Paranormal Cinta 3 Febrian-Tuban mjbookmaker by: http://jowo.jw.lt Malam telah larut, mungkin jam setengah tiga, lampu di kamar Abdullatif masih menyala, pemuda berusia 27 tahun itu masih duduk bersila tasbih di tangan kirinya masih berputar, seakan mencari ujung tapi tak pernah menemukan tempat akhirnya, suara katak diluar terdengar seperti nyanyian yang menemani kesunyiannya menyelesaikan wirid yang di berikan Hubbah. wirid yang harus di selesaikan malam jumah ini, setelah tiga hari puasa mutih, hanya makan nasi saja, dan air kendi. Siang tadi kamis puasa terakhirnya ngebleng, dan berbuka nanti saat matahari tenggelam. Itulah ajaran Hubbah kepadanya, ketika dia meminta pendapat pemuda itu cara mendapatkan Ulfa suci manah. Gadis yang membuatnya tergila-gila dan ingin di nikahinya. Sekarang ini dia harus menyelesaikan wiridnya sampai subuh, walau tubuh lemes dan mata terasa ngantuk Abdullatif tetap berusaha bertahan sampai wirid selesai. Suara adzan pertama dari masjid Muhamadiyah telah lama berlalu, sebentar lagi subuh, dan wirid Abdullalif pun selesi, berbarengan adzan subuh berkumandang. Setelah suara adzan selesai, pemuda itu segera berdiri menjalankan sholat subuh., Baru saja Abdulatif mengucap salam, dia mendengar suara pintu depan rumahnya di ketuk orang dengan halus tok, tok, tok, ah siapa pagi-pagi buta begini mertamu, apa gak ada waktu siangan dikit, gerutu pemuda itu...tapi tetap saja ia berdiri dan melipat sajadahnya lalu beranjak kepintu. "Siapa ?"tanyanya. "aku mas...!"suara perempuan halus dari luar pintu. "aku siapa?" tanya Abdulatif penasaran. "aku Ulfa...Ulfa suci manah.."jawab perempuan itu dan seeeer, rasa seperti air dingin dan teramat dingin mengguyur hati Abdulatif. Sampai ia memejamkan mata, ah Hubbah , terima kasih, sungguh mujarab mahabah yang kau berikan. Bisik pemuda itu dalam hati. perlahan Abdulatif membuka pintu, dan memang wanita yang di idam-idamkannya itu tengah berdiri di depan pintunya dengan jaket putih biru Suzuki. Pagi ini hari minggu, sekolah libur, ah mau kemana, aku jenuh dengan apel, ini minggu aku harusnya apel ke rumah Tari nama lengkapnya Mentari arlianti, sorenya apel ke tempat Sri anjasmoro, tapi aku males sekali keluar rumah, ah biarlah kalau mereka butuh aku, mereka akan datang sendiri, aku mau baca-baca aja, ku buka lemari buku dan ku ambil beberapa kitab ilmu hikmah. Ada samsul maarif, samsul anwar, Abu maksar alfalaki, dan kitab Aufaq. Ku lihat juga kitab tafsir hasbunalloh wanikmal wakil. Entah kenapa akhir-akhir ini aku suka membaca dan menelaah kitab-kitab ilmu hikmah tersebut. Dan anehnya aku cenderung pada ilmu-ilmu mahabbah, tak taulah. Kitab-kitab ini aku peroleh dari pengajian kilatan romadhon, dan telah ku mintakan ijazah dan pengesahan sanad dari kyai yang membalahnya, jadi aku tinggal mengamalkannya. Kira-kira satu jam aku sibuk membolak-balik kitab-kitab, ketika ku dengar suara salam dari pintu depanku. aku segera keluar dari ruang baca. Dan kulihat Novianto, berdiri di depan pintu, aku tiga hari tak melihat anak ini di kelas, sudah tiga hari dia tak masuk. Kubukakan pintu. Oh!? Aku kaget sekali melihat pemuda ini wajahnya lebam sana-sini, benjol gak karuan, bibirnya bekas pecah, walau sudah kering tapi monyong ke samping, atas mata dan bawah mata lebam membiru, pipinya menggembung seperti makan permen segenggaman tangan tapi tak di telan-telan. Jidatnya juga benjol sebesar bola bekel, "byuh kenapa kamu nov..., ancur-ancuran, kyak habis ketiban meteor gitu...?"tanyaku melihatnya menghempaskan pantat di kursi. Novianto pletat-pletot mulutnya dan menangis, huuhuhu, ahik.! huuhuhu... "heh kenapa malah nangis?, wadoh jangan keras-keras nangisnya nanti kedengaran ortuku, ah aku nanti yang di sangka yang bikin kamu benjol-benjol di wajahmu..."aku berkata sambil lari kedalam, dan mengambil toples kecil, lalu ku angsurkan kepadanya. "untuk apa ini? "tanyanya ketika menerima toples tanpa tutup. "ya untuk menutupi mulutmu, biar tangismu gak kedengaran ortuku..."kataku. "sialan kamu ba...sialan!, kenapa kamu gak ada kasihan-kasihannya sama temen yang sejontor aku...huhuhuuuu...uuu."kata Novianto, dan tangisnya semakin keras dan di buat berirama, seperti orang membaca quran dengan lagu, mendayu-dayu naik turun, panjang pendek, dan kalau dibuat panjang dia tak mampu meneruskannya karena napasnya tak kuat dia berhenti, mengambil napas, lalu meneruskan lagu yang terputus tadi, ah mana ada aturan nangis kayak begitu, kaku sekali. "yang perlu di kasihani itu bukan benjolnya kamu, tp yg perlu di kasihani tuh cengengnya kamu, gitu aja mewek, tapi kenapa sampai kamu benjok remek kayak gini.?" "ini karena salahmu ba..." "wueh...salah aku gimana, aku megang wajahmu aja enggak, kamu salah kali minum obat?" "ini bukan karena salah obat, tapi di benjotin orang" "dipukul maksudmu?" "ya dipukulah, masak dikitik-kitik sampai mlodor kyak gini" "salah apa sampai kamu di bikin sansak kayak gitu?" "ini karena saran kamu, nyuruh aku mendapatkan cewek dulu, si kuparmi, dia itu sudah bersuami," "kok kamu nyalahkan aku?" "bukankah kamu yang ngasih ide? Sekarang bawa aku kedokter, kalau tidak aku tuntut". "alah itu di kasih balsem juga sembut, eh tapi aku kan ngasih ide doang, yang milih sasaran cewek kan kamu sendiri. Trus kamu dapat yang ternyata udah bersuami, yah aku jelas tak tau, dan bukan urusanku, mestinya kamu hati-hati." "hati-hati gimana maksudmu?" "ya hati-hati milih cewek jangan yang udah bersuami, misalkan kamu tanya apa udah bersuami apa belum, atau lihat ktpnya, kawin, atau belum kawin, itu penting untuk nyari cewek pinggir jalan. Atau kalau mau amannya, cari aja nenek-nenek, yang kira-kira suaminya sudah mati. Aman khan." "wah menghina sekali, masak aku kamu suruh nyari nenek-nenek..." "ya daripada kamu benjut kayak gini, kan mending aman dan terjaga." "tapi ba...aku dah dapat ganti sasaran baru, cuantik sekali, aku minta saranmu kali ini..." "ah kamu ini, mau apa, susahnya aku yang kau tiban, dapat seneng aku tak dapat bagian...ogah ah, tak mau kau seret aku kepenjara." "jangan gitu lah ba...nanti kalau dia ku dapat, dan jadi pacarku, nanti boleh kamu nyium dia....gimana?" "udahlah kamu coba sendiri..." "ah jangan gitu lah ba...masak tega amat amat teman, gini aja kalau dia nanti jadi istriku, kamu boleh nyoba sekali...bagaimana..?." "ih ngawur sekali kamu, wah apa mungkin kamu kena pukul itu, otak kamu ada yang berpindah.?" "pindah gimana?" "ya pindah, mungking dari kiri, ke kanan, atau malah pindah ke dengkul..." "tandanya apa..?" "buktinya pikiran kamu makin ngawur...tapi aku jadi pengen tau ceritanya sampai kamu pada benjut kayak gini". "seperti biasa ba...seminggu yang lalu aku ngapel di rumahnya armi, dan di ruang tamu aku pacaran sama dia, lagi enak-enakan pacaran tiba-tiba datang pemuda membawa tas ransel, ternyata pemuda itu suaminya armi yang baru pulang dari Brunai bekerja di sana sebagai TKI, melihat aku lagi bermesraan dengan istrinya, langsung dia marah dan ngamuk-ngamuk, aku di hantam sana-sini, sampai buenjut seperti yang kamu lihat."Novianto menutup ceritanya. "untung kamu nggak di matikan..!" "emangnya api di matikan, kayaknya kamu lebih suka aku mati?" "bukan begitu nov, setidaknya akan berkurang satu orang yang tak bermutu, dan tak berkualitas". "nah bener kan kamu, seneng kalau aku mati...." "udah-udah jangan ngomongin mati..." "sekarang bagaimana ba? Apa kamu gak mau ngasih saran padaku tentang cewek yang baru aku incar?" "ah nanti dulu lah...biar lukamu sembuh dulu, " Novianto pun menyerah dan tak meneruskan membujukku. Dia pun pamit pulang. setelah Novianto pergi akupun masuk lagi ke ruang baca, namun baru beberapa menit duduk, aku mendengar salam dari depan rumah, segera aku keluar, kulihat Abdulatif berdiri di depan pintu, "mau ketemu siapa kang, apa mau ketemu ayah?"tanyaku, karena kang dul umurnya lebih tua dariku, mungkin selisih tuju tahun, dan bukan orang seangkatanku, jadi ku kira dia mencari ayahku. "ah enggak, aku memang mau bertemu denganmu..." "oh kalau gitu mari duduk kang..."kataku mempersilahkan. "kok tak biasanya, ada keperluan apa kang mencariku?" "itu dek ba...gimana ya?" Kang dul kulihat sulit mengutarakan. "apa ibuku punya hutang di wartel kang dul?"tanyaku mendahului. Karena usaha kang dul adalah buka wartel. "ah bukan, sama sekali tidak..tapi..., aku susah mengatakannya..." "Apa perlu di tulis?, biar aku ambilkan pena dan kertas..." "bukan, oh tidak... Jangan .." "wadoh begitu susahnya..." "karena ini masalah pribadi..." "lho masalah pribadi, ya jangan di katakan..."kataku pura-pura bego. "ah tak begitu ba, aku malah mau minta saran kamu, tentang masalahku..." "wah mana saya berani kang.!" "jangan merendah gitu, aku sudah tau kelebihanmu dan julukan yang melekat pada dirimu.." "wah itu cuma mainan anak-anak, jangan dianggap lah kang". "jujur aja ya ba...sebulan yang lalu aku pergi ke depot sate di pertigaan pasar krempyen." Abdulatif mulai bercerita. "seperti biasa aku memesan sate di depot yang ramai pengunjung itu, nah saat itu aku melihat seorang gadis yang melayani riwa-riwi dengan pelayan lain, teramat cantik, matanya yang berkilauan seperti bintang kejora, alisnya yang indah rapi seperti bulu yang di tata di tancapkan satu-satu, hidungnya yang mbangir, pipinya yang putih kemerahan bibirnya seperti kepedesan habis makan cabe, setengah kilo, tubuhnya tinggi langsing padat berisi..." "wah...jadi ngiler nh kang, kalau mendengar cerita kang dul..." "memang dia cantik..." "saya ngilernya bukan masalah ceweknya kang, ngilernya saya karena satenya." "wah kamu ini...." "jadi garis besarnya kang dul ini lagi jatuh cinta?" "nah itu kamu tau.." "trus kelanjutannya gimana kang?" "Nah, terus terang, saat itu aku jatuh cinta berat, lalu ku tanya pada pemilik depot, gadis yang jadi pelayan depot itu siapa? Ternyata di jawab bahwa itu anak mereka yang baru pulang dari pesantren, pantes aku ngelihatnya berjilbab terus, nah aku pun mulai melakukan pendekatan, soalnya aku kalau malem sering gak bisa tidur, mikirkan dia, aku datangi rumahnya yang ada di lorong pasar ke selatan, tak bosen aku mendatangi, siang, sore, malem, sampai dua hari yang lalu aku di usirnya, karena di bilang mengganggu, aduh ba hancur hatiku, badanku bisa habis di krikiti rindu, ini bagaimana ba, kasih aku solusinya, aku ingin dia jadi istriku...." kulihat wajah kang dul, memang nampak serius, kangdul ini kulihat orangnya cakep, rambut bergelombang rapi, mata sayu, hidung kecil, kumis tipis njapris, kulit kuning bersih,tak jelek. " masak sampai di usir gitu kang?" "iya bener, aku di usir, malah dia ngomongnya gini. Kamu ini apaan sh, gak pagi, gak siang, sore, malem, datang terus, emang gak punya kerjaan apa? Sana nyangkul di sawah, emang aku ini apanya kamu? Udah jangan sampai kesini lagi, ngganggu orang aja, nanti kalau nelpon kesini kutelpon polisi, kubilang kamu aliran sesat, biar ditangkep!!!" "wah kelihatannya galak sekali....sampai-sampai bawa-bawa aliran sesat segala.." "saya juga heran ba...perasaan saya tak tersesat, tau jalan pulang, kalau mau pulang..." "ah mungkin maksudnya aliran sesat yang di tivi itu kang..!?" "wah boro-boro masuk tivi, tivi aja saya gak punya..." Wah makin nglantur aja ngomong sama kang dul, maklum orang ndeso kluthuk aku tak mau bertele-tele, bisa-bisa tak ada ujung pangkalnya nanti omongan, makin ndodro, kemana-mana. "trus maksud kang dul bagaimana?" "yah menurut kamu bagaimana baiknya..." Aku pun segera mengambil kertas dan pena. "kang dul mau tak kasih amalan?" "mau...mau.."jawabnya semangat. "nama cewek itu siapa kang?" "ulfah suci manah.." Aku kemudian menghitung sana-sini, dengan panduan kitab Abumaksar alfalaki, dan menentukan amalan yang cocok, setelah kurasa cukup. Aku pun menjelaskan pada kangdul cara pengamalannya.. Wah malah kayak paranormal beneran jadinya. Dan setelah bertanya sana-sini yang dia rasa belum paham, sampai paham betul, dan di rasa cukup, kang dul pun pamit pulang, aku tak lupa memesan. "kalau dapat, cepat di nikah lo kang..." "siiip...!"katanya sambil mengacungkang jempolnya, dan menjalankan motor bebek bututnya. Aku baru saja pulang dari jumatan di masjid, panas teramat terik, hujan semalem membuat tanah basah, sehingga tubuh terasa gerah, dalam rumah keringatku aja sampai mengalir, aku baru mau makan, ketika kudengar, suara motor kang dul di pelataran rumah, disusul suara salam, aku tak jadi makan dan beranjak kepintu depan, kubuka pintu, kang dul terus memelukku, "terima kasih ba...kamu memang hebat, aku telah berhasil."bisiknya di telingaku. "bener nh kang...?" "ya jelas benar, nh untukmu..aku tak lama-lama, langsung pamit aja."kata bangdul menyerahkan kresek merah muda. "apa ini kang?"tanyaku sambil menengok ke dalam kresek. "sate...nanti kalau aku udah nikah dengannya, kamu kalau pengen sate, datang aja..gratz" katanya dengan mata berbinar. "moga sukses aja kang..." Setelah kang dul pergi, aku segera menikmati sate. Dan sampai sekarang, aku kadang ke depot kang dul dan menikmati sate dengan gratiz, kalau lama aku tak datang, kang dul masih menyempatkan diri mengantar sate ke rumahku. Membuatku tak enak aja, sekarang anaknya sudah dua. Dan hidupnya makin makmur aja, dia telah buka cabang depot sate gule di beberapa tempat. Tamat.dan Tunggu cerpen lanjutan yang lain, petualangan paranormal cinta.