KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id mjbookmaker by: http://jowo.jw.lt ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 1 Seiring dengan mencairnya salju, rumah dan taman kembali bernyanyi bersama air yang mengalir. Enam bulan sudah aku tinggal di Hagi. Waktuku tercurah sepenuhnya untuk belajar melukis, menulis, dan membaca. Selain itu, aku juga mempelajari berbagai cara membunuh, meskipun aku belum pernah mempraktekannya. Aku merasa seperti bisa mendengar maksud hati semua orang, dan aku juga mempelajari berbagai keahlian lainnya. Tidak semua keahlian itu aku peroleh dari Kenji, ada sebagian yang keluar begitu saja dari diriku. Aku mampu berada di dua tempat dalam waktu yang bersamaan, dan menghilang dari pandangan mata. Bukan hanya itu, aku bisa membuat anjing tertidur hanya dengan sekali tatap. Kemampuan yang terakhir ini aku temukan sendiri, tapi aku merahasiakannya dari Kenji karena dia yang mengajariku tipu daya dan keahlian lainnya. Aku menggunakan kemampuan yang kumiliki bila aturan yang berlaku di rumah Lord Shigeru membuatku jenuh, atau saat aku merasa terjebak dalam rutinitas yang tiada henti, dan letih karena harus patuh pada dua guru yang kejam itu. Terlalu mudah bagiku untuk mengalihkan perhatian penjaga dan membuat anjing tertidur agar aku dapat menyelinap melalui gerbang tanpa ada yang tahu. Bahkan lebih dari sekali, Ichiro dan Kenji merasa yakin kalau aku sedang duduk ditemani tinta dan KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 2 kuas, padahal aku sedang di luar bersama Fumio. Kami berdua menjelajahi loronglorong di sekitar pelabuhan, berenang di sungai, mendengarkan pembicaraan para pelaut dan nelayan, menghirup udara yang bercampur bau air laut, tali rami dan faring nelayan, serta hau berbagai masakan yang diuap, dibakar, direbus atau dibentuk seperti baso. Bau makanan itu membuat perut kami bernyanyi kelaparan. Di pelabuhan, aku mendengar berbagai aksen bicara, mulai dari aksen wilayah Barat, dari kepulauan, bahkan dari tanah daratan, dan aku mendengar percakapan yang tidak mungkin didengar orang lain. Di tempat ini pula aku tahu tentang rasa takut serta keinginan mereka. Kadang aku jalan-jalan sendiri, melintasi sungai, baik melalui tanggul maupun berenang. Aku menjelajahi daratan yang berada jauh di seberang, di daerah perbukitan di mana ada ladang milik petani yang tersembunyi di antara pepohonan sehingga terhindar dari pungutan pajak. Aku melihat dedaunan hijau yang baru muncul dari dahan, dan aku mendengar dengungan serangga yang sedang mencari serbuk di mahkota bunga pohon chestnut yang berwarna keemasan. Aku juga mendengar gerutuan petani pada pemimpin klan Otori karena memungut pajak yang begitu tinggi. Beberapa kali nama Lord Shigeru disebut, dan aku tahu kekesalan sebagian besar penduduk ini tidak tertuju padanya, tapi pada pamannya yang berada di kastil. Pembicaraan seperti itu termasuk pengkhianatan sehingga hanya mereka katakan di tengah malam atau jauh di hutan, saat tidak ada orang yang bisa mendengarnya, selain aku tentunya, tapi aku tak akan katakan ini pada siapa pun juga. Sumber air panas memancur dari tanah; udara terasa hangat, seisi bumi serasa hidup. Aku dilanda rasa gelisah yang tidak aku mengerti. Aku seperti sedang mencari sesuatu, sesuatu yang belum aku ketahui. Kenji pernah membawaku ke tempat pelacuran. Gadis-gadis di sana hanya membuat aku kasihan. Aku teringat pada gadis-gadis di desaku, di Mino. Gadis-gadis ini mungkin berasal dari keluarga yang serupa dengan keluargaku. Beberapa di antara mereka bahkan masih anak-anak. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 3 Ketika menatap wajah mereka, aku berusaha mencari wajah adik-adikku. Saat perayaan musim panas datang, kuil dan jalan penuh sesak dengan orang yang lalu-lalang. Genderang bertabuh keras setiap malam, wajah dan lengan para penabuh yang berkeringat nampak berkilauan terkena cahaya lampu, tidak terlihat rasa lelah di wajah mereka. Aku tak mampu menahan keinginan untuk turut meramaikan perayaan ini, suasananya yang begitu hirukpikuk dan penuh sukacita. Suatu malam aku dan Fumio mengikuti patung dewa yang diarak sekelompok orang dengan penuh semangat. Ketika hendak pamit pada Fumio, aku terdorong ke arah seseorang, dan hampir menginjak kakinya. Orang itu berbalik ke arahku dan aku langsung mengenalinya: orang ini pernah menginap di rumahku dan memperingatkan tentang ancaman Iida. Dia bertubuh pendek gemuk, raut wajah buruk dan licik. Dia pedagang keliling yang kadang datang ke Mino. Belum sempat menghindar, aku melihat kilasan matanya yang mengenaliku dan juga rasa iba. Dia berteriak dengan suara yang lebih kencang dari hiruk-pikuk kerumunan orang. "Tomasu." Aku menggelengkan kepala, kubuat wajah dan tatapanku seolah-olah kosong, namun dia terus berteriak memanggilku. Dia berusaha menarikku keluar dari kerumunan. "Kau Tomasu, dari Mino?" "Kau salah," jawabku. `Aku tidak mengenal orang yang bernama Tomasu." "Semua orang mengira kau sudah mati!" "Aku tak mengerti apa yang kau katakan," aku tertawa, seolah-olah mendengar sesuatu yang lucu, sambil melangkah ke kerumunan. Dia meraih tanganku dengan kasar, berusaha untuk menahanku dan saat aku melihat dia hendak bicara, aku segera tahu apa yang hendak dia katakan. "Ibumu sudah mati. Mereka telah membunuhnya. Mereka membunuh semua orang. Hanya kau yang selamat! Bagaimana kau bisa lolos?" Dia menarikku lebih dekat ke wajahnya. Dapat kucium bau napas dan keringatnya. "Kau mabuk, pak tua!" aku membentak. "Ibuku masih hidup dan dia ada di KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 4 Hofu, setidaknya menurut kabar terakhir yang kudengar." Kudorong tubuhnya dan kuraih belatiku. "Aku dari klan Otori." Aku membiarkan marah menguasaiku. Dia mundur, "Maafkan kekhilafanku, Lord. Kau memang bukanlah orang yang kumaksud." Dia memang agak mabuk, dan rasa takut membuatnya tersadar. Bermacam-macam pikiran terlintas di benakku, salah satu yang paling kuat yaitu aku harus membunuh si pedagang keliling yang tidak berbahaya dan telah berusaha memperingatkan keluargaku. Aku bisa membayangkan dengan jelas caraku membunuhnya; akan aku jauhkan dia dari kerumunan, menjegalnya hingga jatuh, lalu kutikam lehernya dengan belati, mengirisnya hingga ke bawah, dan membiarkan dia terjatuh, terbaring seperti orang yang mabuk, dan darahnya akan mengucur hingga dia mati. Walaupun ada orang yang melihat kejadian itu, mereka tak akan berani mendekat. Kerumunan akan segera melewati kami, belati masih dalam genggamanku. Dia menyembah berulangkali, memohon agar aku tidak membunuhnya. Aku tidak bisa membunuhnya, pikirku, lalu; tidak ada guna aku membunuhnya. Dia sudah yakin kalau aku bukan Tomasu, dan kalau pun dia ragu, dia tak akan berani mengatakan pada siapa pun. Lagipula dia juga orang Hidden. Aku mundur dan membiarkan kerumunan membawaku menjauh dari kuil. Lalu aku menyelinap melalui gerombolan orang yang membawa patung dewa, menuju jalan setapak yang berada di tepi sungai. Jalan yang kulalui gelap, berpasir, tapi aku masih dapat mendengar teriakan dari kerumunan yang larut dalam kegembiraan, nyanyian puji-pujian para biarawan, dan bunyi lonceng kuil. Riak air sungai seolah memukul-mukul dan mengliisap perahu dan dermaga. Aku teringat perkataan Lord Shigeru. "Namun, sebagaimana sungai selalu berada di luar pintu rumah, begitu pula dunia ini. Dunia tempat kita tinggal." Tatapan mata anjing-anjing yang mengantuk dan jinak mengiringi jalanku, saat aku melewati pintu gerbang rumah Lord Shigeru. Para penjaga tidak melihat aku datang. Biasanya aku akan merayap perlahan ke pos penjaga dan mengejutkan KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 5 mereka. Tapi malam ini perutku mulas, aku tidak bergairah untuk menjahili mereka. Aku kesal atas kecerobohan mereka, mudah sekali bagi anggota Tribe masuk ke sini, seperti yang pernah terjadi. Aku muak dengan dunia yang penuh dengan rahasia, kemunafikan, dan tipu daya. Aku merindukan saat-saat ketika menjadi Tomasu, anak yang gemar berlari naik dan turun bukit. Sudut mataku terasa pedih. Taman dipenuhi bau harum dan bunyi air. Diterangi cahaya bulan, kuncup-kuncup bunga yang mulai mekar memancarkan cahaya putih rapuh. Kesucian bunga-bunga ini mengiris hatiku. Bagaimana mungkin dunia yang indah ini bisa begitu kejam? Lampu-lampu yang ada di beranda berkelap-kelip dan menyebarkan hawa hangatnya. Kenji sedang duduk di keremangan malam. Dia memanggilku, "Lord Shigeru menyalahkan Ichiro karena kau menghilang. Aku katakan padanya, 'Kau bisa menjinakkan serigala, tapi kau takkan mampu memasukkannya ke kandang anjing!"' Dia menatapku ketika aku mendekat ke arah lampu. "Ada apa?" "Ibuku telah meninggal." Hanya anak-anak yang menangis. Orang dewasa tak akan menangis. Sosok anak-anak Tomasu dalam diriku sedang menangis, tapi air mata Takeo telah mengering. Kenji menarikku, "Siapa yang mengatakan?" "Orang yang kukenal saat di Mino mengatakan itu ketika bertemu denganku di kuil." "Dia mengenalimu?" "Dia mengira dia mengenalku. Kuyakinkan bahwa dia salah orang. Tapi saat dia mengira aku Tomasu, dia mengatakan perihal kematian ibuku." "Aku turut berduka," ujar Kenji acuh tak acuh. "Kuharap kau telah membunuh orang itu." Aku tidak menjawab, aku tidak perlu menjawab. Dia sudah tahu jawabannya setelah bertanya. Dia memukul punggungku dengan gusar, seperti yang biasa Ichiro lakukan bila aku salah menulis huruf. "Kau benar-benar bodoh, Takeo!" KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 6 "Dia tak bersenjata, tidak berbahaya. Lagi pula, dia mengenal keluargaku." "Itulah yang kutakutkan. Kau membiarkan rasa kasihanmu tetap ada dalam dirimu. Tidak sadarkah kau kalau orang yang kau biarkan hidup akan selalu membencimu? Justru itulah yang membuat dia yakin bahwa kau adalah Tomasu." "Mengapa dia harus mati karena takdirku? Apa untungnya dia mati? Tidak ada!" "Membiarkan dia hidup justru akan membawa musibah yang membuatku cemas," balas Kenji, lalu masuk ke dalam rumah untuk memberitahukan Lord Shigeru. Seakan-akan telah mencorengkan aib, aku dilarang berkeliling kota sendirian. Kenji selalu mengawasiku, dan hampir tak mungkin aku lepas darinya. Namun semua itu tidak membuatku jera untuk mencoba. Seperti biasa, suatu rintangan hanya berpengaruh di saat-saat awal, karena aku akan menemukan jalan keluar. Kenji memarahiku karena tidak patuh, tapi kemampuanku semakin hebat, dan kini aku semakin nyaman dengan semua kemampuanku itu. Lord Shigeru berbicara padaku tentang kematian ibuku setelah Kenji melaporkan kegagalanku membunuh. "Kau menangisi ibumu di malam ketika kita bertemu. Seharusnya kini sudah tak ada lagi duka. Kau tidak tahu siapa yang sedang mengawasimu saat ini." Begitulah, rasa duka tetap tersimpan di lubuk hatiku tanpa mampu aku keluarkan. Di malam hari, diam-diam aku mendoakan arwah ibuku dan kedua adikku sesuai ajaran Hidden. Aku tidak mendoakan ampunan bagi musuhku, seperti yang ibuku ajarkan. Aku tidak berniat memaafkan musuhku. Aku membiarkan rasa sedih membangkitkan keinginanku untuk balas dendam. Malam itu merupakan malam terakhir aku bertemu Fumio. Setelah aku lolos dari pengawasan Kenji dan pergi ke pelabuhan, kapal Terada sudah tidak ada lagi. Aku mendenigar dari nelayan bahwa mereka diusir dari pelabuhan karena tidak mampu membayar pajak. Rumor yang berkembang mengatakan kalau mereka berlayar ke KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 7 Oshima, pulau tempat keluarga mereka menetap. Dengan menjadikan pulau terpencil itu sebagai pelabuhan, kemungkinan besar mereka telah menjadi bajak laut. Saat ini, sebelum musim hujan, Lord Shigeru mulai tertarik untuk merancang bangunan dan itu diawali dengan membangun sebuah bangunan untuk minum teh di halaman belakang rumah. Aku menemaninya memilih kayu: Kayu cedar, untuk lantai dan atap, kayu cemara untuk dinding. Bau serbuk kayu yang digergaji mengingatkanku pada aroma pegunungan. Sifat tukang kayunya mirip sifat orang di desaku, mereka pendiam, tapi bisa saja tiba-tiba tertawa keras setelah ada rekannya yang melucu. Aku merasa terseret dengan gaya bicaraku yang lama, aku menggunakan kata-kata yang biasa kami pakai di desaku, yang sudah berbulan-bulan tidak aku gunakan. Kadang bahasa gaulku membuat mereka tertawa kecil. Lord Shigeru mengamati setiap tahap pembangunan, mulai dari mengamati pohon yang ditebang hingga digergaji menjadi papan, tidak terkecuali saat pemasangan lantai. Beberapa kali kami mendatangi tempat penjualan kayu dengan ditemani seorang ahli kayu, Shiro, yang penampilannya mirip perpaduan antara pohon cedar dan pohon cemara. Shiro mengatakan tentang sifat dan roh setiap jenis kayu. "Setiap kayu memiliki nadanya sendiri," katanya. "Setiap rumah memiliki nyanyiannya sendiri." Selama ini aku mengira hanya aku yang tahu bahwa rumah dapat bernyanyi. Sudah berbulan-bulan aku mendengar nyanyian rumah Lord Shigeru, saat ini aku sedang mendengarkan nyanyian perlahan diiringi musik musim dingin. Aku mendengar bunyi tiang dan dinding yang semakin tertekan ke tanah saat dibebani salju yang membeku dan mencair, menyusut dan memuai. Rumah ini kini kembali berduet dengan air dalam melantunkan nyanyiannya. Shiro mengawasiku seakan-akan tahu dia pikiranku. "Aku mendengar kabar bahwa Lord Iida telah memesan lantai yang dapat berkicau seperti burung bulbul," katanya. "Tapi siapa yang membutuhkan lantai yang KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 8 dapat bernyanyi seperti burung, bila lantai itu telah memiliki alunannya sendiri?" "Apa gunanya lantai seperti itu?" tanya Lord Shigeru dengan nada seolah-olah tidak tertarik. "Dia takut pada pembunuh bayaran. Lantai itu seperti memberi semacam perlindungan. Tak seorang pun dapat melintasi lantai itu tanpa mengeluarkan bunyi mendecit." "Bagaimana membuatnya?" Shiro mengambil sepotong kayu, lalu dia menjelaskan cara memasang balokbalok itu agar papan lantai bisa mengeluarkan bunyi mendecit. "Kudengar mereka telah membuatnya. Umumnya orang ingin agar lantainya tidak mendecit, sehingga tidak ada orang tertarik untuk membuat lantai yang berbunyi karena hanya akan membuatmu terbangun. Tapi Iida tidak bisa tidur di malam hari. Dia takut ada yang merayap mendekatinya—kini dia tak bisa tidur, cemas kalau-kalau lantainya akan bernyanyi!" Chiro tertawa. "Bisakah kau buatkan lantai seperti itu?" pinta Lord Shigeru. Shiro menyeringai lebar ke arahku. "Aku bisa membuat lantai yang tak berbunyi, bahkan Takeo pun tak akan bisa mendengarnya. Jadi, kurasa aku bisa membuatkan lantai yang dapat bernyanyi." "Takeo akan membantumu," perintah Lord Shigeru. "Dia perlu tahu cara membuat lantai itu." Aku tidak mempertanyakan alasannya karena aku sudah bisa menduganya. Percakapan lalu berpindah ke soal ruangan untuk minum teh. Sementara Shiro mengarahkan cara membangun, dia juga membuat papan lantai bernyanyi yang kecil, sebuah papan yang bisa digunakan untuk berjalan. Papan itu dia letakkan di beranda, dan aku menyaksikan setiap papan itu disusun, setiap balok dan pasak dipasang. Chiyo mengeluh karena bunyi itu membuat dia sakit kepala, dan bunyinya lebih mirip suara tikus ketimbang suara burung. Tapi akhirnya penghuni rumah ini mulai terbiasa dengan bunyi itu, dan kebisingannya telah menjadi bagian dari nyanyian KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 9 keseharian yang dilantunkan rumah ini. Lantai ini membuat Kenji girang: dia mengira bunyi lantai itu akan membuatku tertahan di dalam rumah. Lord Shigeru tidak mengatakan apa pun tentang alasan kenapa aku harus tahu cara membuat lantai itu, tapi kurasa dia tahu kalau aku tertarik. Aku duduk mendengarkan decitan lantai seharian. Aku bisa tahu siapa vang berjalan di atasnya hanya dengan mendengar buiiyi lantai. Aku pun bisa memperkirakan nada-nada berikutnya yang akan dilantunkan lantai itu. Aku berusaha melintasi lantai itu tanpa menimbulkan bunyi. Dan ternyata itu cukup sulit—kurasa Shiro telah membuatnya dengan baik—tapi bukan berarti tidak mungkin. Aku ikut membuat lantai itu, dan bagiku itu tidak ada yang luar biasa. Hanya masalah waktu sebelum aku dapat melintasi lantai itu tanpa berbunyi. Dengan sabar, yang aku tahu adalah bagian dari sifat Tribe, aku berlatih melintasi lantai itu. Hujan mulai turun. Di suatu malam, udara terasa begitu panas dan lembab sehingga aku tidak bisa tidur. Saat hendak mengambil air minum dari pancuran, aku terhenti di pintu, melihat ke lantai yang terbentang di depanku. Aku harus melintasi lantai ini tanpa membuat seisi rumah terbangun. Aku bergerak dengan cepat, kakiku tahu bagian mana yang boleh diinjak dan seberapa besar tekanannva. Lantainya tidak berbunvi, diam membisu. Aku kegirangan, bukan karena menjadi bagian dari Tribe, tapi karena memperoleh kemampuan yang diwariskan oleh keturunan Tribe, sampai aku mendengar desah napas, dan saat berbalik, aku melihat Lord Shigeru sedang memandangiku. "Kau dengar?" tanyaku kecewa. "Tidak, aku belum tidur. Bisa kau ulangi lagi?" Aku masih berjongkok di tempat yang sama selama beberapa saat. Kuhampakan diriku seperti yang biasa dilakukan kaum Tribe, dengan membiarkan seluruh bagian diriku kosong. Lalu aku berlari melintasi lantai itu. Burung-burung itu tetap diam, tidak ada bunyi yang terdengar. Aku membayangkan Iida yang berada di Inuyama sedang berbaring, tidak bisa KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 10 tidur, menanti nyanyian burung keluar dari lantainya. Aku membayangkan diriku berjalan merayap ke arahnya dengan perlahan tanpa dia sadari. Seandainya Lord Shigeru sedang memikirkan hal yang sama, dia tak akan mengatakannya. Dia hanya mengatakan, "Aku benar-benar kecewa pada Shiro. Semula kupikir lantai ini akan dapat menahanmu." Tidak ada yang bertanya, Akankah Iida terpedaya? Meskipun pertanyaan itu tetap ada di antara kami dalam kelembaban udara malam di bulan keenam. Begitu rumah teh selesai dibangun, hampir setiap sore kami menghabiskan teh di sana. Ini membuatku teringat saat pertama kali merasakan hidangan teh lezat yang disajikan Lady Maruyama. Kurasa Lord Shigeru membangun tempat ini dengan membawa kenangan wanita bangsawan itu di benaknya, meskipun dia tidak mengatakannya. Di pintu ruang teh terdapat tangkai-tangkai bunga karmelia yang saling melilit; mungkin karena itu adalah simbol pernikahan sehingga semua orang mulai membicarakan tentang pernikahan. Ichiro yang paling mendesak Lord Shigeru untuk segera mencari pendamping. "Kematian ibumu dan Takeshi yang selalu menjadi landasanmu. Sudah sepuluh tahun kau melajang, dan belum punya anak. Sungguh keterlaluan!" Pelayan bergunjing tentang Lord Shigeru, tak sadar kalau aku dapat mendengarnya dengan jelas. Umumnya pendapat mereka hampir benar, meskipun mereka kurang yakin. Mereka berpendapat bahwa Lord Shigeru jatuh cinta pada wanita yang tidak layak untuknya atau wanita itu sulit diraih. Mereka berdua pasti telah mengikat janji setia. Para pelayan berkeluh kesah, menyesali karena tidak seorang pun dari mereka yang diundang menghabiskan waktu di ranjang Lord Shigeru. Sedangkan pelayan yang lebih tua lebih realistis. Menurut mereka, semua itu hanya ada dalam syair lagu, tidak mungkin terjadi di dunia nyata. "Mungkin dia lebih menyukai laki-laki," balas Haruka, gadis yang paling berani di antara mereka, berkata sambil tertawa kecil, "Tanya saja pada Takeo!" Sedangkan Chiyo KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 11 mengatakan bahwa tidak menikah bukan berarti dia lebih menyukai laki-laki. Lord Shigeru mengelak dari semua pertanyaan soal pernikahan dengan mengatakan bahwa ia lebih menaruh perhatian mengenai pengangkatanku sebagai anaknya. Selama berbulan-bulan tidak ada kabar dari pemimpin klan Otori, selain kabar bahwa masalah itu sedang dipertimbangkan. Masih banyak urusan yang sedang mereka selesaikan, urusan yang jauh lebih penting. Sekarang ini Iida sedang berkampanye di wilayah Timur, dia memaksa mereka untuk bergabung dengan Tohan, atau akan diserang dan dimusnahkan. Tak lama lagi, Iida akan mengalihkan perhatiannya ke Wilayah Tengah. Pemimpin Otori sepakat untuk memilih jalan damai. Kedua paman Lord Shigeru tak berani melawan Iida dan mempertaruhkan wilayah mereka bila berperang lagi. Tapi usulan untuk menyerahkan wilayah Otori pada Tohan masih ditolak oleh sebagian besar petinggi klan Otori. Hagi dipenuhi dengan rumor dan ketegangan. Kenji terlihat tidak tenang. Dia selalu mengawasiku, dan ini membuatku kesal. "Akan ada lebih banyak lagi mata-mata Tohan yang datang ke kota ini," ujar Kenji. "Cepat atau lambat, salah seorang dari mereka akan mengenali Takeo. Ijinkan aku membawanya pergi." "Setelah resmi diangkat sebagai anggota klan Otori, Iida akan berpikir dua kali untuk menyentuhnya," balas Lord Shigeru. "Kurasa kau terlalu meremehkan Iida. Dia akan menantang siapa pun." "Mungkin saja dia berani di Timur. Tapi tidak di wilayah Tengah." Mereka sering bertengkar tentang masalah ini, Lord Shigeru menghindar dari Kenji, tetap menolak anggapan adanya bahaya bagiku. Dia yakin bahwa setelah aku resmi diangkat anak olehnya, aku akan lebih aman bila berada di Hagi. Aku menangkap perasaan yang ada pada diri Kenji. Dia selalu menjagaku, selalu waspada, selalu mengawasi. Satu-satunya saat aku merasa tenang hanya ketika aku sedang menyerap semua keahlian baru. Aku sangat bersemangat mempertajam bakat yang kumiliki. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 12 Akhirnya, sebuah pesan datang di akhir bulan ketujuh: Lord Shigeru diminta membawaku ke kastil, tempat kediaman pamannya karena akan ada keputusan tentang pengangkatan diriku. Setelah Chiyo menggosok badanku, mencuci dan merapikan rambutku, dia memberiku beberapa pakaian baru walaupun warnanya telah memudar. Ichiro terus menerus mengajariku etika dan sopan-santun, bahasa yang harus kugunakan, dan seberapa rendah aku harus membungkuk. "Jangan kecewakan kami," dia berbisik saat kami berangkat. "Setelah apa yang Lord Shigeru lakukan, jangan kecewakan dia." Kenji tidak ikut bersama kami, tapi dia bilang akan mengiringi kami dari jauh. "Buka telingamu." Dia berpesan—seakan-akan aku akan sempat melakukan hal yang lain. Aku menunggang Raku, kuda pucat keabu-abuan yang memiliki surai dan ekor berwarna hitam. Lord Shigeru berada di depanku dengan menunggang kuda hitamnya, Kyu, dan diiringi enam orang pengawal. Semakin dekat ke kastil, aku makin panik. Bayangan kastil terhampar di depan kami, membuatku lemah tak berdaya. Apa yang sedang kulakukan, apakah berpura-pura menjadi bangsawan, menjadi ksatria? Begitu kedua pemimpin Otori melihatku, mereka akan segera mengetahui jati diriku yang sebenarnya: putra wanita petani dan seorang pembunuh. Lebih buruk lagi, aku merasa tersingkap dengan cara yang mengerikan saat aku menunggang kuda melalui jalan yang penuh sesak. Aku membayangkan semua orang menatapku. Raku dapat merasakan kepanikanku. Gerakan tiba-tiba di kerumunan langsung membuatnya takut. Setelah mengatur napas dan melemaskan badanku, Raku pun segera tenang kembali. Tapi tiba-tiba Raku berbalik arah dan saat aku berusaha agar Raku ke arah semula, aku melihat seseorang di jalan. Meskipun hanya sekilas, aku langsung tahu siapa dia. Lengan kanannya buntung. Dialah orang yang mengejarku hingga ke bukit, orang yang lengan kanannya tertebas Jato. Dia seperti tidak mengawasiku, dan aku juga tidak tahu apakah dia mengenaliku. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 13 Kutarik kudaku memutar ke arah semula dan melanjutkan perjalanan. Aku tidak yakin kalau aku menunjukkan tanda-tanda sedang memperhatikan dia. Kejadian itu terjadi hanya dalam sekejap. Anehnya, peristiwa itu tidak membuatku cemas. Ini kenyataan, pikirku. Ini bukanlah permainan. Mungkin aku pura-pura menjadi orang lain, tapi jika gagal, itu berarti mati. Lalu, aku berpikir, aku adalah Kikuta. Aku dari Tribe. Aku bisa menjadi siapa saja. Ketika kami melalui parit yang mengelilingi benteng aku melihat Kenji di antara kerumunan orang. Dia menyamar sebagai orang tua dengan kimono lusuh. Setelah itu, pintu gerbang utama terbuka, lalu kami masuk ke halaman kastil. Di tempat ini kami turun dari kuda. Pengawal tetap bersama kuda, sedangkan aku dan Lord Shigeru disambut seorang laki-laki tua, pengurus rumah. Dia yang mengantar kami ke rumah pemimpin Otori. Rumah ini sangat megah, dibangun di sisi kastil yang mengarah ke laut dan di belakangnya terdapat bailey* yang luas. Dinding yang berada di dekat laut dikelilingi parit lagi, dan sesudah parit terbentang taman yang indah. Bukit kecil dengan pohon yang tumbuh teratur dan menjulang di bagian belakang kastil; di atas pepohonan tampak berdiri atap kuil yang berbentuk kurva. Teriknya matahari membuat batu di sekitar sini terasa panas. Keringat membasahi ketiak dan keningku. Terdengar debur ombak di balik dinding. Ingin sekali aku berenang di dalamnya. Kami melepas sandal, dan pelayan datang membawakan air dingin untuk membasuh kaki kami. Orang tua itu menuntun kami masuk ke dalam rumah. Waktu berjalan terasa lambat, ruangan demi ruangan kami; lalui, setiap ruangan dirancang dengan megah dan mewah. Akhirnya kami sampai di ruangan kecil, tempat kami diminta menunggu. Kami duduk di lantai sangat lama. Awalnya aku sangat marah— atas penghinaan pada Lord Shigeru; marah karena tahu bahwa rumah yang sangat mewah ini dibiayai dari pungutan pajak. Akti ingin mengatakan pada Lord Shigeru KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 14 tentang anak buah Iida yang kulihat di Hagi tadi, tapi aku tidak berani bersuara. Dia seperti terpikat pada lukisan di pintu, lukisan seekor burung bangau abu-abu yang sedang berdiri di sungai yang berwarna kehijauan. Bangau itu sedang menatap gunung yang bernuansa keemasan dan merah jambu. Aku teringat nasihat Kenji, dan aku menghabiskan waktu dengan mendengarkan bunyi-bunyian di rumah ini. Tak terdengar nyanyian sungai seperti di rumah Lord Shigeru, namun rumah ini melantunkan nada-nada yang seram, ditambah lagi dengan bunyi deburan ombak laut yang tidak pernah berhenti. Aku menghitung langkah kaki, dan aku menyimpulkan ada sekitar lima puluh tiga orang yang tinggal di rumah ini. Aku mendengar tiga bocah sedang bermain dengan dua ekor anak anjing di taman. Aku mendengar para wanita bangsawan sedang berbincang tentang keinginan mereka untuk bepergian menggunakan perahu jika cuaca telah bersahabat. Dari bagian rumah yang paling dalam aku mendengar dua orang sedang berbicara dengan pelan. Aku mendengar nama Shigeru disebut. Aku sadar kalau itu adalah percakapan rahasia antara kedua pamannya. "Yang terpenting yaitu bagaimana memaksa Shigeru menyetujui pernikahan ini," kata salah seorang di antara mereka. Dari suaranya aku tahu dia sudah tua, dan berpengaruh. Aku mengerutkan dahi, bertanya-tanya, apa maksud mereka? Bukankah kami diundang untuk mcmbicarakan soal pengangkatanku? "Dia selalu menolak untuk menikah," kata orang yang kedua, suaranya menunjukkan kalau dia lebih muda. "Apalagi menikah untuk mempererat persekutuan dengan Tohan, karena dia orang yang paling menentang persekutuan ini... Ini bisa membuat dia marah." "Saat ini kita dalam bahaya," kata orang yang lebih tua. "Kemarin ada kabar tentang keadaan di Wilayah Barat. Seishuu sedang bersiap menyatakan perang terhadap Iida. Arai, Lord Kumamoto, yang pernah diusir oleh Noguchi telah menyusun kekuatan untuk melawan Noguchi dan juga Tohan sebelum musim dingin." "Apakah Shigeru berhubungan dengan Arai? Itu bisa memberi dia peluang KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 15 untuk..." "Tak perlu kau jelaskan," balas saudaranya. "Aku tahu ketenaran Shigeru. Andaikan dia bersekutu dengan Arai, mereka bisa mengalahkan Iida." "Kecuali kita... melucuti dia lebih dulu." "Pernikahan adalah jawabannya. Pernikahan akan membawa Shigeru ke Inuyama, tempat di mana dia akan berada dalam pengawasan Iida. Dan gadis bangsawan yang diajukan, Lady Shirakawa Kaede, memiliki reputasi yang sangat menguntungkan." "Apa maksudmu?" "Dua orang telah tewas karena gadis itu. Bila Shigeru menjadi korban yang ketiga, kita tak akan dipersalahkan." Orang yang lebih muda tertawa pelan, caranya tertawa membuatku ingin membunuhnya. Aku tarik napas panjang, berusaha menenangkan diri. "Bagaimana bila dia menolak?" tanyanya. "Kita jadikan pernikahan ini sebagai syarat bagi Shigeru untuk mengangkat anak itu. Kurasa anak itu tak akan membahayakan kita." "Aku sudah berusaha menyelidiki tentang anak itu," kata orang yang lebih muda, nada suaranya mirip ahli dokumen sejarah terpelajar. "Aku tidak melihat adanya hubungan anak itu dengan mendiang ibunya Shigeru. Tak ada tanda-tanda keberadaan anak itu dalam silsilah keluarga." "Mungkin bukan keturunan sah," ujar laki-laki yang lebih tua. "Kudengar dia mirip Takeshi." "Benar, dari raut wajahnya sulit untuk mengatakan kalau dia bukan dari darah Otori, tapi kalau kita mengadopsi semua anak haram kita..." "Tentu saja dalam situasi biasa, persoalan itu tak berlaku. Tapi masalahnya sekarang..." "Aku sependapat." Lantai berderit pelan sewaktu mereka berdiri. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 16 "Satu hal lagi," ucap orang yang lebih tua. "Kau yakinkan aku bahwa Shintaro tak akan gagal. Bagaimana kejadian sebenarnya?" "Aku telah berusaha mencari tahu. Tampaknya, anak itu mendengar kedatangan Shintaro lalu dia membangunkan Shigeru. Shintaro tertelan racunnya sendiri." "Anak itu bisa mendengarnya? Apakah dia juga berasal dari Tribe?" "Mungkin saja. Muto Kenji muncul di rumah Shigeru tahun lalu. Menurut kabar, dia menjadi guru anak itu. Sepertinya dia tak memberi pelajaran biasa." Sekali orang yang lebih muda tertawa, membuat darahku mendidih. Di saat yang sama, aku mencemooh kedua orang itu. Mereka sudah tahu aku memiliki pendengaran yang tajam, tapi mereka tidak pernah berpikir keahlianku dapat berlaku pada mereka juga di sini, di rumah mereka sendiri. Mereka lalu keluar dari ruangan itu ke ruangan yang terletak di belakang ruangan tempat kami menunggu. Tidak lama kemudian masuklah orang tua yang tadi menyambut kami. Dia menggeser pintu perlahan dan meminta kami masuk ke ruang pertemuan. Dua bangsawan Otori itu terlihat duduk berdampingan di kursi rendah. Beberapa orang sedang duduk berlutut di setiap sudut ruangan. Lord Shigeru segera membungkuk, dan aku melakukan hal yang serupa, tapi sebelumnya aku melihat sekilas ke arah kedua orang bersaudara ini, orang yang membuat hatiku sangat pedih. Orang yang lebih tua, Lord Otori Shoichi, bertubuh tinggi dan tidak berotot. Wajahnya kurus dan cekung; dia memiliki kumis kecil. Janggut dan rambutnya mulai memutih. Sedangkan orang yang lebih muda, Masahiro, pendek dan gemuk. Dia berdiri sangat tegak, seperti yang biasa dilakukan orang pendek. Wajahnya tidak berjanggut, mukanya pucat dan ada beberapa tahi lalat hitam menghiasi wajahnya. Rambutnya hitam, walaupun tipis. Pada diri mereka ada keunikan raut wajah Otori, tulang pipi yang menonjol dan hidung bengkok, tapi semua itu menjadi rusak karena sifat busuk mereka. Mereka terlihat kejam dan juga lemah. "Lord Shigeru—keponakanku—telah lama kami menanti kedatanganmu," KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 17 sambut Shoichi dengan ramah. Lord Shigeru menegakkan badan, sementara aku tetap menyembah. "Akhir-akhir ini kami sering memikirkan dirimu," kata Masahiro. "Kami mencemaskan keadaanmu. Kematian adikmu tidak lama setelah kematian ibumu, juga penyakit yang kau derita, semua itu menjadi beban berat bagimu." Kata-kata itu terdengar sangat manis, tapi aku tahu mereka mengatakan dengan penuh kepalsuan. "Terima kasih atas perhatiannya," balas Shigeru, "Tapi ijinkan aku memperbaiki ucapan kalian. Adikku tidak mati secara wajar. Dia dibunuh." Lord Shigeru mengatakan itu tanpa emosi, seakan dia hanya mengungkapkan suatu kenyataan. Semua terdiam. Ruangan sunyi-senyap. Dengan berpura-pura senang, Lord Shoichi memecah kesunyian dengan berkata, "Inikah dia yang hendak kau angkat anak? Kehadirannya pun kami nanti-nantikan. Siapa namanya?" "Kami memanggilnya Takeo," jawab Shigeru. "Benarkah pendengarannya sangat tajam?" Masahiro agak mencondongkan tubuhnya ke depan. "Tak ada yang istimewa," kata Shigeru. "Kita semua memiliki pendengaran yang tajam saat masih muda." "Duduk tegak, anak muda," perintah Masahiro kepadaku. Saat aku menegakkan tubuh, dia mengamati wajahku beberapa saat, lalu dia bertanya, "Ada berapa hanyak orang di taman?" Aku mengerutkan alis seolah-olah sedang menghitung. "Dua orang anak dan seekor anjing," aku hanya menduga-duga saja. "Seorang pengurus taman ada di balik dinding?" "Menurutmu, ada berapa banyak orang di rumah ini?" Aku mengangkat bahu, namun kemudian berpikir bahwa tindakanku kurang sopan, dan aku perbaiki dengan membungkuk kembali. "Lebih dari empat puluh KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 18 lima orang? Maafkan aku, Lord Otori, aku tidak memiliki kemampuan yang hebat." "Ada berapa orang?" tanya Lord Shoichi. "Lima puluh tiga orang, kurasa." "Mengesankan," kata yang lebih tua, tapi aku mendengar desah napas lega. Aku kembali membungkukkan kepala ke lantai dan mempertahankan posisi, aku merasa lebih aman dalam keadaan seperti itu. "Kami menunda masalah ini cukup lama, Shigeru, karena kami tidak yakin dengan keadaanmu. Kesedihan tampaknya telah membuat pikiranmu tidak stabil." "Aku baik-baik saja," balas Lord Shigeru. "Aku tidak mempunyai anak, dan Takeshi telah tiada. Tidak ada yang menjadi pewarisku. Aku memiliki kewajiban pada anak ini dan itulah yang harus kupenuhi. Takeo telah diterima di rumahku dan telah menjadi bagian dari rumah kami. Aku berharap dia dapat disahkan menjadi anggota klan Otori." "Bagaimana menurut anak ini?" "Bicaralah, Takeo," Lord Shigeru mendesakku untuk bicara. Aku menegakkan badan, tenggorokanku sulit menelan, dan seketika saja aku dilanda emosi yang tak tertahankan. Aku ketakutan. "Aku berhutang nyawa pada Lord Otori, sedangkan dia tidak berhutang apa pun padaku. Penghormatan untukku terlalu berlebihan, tetapi bila ini memang keinginan Lord Shigeru—dan tuanku— maka aku akan menerima dengan sepenuh hati. Aku akan berbakti pada klan Otori dengan jiwa dan raga." "Bila demikian, baiklah," kata Lord Shoichi. "Semua dokumennya sudah siap," tambah Lord Masahiro. "Kami akan segera menandatanganinya." "Paman begitu baik dan sangat murah hati," kata Shigeru, "Aku berterima kasih." "Ada satu hal lagi, Shigeru, kami harap kau mau bekerjasama." Aku menyembah kembali. Jantungku serasa hendak melompat ke tenggorokan. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 19 Ingin rasanya aku memperingatkan Lord Shigeru tanpa harus mengatakannya secara langsung. "Kau sudah tahu kalau kami sedang bernegosiasi dengan Tohan. Kami lebih memilih untuk bersekutu. Kami juga tahu kau menentang rencana itu, tapi kau masih terlalu muda untuk tergesa-gesa mengambil keputusan..." "Usiaku mendekati tiga puluh, rasanya aku tidak pantas lagi dibilang muda." Sekali lagi, Lord Shigeru mengemukakan kenyataan dengan tenang, seakan-akan tak ada yang dapat diperdebatkan tentang dirinya. "Dan sebenarnya aku tidak menginginkan peperangan atau persekutuan. Hanya saja, sifat dan tingkah laku Tohan yang membuatku keberatan." Kedua pamannya tidak menanggapi pernyataan ini. Suasana di ruangan ini agak tegang. Shigeru diam. Dia telah menyatakan pandangannya dengan gamblang, bahkan terlalu jelas. Lord Masahiro memberi isyarat kepada laki-laki pengurus rumah, dan orang itu langsung menepuk tangan perlahan. Tak lama kemudian pelayan datang membawa teh. Ketiga bangsawan Otori itu lalu minum. Aku tidak ditawari. "Baiklah, persekutuan akan tetap berjalan," kata Lord Shoichi akhirnya. "Lord Iida telah mengajukan pernikahan antar klan sebagai syaratnya. Sekutu terdekatnya, Lord Noguchi juga telah menetapkan calonnya. Lady Shirakawa Kaede namanya." Shigeru tampak sedang mengagumi cangkir teh. Dia memegang dengan satu tangan. Dia meletakkan cangkir itu dengan hati-hati di atas tatakan yang ada di depannya, lalu duduk tanpa bergerak. "Kami ingin menjodohkanmu dengan Lady Shirakawa," ujar Lord Masahiro. "Maaf paman, aku tak ingin menikah lagi. Aku tak berpikir untuk menikah." "Kau beruntung memiliki kerabat yang masih memikirkan dirimu. Lord Iida sangat menginginkan pernikahan ini. Persekutuan Otori dan Tohan tergantung pada pernikahanmu." Lord Shigeru membungkuk. Ruangan ini kembali sunyi-senyap. Aku mendengar KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 20 dua langkah kaki mendekat, perlahan dan berhati-hati. Salah seorang dari mereka membawa sesuatu. Pintu di belakang kami bergeser dan mereka masuk dengan membawa meja untuk menulis, tinta, kuas dan cairan berwarna merah untuk membubuhkan stempel. "Ah, ini dia surat pengangkatannya!" Lord Shoichi berkata dengan keramahan yang dibuat-buat. "Bawa kemari." Juru tulis itu maju dengan berlutut dan meletakkan meja itu di depan kedua bangsawan, lalu dengan lantang dia membacakan surat pernyataan yang telah dibuat sebelumnya. Bahasanya berbunga-bunga, tapi isinya sederhana: Aku berhak menggunakan nama Otori dan menerima semua keistimewaan sebagai anak laki-laki di klan ini. Jika memiliki anak, maka anakku memiliki hak yang sama sepertiku. Dan imbalannya aku sepakat untuk berperilaku sebagai anak Lord Shigeru, menerima perintahnya dan bersumpah setia pada klan Otori. Jika dia meninggal tanpa pewaris sah lainnya, maka aku yang akan mewarisi semua hak miliknya. Kedua bangsawan itu lalu mengambil stempel. "Pernikahan akan dilangsungkan di bulan kesembilan," kata Masahiro, "Setelah Festival of the Dead **. Lord Iida ingin pernikahan ini dirayakan di Inuyama. Noguchi telah mengirim Lady Shirakawa ke Tsuwano. Kalian akan bertemu di sana dan kemudian kau mendampingi mereka ke Ibukota." Stempel itu menggantung di udara, seperti tertahan oleh kekuatan gaib. Masih ada waktu bagiku untuk bicara, untuk menolak pengangkatanku atas syarat yang diajukan dan memperingatkan Lord Shigeru bahwa itu adalah jebakan. Tapi aku hanya terdiam. Semua ini berlangsung di luar kendali manusia. Kini hidup kami ada di tangan takdir. "Bisakah kami stempel sekarang, Shigeru?" tanya Masahiro dengan kesopanan yang berlebihan. Lord Shigeru berkata tanpa ragu. "Silakan," katanya. "Aku terima pernikahan ini, dan aku merasa bahagia bisa membuat kalian senang." KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 21 Maka stempel itu pun dibubuhkan dan kini aku resmi menjadi keluarga klan Otori, menjadi anak angkat Lord Shigeru. Dan saat stempel klan Otori ditekan di atas kertas, kami sadar kalau stempel itu telah menentukan takdir kami. Kabar tentang pengangkatanku lebih dulu sampai di rumah dari kami, dan pesta pun telah disiapkan. Lord Shigeru dan aku sebenarnya tidak begitu gembira, tapi sepertinya Lord Shigeru telah membuang kecemasannya tentang pernikahan dan menunjukkan rasa senang yang tidak dibuat-buat. Begitu juga seluruh penghuni rumah ini. Aku telah menjadi bagian dari mereka sejak tinggal di rumah ini. Dalam pesta ini, aku dipeluk, disentuh, dan dihujani dengan beras merah. Aku disuguhi teh khusus pembawa keberuntungan buatan Chiyo, hasil racikan ganggang dan buah plum yang telah diasinkan. Semua perlakuan itu membuat mukaku pegal karena terlalu banyak tersenyum, dan air mata kegembiraan berlinang, rasa sedih aku kesampingkan. Kini Lord Shigeru lebih pantas mendapatkan kasih sayang dan kesetiaanku. Kelicikan pamannya membuat aku sangat marah, dan aku juga mencemaskan rencana jahat mereka. Apalagi dengan kemunculan orang berlengan satu itu. Aku merasakan tatapan Kenji yang tidak lepas dariku: Aku tahu dia sudah tidak sabar ingin mengetahui apa kudengar, aku pun sudah tidak sabar untuk menceritakan pada Kenji dan Lord Shigeru. Tapi hari telah larut malam, kasur telah dibentangkan, dan semua pelayan telah terlelap, aku masih segan untuk merusak kegembiraan bila harus menyampaikan berita buruk. Aku pergi tidur tanpa berkata apa-apa lagi, tapi Kenji, yang biasanya paling tenang, menghadang saat aku hendak mematikan lampu. Dia berkata, "Sekarang kau harus mengatakan apa yang kau dengar dan kau lihat." "Akan kukatakan besok," kataku. Bayangan kelam nampak di mata Lord Shigeru. Meskipun sedih, aku tetap berusaha tenang. Dia berkata, "Kurasa kita harus bersiap menghadapi yang terburuk." "Apa yang membuat kudamu takut?" tanya Kenji. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 22 "Karena aku gugup. Pada saat yang bersamaan, aku melihat orang yang berlengan satu itu." "Ando. Aku juga melihatnya. Aku tak tahu kalau kau melihatnya, kau tidak bereaksi apa-apa." "Dia mengenali Takeo?" tanya Lord Shigeru. "Dia memperhatikan kalian sejenak, lalu pura-pura acuh. Tapi fakta bahwa dia ada di sini menunjukkan hahwa dia telah mendengar sesuatu." Kenji menatapku lalu melanjutkan, "Si pedagang sahabatmu itu pasti sudah buka mulut!" "Aku senang Takeo telah diangkat secara resmi," kata Shigeru. "Ini bisa memberinya perlindungan." Aku hendak mengatakan apa yang kudengar siang tadi, tapi aku masih merasa sulit untuk mengatakan kekejian kedua orang itu. "Maaf Lord Shigeru," aku mulai berbicara, "Aku mendengar kedua pamanmu berbicara rahasia." "Kurasa kau mendengar percakapan itu saat kita menghitung—atau salah menghitung jumlah penghuni rumah pamanku," balasnya dengan nada datar. "Mereka membicarakan tentang pernikahanku?" "Siapa yang akan menikah?" tanya Kenji. "Aku dipaksa menikah untuk mempererat persekutuan antara Otori dengan Tohan," jawab Lord Shigeru. "Calonnya adalah tawanan Lord Noguchi yang bernama Shirakawa." Alis mata Kenji naik tanpa berkata sepatah kata pun. Lord Shigeru melanjutkan, "Pamanku menyatakan dengan jelas bahwa pengangkatan Takeo bergantung pada pernikahan ini." Dia menatap ke arah kegelapan dan berkata perlahan, "Aku terjebak di antara dua kewajiban. Aku tak bisa memenuhi keduanya, tapi aku pun tak boleh merusak keduanya." "Takeo harus mengatakan isi pembicaraan kedua pemimpin Otori itu," guman Kenji. Ini mempermudah aku untuk mengatakannya. "Pernikahan itu hanyalah jebakan KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 23 yang dirancang untuk mengusir Lord Shigeru dari Hagi karena popularitas Lord Shigeru dan perlawanannya pada Tohan dapat memecah-belah klan Otori. Seseorang yang bernama Arai saat ini sedang bersiap-siap menantang Iida di Barat. Bila Otori bergabung dengannya, Iida akan terkurung di tengah." Suaraku menghilang pada kalimat terakhir, lalu aku memandangi Lord Shigeru. "Lord Otori tahu semua ini?" "Aku memang berhubungan dengan Arai," jawabnya. "Lanjutkan." "Lady Shirakawa memiliki reputasi buruk sebagai pembawa kematian bagi lakilaki. Pamanmu berencana untuk..." "Membunuhku?" suaranya tidak menunjukkan perasaan apa pun. "Tidak seharusnya aku mengatakan hal yang memalukan ini," aku menggerutu, wajahku memanas seakan terbakar. "Mereka yang membayar Shintaro untuk memunuhmu." Jangkrik sedang bernyanyi riang di taman. Keringat membanjiri keningku, udara terasa panas dan pengap. Malam ini tidak ada bulan maupun bintang. Sungai menyebarkan bau busuk dan lumpur, bau yang berasal dari jaman primitif, sama primitifnya seperti pengkhianatan. "Aku sadar kalau mereka tidak menyukaiku," kata Lord Shigeru. "Tapi tidak mengira mereka akan menyuruh Shintaro membunuhku! Mereka tentu menganggap aku sebagai ancaman." Lord Shigeru menepuk bahuku. "Terima kasih, Takeo. Aku senang kau menemaniku ke Inuyama." "Kau pasti bercanda," seru Kenji. "Kau tidak boleh mengajak Takeo ke sana!" "Nampaknya aku harus pergi, dan aku merasa lebih aman jika dia ikut bersamaku. Lagi pula dia anakku. Dia harus menemaniku." "Ajak aku ikut bersamamu!" aku menyela. "Kau akan menikahi Lady Shirakawa Kaede?" tanya Kenji. "Kau tahu tentang dia, Kenji?" "Tentu. Siapa yang tidak tahu? Usianya hampir lima belas tahun dan cantik, begitulah kata orang." KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 24 "Kalau begitu aku tak akan menikahinya." Suara Lord Shigeru terdengar ringan, hampir seperti bercanda. "Tapi tak ada ruginya bila orang mengira aku akan menikahinya, setidaknya untuk sementara waktu. Hal ini akan mengalihkan perhatian Iida dan memberi kita kesempatan selama beberapa minggu." "Mengapa kau tidak mau menikah?" tanya Kenji. "Kau mengatakan kalau kau terperangkap di antara dua kewajiban. Sewaktu kau sepakat untuk menikah demi pengangkatan Takeo, aku bisa mengerti karena dia memang menjadi prioritas utamamu. Apakah kewajiban kedua berarti kau sudah menikah secara diam-diam?" "Mungkin seperti itu," Shigeru mengakui setelah diam sesaat. "Ada wanita lain." "Siapa?" "Sudah lama kusimpan rahasia ini, aku tidak yakin bisa menyimpannya lebih lama lagi," balas Lord Shigeru. "Takeo boleh mengatakan siapa wanita itu, kalau dia tahu." Kenji berbalik ke arahku. Aku menelan ludah dan berbisik, "Lady Maruyama?" Shigeru tersenyum, "Sudah berapa lama kau tahu hal ini?" "Sejak kita bertemu dengan Lady di penginapan, di Chigawa." Baru pertama kali inilah aku melihat Kenji kaget. "Wanita yang membuat Iida kebakaran jenggot dan juga ingin menikahinya? Sudah berapa lama kalian berhubungan?" "Kau tak akan percaya," balas Shigeru. "Setahun? Dua tahun?" "Sejak aku berumur dua puluh tahun." "Sepuluh tahun!" Kenji tampak kaget atas kenyataan hahwa dia tak tahu apa pun tentang hubungan itu, sama kagetnya dengan kabar itu. "Sepertinya kau meniiliki alasan lain untuk membenci Iida." Kenji menggelengkan kepala karena takjub. "Hubungan kami lebih dari sekedar cinta," kata Shigeru perlahan. "Kami juga bersekutu. Lady Maruyama dan Arai mengendalikan Seishuu dan Barat Daya. Jika Otori bergabung dengan mereka, kami bisa mengalahkan Iida." Dia berhenti, lalu KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 25 melanjutkan, "Seandainya Tohan mengambil wilayah Otori, kita akan melihat kekejaman dan penyiksaan yang sama seperti saat aku menyelamatkan Takeo di Mino. Aku tidak bisa berdiam diri dan melihat Iida memaksakan keinginannya pada rakyatku. Aku tak bisa melihat wilayahku dihancurkan dan desaku dibakar. Kedua pamanku—dan juga Iida—sadar kalau aku tak akan menyerah sehingga mereka menyusun rencana untuk menyingkirkanku. Iida mengundangku ke rumahnya, tempat yang hampir pasti akan membuatku terbunuh. Aku akan memanfaatkan rencananya ini. Apakah ada cara yang lebih baik agar bisa ke Inuyama?" Kenji menatap Shigeru dengan dahi berkerut. Aku melihat senyum tulus Shigeru dalam keremangan cahaya lampu. Ada sesuatu yang sangat menarik pada dirinya. Keberaniannya membuat semangatku bergelora. Kini aku tahu mengapa orang begitu mencintainya. "Ada beberapa hal yang bukan menjadi perhatian Tribe," ujar Kenji akhirnya. "Aku jujur padamu; aku yakin semua ini tak akan berlanjut lebih jauh lagi. Selain berterima kasih karena kau telah menjaga rahasia, aku sangat berterima kasih atas bantuanmu," kata Lord Otori. "Aku tak akan mengkhianatimu, Shigeru. Tapi, seperti yang pernah kau katakan, kesetiaan kita berbeda. Aku tak bisa mengingkari bahwa aku anggota Tribe. Takeo adalah Kikuta. Cepat atau lambat Kikuta akan menjemputnya. Tak ada yang bisa kulakukan akan hal itu." "Biarkan Takeo yang menentukan pilihannya bila saatnya tiba," ujar Shigeru. "Aku telah memberi sumpah setia pada Man Otori," kataku. "Aku tak akan pernah meninggalkanmu, dan akan kulakukan apa pun yang kau minta." Aku merasa seakan sudah berada di Inuyama, wilayah di mana Lord Iida Sadamu meringkuk di balik nightingale floor miliknya.* KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 26 Dengan membawa sedikit harapan tentang masa depannya, Kaede meninggalkan kastil Noguchi tanpa ada penyesalan. Selama perjalanan ia tidak mampu menahan rasa takjub atas semua yang ia lihat. Selama delapan tahun ia menjadi tawanan di Noguchi, ia tidak hanya menghabiskan waktu di balik dinding. Awalnya Kaede dan Lady Maruyama melakukan perjalanan dengan menggunakan tandu yang diangkat oleh beberapa orang, namun tandu yang selalu bergoyang-goyang membuat Kaede mual. Maka saat mereka berhenti untuk beristirahat, Kaede memaksa keluar dan berjalan kaki bersama Shizuka. Cuaca saat itu sangat panas, matahari bersinar begitu terik. Shizuka memakaikan topi lebar dan memegang payung untuk melindungi seluruh tubuh Kaede. "Kulit Lady Shirakawa tak boleh terlihat kecoklatan di depan calon suami, seperti kulitku yang kecoklatan ini," dia berkata sambil tertawa terkekeh-kekeh. Mereka beristirahat sejenak di penginapan pada saat tengah hari, lalu melanjutkan perjalanan beberapa mil lagi sebelum malam. Di saat berhenti, Kaede memikirkan berbagai hal yang ia lihat selama perjalanan: padi yang hijau cemerlang, begitu lembut dan subur menyerupai bulu-bulu hewan; air sungai yang berada di sisi jalan memercikkan kejernihan; gunung yang membentuk barisan diselimuti pepohonan yang hijau dan bunga liar yang berwarna merah. Tampak pula orang yang berlalu-lalang di jalan: para ksatria dalam balutan baju baja dengan pedang di pinggang sambil menunggang kuda; petani membawa alat bertani; gerobak kuda, pengemis dan pedagang keliling. Kaede seharusnya tidak boleh menatap mereka, dan mereka harus membungkuk ketika iring-iringan lewat, tapi Kaede mencuri pandang untuk melihat wajah mereka, KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 27 sama seperti yang mereka lakukan saat memandangi dirinya. Mereka ditemani beberapa pengawal Lady Maruyama yang dipimpin oleh Sugita. Dia nampak akrab dengan sang Lady layaknya seorang paman. Kaede juga rnenyukai Sugita. "Aku gemar berjalan-jalan saat seusiamu," kata Lady Maruyama saat mereka menyantap hidangan malam. "Jujur saja, sampai sekarang aku masih senang melakukan perjalanan, hanya saja aku takut terkena sinar matahari." Dia menatap kulit Kaede yang belum berkeriput. Seharian dia memperlakukan Kaede dengan ramah, tapi Kaede tidak bisa melupakan kesan pertama saat wanita ini menunjukkan rasa tidak suka pada dirinya. "Kau menunggang kuda?" tanya Kaede. Ia merasa iri pada laki-laki yang berada di atas kuda: mereka tampak begitu berkuasa dan bebas. "Kadang aku menunggang kuda," jawab Lady Maruyama. "Tapi, saat melewati wilayah Tohan, aku menjadi wanita yang lemah, sehingga aku memakai tandu." Kaede memandangi sang Lady dengan penuh tanda tanya. "Tapi menurut kabar, Lady Maruyama sangat berkuasa," kata Kaede pelan. "Kekuasaanku harus disembunyikan bila berada di dekat laki-laki," jawabnya, "atau mereka tanpa ragu akan menghancurkanku." "Aku belum pernah menunggang kuda," kata Kaede mengaku. "Tapi, anak ksatria harus bisa menunggang kuda!" seru Lady Maruyama. "Keluarga Noguchi tidak mengajarimu?" "Mereka tidak mengajariku apa pun," jawab Kaede pedih. "Kau tidak diajari menggunakan pedang maupun belati? Panah juga tidak?" 'Aku tak tahu kalau wanita juga belajar semua itu." "Di wilayah Barat, mereka melakukannya." Sejenak tiuasana hening. Kaede yang merasa masih lapar lalu mengambil sedikit nasi lagi. "Apakah Noguchi memperlakukanmu dengan baik?" tanya Lady Maruyama. "Awalnya tidak, tidak sama sekali." Kaede merasa seakan dirinya terbelah antara KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 28 kebiasaannya yang selalu menanggapi pertanyaan dengan berhati-hati, terutama tentang dirinya, dan keinginannya untuk mempercayal wanita yang memiliki kesamaan klas dengan dirinya. Di ruangan ini mereka berdua terpisah dari Shizuka dan pelayan Lady Maruyama, Sachie, yang duduk tenang sehingga Kaede lupa akan kehadiran mereka. "Setelah kejadian pada seorang penjaga, aku dipindah ke rumah mereka." "Sebelumnya?" "Aku serumah dengan para pelayan di kastil." "Keterlaluan," kata Lady Maruyama dengan nada pahit. "Noguchi berbuat begitu? Padahal kau dari klan Shirakawa..." Dia menunduk, lalu berkata, "Aku mencemaskan anakku, dia menjadi tawanan Lord Iida." "Keadaannya tidak begitu buruk saat aku masih kanak-kanak," kata Kaede. "Semua pelayan sayang padaku. Namun, ketika musim panas tiba dan aku bukan lagi anak kecil, meskipun belum dapat dikatakan dewasa, tak ada orang yang mau melindungiku. Sampai suatu ketika ada penjaga yang menemui ajalnya..." Masih trauma akan kejadian itu, suaranya menjadi tersendat. Emosinya meluap, membuat matanya penuh dengan air mata. Kenangan beberapa waktu lalu kini datang lagi menyergapnya: tangan penjaga itu, belati, darah, kematian orang itu di depannya. "Maaf," bisik Kaede. Lady Maruyama meraih tangan Kaede. "Anak yang malang," katanya sambil meremas jari Kaede. "Semua anak yang malang, semua anak perempuan yang malang. Andai aku mampu membebaskan kalian semua." Tidak ada yang Kaede inginkan saat ini kecuali menangis, melepas semua beban di hatinya. Dia berusaha mengendalikan diri. "Setelah kejadian itu, mereka memindahkan aku ke rumah Noguchi. Setelah diberi pelayan pribadi, pertama bernama Junko, dan kemudian Shizuka, barulah hidupku berubah lebih baik. Sebelumnya aku akan dinikahkan dengan laki-laki tua. Aku lega orang itu mati. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 29 Tapi, orang mulai menyebar rumor bahwa setiap orang yang menginginkan diriku pasti mati." Kaede mendengar desah napas Lady Maruyama. Selama beberapa saat mereka terdiam. "Aku tak ingin menjadi penyebab kematian orang-orang itu," kata Kaede dengan pelan. "Aku takut menikah. Aku tidak mau Lord Otori mati karenaku." Lady Maruyama membalas ucapannya itu dengan lirih. "Kau tak boleh berkata seperti itu, apalagi memikirkannya." Kaede memandangnya. Wajah orang ini terlihat memucat di bawah sinar lampu, seolah cemas. "Aku sangat lelah," lanjut sang Lady. "Maaf, aku tak dapat berbincang lebih banyak lagi. Lagipula perjalanan kita masih jauh." Dia memanggil Sachie. Semua nampan makanan diangkat dan kasur pun dibentangkan. "Apakah aku salah bicara sehingga dia menjadi tersinggung?" bisik Kaede. "Aku tidak memahami dia. Kadang dia ramah, dan kadang dia melihatku seakan-akan aku adalah racun baginya." "Kau hanya berkhayal," ujar Shizuka dengan santai. "Lady Maruyama menyukaimu. Terlepas dari semuanya, kau adalah kerabat terdekatnya." Benarkah?" tanya Kaede dengan ragu dan, setelah Shizuka mengiakan dengan anggukan, dia lalu bertanya lagi, "Apakah itu penting?" "Sendainya terjadi sesuatu pada dia dan anaknya, maka kaulah yang menjadi pewaris Maruyama. Tak ada yang mengatakan ini karena Tohan masih berharap bisa menguasai wilayah itu. Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan mengapa Iida memaksamu pergi ke Noguchi sebagai tawanan." Melihat Kaede terdiam, Shizuka lalu melanjutkan, "Kau bahkan lebih penting dari Lady Maruyama!" "Jangan mengolok-olok! Aku merasa seperti tersesat di dunia ini. Aku merasa seperti tidak tahu apa-apa!" KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 30 Kaede pergi berbaring, benaknya masih dipenuhi berbagai macam pikiran. Dia sadar bahwa Lady Maruyama juga tidak bisa tidur, dan keesokan paginya wajah cantik wanita itu terlihat letih dan lesu. Namun dia berbicara pada Kaede dengan ramah dan, saat mereka hendak berangkat, dia memberi Kaede seekor kuda jantan. Sugita mengangkat Kaede ke punggung kuda dan, di awal perjalanan, seorang pengawal berjalan sambil menuntun kudanya. Kaede teringat pada kuda poni yang pernah ia tunggangi di saat kecil, dan kemampuan berkudanya kini mulai muncul. Shizuka tidak membiarkan Kaede berkuda seharian. Dia mengatakan kalau nanti badannya akan sakit dan pegal, namun Kaede menikmati saat-saat berada di atas punggung kuda, dan tak sabar untuk mendaki gunung lagi. Irama langkah kaki kuda membuat dirinya lebih tenang dan pikirannya tak lagi kacau. Selama menunggang kuda, Kaede mencemaskan ketidaktahuannya tentang dunia yang kini ia masuki. Ia tidak ubahnya sebuah bidak yang dimainkan oleh para bangsawan. Dan Kaede menantikan saat untuk dapat menjadi lebih dari sekadar bidak, tidak sabar untuk segera memahami teknik permainan dan menjadi pemain. Ada dua peristiwa lain yang juga mengganggunya. Pada suatu sore, saat beristirahat di persimpangan jalan, mereka bertemu sekelompok orang berkuda yang datang dari barat daya, seperti telah diatur. Shizuka berlari menyapa mereka dengan cara yang biasa dia lakukan, penasaran untuk tahu darimana mereka berasal dan kabar apa yang mereka bawa. Dengan malas Kaede menatap Shizuka yang sedang berbicara pada salah seorang laki-laki dari rombongan itu. Orang yang diajak hicara mencondongkan badan lebih rendah dari pelana, lalu mengatakan sesuatu pada Shizuka. Shizuka mengangguk-angguk dengan serius, kemudian orang itu menepuk kudanya. Kuda itu melangkah maju. Terdengar tawa keras para laki-laki, dan diikuti tawa nyaring Shizuka, tapi Kaede merasa ada yang baru pada diri gadis Yang kini menjadi pelayannya itu, suatu kekuatan. Setelah kejadian itu, Shizuka kembali bersikap seperti biasa, berteriak bila melihat keindahan alam yang mereka lalui, memetik seikat bunga liar, bertukar sapa KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 31 dengan setiap orang yang dia temui. Pada suatu malam ketika sampai di penginapan, Kaede melewati sebuah ruangan, dan melihat Shizuka sedang berbicara serius dengan Lady Maruyama, bukan seperti pelayan karena mereka berdua duduk berlutut. Sewaktu melihat Kaede datang, mereka langsung mengganti pembicaraan, mereka membicarakan tentang cuaca dan persiapan untuk besok. Kaede merasa dikhianati karena Shizuka pernah mengatakan, orang seperti aku tak pernah bertemu dengan orang seperti Lady Maruyama. Tapi tadi terlihat jelas kalau mereka memiliki hubungan. Hal ini membuat Kaede cemas dan cemburu. Ia sangat bergantung pada Shizuka dan ia tak ingin membaginya dengan orang lain. Hari semakin panas dan perjalanan semakin tidak menyenangkan. Suatu hari, bumi bergetar beberapa kali, membuat Kaede gelisah. Ia tidak bisa tidur karena terganggu oleh rasa cemas dan juga karena kehadiran nyamuk dan serangga lainnya. Ia tak sabar menanti akhir perjalanan ini, walaupun ia juga cemas saat nanti di kota Tsuwano. Setiap ia hendak menanyakan hubungan Shizuka dengan Lady Maruyama, ada saja yang halangannya. Meskipun tetap memperlakukan ia dengan baik, namun Kaede tidak lagi mempercayai sang Lady. Ia menanggapi perkataan sang Lady dengan hati-hati. Selera makannya pun hilang. Shizuka mengomeli di malam harinya saat Kaede mandi. "Semua tulangmu menonjol, Lady. Kau harus makan! Apa tanggapan suamimu nanti?" "Jangan bicara soal suamiku!" Kaede menyela, "Aku tak peduli apa yang dia pikirkan. Semoga dia benci melihatku, lalu meninggalkanku!" Tapi kemudian Kaede merasa malu karena apa yang ia katakan sangatlah kekanak-kanakan. Ketika akhirnya tiba di Tsuwano dengan menunggang kuda di jalan yang kecil, barisan gunung mulai terlihat gelap, menutupi matahari yang mulai terbenam. Semilir angin berhembus dari sawah yang bertingkat-tingkat, mirip ombak. Teratai memamerkan daunnya vang hijau bak zamrud raksasa, dan di sekeliling sawah KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 32 terdapat bunga-bunga liar yang mekar dalam warna pelangi. Cahaya sore telah merubah warna dinding-dinding yang putih di kota ini menjadi merah jambu dan keemasan. "Kota ini nampak menyenangkan!" seru Kaede. Lady Maruyama yang berkuda di depan membalikkan badan. "Kita tak lagi di wilayah Tohan. Ini wilayah Otori," katanya. "Di kota ini kita menunggu kedatangan Lord Shigeru." Keesokan paginya, Shizuka memberi Kaede pakaian vang aneh, berbeda dengan kimono yang biasa Kaede pakai. "Lady harus belajar pedang," kata Shizuka sambil menunjukkan cara memakai pakaian itu. Dia memandang Kaede dengan pandangan puas. "Selain rambut, Lady Kaede seperti laki-laki," ujarnya dan mengangkat rambut tebal Kaede ke atas, menjauhkan dari wajahnya, kemudian mengikatnya ke belakang dengan tali kulit. Kaede menggerakkan tangan, dan meraba sekujur tubuhnya, Pakaian ini terasa berat dan juga longgar. Pakaian ini berbeda sekali dengan pakaian yang pernah ia kenakan. Pakaian ini bisa menyembunyikan bentuk badannya dan ia pun dapat bergerak bebas. "Siapa yang suruh?" "Lady Maruyama. Kita akan menunggu di sini selama beberapa hari, mungkin seminggu sebelum rombongan dari Otori tiba. Lady Maruyama ingin kau tetap sibuk agar tidak jenuh." "Lady Maruyama sungguh baik," kata Kaede. "Siapa yang akan mengajariku?" Shizuka hanya menjawab dengan tertawa kecil. Dia mengajak Kaede ke seberang jalan dari tempat mereka menginap, ke sebuah bangunan yang berlantai kayu. Di tempat itu, mereka melepas sandal dan memakai sepatu yang ada pemisah antara ibu jari dengan jari lainnya. Shizuka memberi Kaede sebuah topeng yang berguna untuk melindungi wajah, dan mengambil dua tongkat kayu dari rak yang ada di dinding. "Lady pernah belajar bertarung dengan menggunakan tongkat?" "Pernah, sewaktu kecil," balas Kaede. "Sejak aku bisa berjalan." KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 33 "Kalau begitu, kau akan segera ingat lagi." Shizuka memberikan kepada Kaede sebuah tongkat. Shizuka mememgang tongkat lainnya dengan kedua tangannya, lalu dia melakukan serangkaian gerakan lentur. Tongkat bergerak di udara secepat kilat. "Bukan seperti itu!" kata Kaede heran. Ia mengira Shizuka melakukan itu tanpa tenaga. Shizuka tertawa kecil, penampilannya kini berubah dari seorang ksatria menjadi pelayan yang berkepala kosong. "Lady Kaede pasti akan ingat lagi semua pelajaran yang dulu! Ayo kita mulai." Kaede merasa kedinginan, meskipun cuaca musim panas di pagi ini terasa hangat. "Kaukah gurunya?" "Oh, aku hanya tahu sedikit, Lady. Yang kau tahu mungkin sama banyaknya denganku. Kurasa tak ada sesuatu yang bisa kuajarkan." Meskipun Kaede dapat mengingat gerakan yang pernah ia pelajari dan diuntungkan karena tinggi serta memiliki kemampuan alami, tapi kemampuan Shizuka jauh melebihi dirinya. Saat hari menjelang siang, Kaede merasa letih dan marah. Ketika Shizuka berlaku sebagai pelayan, dia melakukan apa saja untuk menyenangkan Kaede, tapi sebagai guru, dia tidak mengenal ampun. Setiap gerakan harus sempurna. Ketika Kaede merasa telah menemukan iramanya, Shizuka menyuruhnya berhenti lalu memberitahukan bahwa keseimbangannya berada di atas kaki yang salah. Di lain waktu, saat mereka scdang berlatih, Shizuka memberitahukan titik lemahnya kalau diserang. Akhirnya Shizuka memberi tanda kalau latihan telah selesai. Dia meletakkan kedua tongkat ke tempatnya, melepaskan pelindung wajah, lalu menyeka wajah Kaede dengan handuk. "Bagus," kata Shizuka. "Lady memiliki keahlian yang sangat baik. Kita akan mengejar tahun-tahun ketinggalanmu." Dengan banyaknya kegiatan fisik, kaget karena tahu keahlian Shizuka, dan pakaian aneh membuat kendali diri Kaede pecah. Ia meraih handuk dan membenamkan wajah ke handuk itu lalu menangis tersedu-sedu. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 34 "Lady," bisik Shizuka, "Lady jangan menangis. Tak ada yang perlu ditakutkan." "Siapa dirimu sebenarnya?" teriak Kaede, "Mengapa kau berpura-pura? Kau mengatakan tak mengenal Lady Maruyama!" "Aku ingin mengatakan semuanya, tapi sekarang bukanlah saat yang tepat. Tugasku yaitu menjagamu. Arai yang mengirimku." "Kau mengenal Arai? Kau mengatakan kalau kau hanya satu kota dengannya." "Kami memang dari kota yang sama, tapi kami lebih dekat dari itu. Arai sangat menghormatimu. Dia merasa berhutang budi padamu. Sewaktu dikucilkan Lord Noguchi, dia benar-benar marah. Dia merasa terhina karena ketidakpercayaan Lord Noguchi, dan juga karena perlakuan mereka kepadamu. Begitu mendengar kau akan menikah di Inuyama, dia langsung mengatur agar aku bisa menemanimu." "Mengapa? Apakah ada bahaya di sana?" "Inuyama adalah tempat yang berbahaya. Apalagi saat ini, Tiga Wilayah diambang peperangan. Setelah persekutuan dengan Otori ditetapkan melalui pernikahanmu, Iida pasti akan menyerang Seishuu." Bias cahaya matahari menembus debu-debu yang berhamburan saat mereka berlatih pedang. Dari luar kisi-kisi jendela, Kaede mendengar arus air di kanal, teriakan pedagang jalanan, dan juga tawa anak-anak. Semua nampak begitu sederhana dan terbuka, seperti tak ada rahasia suram yang tersembunyi di baliknya. "Aku hanyalah sebuah bidak," ujar Kaede perih. "Kalian akan mengorbankan aku, sama seperti yang akan Tohan lakukan." "Tidak, Arai dan aku adalah pelayanmu, Lady. Arai telah bersumpah akan melindungimu dan aku mematuhinya," Shizuka tersenyum, wajahnya tiba-tiba terlihat bersemangat. Mereka sepasang kekasih, pikir Kaede. Ia merasa cemburu karena harus berbagi perhatian Shizuka dengan orang lain. Ingin Kaede bertanya, Lalu bagaimana dengan Lady Maruyama? Apa perannya? Dan bagaimana dengan orang yang akan kunikahi? Tapi, ia takut mendengar jawabannya. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 35 "Cuaca terlalu panas untuk berlatih lagi," ujar Shizuka. Dia mengambil handuk dari Kaede dan menyeka keringat yang menetes ke matanya. "Besok aku akan mengajarimu cara menggunakan belati." Saat berdiri, dia menambahkan, "Jangan memperlakukan aku dengan berbeda. Aku adalah pelayanmu, tidak lebih." "Maafkan aku karena telah memperlakukanmu begitu buruk," ujar Kaede salah tingkah. "Kau tidak pernah memperlakukan aku dengan buruk!" Shizuka tertawa. "Jika pernah, kau masih terlalu lembut. Meskipun keluarga Noguchi tidak mengajarim sesuatu yang berguna, tapi setidaknya kau tidak belajar kekejaman dari mereka." "Aku belajar menyulam," kata Kaede, "tapi, tidak mungkin aku bisa membunuh hanya dengan jarum." "Bisa saja," kata Shizuka dengan santai. "Kelak aku akan mengajarimu." Seminggu lamanya mereka menanti kedatangan bangsawan Otori. Cuaca semakin panas dan gerah. Hampir setiap malam awan badai berkumpul mengelilingi puncak gunung, dan di kejauhan kilat menyambar, meskipun hujan tidak juga turun. Setiap hari Kaede berlatih cara bertarung dengan pedang dan belati. Pelajarannya dimulai pagi hari, sebelum hari panas, dan keringat selalu membanjiri wajah dan tubuhnya. Akhirnya, di suatu sore, ketika sedang membasuh muka dengan air dingin, terdengar derap kaki kuda yang berbeda dari biasanya, dan disertai gonggongan anjing. Shizuka memberi isyarat untuk melihat melalui jendela, "Lihat! Mereka sudah datang! Bangsawan Otori sudah datang." Kaede melihat melalui kisi-kisi jendela. Sekelompok orang berkuda mendekat. Hampir semua orang memakai pelindung kepala dan baju baja, namun ada seorang pemuda yang tidak memakai pelindung kepala. Usia pemuda itu tidak terpaut jauh dengannya, dan rambutnya hitam bercahaya. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 36 "Diakah Lord Shigeru?" "Bukan," Shizuka tertawa. "Lord Shigeru yang berkuda di depan. Itu anak angkatnya, Lord Takeo." Shizuka mengatakan kata lord dengan nada sinis, yang kelak akan diingat Kaede. Namun, saat ini ia tak memperhatikan perkataan Shizuka karena sedang menatap pemuda itu, dan seakan-akan mendengar namanya disebut, pemuda itu lalu menoleh. Mata pemuda itu memperlihatkan perasaan yang dalam, mulutnya tampak sensitif, dan Kaede melihat karakter yang kuat dan juga kesedihan di wajahnya. Ada yang terbakar di hatinya, rasa ingin tahu dan juga kerinduan, suatu perasaan yang tidak ia pahami. Anak muda itu lalu melanjutkan berkuda. Setelah pemuda itu hilang dari pandangan, Kaede merasa sebagian dari dirinya telah hilang. Seperti mayat hidup, ia mengikuti Shizuka kembali ke penginapan. Sewaktu tiba di sana, Kaede gemetar. Shizuka, yang salah mengartikannya, berusaha menenangkan. "Lord Otori adalah orang yang baik. Kau tidak perlu takut. Tak akan ada yang menyakitimu." Kaede diam, tidak bicara karena hanya satu kata yang ingin ia ucapkan, Takeo. Shizuka merayu agar Kaede mau makan—pertama dia menyajikan sup hangat, lalu mie dingin—tapi ia tidak memakannya. Shizuka membaringkannya. Kaede gemetar di bawah selimut, matanya berbinar, kulitnya kering, tubuhnya tak bisa diam, mirip ular. Guntur bergemuruh di pegunungan dan udara diliputi kabut. Karena gelisah, Shizuka menyuruh orang untuk memanggil Lady Maruyama. Ia datang bersama seorang laki-laki. "Paman!" teriak Shizuka dengan gembira. "Ada apa?" tanya Lady Maruyama sambil duduk berlutut di samping Kaede dan meraba keningnya. "Dia sangat panas; dia pasti demam." "Saat itu kami sedang berlatih," Shizuka menjelaskan. "Kami melihat kedatangan KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 37 bangsawan Otori, dan dia pun langsung demam." "Bisakah kau sembuhkan dia, Kenji?" tanya Lady Maruyama. "Dia takut akan pernikahannya," ucap Shizuka perlahan. "Aku bisa mengobati demam, tapi bukan yang seperti ini. Maaf, aku tidak bisa," kata laki-laki tua itu. "Tapi aku akan membuatkan ramuan. Mungkin teh bisa membuat dia tenang." Kaede berbaring tidak bergerak dengan mata tertutup. Ia mendengar semua pembicaraan itu dengan jelas, namun mereka seperti berbicara dari dunia lain, dirinya masih belum dapat melepas ingatan saat tatapan matanya bertemu dengan mata Takeo. Kaede memaksakan diri untuk menelan teh, Shizuka menopang kepalanya seolah-olah ia anak kecil, dan tidak lama setelah itu Kaede tertidur. Ia terbangun karena gemuruh guntur. Hujan turun, menetesi atap dan mengalir di bebatuan. Ia tersadar dari mimpinya yang terasa nyata dan kini, saat ia membuka mata, mimpi itu lenyap. Hanya satu yang ia tahu pasti, ia sedang jatuh cinta. Rasa kaget, gembira, dan cemas datang silih berganti. Awalnya ia merasa akan mati bila berjumpa pemuda itu, tapi kemudian ia merasa ingin mati bila tak berjumpa pemuda itu lagi. Ia mengeluh pada dirinya: bagaimana mungkin ia jatuh cinta pada anak angkat dari calon suaminya? Lalu ia berpikir: Pernikahan apa? Aku tidak akan menikahi Lord Otori. Aku tidak akan menikahi siapa pun selain Takeo. Lalu ia menertawai kebodohannya. Seakan-akan memang ada orang yang menikah atas nama cinta. Aku selalu membawa bencana, pikirnya sejenak, Tapi bagaimana mungkin perasaan ini bisa berubah menjadi bencana? Ketika Shizuka kembali, Kaede meyakinkan kalau ia telah pulih. Demamnya yang telah hilang kini berganti debaran jantung yang kencang sehingga matanya nampak bersinar dan kulitnya bercahaya. "Kau lebih cantik dari sebelumnya!" seru Shizuka saat memandikan dan membantu Kaede memakai kimono yang telah disiapkan untuk acara pertunangan, saat pertama kali ia akan berjumpa calon suaminya. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 38 Lady Maruyama menyambut Kaede dengan penuh perhatian, menanyakan kesehatannya. Kaede sadar akan kegugupan Lady Maruyama saat dia ikut ke ruangan terbaik di penginapan yang telah disiapkan untuk Lord Otori. Kaede mendengar beberapa orang sedang berbincang ketika pelayan membuka pintu, dan mereka terdiam ketika melihatnya. Ia membungkuk, menyadari tatapan mereka, ia tidak berani balas menatap. Ia bisa merasakan setiap getaran di tubuhnya saat jantungnya berdetak kencang. "Ini Lady Shirakawa Kaede," kata Lady Maruyama. Suaranya terdengar dingin, pikir Kaede. Ia kembali bertanya-tanya, apa salahnya sampai wanita ini sangat tersinggung. "Lady Kaede, kuserahkan kau pada Lord Otori Shigeru," Lady Maruyama melanjutkan dengan suara lirih, hampir sulit didengar. Kaede menegakkan badan. "Lord Otori," ucapnya pelan sambil mengangkat mata, menatap wajah orang yang akan ia nikahi. "Lady Shirakawa," Shigeru membalas dengan sopan. "Kami dengar kau kurang sehat. Kau sudah pulih?" "Terima kasih, aku telah sehat." Kaede menyukai wajah laki-laki ini, tatapan matanya penuh kebaikan. Dia memang layak menyandang reputasinya, pikirnya. Tapi, bagaimana mungkin aku menikahinya? Rona merah terasa menjalar di pipinya. "Ramuanku tidak pernah gagal," kata orang yang duduk di samping kiri Lord Shigeru. Kaede mengenali suara orang yang telah membuatkan teh, orang yang Shizuka panggil paman. "Menurut kabar, Lady Shirakawa sangat cantik, tapi ternyata dia jauh lebih cantik." Lady Maruyama berkata, "Kau terlalu memujinya, Kenji. Jika seorang gadis tidak cantik saat dia berusia lima belas tahun, maka dia tak akan pernah cantik." Kaede merasa wajahnya bertambah merah. "Kami membawa hadiah untukmu," kata Lord Shigeru. "Walaupun hadiah itu KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 39 akan terlihat pucat di sisi kecantikanmu, namun terimalah sebagai rasa hormat dan kesetiaan dari klan Otori. Takeo." Kaede dapat merasakan kalau Lord Otori berbicara dengan acuh, bahkan terkesan dingin. Kaede membayangkan apakah calon suaminya itu akan selalu begitu. Pemuda itu bangkit dan melangkah ke depan. Dia membawa sebuah nampan yang dipelitur mengkilap. Di atasnya ada bungkusan dari kain sutera yang berwarna merah jambu pucat dan dihiasi lambang klan Otori. Pemuda itu berlutut, lalu menyerahkan hadiah itu kepada Kaede. Kaede membungkuk sebagai ucapan terima kasih. "Ini anak angkat Lord Otori," kata Lady Maruyama. "Lord Otori Takeo." Kaede tidak berani menatap wajah pemuda itu, ia hanya berani melihat tangan Takeo. Jari pemuda itu nampak lentik, luwes dan bentuknya indah. Kulitnya adalah kombinasi antara warna madu dan teh, dan kukunya nampak pucat. Kaede bisa merasakan kalau pemuda ini pun tegang, seakan sedang mendengar, selalu mendengar. "Lord Takeo," bisik Kaede. Pemuda ini bukan seperti laki-laki dewasa yang takuti atau ia benci. Pemuda itu hampir seusia dengan dirinya, rambut dan kulitnya menunjukkan tekstur remaja. Debaran rasa ingin tahu yang ia rasakan kini datang lagi. Ia berharap bisa lebih mengenal pemuda ini. Mengapa Lord Otori mengangkatnya? Siapakah dia sebenarnya? Mengapa dia nampak begitu sedih? Dan mengapa ia merasa kalau pemuda itu bisa mendengar isi hatinya? "Lady Shirakawa." Nada suaranya rendah dan beraksen timur. Kaede ingin sekali menatapnya. Ia mengangkat mata dan tatapan mereka bertemu. Pemuda ini sedang memandangnya, kebingungan, dan Kaede merasakan ada sesuatu yang melompat dari dalam diri mereka, seolah sedang bersentuhan. Hujan yang semula mulai reda kini turun lagi dengan deras disertai guntur, membuat suara-suara di ruangan ini tenggelam. Angin berhembus semakin kencang, KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 40 membuat cahaya lampu menari-nari dan bayangan memantul di dinding. Semoga aku bisa duduk di sini untuk selamanya, pikir Kaede. Lady Maruyama berkata tajam. "Kau telah bertemu orang ini, tapi belum sempat diperkenalkan. Ini adalah Muto Kenji, teman Lord Otori dan guru Lord Takeo. Dia akan membantu Shizuka melatihmu." "Tuan," Kaede mengenalinya, sekilas ia menatap orang itu dari bawah bulu matanya. Orang ini sedang menatapnya dengan kekaguman yang tidak dibuat-buat sambil menggelengkan kepala seakan-akan tidak percaya. Dia seperti orang tua yang baik, pikir Kaede, lalu: tapi dia tidak terlalu tua! Wajah orang ini seperti berubah Kaede merasa lantai yang ia duduki bergerak karena gempa ringan. Tidak ada yang bicara, tapi dari luar terdengar ada orang yang berteriak. Lalu, hanya angin dan hujan yang terdengar. Kaede merasa kedinginan lagi. Ia tidak mau ada orang yang tahu perasaannya ini. Semua orang penuh dengan kepura-puraan.* Catatan Kaki * Tempat yang dilindungi dinding kastil dan beberapa menara. Bailey digunakan untuk menanam buahbuahan, memelihara ternak dan juga tempat berlindung di saat ada bahaya. [peny] ** Festival of the Dead (atau dalam bahasa Jepang: Obon) dirayakan antara tanggal 13 sampai 15 Agustus. Masyarakat Jepang percaya bahwa pada tanggal tersebut roh para leluhur datang ke bumi untuk mengunjungi keluarganya. Keluarga berziarah ke makam untuk mendoakan serta menyediakan makanan bagi roh keluarganya. [peny]