampirkan dalam surat anda yang lalu, yakni tentang Undang-undang Hukum Keluarga, mungkin anda akan tertarik untuk mengetahui bahwa segera setelah dekrit tersebut diberlakukan pada tanggal 7 Maret, saya bersama para ulama dari semua aliran pemikiran yang diakui mengeluarkan pernyataan bersama untuk niengkritik secara terperinci setiap bagian dari undang-undang tersebut dan menunjukkan pertentangannya dengan al-Qur'an dan Sunnah. Instruksi dari Pemerintah diberikan kepada pers agar jangan memuatnya. Meskipun demikian, beberapa orang memberanikan diri untuk menerbitkannya juga. Mereka kemudian diinterogasi dan diganggu dengan berbagai cara, bahkan ada yang dipenjara berdasarkan Undang-undang Keselamatan Umum. Sementara itu, pujian terhadap "pembaharuan" ini dipublikasikan secara luas di dalam dan di luar negeri. Juga telah anda minta agar saya memberi komentar atas tajuk rencana tersebut. Saya hanya akan mengatakan bahwa ketakutan penguasa terhadap kritik telah cukup sebagai komentar. Akhirnya, saya harus minta maaf karena terlambat membalas surat anda, walaupun bukannya tanpa alasan. Teriring salam dan harapan. Saudaramu seagama, Abul A'la New York, 19 Sya'ban 1381 (25 Januari 1962) Maulana Maududi yth. Assalamu'alaikum warahmatullah, Terima kasih sekali atas surat anda tertanggal 16 Desember yang sarat dengan keterangan untuk menjawab semua pertanyaan, yang tentunya melelahkan anda. Beberapa minggu yang lalu, Zafrullah Khan datang ke masjid kami di New York untuk memberikan kuliah khusus. Semula telah saya rencanakan untuk menghadirinya, tetapi pada saat-saat akhir ternyata saya tidak bisa berangkat. Sebagaimana anda ketahui, Zafrullah Khan adalah salah seorang pemimpin Ahmadiyah yang terkenal. Dan dua cabangnya, saya kira yang Lahore lebih berbahaya daripada kelompok utamanya di Rabwah. Orang Qadiani bersikap terang-terangan dalam penerimaan mereka akan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan mengecap mereka yang menolaknya sebagai kafir, sehingga dengan demikian berada di luar Islam. Orang Ahmadiyah Lahore, di lain pihak, mencoba untuk bersikap seperti orang muslim yang sempurna, sekaligus berusaha menyebarkan pandangan sesat mereka dengan diam-diam. Saya yakin, Zafrullah Khan termasuk dalam kelompok kedua. Walaupun ia berusaha bersikap seperti orang Islam ortodoks, tetapi telah ia tampakkan warnanya yang sebenarnya ketika sebagai pegawai tinggi pemerintah, ia menolak untuk ikut melakukan shalat jenazah Quaid-i-Azam, hanya karena imamnya bukan orang Lahore. Di suatu toko kecil di New York yang khusus menjual buku-buku tentang Ketimuran dan Islam cetakan Pakistan, saya temukan buku kecil yang bagus tentang pergerakan Qadiani yang diterbitkan oleh Syeikh Muhammad Asraf berjudul His Holiness: A Fearless and Frank Exposition of the Hollowness of Mirza Ghulam Ahmad's Claim to Prophethood oleh "Phoenix" dengan kata pengantar yang bagus oleh Zafar Ali Khan. Buku ini berisi kajian yang paling menarik tentang Mirza yang pernah saya baca dalam bahasa Inggris dan memuat pula kutipan-kutipan dari karya-karyanya. Setelah membaca sejarah hidupnya, saya terheran-heran, bagaimana bisa sarjana-sarjana yang pandai seperti Muhammad Ali Lahori menerima pengakuannya yang fantastik itu jika bukan karena ingin memperoleh keuntungan pribadi ataupun materi. Mirza Ghulam Ahmad sama sekali tak memiliki kepekaan moral, dan kemampuan intelektualnya cukupan saja. Karena itu, saya tidak ragu lagi bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah orang gila. "Visi"-nya (atau lebih tepat, hallusinasinya) meyakinkan dirinya bahwa Tuhan di Surga telah menyucikan dan memperlengkapi dirinya dengan bintang kehormatan yang paling tinggi. Dialah raja orang-orang Arya, Jai Singh Bahadur (nama Sikh yang berarti singa yang menang) dan Dewa Krisna. Maria adalah juga salah satu namanya. Nabi Isa yang ditunggu tidak lain adalah Mirza sendiri (hal. 191-192). Tidakkah ini suatu bukti bahwa ia seorang gila? Saya tak tahu mengapa keluarganya tidak mengerti hal ini dan membawanya ke rumah sakit jiwa. Bila Mirza Ghulam Ahmad dikurung di rumah sakit jiwa, tentu ia tidak akan punya kesempatan untuk menyebarkan ajaran sesatnya. Sehingga anda tidak perlu harus ditahan ketika terjadi kerusuhan di Punjab, tahun 1953 dan tidak perlu pula harus dijatuhi hukuman mati. Bila Mirza Ghulam Ahmad masih hidup saat ini, tentulah khayalan kemegahan dan penganiayaannya akan didiagnosa oleh dunia kedokteran sebagai tipe Schizophrenia-paranoid. Tiap baris karyanya menunjukkan penyakitnya. Seperti yang ditulis oleh "Phoenix": "Ghulam Ahmad nabi itu telah menderita mania penganiayaan yang amat parah. Pengakuan-pengakuannya berendeng dengan mania penganiayaannya. Makin ia merasa dianiaya, makin membubung pula pengakuannya. Orang gila itu makin gigih dengan khayalannya jika mereka makin jengkel. Jika saja masyarakat Islam membiarkannya sendirian dan mengangap pengakuannya sebagai kegilaan, maka penyakitnya tak akan sampai separah itu" (hal. 155-186). Pada akhirnya, dilihatnya dalam khayalannya bahwa ia telah menjadi Tuhan Yang Maha Kuasa, lalu mencela orang-orang yang tidak mau menerima kebenarannya sebagai "anak haram". Dari berjilid-jilid buku karya Mirza Ghulam belum pernah saya dengar ada yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, kecuali satu buah karya kecilnya yang berjudul The Teachings of Islam. Mereka harus benar-benar sadar betapa orang akan menghinakan keanehan dan bualannya yang berkedok "wahyu". Tetapi saya kira buku-bukunya, khususnya Haqiqatul Wahyi (Hakikat Wahyu) perlu sekali dicetak ulang dalam bahasa Urdu, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Eropa lainnya; tidak untuk khalayak ramai melainkan untuk bahan penelitian kedokteran. Buku ini akan sangat menarik perhatian mahasiswa Psikologi Abnormal. Buku-buku tersebut akan dianggap oleh para Psikiater sebagai dokumen berharga tentang Schizophrenia yang memberi pengetahuan tangan pertama tentang bagaimana pemikiran orang yang menderita paranoid bekerja kepada orang-orang yang terlatih secara profesional. Dipandang dari sudut ini, maka penelitian tentang buku-buku Mirza Ghulam Ahmad akan membantu riset ilmiah tentang penyakit-penyakit mental. Dalam salah satu buku yang anda kirimkan kepada saya beberapa waktu yang lalu, telah anda terangkan bagaimana kaum nasionalis di Asia dan Afrika melestarikan sistem yang sama dengan yang digunakan oleh majikan-majikan kaum penjajah mereka terdahulu. Perbedaannya hanya terletak pada orang-orangnya. Bersama dengan kerusuhan-kerusuhan anti Islam di Aligarh dan kota-kota lain di India, yang mengakibatkan banyak orang muslim yang tidak berdosa dibunuh, kenyataan ini segera saja terbawa pulang. Sebagai seorang ateis dan pendukung sosialisme, Nehru mengikuti kredo materialistik, seperti halnya kaum penjajah. Dia tidak segan-segan melakukan penekanan terhadap rakyatnya seperti yang dilakukan oleh penjajah Inggris. Kalaupun ia bukan orang yang bersalah menghasut pembunuhan besar-besaran terhadap kaum muslimin di India, paling tidak ia tidak mencoba untuk menyetop dan menghukum mereka yang bertanggung jawab. Asas pembimbing Nasionalisme model Barat itu adalah kebencian terhadap kelompok-kelompok minoritas. Nasionalisme mendekritkan bahwa seluruh penduduk harus mempunyai ras yang sama, berbicara dengan bahasa yang sama dan tunduk pada hukum yang sama; ia tidak bisa menerima perbedaan. Kesamaan harus dipaksakan, berapa pun biayanya. Prinsip ini telah merajalela di seluruh dunia, telah kita saksikan hal itu di Uni Sovyet dalam masalah orang non-Rusia, telah kita lihat pula orang Yahudi di bawah Nazi, serta penderitaan orang-orang Arab di "Israel". Kini tragedi yang serupa terulang di India. Saya bertanya-tanya, adakah Nehru mengambil pelajaran dari Nazisme dan Zionisme dalam merampas milik orang Islam India lalu mengusir mereka dan kini mengadakan pembunuhan secara besar-besaran terhadap mereka? Alangkah bertolakbelakangnya hal ini dengan sistem millat dalam negara Islam yang di dalamnya agama-agama minoritas yang dilindungi diperbolehkan mengembangkan kehidupan budaya dan menjalankan hukum-hukum agama mereka tanpa diganggu. Uraian anda tentang alasan Islam mengharamkan gambar-gambar benar-benar jelas dan masuk akal. Saya yakin akan adanya hubungan yang erat antara seni yang bernilai tinggi dengan agama. Bagi saya, masjid-masjid besar seperti lbnu Tulun di Kairo, masjid-masjid di Kordoba, di Istambul dan yang ada di seluruh dunia Islam, kaligrafi yang menghiasi halaman-halaman al-Qur'an, permadani, kain tembikar dan barang pecah-belah, semuanya itu merupakan ungkapan perwujudan nilai-nilai rohaniah Islam. Tidakkah Nabi besar saw. sendiri telah mengatakan bahwa Tuhan itu indah dan menyukai keindahan? Ketika peradaban Islam sedang berada pada puncaknya, seni sama sekali bukanlah sesuatu yang hanya ditimbun di museum-museum, melainkan merupakan bagian terpadu dari kehidupan seorang muslim yang paling rendah sekalipun. Dalam kehidupan sehari-hari orang Barat, seni seolah-olah tidak mempunyai tempat. Pakaian dan arsitektur ultra modern Barat adalah seni terburuk yang pernah saya lihat. Apa yang disebut-sebut sebagai lukisan "non-obyektif" atau "abstrak", yang begitu populer masa kini, mirip sekali dengan gambar-gambar ciptaan penderita schizophrenia di rumah sakit-rumah sakit jiwa. Lukisan-lukisan itu mengatakan: "Hidup ini tidak punya arti dan tujuan. Tuhan tidak ada. Yang ada hanyalah kekacauan dan kehampaan". Saya tidak ragu bahwa sebab kemunduran seni modern itu berhubungan erat sekali dengan "filsafat perubahan". Bila segala sesuatu itu harus selalu berada dalam keadaan mengalir maka, logikanya, tidak ada kestabilan dalam segala sesuatu; semuanya mesti dibatasi pada suatu waktu dan tempat tertentu dan tidak ada sesuatu pun yang bernilai permanen. Seluruh seni yang tinggi harus menyiratkan keimanan kepada kebenaran-kebenaran moral dan estetika. Saya pikir, penyelewengan dalam bidang seni modern seperti halnya dalam bidang-bidang yang lain bersumber dari penolakan secara langsung terhadap cita-cita yang lebih luhur. Tanpa konsep kebenaran mutlak, tidak mungkin seseorang bisa mencapai kebaikan. Bagaimana mungkin seseorang akan dapat meraih harkat dan watak luhur bila apa yang ia senangi hari ini akan menjadi usang esok hari? Telah saya baca buku tentang Syah Waliullah; ada sedikit hal yang telah membingungkan saya. Di satu pihak saya baca bahwa banyak sarjana muslim di anak benua India-Pakistan menganggapnya sebagai sarjana nomor dua setelah al-Ghazali. Tetapi, di lain pihak sering dikatakan bahwa karyanya yang terbesar Hujjatullah al Balighah memberikan ilham bagi pergerakan pembaratan oleh kaum modernis dengan menekankan keunggulan rasionalisme dan mendorong dilakukannya penerjemahan al-Qur'an ke dalam bahasa-bahasa asing (dia sendiri menerjemahkan al-Qur'an ke dalam bahasa Parsi) dan menolak segala yang disebut-sebut sebagai unsur-unsur Islam "Arab" yang menurutnya hanya relevan untuk waktu dan tempat yang khas masyarakat asli zaman Nabi. Dikatakan juga bahwa Syah Waliullah menolak otoritas empat aliran pemikiran ortodoks dan menghendaki disusunnya sistem hukum baru yang sesuai dengan kebutuhan kaum muslimin di India. Dikatakan pula, ia pernah menyatakan bahwa hanya bagian-bagian Qur'an dan Sunnah yang bersifat murni dan rohaniah sajalah yang mengikat, sedang sisanya, yang meliputi seluruh aspek kehidupan duniawi, hanya cocok untuk abad ketujuh di Jazirah Arabia. Hal berikut inilah yang sulit saya mengerti: Syah Waliullah hidup sebelum adanya dampak kolonialisme Inggris, tetapi menurut kepustakaan yang saya baca, filsafatnya memberikan pembenaran dan dasar bagi apolojetik muslim yang tiba sesudahnya. Adakah dia rumuskan gagasan-gagasannya secara bebas atau, bila tidak, apa sajakah yang mempengaruhi pemikirannya? Dalam bukunya yang baru diterbitkan oleh Lembaga Kebudayaan Islam Lahore, The Religious Thought of Sir Sayyid Ahmad Khan, Bashir Ahmad Dar mengatakan bahwa Ahmad Khan selalu mengutip Syah Waliullah untuk mendukung pandangannya sendiri. Apologi Sir Sayyid Ahmad Khan merusak ajaran-ajaran Islam dan memberi pengaruh penting kepada Sayyid Amir Ali dan Maulana Kalam Azad. Allamah Iqbal pun tidak bisa sepenuhnya lepas dari pengaruhnya seperti terlihat terutama di dalam bukunya Reconstruction of Religious Thought in Islam. Saya tahu bahwa Allamah Iqbal adalah penyair muslim terbesar abad dua puluh. Beberapa karyanya, walaupun hanya terjemahannya ke bahasa Inggris, sangat mengagumkan saya. Tetapi di manakah persisnya ia berdiri? Beberapa sarjana ngotot mengatakan bahwa dia adalah seorang modernis sejati. Untuk menguatkan pendapat ini mereka mengutip dari bukunya tersebut di atas percobaan untuk menafsirkan ajaran Islam menurut kriteria para filosof Eropa kontemporer, dan kegairahannya memuji percobaan kaum Kemalis di Turki. Namun dalam puisinya yang berbahasa Parsi dan Urdu, ia kritik dengan pedas sekali kebudayaan Barat serta pendirinya dan mengecap kaum muslimin yang meninggalkan warisan mereka sebagai membebek pada orang-orang Barat. Tidak ada seorang yang skeptis dan sinis seperti biasanya kaum modernis yang mampu menulis tema-tema keislaman seperti halnya Iqbal, dengan perasaan yang sedemikian murni dan mulia. Tetapi yang tidak saya mengerti tentang Iqbal adalah, mengapa pandangan-pandangannya selalu saling bertentangan satu sama lain dalam berbagai hal? Saya tidak bisa percaya bahwa dia seorang munafik; karena suaranya terdengar begitu ikhlas. Lalu, bagaimanakah penjelasannya? Dapatkah anda terangkan tentang Maulana Abul Kalam Azad (1888-1958), karena hanya satu buku saja tentang beliau, yang ditulis oleh Prof. Humayun, yang bisa saya temukan di Perpustakaan Umum New York; tetapi itu saja belum cukup. Yang saya ketahui, dia adalah seorang pejuang kemerdekaan, kawan dekat Mahatma Gandi Presiden Partai Kongres hampir selama dua dasawarsa, dan sesudah kemerdekaan India duduk sebagai Menteri Pendidikan sampai meninggalnya. Juga pernah saya baca bahwa ia seorang terpelajar yang alim, menguasai prosa bahasa Urdu dan menulis tafsir al-Qur'an yang sangat kontroversial. Sayangnya tidak ada karya tulisnya yang bisa diperoleh dalam bahasa Inggris. Saya akan sangat gembira sekali bila dapat memperoleh penjelasan dari anda tentang masalah-masalah tersebut. Saudaramu seagama, Maryam Jamilah Lahore, 10 Februari 1962 Nona Maryam Jamilah, Assalamu'alaikum warahmatullah, Terima kasih atas surat anda tertanggal 25 Januari. Pandangan-pandangan anda tentang Mirza Ghulam Ahmad sepenuhnya benar. Sekalipun hanya demi argumen, kita misalkan bahwa setelah Nabi Muhammad saw. akan ada nabi lagi, walaupun ini tentunya akan sangat bertentangan dengan dalil al-Qur'an dan Hadits kemudian bila kita berhenti sejenak untuk berfikir bagaimana bisa seseorang yang bermoral dan bermental rendah seperti itu telah diangkat sebagai Nabi, tentu akan kita pahami dengan mudah dalamnya keterperosotan konsep Kenabian di masa kita ini. Sebagian besar buku karya penipu ini bukan saja tidak diterjemahkan ke dalam bahasa lain, bahkan cetak ulang dalam bahasa Urdunya pun tidak dilakukan oleh pengikutnya. Peredaran karya-karyanya diawasi dan dijaga dengan teliti, karena orang Qadiani menyadari kemustahitan dan sifat menjijikkannya. Anda telah membuat gambaran yang benar tentang Ahmadiyah Lahore dan Qadiani di Rabwah, tetapi kesan anda bahwa Sir Zafrullah Khan itu termasuk kelompok Lahori adalah salah. Dia adalah pengikut setia Qadiani dan mengakui Mirza sebagai Nabi. Analisa anda tentang sikap pemerintah India terhadap kaum muslimin benar sekali. Pada umumnya, pemimpin politik modern di Asia dan Afrika cinta akan kemerdekaan hanya dalam arti bahwa mereka tidak ingin kendali kekuasaan berada di tangan orang asing. Tetapi dalam hal pemikiran dan perilaku, mereka adalah hamba-hamba yang taat pada bekas penjajahnya; dengan setia mereka ikuti setiap langkah bekas penjajah itu. Hanya sedikit dari mereka yang memiliki pikiran yang bebas dan berani. Nehru memiliki jiwa yang sama sekali Inggris dalam dirinya. Dia orang India hanya bila dilihat dari penampilan jasmaninya saja. Sedangkan Syah Waliullah, dia adalah ulama sejati dan besar sejak awal hingga akhir hayatnya. Tidak bisa saya jamin bahwa saya menyokong setiap pendapatnya, tetapi yang jelas dia adalah seorang ahli hadits dan fikih nomor wahid. Di anak-benua India-Pakistan, dialah perintis penyebaran Ilmu Hadits dan setiap ulama kita berhutang kepadanya dalam penyebaran ajaran Nabi. Mengingat kedudukannya yang terhormat dan mempunyai otoritas, maka setiap "pembaharu" di sini mencoba untuk memanfaatkan namanya, mencerabut perkataannya sampai keluar dari konteksnya serta menyelewengkannya demi memenuhi kepentingannya sendiri. Seluruh bukunya menggunakan bahasa Arab atau Parsi, dan setiap orang yang memahami gagasan-gagasannya tentu akan sepenuhnya memahami betapa tidak jujurnya para pencari dukungan ini. Mereka taruh susunan yang fantastik dan aneh di atas kata-katanya dan mencoba untuk menggali gagasan-gagasan yang sebenarnya tidak terdapat dalam karya-karyanya. Syah Waliullah tidak pernah meneriakkan kehebatan rasionalisme ataupun berkeinginan untuk menghapus unsur-unsur Arab dari Islam. Dia adalah pengagum keempat madzhab fikih dan tidak pernah berkehendak untuk membuat sistem hukum baru guna mengganti yang lama. Tetapi walaupun demikian, mengingat adanya kekakuan dan antagonisme yang timbul akibat lampaunya waktu pembentukan madzhab, pernah ia sampaikan keinginan bahwa akan lebih baiklah bila dikembangkan suatu sistem hukum baru yang merupakan sintesa dari fikih Hanafi dan Syafi'i khususnya. Ia tidak pernah lebih jauh dari itu. Saya tidak menyangkal kenyataan bahwa Iqbal secara tepat telah mengkritik Barat dan berjuang demi Islam, terutama lewat puisi-puisinya. Tetapi sayang, seperti yang telah anda katakan, karya-karyanya tidak bebas dari pertentangan-pertentangan. Pertama, Iqbal melewati berbagai tahapan evolusi mental selama rentang hayatnya dan baru di tahun-tahun terakhir kehidupannya sajalah bisa ia bentuk di dalam pikirannya konsepsi Islam yang jernih tanpa tercemar. Di masa hidupnya yang lebih dini, banyak pemikiran dan pengaruh yang bercampur secara bebas dengan pemahaman Islamnya. Kedua, dalam bagian besar kehidupannya, bukannya ia menjadi muslim yang setia pada pandangan kosmopolitan, selalu ada warna "Nasionalisme Muslim" yang tidak bisa ia hindari. Inilah sebabnya mengapa ia merasa ragu-ragu untuk menyalahkan pemimpin muslim dan pemikir modernis. Kadang-kadang, sehubungan dengan alasan puitis, ia bertindak sedemikian jauh untuk merasionalkan dan mendukung kegiatan-kegiatan mereka termasuk yang tidak Islami sekalipun. Ketiga, akan anda lihat bahwa banyak faktor sejarah dan politik yang mendukung adanya rasa simpati yang berakar-dalam kepada Turki di antara orang muslimin di India dan Pakistan. Kaum muslimin ini, setelah diperbudak Inggris, merasakan suatu ikatan sentimental dengan sisa-sisa terakhir keagungan mereka yang telah hilang dan berusaha mempertahankannya dengan berbagai cara. Sebagai ganjaran atas upaya Kemal Ataturk untuk menyelamatkan negara muslim yang limbung ini, maka sarjana pemikir-pemikir muslim di sini siap untuk mengampuni tindakan-tindakan nyata Kemal yang anti Islam dan menghina Tuhan itu. Dengan latar belakang mental dan emosional seperti ini, maka Iqbal pun, sampai tahun 1930, memberikan apologi-apologi dan penjelasan-penjelasan bagi "pembaharuan" Kemal dan berusaha mencarikan tempatnya di dalam tatanan Islam. Tetapi akhirnya, setelah habis sabarnya, ia lemparkan kutukan terbuka terhadap movasi Kemal. Sampai tahun 1921, Maulana Abul Kalam Azad merupakan tokoh yang bersemangat untuk kebangunan kembali Islam dan pergerakan khilafat. Tetapi kemudian ia berubah seratus delapan puluh derajat dalam hal pemikiran dan gerakan, sehingga rakyat mulai membuka mata mereka untuk meyakinkan adakah ia masih Azad yang sama ataukah Azad yang melalui suatu proses metamorfosa telah melahirkan manusia Azad yang baru dalam dirinya. Kini ia adalah Nasionalis India seratus persen dan meneriakkan satu kebangsaan India yang sekaligus terdiri dari muslim dan non muslim. Dia mengasimilasikan apa yang disebut-sebut sebagai konsep "kesatuan agama" buatan filosof Hindu dengan teori Barat, Evolusi Darwin. Teori ini dapat dilihat dengan jelas dalam buku tafsir Qur'annya. Islam membangkitkan suatu kehalusan rohaniah dan rasa estetik dalam diri kita yang memungkinkan kita untuk menghindari keburukan dan mengerjakan segala sesuatu yang indah. Di lain pihak Ateisme dan Materialisme menodai cita rasa manusia dan membuat manusia memuja dan mengagungkan kejelekan. Itulah sebabnya mengapa, di bawah pesona peradaban kebendaan masa kini, setiap cabang seni dan kesusasteraan mengalami kemunduran. Teriring salam dan harapan. Saudaramu seagama, Abul A'la New York, 22 Maret 1962 (16 Syawwal l381) Maulana Maududi yth., Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Sejak paspor anda dicabut keberlakuannya untuk Afrika dan negara-negara Arab dan khususnya sejak penerbit anda, Mian Tufail Muhammad, ditangkap dan dipenjarakan, saya sangat resah memikirkan kesehatan anda. Bila balasan anda terlambat sebulan atau lebih, saya sangat gelisah kalau-kalau anda jatuh sakit, atau, mudah-mudahan tidak, mengalami nasib yang sama dengan penerbit anda. Saya sedemikian memikirkan kesejahteraan anda, sehingga seolah-olah anda adalah keluarga dekat saya, walaupun sebenarnya kita belum pernah bertemu muka. Saya hanya bisa berdoa kepada Allah, semoga anda diselamatkan dari segala marabahaya. Tentu anda bertanya-tanya dalam hati selama bulan-bulan belakangan ini, kenapa saya segan untuk segera menerima tawaran ikhlas anda untuk memberi segala dukungan maupun pertolongan segera setelah saya setuju untuk datang ke Lahore. Yang menjadi masalah berat bagi saya adalah bahwa saya tidak bisa mengumpulkan kekuatan untuk dengan pasti mematahkan ikatan-ikatan keluarga dan masa lalu serta dengan yakin melangkah ke arah sesuatu yang tidak saya kenal. Itulah sebabnya, mengapa setiap anda kemukakan masalah ini, saya selalu menghindar, dengan harapan, suatu saat, situasi dalam keluarga saya akan berubah menjadi lebih baik. Sekarang saya tahu bahwa harapan saya tersebut sia-sia belaka. Berikut ini dengan ringkas saya ceritakan masalah saya. Saya adalah orang serba canggung yang tak punya harapan. Saya benar-benar tidak bisa tinggal di dalam masyarakat seperti ini. Karena tidak saya miliki kemampuan dan keinginan dagang, tidak pernah mengikuti latihan-latihan khusus serta tidak punya keahlian profesional dan diploma lebih dari itu semuanya, selama dua tahun lebih saya dirawat di rumah sakit mental, yakni dari Maret 1957 sampai April 1959 -maka saya sudah tidak punya harapan lagi untuk menjalani kehidupan yang jujur, produktif dan bermanfaat yang sesuai dengan tabiat saya. Maka dari itu, setiap kali saya berusaha mencari kerja, semua agen tenaga kerja menerima saya dengan dingin. Fungsi utama agen tenaga kerja ini adalah untuk menyaring mereka-mereka "yang tidak diingini", yaitu mereka yang tidak mempunyai "nilaipasar", dan menurut pandangan mereka saya ini benar-benar tidak berharga. Ayah saya seorang petugas penjualan, sedang ibu saya adalah pekerja sosial yang sangat dihormati. Keduanya hendak berhenti bekerja tahun depan. Karena penghasilan mereka akan berkurang, maka dengan terpaksa mereka akan menyetop pula dukungan keuangan mereka pada saya. Mereka bahkan akan pindah dari rumah susun yang telah kami tinggali sejak bulan September 1939, kemudian menjual barang-barang mebel dan alat-alat rumah tangga lainnya untuk selanjutnya akan pergi dari suatu tempat ke tempat lain untuk pelesir sampai penyakit atau kematian menimpa mereka. Mereka tidak memperbolehkan saya untuk menyertai mereka, karena kedua orangtua saya memahami sepenuhnya mengapa saya tidak dapat hidup bersama mereka dengan selaras dan penuh kedamaian. Kalaupun mereka ijinkan saya untuk ikut, saya toh akan tidak bahagia, bahkan frustrasi dalam menjalani gaya hidup mereka yang tidak lebih daripada mereguk kenikmatan dunia. Bagi saya, kehidupan seperti itu adalah kehidupan yang cetek, kosong dan tak berarti. Jadi, sekarang, lebih dari dulu-dulu ketika saya keluar dari rumah sakit tiga tahun yang lalu, ancaman yang terus menerus bergelantungan di atas kepala saya, yaitu jika saya tidak mendapatkan pekerjaan sebelum kedua orangtua saya berhenti bekerja dan melepaskan ikatan kerumahtanggaannya, maka saya akan terpaksa hidup dengan belas kasihan Departemen Kesejahteraan Kota atau menghadapi masa depan yang suram. Rehabilitasi adalah sesuatu yang tidak mungkin. Saya tidak pernah punya tempat dalam masyarakat ini. Tanpa dukungan orangtua, saya tak mungkin bisa hidup, meski hanya sehari pun, seperti orang lain. Saya lebih senang mati daripada hidup hina dan sengsara. Dengan terus terang saya akui bahwa jika bukan karena iman Islam saya, tentulah saya sudah bunuh diri sejak beberapa tahun yang lalu. Setelah mengambangkan undangan anda sekian lama, apakah terlalu terlambat untuk menerimanya sekarang? Saudaramu seiman, Maryam Jamilah. Lahore, 31 Maret 1962 Nona Maryam Jamilah, Assalamu'alaikum warahmatullah, Terima kasih atas surat anda tertanggal 22 Maret yang menunjukkan perhatian anda yang dalam dan ikhlas terhadap kesehatan dan keselamatan saya. Tidak lain ini adalah akibat alami dari ikatan persaudaraan yang tertanam di dalam hati semua muslim sejati. Berkat rahmat Allah, saya dalam keadaan selamat dan sehat walafiat. Saya benar-benar yakin, bila seseorang bertawakal kepada Allah dan dengan jujur bekerja untuk-Nya, tentu akan ia nikmati karunia, hidayah dan lindungan-Nya. Selama tiga puluh tahun terakhir ini saya tidak pernah lagi memikirkan keselamatan diri saya atau memikirkan perlunya mengambil tindakan penyelamatan. Yang saya pikirkan hanyalah kebenaran. Saya ucapkan hal ini tanpa ragu-ragu, dan terus memperjuangkannya tanpa segan-segan sampai ke tujuan. Mereka yang tidak suka akan hal ini, tidak membiarkan saya selamat. Tetapi persekongkolan mereka tidak pernah berhasil, malah kenyataannya, keuntungan ada di pihak saya. Saya harap Allah Yang Pengasih akan selalu menakdirkan nasib yang demikian kepada saya dan kepada musuh-musuh saya di hari depan. Telah saya pahami segala kesulitan dan masalah-masalah anda. Saya tidak pernah menaruh banyak harapan pada masa depan anda di Amerika. ltulah sebabnya pada surat saya yang pertama, saya nasehatkan agar anda meninggalkan Amerika dan pindah ke salah satu negara Islam, lebih dianjurkan ke Pakistan. Telah saya bayangkan segera bila anda datang ke Pakistan, tentu saya akan bahagia memberi naungan kepada anda sebagai salah seorang anggota keluarga saya di tempat tinggal saya. Dengan demikian, anda akan dapat pula berkenalan dengan pemuda-pemuda muslim yang taat. Bila ada di antara mereka yang anda dapati sebagai pasangan yang cocok dengan anda, keduanya bisa disatukan dengan tali perkawinan dan pasti akan dapat menjadi pejuang yang baik bagi pergerakan Islam di sini. Tetapi bila tampaknya anda pikir lebih layak bagi anda untuk tetap tinggal di Amerika, maka saya urungkan gagasan saya ini. Tetapi kini saya terdorong untuk memperbaharui tawaran saya kepada anda tatkala saya renungkan masalah-masalah yang anda hadapi. Berkenaan dengan adanya pembatasan-pembatasan pertukaran luar negeri, tidak mungkin saya bisa memberi bantuan keuangan kepada anda di saat anda masih di Amerika. Maka, saya pikir lebih baik anda tinggalkan Amerika sebelum keadaan keuangan anda memburuk. Sekali anda berada di sini, Insyaallah, anda tidak akan lagi punya alasan untuk mengkhawatirkan masa depan anda. Saya ingin anda jelaskan seluruh keadaan ini kepada orangtua anda. Hendaknya anda ceritakan kepada mereka dengan terus terang, betapa akan sulitnya bagi anda untuk terus tinggal di Amerika setelah kedua orangtua anda berhenti bekerja dan juga bahwa demi kesejahteraan anda, mereka mesti rela memberi izin kepada anda untuk tinggal di Pakistan. Juga hendaknya anda ceritakan kepada mereka, bahwa orang yang menasehatkan dan mengundang anda untuk mengambil langkah yang rumit ini adalah orang yang di samping mereka berdua, paling ikhlas menginginkan kebaikan anda. Ia tidak akan puas hanya dengan memberi nasehat belaka, tetapi ia akan siap untuk memikul segala tanggung jawab yang mengikutinya setelah diterimanya nasehat ini. Bila anda dan orangtua anda mempercayairiya, Insyaallah kepercayaan mereka tidak akan dikhianati. Saudaramu seiman, Abul A'la New York, 7 April 1962 (2 Dzul Qa'idah 1381) Maulana Maududi yth., Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh, Baru saja saya terima surat tercatat anda tertanggal 31 Maret dan saya terima undangan anda, akan saya turuti nasehat-nasehat anda dengan rasa syukur yang paling dalam. Saya pernah berbicara dengan seorang anak muda di masjid. Ia ceritakan kepada saya diskusinya dengan Maulana Fazlur Rahman Ansari Al-Qaderi, pemimpin Federasi Missi Islam Sedunia di Karachi, ketika mengunjungi New York, kata orang, ia mengatakan bahwa "orang yang berpindah agama merupakan suatu kasus mental". Reaksi saya yang pertama adalah bahwa ini adalah suatu pernyataan paling menyakitkan yang pernah saya dengar dan saya katakan hal itu kepadanya. Saya telah melakukan kesalahan dalam hidup saya dan saya akui pula bahwa saya pernah melakukan tindakan-tindakan yang bodoh, tetapi penerimaan saya akan Islam merupakan tindakan saya yang paling positif, konstruktif dan bijaksana. Juga saya sadari sepenuhnya bahwa Islam adalah obat yang paling mujarab bagi kesehatan mental. Meskipun demikian, Maulana itu boleh jadi benar dalam satu hal, yakni bahwa perpindahan dari agama Yahudi atau Kristen kepada agama Islam tak kurang dari perpindahan dari peradaban Barat kepada peradaban Islam dan suatu penganutan sepenuh hati terhadap suatu cara hidup yang lain sama sekali. Orang-orang yang bahagia, makmur, dan mudah bergaul seperti orang tua, saudara perempuan, bibi, paman dan saudara sepupu saya akan kekurangan motivasi, apalagi keinginan, untuk melakukan pengorbanan pribadi untuk menolak kepercayaan-kepercayaan dan kegiatan-kegiatan mereka yang berharga di masa lalu untuk ditukar dengan sesuatu yang begitu asing bagi seluruh pengetahuan atau pengalaman mereka sebelumnya. Hanya orang yang sangat tidak bahagia atau sekurang-kurangnya tidak puas dengan cara hidupnya sajalah yang mau melaksanakan perubahan yang radikal seperti itu. Jadi, jika saja saya tidak mengalami kekacauan emosional dan kegagalan penyesuaian diri yang parah, sudah tentu tidak akan saya lakukan usaha-usaha yang seberat itu dalam upaya menemukan suatu filsafat hidup yang lebih memuaskan. Jika saja saya mendapatkan anugerah alam sedemikian baik sebagaimana anggota keluarga saya yang lain, tentunya saya tidak akan punya sebab dan alasan untuk meragukan kebaikan dan kesehatan masyarakat saya dan sudah akan saya jalani hidup persis seperti hidup orangtua dan saudara perempuan saya. Maka bisa anda lihat bahwa Allah mengingini apa yang paling baik bagi hambanya dan apa yang tampak sebagai bencana itu ternyata bisa menjadi rahmat. Tentunya akan sangat menarik sekali tinggal di Lahore, karena dalam satu atau dua dasawarsa yang lalu, yakni sejak dilarangnya al-lkhwanul-Muslimun dan juga sekularisasi serta nasionalisasi Universitas al-Azhar, Lahore telah menggantikan Kairo sebagai pusat kegiatan Islam. Saya juga akan menyenangi Lahore, karena kepustakaan Islam begitu mudah diperoleh di sini. Tampak bagi saya seolah-olah buku-buku Islam lebih banyak diterbitkan di sini daripada di tempat lain. Bila ternyata saya gagal menguasai pengetahuan Islam karena abai dan malas, tentu hanya diri sayalah yang bisa disalahkan. Silakan anda tulis secara langsung dan jelaskan segalanya. Salah satu yang mungkin menjadi keberatan mereka adalah, seperti halnya orang-orang Barat yang lain, mereka kira bahwa orang Islam selalu menghinakan kaum wanita seperti memperlakukan benda bergerak saja, dan bahwa di Pakistan kaum wanitanya diperlakukan tidak baik dan hak-hak individualnya diingkari. Sekali lagi, saya sampaikan rasa terima kasih yang sangat dalam kepada anda. Semata-mata hanya karena kasih dan rahmat Allah sajalah sehingga saya tidak dibiarkan berjuang secara terasing sendirian. Semoga Allah memberkahi anda. Saudaramu seagama, Maryam Jamilah Lahore, 18 April 1962 Nona Maryam Jamilah, Assalamu'alaikum warahmatullah, Surat anda tertanggal 7 April telah saya terima kemarin. Saya gembira ketika mengetahui bahwa anda menerima nasehat saya dan bersiap-siap untuk datang ke Pakistan. Saya berdoa kepada Allah semoga Ia menunjuki anda apa yang benar dan penting bagi anda. Saya nasehati anda agar berangkat melalui laut saja, karena ongkosnya jauh lebih murah daripada dengan pesawat udara, dan anda bisa membawa lebih banyak barang. Anda nanti akan mendarat di Pelabuhan Karachi, dan dari sini anda bisa ke Lahore dengan kereta api. Banyak kereta api cepat yang menghubungkan kedua kota ini. Biasanya perjalanannya memakan waktu dua puluh dua jam. Setelah anda urus segala pengaturan akhir pada Konsulat Pakistan di New York, maka hendaknya segera anda beritahu Chaudri Ghulam Muhammad yang beralamat di 23 Strachen Road, Karachi-1, tentang tanggal keberangkatan kapal, nama kapal, nama perusahaan angkutan dan tanggal kedatangan anda di Karachi. Segera saya akan tulis surat kepadanya untuk memintanya agar menerima anda di Karachi dan mengatur segala keperluan perjalanan anda dari Karachi ke Lahore dan sekaligus mengirim telegram tentang kedatangan anda. Saya sendiri atau sekretaris saya Malik Ghulam Ali akan berada di Stasiun Lahore menjemput dan mengantarkan anda ke rumah saya. Sebaiknya, selambat-lambatnya anda datang pada minggu ketiga bulan Juni. Saya hendak pergi ke Afrika pada pertengahan Juli. Bila anda datang setidaknya dua atau tiga minggu sebelum keberangkatan saya keluar negeri, saya harap anda dan keluarga saya dapat saling menyesuaikan diri dan bila anda sudah mulai merasa kerasan di rumah saya, barulah saya dapat melakukan perjalanan saya dengan tenang. Saya pikir, ada baiknya saya ceritakan beberapa hal yang dapat membantu penyesuaian psikologi dan fisik anda dengan lingkungan anda yang baru. Seperti anda ketahui, pandangan hidup dan keadaan sosial kami jauh sekali berbeda dengan di Amerika. Di sini kita kekurangan fasilitas-fasilitas dan kemudahan yang di Amerika sudah tidak dipersoalkan lagi. Halangan bahasa juga akan sedikit mengganggu. Berkenaan dengan alasan-alasan di atas, bulan-bulan pertama anda di sini akan memayahkan dan membebani saraf anda. Jika anda tidak mempunyai kesabaran dan telah betul-betul tetap-hati untuk menyesuaikan kehidupan anda dengan pola kehidupan kami, dan hidup dan mati di tengah-tengah saudara seagama anda di sini, tentu akan anda alami kesulitan yang amat berat untuk menyesuaikan diri anda dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang tidak terelakkan pada tahap permulaan ini. Walaupun saya akan berusaha untuk berbuat sebaik-baiknya untuk memenuhi kebutuhan anda dan menjadikan segalanya lebih mudah, kerjasama anda yang sabar akan sangat menentukan. Dua anak saya yang perempuan hampir sebaya dengan anda. Humaira yang berusia dua puluh tiga tahun sedang mengambil sarjana penuh dalam bidang sastra Inggris, sedang Asma, sembilan belas tahun, sedang menuntut ilmu dalam bidang ekonomi di tingkat sarjana muda. Saya harap mereka bisa bersahabat dengan anda, mengajar anda bahasa Urdu dan, sebagai gantinya, mereka bisa belajar dari anda antusiasme seorang yang baru pindah agama. Karena isteri saya hanya sedikit bisa berbahasa Inggris, maka hambatan bahasa pada saat-saat awal dapat menghalangi keakraban anda dengannya. Tetapi saya berharap anda akan bisa mempelajari bahasa Urdu secukupnya selama dua atau tiga bulan sekedar agar bisa melakukan percakapan sehari-hari. Setelah anda pelajari bahasa Urdu, maka akan relatif mudah bagi anda untuk belajar bahasa Arab, karena kedua bahasa ini berbagi banyak kosakata yang sama. Sayapun ingin berusaha untuk mengajar anda bahasa Arab. Mengenai perkawinan anda, akan saya serahkan masalah ini sepenuhnya pada kebijaksanaan anda. Saya sama sekali tak akan memaksa anda. Tetapi jika anda pernah memikirkan untuk berkeluarga, akan saya coba menolong anda untuk memilihkan kawan hidup yang sesuai. Dalam setiap hal, saya, bersedia untuk menerima anda sebagai anggota keluarga saya selamanya. Saya undang anda untuk bersama-sama merasakan keramahan saya dengan semangat seperti ketika orang Islam Madinah mengundang saudara-saudara mereka yang teraniaya di Mekkah, dan saya ingin anda tanggapi hal ini dengan semangat hijrah yang serupa, dan yakin bahwa ikatan iman lebih teguh dan kuat daripada ikatan darah dan daging. Masih ada beberapa alasan yang menyebabkan anda sebaiknya menunda dulu keputusan anda mengenai perkawinan. Nanti bila anda mulai tinggal di rumah saya, isteri saya akan memberikan latihan praktis kepada anda mengenai bagaimana kaum wanita Pakistan menyelenggarakan dan mengatur kehidupan rumah tangganya. Bila akhirnya kelak anda jalani kehidupan rumah-tangga, pengetahuan ini akan mutlak diperlukan. Anda tentunya tidak akan berbahagia jika menikah dengan seseorang yang terbaratkan, melainkan secara alami tentunya anda ingin menikah dengan seorang yang menjalani hidup sebagai muslim Pakistan yang baik. Agar berhasil membentuk rumah tangga seperti ini, perlu anda pelajari etika-etika keluarga muslim di sini. Anda harus ingat pula bahwa tatkala anda tiba di Lahore, daerah ini akan sedang mengalami musim panas yang paling terik. Di bulan Juni, Juli dan Agustus, suhu musim panas mencapai titik tertinggi; siang hari rata-rata sampai di atas 100 F. Rumah kami tidak ber-AC, tetapi kami pakai kipas angin listrik. Pada akhirnya anda akan terbiasa dengan musim-musim tropis. Walaupun begitu, anda tetap harus siap menerima sengatan panas pertama dari teriknya cuaca ini. Saya gembira, Konsulat Jenderal Pakistan di New York telah menawarkan untuk membantu memberikan kemudahan transit. Hendaknya anda dapatkan kepastian darinya mengenai masa mukim paling lama dan prosedur untuk mendapatkan izin tinggal. Hendaknya jangan anda ganti kewarganegaraan anda sekarang. Akan lebih bijaksana bila anda tinggal di sini selama suatu masa tertentu dengan paspor Amerika. Sebaiknya anda bawa semua milik anda yang perlu dan gampang anda bawa. Barang-barang produksi luar negeri di sini begitu mahal, sehingga tak terbayangkan oleh anda di Amerika. Karenanya, jangan tinggalkan sesuatu yang mungkin anda perlukan, karena menganggap bahwa barang itu bisa dicari nantinya di Pakistan. Bersama surat ini juga saya tulis surat tersendiri untuk kedua orangtua anda. Saya nasehatkan kepada anda agar anda sendiri mengenalkan saya kepada mereka dengan menunjukkan surat-surat saya untuk anda, sehingga dapat mereka mengerti sepenuhnya latar belakang surat saya untuk mereka ini. Saudaramu seagama, Abul A'la Lahore, 18 April 1962 Tuan dan Nyonya Marcus, Saya beranikan diri untuk menulis surat ini kepada anda dari Pakistan. Media perkenalan saya dengan anda adalah puteri anda, Nona Margaret Marcus, yang telah melakukan surat-menyurat dengan saya sejak satu setengah tahun yang lalu. Berikut ini dengan ringkas akan saya ceritakan sebab saya kirimkan surat ini. Saya kira telah anda ketahui bahwa puteri anda telah bertahun-tahun belajar agama Islam dan bahkan sebelum berpindah agama secara resmi, ia telah menulis naskah-naskah dan esai-esai untuk membela Islam. Kemudian, setelah ia timbang-timbang dengan hati-hati, akhirnya ia putuskan untuk memeluk Islam dan menerima iman sebagai pandangan hidupnya. Karena saya juga adalah pemeluk Islam dan telah menggunakan seluruh hidup akil-baligh saya untuk menyiarkan Islam, maka kesalingtertarikan kami ini akhirnya membawa kami untuk saling melakukan kontak dan berkenalan dengan akrab. Apa yang ia ceritakan kepada saya tentang kesulitan-kesulitannya di masa lalu melalui surat-suratnya telah menyadarkan saya, bahwa tampaknya tidak ada masa depan baginya di Amerika. Malah bila ia tetap tinggal di Amerika dengan lingkungan yang sekarang, seluruh hidupnya akan hancur berantakan. Karenanya, saya dengan ikhlas telah memberinya nasehat untuk tinggal di suatu negeri muslim dan bila ia pilih Pakistan, maka ia akan saya terima dengan baik di rumah dan di hati saya; bukan sebagai tamu sesaat, melainkan sebagai anggota tetap keluarga saya. Sangat saya kagumi watak dan cita-citanya, dan dia telah saya anggap sebagai saudara terkasih dan dekat seperti semua saudara sedarah saya. Dengan semangat ini, saya undang dia untuk datang dan hidup dengan saya bersama keluarga saya. Dia telah siap menerima undangan saya, tetapi dia akan segan pergi jika kedua orangtuanya tidak mengizinkannya. Itulah tujuan saya menulis surat ini. Jika telah anda ketahui semuanya tentang saya sebelumnya, maka tentunya sudah tidak ada lagi yang perlu saya tambahkan. Tetapi sebagai orang yang sama sekali asing bagi anda, saya tidak bisa meyakinkan anda supaya anda bisa sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada saya dalam masalah ini. Secara alami, tentu reaksi anda yang pertama adalah tidak menginginkan ia pindah dari Amerika ke salah satu negara Timur. Tetapi bila anda timbang-timbang lebih dalam seraya mempertimbangkan kesejahteraan puteri anda, saya berharap anda akan sepakat dengan saya bahwa hal ini memang satu-satunya pemecahan bagi kesulitan-kesulitan yang ia hadapi sebelumnya. Pakistan, dalam hal ini, lebih disenangi daripada negara-negara Islam yang lain, karena di sini bahasa Inggris dipakai dan dimengerti secara luas. Lagi pula seorang yang baru memeluk Islam sangat dihormati di sini. Sedang mengenai diri saya, dapat anda tanyakan apa saja yang ingin anda ketahui dari Nona Margaret Marcus. Saya yakin bahwa isteri dan anak-anak saya akan menjadi ganti yang sebanding, bila tidak lebih baik, daripada keluarganya di Amerika. Dengan kehendak Tuhan, tidak perlu anda risaukan hari depannya. Teriring salam. Hormat kami, Abul A'la New York, 2 Mei 1962 Tuan Maududi yth., Terima kasih atas surat anda tertanggal 18 April yang berisi undangan kepada puteri saya, Margaret, untuk hidup di dalam keluarga anda. Isteri saya dan saya sendiri sangat tergerak oleh tawaran keramahtamahan anda itu. Sejak memeluk Islam setahun yang lalu, khususnya sebagai pemeluk baru yang rajin, hidup di dalam masyarakat kami tampaknya akan mendatangkan kesulitan praktis baginya. Margaret bernafsu untuk menerima undangan anda dan menerima anda sebagai orangtuanya. Kami telah siap memberinya izin walaupun ia harus tinggal di tempat yang jauh. Lebih-lebih berkenaan dengan semangat yang telah ia tunjukkan, kami berharap agar hal ini memberinya kesempatan untuk menjalani hidup yang bahagia dan penuh arti. Datang di suatu negara dengan budaya yang sedemikian berbeda, benar-benar akan menuntut kesabaran selama masa penyesuaian. Dengan simpati dan pengertian yang tersirat dalam surat-surat anda dan ditambah semangat Margaret, saya yakin bahwa masuknya Margaret dalam kehidupan keluarga anda akan berjalan mulus. Saya gembira mengetahui isi surat anda kepada Margaret berkenaan dengan nasehat anda tentang perubahan kewarganegaraan dan perkawinan. Keinginan saya sebagai orangtuanya juga demikian, yakni hendaknya ia hanya mengambil langkah yang tidak bisa dibatalkan lagi itu setelah suatu masa mukim secukupnya. Dia pergi ke negeri anda dengan kerelaan kami dan akan terus kami perhatikan kesejahteraannya. Maka silakan anda tulis surat tentangnya kapan saja. Saya dan isteri menyampaikan rasa terima kasih dari lubuk hati yang paling dalam kepada anda, isteri dan putera-puteri anda. Hormat kami, Herbert S. Marcus