KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id mjbookmaker by: http://jowo.jw.lt ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 1 KETIKA siuman, aku berada di ruangan yang gelap, seperti di dalam gerobak. Setidaknya ada dua orang yang menemaniku. Salah seorang di antaranya, dari caranya bernapas, adalah Kenji, sedangkan seorang lagi pastilah perempuan karena aroma wangi keluar dari tubuhnya. Mereka memegang erat kedua tanganku. Aku merasa kesakitan, seperti ada yang telah memukul kepalaku. Gerakan gerobak emakin membuatku kesakitan. "Aku mau muntah," kataku. Kenji lalu melepaskan satu tanganku. Saat mencoba duduk tegak, muncul rasa mual. Gadis itu juga melepas tanganku. Rasa mualku langsung hilang begitu sadar kalau aku tak mungkin lolos. Aku melindungi kepalaku dengan dua lengan, lalu aku terjang tirai gerobak, berusaha keluar dari gerobak. Ternyata pintunya sangat kokoh. Tanganku seperti robek karena terkena paku. Kenji dan gadis itu menarik ku kasar, memaksaku berbaring meskipun aku terus meronta dan memukuli mereka. Dari depan gerobak ada orang yang membentak, memperingatkan kami agar jangan ribut. Kenji membentakku. "Diam! Tetap berbaring! Jika kita bertemu orang Tohan sekarang, kau akan mati!" Tapi aku telah kehilangan akal. Sewaktu kecil, aku sering membawa hewan liar ke rumah: anak musang, rase, atau bayi kelinci. Aku tidak pernah bisa menjinakkan mereka. Mereka KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 2 selalu ingin melepaskan diri dengan cara membabi-buta dan liar. Kini aku merasakan hal yang sama seperti yang mereka rasakan. Saat ini tidak ada yang paling penting bagiku selain hendak meyakinkan Shigeru bahwa aku tidak berkhianat. Aku tak akan pernah tinggal bersama Tribe. Mereka tak akan mampu menahanku. "Bungkam dia," bisik Kenji pada gadis itu sambil bersusah payah memegangku agar tak bisa bergerak. Dan di bawah kekuatan tangan gadis itu, duniaku pun mulai berputar-putar dan kembali gelap. Ketika sadar untuk yang kedua kalinya, aku yakin sekali kalau aku sudah mati. Aku tidak dapat melihat maupun mendengar apa pun. Keadaannya sangat gelap dan sunyi. Lalu aku mulai tenang kembali. Seluruh tubuhku mati rasa. Tenggorokanku lecet, tanganku sakit berdenyut-denyut, pergelangan tanganku terluka, dan tanganku terikat. Aku berusaha duduk, namun tanganku yang terikat di belakang membuat gerakanku tertahan. Aku menggelenggelengkan kepala, tapi kain penutup mataku tidak juga terlepas. Dan yang membuat aku ketakutan adalah aku tak bisa mendengar. Tapi aku langsung bersyukur begitu tahu bahwa aku tidak biss mendengar karena ada yang menyumbat telingaku. Ketika ada yang menyentuh wajahku, aku langsung terloncat kaget. Kain penutup mataku dibuka dan aku melihat Kenji sedang berlutut di sampingku. Ada lampu minyak di sebelah Kenji, cahaya lampu itu menerangi wajahnya. Aku menyimpulkan kalau dia berbahaya. Dia pernah bersumpah untuk melindungiku dengan nyawanya. Tapi kini aku yang ingin terlindung darinya. Mulutnya bergerak saat dia berbicara. "Aku tak bisa mendengar," ujarku, "Cabut dulu sumbatnya." Kenji mencabut sumbat telingaku, dan duniaku pun kembali. Selama beberapa saat aku diam, berusaha memulihkan diri. Aku mendengar arus sungai di kejauhan, berarti aku masih di Inuyama. Rumah ini sunyi senyap, semua orang telah tertidur selain beberapa penjaga. Aku mendengar mereka berbisik di balik gerbang kastil. Kurasa hari telah larut malam karena terdengar dentang lonceng malam dari biara yang tidak begitu jauh. Aku masih di dalam kastil. "Maaf telah menyakitimu," kata Kenji. "Kau tidak perlu melawan kami terlalu keras." Marahku hampir meledak, tapi aku berusaha untuk mengendalikannya. "Di mana aku?" KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 3 "Rumah salah seorang anggota Tribe. Satu atau dua hari lagi kami akan membawamu keluar dari ibukota." Suaranya yang tenang membuatku semakin marah. "Saat malam pengangkatanku kau mengatakan tak akan mengkhianati Shigeru. Ingat?" Kenji menghela napas. "Malam itu kami berbicara tentang kewajiban yang saling bertentangan. Shigeru tahu aku akan mendahulukan Tribe. Aku telah mengingatkan dia kalau Tribe juga berkepentingan padamu dan, cepat atau lambat, mereka akan mengambilmu." "Kenapa sekarang?" tanyaku tajam. "Kau kan bisa membiarkan aku satu malam lagi." "Secara pribadi aku bisa memberimu kesempatan itu. Namun, kejadian di Yamagata membuat banyak hal berada di luar kendaliku. Lagi pula, sekarang ini kau pasti sudah mati dan tidak berguna lagi bagi siapa-siapa bila Tribe tidak segera mengambilmu." "Aku bisa membunuh Iida lebih dulu," gerutuku. "Itu juga telah dipertimbangkan," kata Kenji, "dan itu dianggap tidak ada untungnya bagi Tribe." "Banyak dari kalian yang bekerja pada Iida?" "Kami bekerja pada orang yang bisa membayar dengan lebih baik. Kami menginginkan masyarakat yang stabil, dan itu sulit terwujud jika terjadi perang. Iida memang kejam, tapi keadaan tetap stabil. Dia cocok dengan tujuan kami." "Jadi, selama ini kau telah menipu Shigeru?" "Dia juga sering menipuku." Setelah diam, Kenji melanjutkan, "Sejak awal Shigeru sudah ditakdirkan untuk mati. Banyak penguasa yang ingin menyingkirkan dia. Sungguh luar biasa dia masih bisa bertahan sampai sekarang." Rasa takut menjalari diriku. "Dia tidak boleh mati," bisikku. "Iida akan melakukan apa saja untuk dapat membunuhnya," ujar Kenji lembut. "Shigeru terlalu berbahaya bila dibiarkan hidup. Selain telah menyinggung Iida secara pribadi-karena memiliki hubungan dengan Lady Maruyama dan mengangkatmu-kejadian di Yamagata juga membuat Tohan waspada." Lampu di ruangan berkelap-kelip dan berasap. Kenji menambahkan, "Masalah yang ada pada Shigeru adalah karena semua orang begitu mencintainya." "Kita tidak boleh meninggalkan dia! Ijinkan aku kembali padanya." "Aku tak berhak memutuskan," kata Kenji. "Bahkan jika aku yang berhak memutuskan, KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 4 aku tak akan melepasmu sekarang. Iida sudah tahu kau berasal dari Hidden. Dia akan menyerahkanmu pada Ando, seperti yang telah dia janjikan. Shigeru akan mati secara ksatria, cepat, dan terhormat. Sedangkan kau akan disiksa: kau sudah tahu apa yang bisa mereka lakukan." Aku tidak berkata lagi. Kepalaku masih sakit, dan perasaan gagal yang sulit kutanggung ini merayap ke dalam diriku. Tujuanku hanya satu, ibarat tombak yang tertuju ke satu sasaran. Tangan yang tadinya memegangku dilepaskan dan aku pun jatuh, tak berdaya. "Menyerah sajalah, Takeo," kata Kenji sambil menatapku. "Semuanya telah berakhir." Aku mengangguk perlahan, pura-pura setuju, "Aku haus." "Akan kubuatkan teh. Itu bisa membantumu tertidur. Kau ingin makan sesuatu?" "Tidak. Bisakah kau lepaskan aku?" "Tidak malam ini," jawab Kenji. Aku melayang di antara rasa kantuk dan terjaga, dan aku mencari posisi yang nyaman untuk berbaring dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Aku yakin dia tahu kalau aku akan kabur bila dilepas. Hanya pikiran itulah yang bisa membuatku tenang, walaupun tidak lama. Hujan turun di saat fajar. Aku mendengar aliran air yang membanjiri selokan dan menetes dari tepi atap. Tak lama kemudian ayam mulai berkokok dan kota mulai terjaga dari tidurnya. Terdengar para pelayan berlalu-lalang di sekitar rumah, dan tercium bau asap dari dapur. Aku juga mendengar suara dan langkah kaki, berusaha menghitung jumlah mereka dan mengirangira denah rumah ini, membayangkan letaknya dari jalan dan apa saja yang ada di kedua sisi rumah ini. Dari bau dan suaranya, aku menduga tempat ini adalah gudang pembuatan sake, di salah satu rumah besar di sudut kota kastil. Ruanganku tidak berjendela. Ukurannya sesempit tempat tidur belut dan tetap gelap, walaupun di luar matahari bersinar terang. Pernikahan Lord Shigeru akan dilangsungkan dua hari lagi. Apakah Shigeru akan bertahan setelah pernikahan? Dan jika dia dibunuh sebelum hari pernikahan, apa yang akan terjadi pada Kaede? Semua pikiran di kepalaku hanya membuatku kian tersiksa. Bagaimana Lord Shigeru menjalani sisa dua harinya? Apa yang sedang dia lakukan saat ini? Apakah dia juga memikirkan diriku? Membayangkan kalau Lord Shigeru mengira aku melarikan diri sangat menyiksaku. Dan bagaimana pendapat pengawal Otori? Mereka pasti akan membenciku. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 5 Aku memanggil Kenji karena aku perlu ke kamar mandi. Dia melepaskan ikatan kakiku dan mengantarku ke kamar mandi. Kami berjalan dari ruangan sempit ini ke ruangan lebih luas, dan menaiki anak tangga ke halaman belakang. Seorang pelayan datang membawa semangkuk air, lalu mencucikan tanganku. Ada banyak darah di tubuhku, darah sebanyak itu tidak mungkin berasal dari luka karena terkena paku. Aku pasti telah melukai seseorang dengan belati. Aku ingin tahu di manakah belatiku saat ini. Ketika kembali ke ruangan rahasia, Kenji tak lagi mengikat kakiku. "Apa yang akan terjadi?" tanyaku. "Cobalah tidur lebih lama. Tak akan terjadi apa-apa hari ini." "Tidur! Aku tidak mau tidur lagi!" Kenji menatapku dengan tatapan menyelidik, lalu berkata, "Semuanya akan segera berlalu." Jika tanganku tidak terikat, pasti sudah kubunuh dia. Kuterkam dia dengan mengayunkan tanganku yang masih terikat. Gerakanku membuatnya kaget, dan kami melayang, tapi secepat ular dia berbalik sehingga aku yang tertindih badannya. Bila tadinya hanya aku yang marah, maka sekarang dia juga marah. Aku pernah melihat dia marah, tapi sekarang ini dia murka. Dia memukul wajahku dua kali, begitu keras pukulannya hingga gigiku bergetar dan kepalaku pusing. "Menyerah sajalah!" teriaknya. "Akan kuhajar kau bila terpaksa. Itukah yang kau mau?" "Ya!" aku balas berteriak. "Pukul dan bunuh saja aku. Hanya itu yang dapat menahanku di sini!" Aku melengkungkan punggung dan berguling ke belakang, menjegal tubuhnya, dan berusaha menendang dan menggigitnya. Dia memukulku lagi, tapi aku berhasil menghindar dan, sambil menyumpahi dirinya, aku hempaskan tubuhku ke tubuhnya. Terdengar langkah kaki dari luar, kemudian pintu terbuka. Gadis dari Yamagata dan seorang pemuda berlari masuk. Akhirnya mereka bertiga menahanku, tapi karena aku begitu marah sehingga mereka perlu waktu untuk bisa mengikat kakiku. Darah Kenji mendidih karena murka. Gadis dan pemuda itu menatapku, lalu menatap Kenji, kemudian menatapku lagi. "Guru," kata gadis itu, "Biar kami yang mengawasi dia. Kau perlu istirahat." Jelas sekali kalau mereka sangat kaget dan terpana melihat Kenji kehilangan KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 6 kendali. Aku dan Kenji telah bersama selama beberapa bulan sebagai guru dan murid. Dia telah mengajarkan hampir semua yang dia tahu, dan aku patuh tanpa banyak tanya. Selama ini aku telah terbiasa dengan sikapnya yang cerewet, kasar, tapi juga sederhana. Aku telah menyingkirkan rasa curigaku yang ada saat pertama kali berjumpa dengannya, dan aku mulai mempercayainya. Kini semuanya telah hancur, dan tak akan bisa diperbaiki lagi. Dia berlutut di depanku, memegang kepalaku dan memaksaku untuk menatapnya. "Aku berusaha menyelamatkan nyawamu!" teriaknya. "Bisakah kau pahami itu dalam batok kepalamu yang keras ini?" Aku meludahinya, dan berusaha menguatkan diri untuk menerima sebuah pukulan lagi, tapi pemuda itu menahannya. "Pergilah, guru," pemuda itu mendesaknya. Kenji lalu melepasku, kemudian berdiri. "Apakah kepala batu dan darah sintingmu itu kau peroleh dari ibumu?" ujarnya. Sewaktu di pintu dia berbalik dan berkata, "Awasi terus. Jangan lepas ikatannya." Setelah kepergiannya, ingin rasanya aku menjerit dan menangis seperti anak kecil yang marah. Air mata kemarahan dan putus asa menusuk kelopak di mataku. Aku berbaring di kasur, lalu membalikkan wajah ke dinding. Gadis itu keluar, kemudian datang membawa air dingin dan sehelai kain. Dia membantuku duduk, lalu membasuh wajahku. Bibirku robek, dan aku dapat merasakan memar di sekitar mata dan leherku. Dia membasuh dengan lembut, dan ini membuatku tahu kalau dia bersimpati padaku, meskipun dia tidak mengatakan apa-apa. Pemuda yang menjagaku hanya diam. Gadis itu memberiku teh dan makanan. Kuhirup tehnya, tapi menolak untuk makan. "Di mana belatiku?" tanyaku. "Kami simpan," jawabnya. "Apakah aku melukaimu?" "Bukan aku, tapi Keiko. Dia dan Akio terluka di tangan, tapi tidak parah." "Ingin sekali kubunuh kalian semua." "Aku tahu," balasnya. "Tidak ada yang mengatakan kalau kau tidak bertarung matiKISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 7 matian melawan kami. Hanya saja, kau menghadapi lima orang Tribe. Jadi, kau tidak perlu malu." Sebaliknya, rasa malu meresap ke dalam diriku, seakan-akan rasa malu telah menodai tulangku yang putih. Hari yang panjang ini akhirnya berlalu, meskipun terasa lambat dan mencekam. Lonceng malam baru saja berdentang dari biara di ujung jalan saat Keiko mendekat ke pintu dan berbisik pada kedua orang yang menjagaku. Sebenarnya, aku bisa mendengar kata-katanya dengan jelas, tapi di luar kebiasaan, aku seakanakan tidak mendengar. Orang yang bernama Kikuta, menurutnya, akan datang melihatku. Tak lama kemudian datang Kenji dan seorang lakilaki kurus yang tidak begitu tinggi. Mereka mirip, penampilan mereka berubah-ubah sehingga sulit dikenali dengan pasti. Hanya saja dia berkulit lebih gelap, mirip kulitku. Rambutnya hitam, meskipun usianya sudah sekitar empat puluh tahun. Dia menatapku sambil berdiri, lalu mendekat dan berlutut di sampingku. Sama seperti yang Kenji lakukan ketika pertama kali bertemu denganku, dia meraih kedua tanganku dan membalikkannya, melihat telapak tanganku. "Mengapa dia diikat?" tanya orang itu. Suaranya biasa, sulit memastikan asalnya, meskipun terkesan ada logat daerah utara. "Dia berusaha kabur, ketua," kata si gadis. "Kini dia lebih tenang, tadi dia sangat liar." "Kenapa hendak kabur?" Dia berkata. "Ini kan kerabatmu." "Kalian bukan kerabatku," balasku. "Sebelum tahu tentang Tribe, aku telah memberi janji setia kepada Lord Otori. Aku telah resmi diangkat menjadi anggota klan Otori." "Uhhh," gerutunya. "Kudengar bangsawan Otori itu memanggilmu Takeo. Itu nama aslimu?" Aku tidak menjawab. "Dia dibesarkan di antara kaum Hidden," kata Kenji perlahan. "Nama aslinya Tomasu." Kikuta mendesis melalui giginya. "Nama itu memang sebaiknya dilupakan," katanya. "dan untuk sementara, kau tetap pakai nama Takeo, meskipun itu bukan nama Tribe. Kau tahu siapa aku?" "Tidak," kataku, walaupun aku bisa menebak. "Tidak, ketua." Pemuda yang menjagaku sudah tidak tahan untuk memarahiku. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 8 Kikuta tersenyum. "Apakah kau tidak mengajari dia sopan-santun, Kenji?" "Sopan santun hanya diberikan pada orang yang pantas menerimanya," jawab Kenji. "Kelak dia akan pantas diajari sopan-santun. Aku adalah kepala keluargamu, Kikuta Kotaro. Aku sepupu pertama ayahmu." "Aku tidak pernah mengenal ayahku, dan aku tak pernah menggunakan namanya." "Tapi kau mewarisi semua kelebihan Kikuta: pendengaran yang tajam, kemampuan seni, dan kemampuan lainnya yang kau miliki. Begitu juga dengan garis di telapak tanganmu. Itu semua bukan sesuatu yang dapat kau hindari." Secara samar-samar aku mendengar langkah kaki di pintu toko yang letaknya di bawah tempat aku disekap. Aku mendengar ada yang menggeser pintu agar terbuka, lalu bicara, tidak begitu penting, hanya bicara tentang sake. Kikuta berbalik perlahan. Aku merasakan sesuatu: awal dari suatu pengakuan. "Kau juga mendengarnya?" tanyaku. "Tidak sebanyak yang kau dengar. Pendengaranku semakin berkurang seiring bertambahnya usia. Tetapi masih cukup baik hingga saat ini." "Ada biarawan muda di Terayama yang mengatakan bahwa pendengaranku 'Seperti anjing'." Aku berkata dengan nada pahit. "'Berguna bagi tuanmu,' begitu yang dia katakan. Itukah alasannya kau menculikku, karena aku berguna untukmu?" "Bukan itu alasannya," ujar Kepala Kikuta itu. "Tapi karena kau terlahir sebagai Tribe. Di sinilah tempatmu. Kau tetap menjadi keluarga kami meskipun kau tidak mewarisi sifat Tribe. Kalau pun kau memiliki semua kemampuan yang ada di dunia, tapi kau tidak terlahir sebagai Tribe, maka bukanlah keluarga kami, dan kami pun tak akan berurusan denganmu. Tapi, karena ayahmu seorang Kikuta, maka kau adalah Kikuta." ''Aku tidak punya pilihan?" Dia kembali tersenyum. "Menjadi Tribe bukan sesuatu yang bisa kau pilih, sama halnya dengan memiliki kemampuan pendengaran yang tajam." Entah mengapa, orang ini membuatku tenang, sama seperti ketika aku menenangkan kudaku: dia memahami sifatku. Belum pernah aku bertemu orang yang tahu bagaimana rasanya menjadi Kikuta. Dia membangkitkan ketertarikanku. "Bila aku menerima; apa yang akan kau lakukan padaku?" KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 9 ''Akan kucarikan kau tempat yang aman, jauh dari Tohan, agar kau bisa menuntaskan latihanmu." "Aku tidak ingin berlatih lagi. Aku sudah muak dengan guru!" "Muto Kenji dikirim ke Hagi karena dia sahabat Shigeru. Dia telah mengajarimu banyak hal, tapi Kikuta harus diajarkan oleh Kikuta." Aku tidak mendengarkan kalimat selanjutnya. "Sahabat? Dia telah menipu Shigeru!" Suara Kikuta berubah pelan. "Kau memiliki kemampuan yang luar biasa, Takeo, dan tak ada orang yang meragukan keberanian dan ketulusanmu. Hanya saja kepalamu yang perlu kau kuasai. Kau harus belajar mengendalikan emosi." 'Agar aku dapat mengkhianati sahabatku, seperti yang Muto Kenji lakukan?" Saat-saat tenang segera berlalu. Rasa marahku kembali meledak. Kuserahkan diriku pada rasa marah karena hanya marah yang bisa menyapu rasa malu yang kini kurasakan. Kedua penjaga di dekatku bersiap menahanku, namun Kikuta melambaikan tangannya sehingga mereka tidak jadi menahanku. Dan, dia mengambil tali ikatanku dan menggenggamnya erat. "Lihat aku," katanya. Meskipun enggan, mataku menatap matanya. Aku merasa terhanyut dalam lautan emosi, dan hanya mata orang itu yang mampu menahanku agar tidak tenggelam ke dasarnya. Perlahan-lahan marahku reda. Rasa letih mengambil alih diriku. Aku tak mampu menahan rasa kantuk yang datang seperti gumpalan awan di puncak gunung. Kikuta terus menatapku, mataku tertutup, dan aku pun ditelan kabut. Hari beranjak siang sewaktu aku terbangun. Cahaya matahari masuk ke ruangan di atas ruangan tempatku disekap sehingga memantulkan cahaya jingga di tempatku berbaring. Aku tak percaya bila hari telah siang lagi: aku pasti tertidur seharian. Ada seorang gadis duduk di lantai, tidak jauh dariku. Aku pun menyadari kalau pintu baru saja digeser agar tertutup karena bunyi itu yang membuatku terbangun. Orang lain yang menjagaku pasti baru saja keluar. "Siapa namamu?" tanyaku. Suaraku tercekat, tenggorokanku masih sakit. "Yuki." "Dan pemuda tadi?" Pemuda itu yang aku lukai tangannya, menurut pengakuan Yuki beberapa waktu lalu. "Apa yang dia lakukan padaku?" KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 10 "Ketua Kikuta? Dia hanya membuatmu tidur. Itu salah satu kemampuan Kikuta." Aku teringat anjing-anjing yang ada di Hagi. Salah satu kemampuan Kikuta... "Waktu apa sekarang?" tanyaku. "Separuh pertama dari Waktu Ayam Jago*." "Ada kabar lain?" "Tentang Lord Otori? Tidak ada." Kemudian dia mendekat dan berbisik, "Kau ingin aku mengantarkan pesan untuknya?" Aku menatapnya. "Kau bisa?" "Aku bekerja sebagai pelayan di tempat tinggalnya, seperti yang kulakukan di Yamagata." Dia melayangkan tatapan yang penuh arti. "Aku akan coba menemuinya malam ini atau esok pagi." "Sampaikan bahwa aku dibawa dengan paksa. Sampaikan permintaan maafku..." Aku sulit menyusun kata-kata. Aku memotong, "Mengapa kau lakukan ini?" Dia menggelengkan kepala, tersenyum, dan menunjukkan kalau kami jangan berbicara lagi. Akio kembali masuk ke ruangan. Salah satu tangannya dibalut dan dia memperlakukan aku dengan dingin. Mereka membuka ikatan kakiku dan membawaku ke kamar mandi, melepas bajuku, dan membantuku masuk ke bak yang berisi air panas. Aku bergerak seperti orang lumpuh, semua ototku sakit. "Itulah yang kau lakukan saat kau marah," kata Yuki. "Kau telah menyakiti dirimu dengan kekuatan yang kau miliki." "Itu alasannya kau harus belajar menahan diri," Akio menambahkan. "Jika tidak, kau akan membahayakan orang lain, sama seperti yang kau lakukan pada dirimu." Saat membawaku kembali ke ruangan, Akio berkata, "Kau telah melanggar semua aturan Tribe dengan ketidakpatuhanmu. Semoga rasa sakitmu bisa menjadi hukuman buatmu." Ternyata Akio bukan hanya marah karena kulukai: dia juga benci dan cemburu padaku. Namun, aku tak peduli. Sakit kepalaku semakin menusuk, dan meskipun marahku telah reda, tapi kini rasa duka yang menggantikannya. Menganggap aku sudah tenang, mereka biarkan aku tidak terikat. Kondisikulah yang rnembuat aku tak bisa pergi ke mana-mana. Aku hampir tak bisa berjalan, apalagi memanjat KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 11 dinding dan atap. Aku hanya makan sedikit, inilah pertama kalinya aku makan sejak dua hari di sini. Yuki dan Akio pergi, dan digantikan oleh Keiko dan pemuda yang bernama Yoshinori. Tangan Keiko juga dibalut. Mereka berdua, sama seperti Akio, memperlakukanku dengan tidak bersahabat. Kami semua bungkam. Aku teringat Lord Shigeru, dan berharap Yuki berhasil menyampaikan pesanku. Dan tanpa sadar aku berdoa dengan cara kaum Hidden, semua kata-kata keluar begitu saja dari mulutku. Aku telah menyerap semua doa itu sejak bayi. Layaknya anak-anak, aku membisikkan kata-kata itu pada diriku dan sepertinya doaku itu membuatku tenang karena tak lama kemudian aku tertidur pulas. Tidur membuatku segar. Ketika terbangun, hari telah berganti pagi. Tubuhku mulai pulih dan aku dapat bergerak tanpa terasa sakit. Yuki sudah datang, dan ketika melihatku bangun, dia meminta Akio melakukan sesuatu. Sepertinya dia lebih tua dan juga mempunyai wewenang atas mereka. Dia langsung mengatakan berita yang selama ini kutunggu. "Semalam aku sempat berbicara dengan Lord Otori. Dia sangat lega mendengar kau dalam keadaan baik-baik saja. Dia takut kau tertangkap atau dibunuh orang Tohan. Dia menitipkan surat dan berharap kau dapat membalasnya." "Kau membawanya?" Yuki mengangguk. "Dia juga membawakan sesuatu untukmu, aku menyembunyikannya di lemari." Dia menggeser pintu lemari tempat menyimpan alas tidurku, dan dari balik selimut, dia mengeluarkan sebuah bungkusan yang panjang. Aku mengenali kain pembungkusnya: itu adalah baju yang Lord Shigeru pakai ketika menyelamatkanku di Mino. Yuki meletakkan bungkusan itu di tanganku dan kuangkat ke depan wajahku. Ada sesuatu yang keras di dalamnya. Aku tahu isi bungkusan ini. Aku membentangkan pakaian itu dan mengangkat Jato. Serasa mati dalam duka yang mendalam, air mataku berlinang: aku tak kuasa menahannya. Yuki berkata dengan lembut, "Dia akan pergi menikah tanpa membawa senjata. Shigeru tak ingin pedang ini hilang jika dia tidak kembali dari sana." KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 12 "Dia tak akan pernah kembali," kataku, air mata mengalir deras di pipiku seperti arus sungai. Yuki mengambil Jato dari tanganku dan membungkusnya. Dia menyimpannya ke dalam lemari. "Mengapa kau lakukan ini?" kataku. "Kau telah melanggar aturan Tribe?" "Aku berasal dari Yamagata," balasnya. "Aku di sana saat Takeshi dibunuh. Keluarga kekasihnya yang mati bersamanya-anak mereka adalah teman bermainku. Ketika di Yamagata, kau bisa melihat betapa besar cinta orang-orang di sana pada Shigeru. Aku juga salah seorang di antara mereka. Dan aku yakin Kenji, ketua Muto, salah menilai kalian." Ada nada menantang dalam suaranya, dia mirip anak yang sedang marah dan memberontak. Aku tak bertanya lagi. Aku hanya bersyukur atas apa yang telah dia lakukan untukku. "Berikan suratnya," kataku setelah itu. Shigeru belajar menulis langsung dari Ichiro dan tulisannya sangat rapi, sesuatu yang sulit kupelajari: Takeo, akulah orang yang paling bahagia mendengar kau selamat. Tak ada yang perlu disesalkan. Aku tahu kau tak akan mengkhianatiku, dan aku pun tahu Tribe akan berusaha mengambilmu. Ingatlah aku kelak. Lalu isi suratnya... Takeo, karena beberapa alasan kita tidak bisa meneruskan rencana kita. Aku sangat menyesal, tapi juga lega karena tidak jadi mengirimmu ke kematian. Aku percaya kau harus bersama Tribe, maka takdirmu di luar kuasaku. Namun, kau juga anakku dan satu-satunya pewarisku. Kuharap kelak kau menjadi penerus klan Otori. Jika aku mati di tangan Iida, kuminta kau membalaskan kematianku, tapi jangan berduka karena aku akan mendapatkan lebih banyak bila aku mati. Bersabarlah. Aku juga memintamu untuk menjaga Lady Shirakawa. Ikatan di masa lalu pasti akan memperkuat perasaan kita. Aku senang kita bertemu di Mino. Salam peluk. Ayah angkatmu, Shigeru. Surat ini dibubuhi cap. "Para pengawal Otori yakin kalau kau dan guru Muto dibunuh," kata Yuki. "Mereka tak percaya kau meninggalkan Shigeru dengan begitu saja. Kurasa kau perlu tahu itu." Aku mengenang mereka, orang-orang yang selalu mengganggu sekaligus memanjakanku, KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 13 mengajarkan dan menjagaku. Mereka sangat bangga padaku, dan masih tetap berpikir yang terbaik tentangku. Mereka pasti akan mati, dan ini membuatku iri karena mereka akan mati bersama Shigeru, sedangkan aku dihukum untuk tetap hidup, dan dimulai dengan hari yang buruk. Setiap ada suara di luar membuatku terjaga. Suatu ketika, tak lama setelah tengah hari, aku mendengar bunyi pedang beradu dan teriakan beberapa orang, tapi tidak ada yang memberitahukan tentang kejadian itu. Kesunyian yang mencekam dan tidak biasa melanda seluruh kota. Satu-satunya yang membuatku tenang adalah Jato yang diletakkan tersembunyi, tak jauh dariku. Aku sering berpikir untuk mengambilnya dan berusaha keluar dari sini, namun pesan terakhir Lord Shigeru memintaku bersabar. Kemarahan telah membuatku bersedih, tapi kini, saat air mataku mengering, rasa sedih memperkuat tekadku. Iida harus mati lebih dulu dariku. Sekitar Waktu Monyet, aku mendengar suara Yuki di bawah. Jantungku berhenti berdetak, sadar kalau aku akan mendapat kabar mengenai peristiwa di kastil. Aku sedang di ruangan bersama Keiko dan Yoshinori ketika Yuki datang dan menyuruh mereka pergi. Dia berlutut di sampingku, lalu dia menggenggam kedua tanganku. "Muto Shizuka mengirim pesan dari kastil, dan tak lama lagi ketua akan menemuimu." "Shigeru mati?" "Tidak, lebih buruk: dia ditangkap. Nanti mereka yang akan mengatakan kepadamu." "Dia bunuh diri?" Yuki bimbang. Dia berkata tanpa menoleh padaku. "Iida menuduh Shigeru adalah anggota Hidden—dan juga menyembunyikan orang Hidden. Ando menuntut agar dia dihukum. Lord Iida mencabut hak-hak istimewa Lord Shigeru sebagai ksatria dan memperlakukan dia seperti penjahat biasa." "Iida tak akan berani," kataku. "Dia telah melakukannya." Ketika mendengar ada langkah kaki mendekat dari luar, kemarahan dan shock mengirimkan energi yang membanjiri tubuhku. Aku meloncat ke lemari untuk mengambil Jato, dan menariknya dari sarung. Kupegang Jato dengan erat. Kuangkat Jato ke atas kepalaku. Kenji dan Kikuta masuk. Mereka berjalan perlahan ketika melihat Jato ada di tanganku. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 14 Kikuta langsung meraih belati dari balik kimononya, Kenji diam tak bergerak. "Aku tak akan menyerangmu," kataku pada Kenji. "Meskipun kau layak mati. Aku akan bunuh diri..." Kenji memutar bola matanya ke atas. Kikuta berkata lembut, "Kami harap kau tidak mengambil jalan itu." Dan tak berapa lama dia melanjutkan dengan nada tidak sabar. "Duduklah Takeo. Kau sudah menjelaskan maksudmu." Kami semua berlutut di lantai. Aku meletakkan Jato di sampingku. "Kulihat Jato menemukanmu," kata Kenji. "Seharusnya aku sudah bisa menduganya." ' "Aku yang membawanya, guru," kata Yuki. "Bukan kau, pedang itu yang memanfaatkanmu. Pedang itu yang berpindah dari tangan ke tangan hingga sampai ke dia. Seharusnya aku tahu: pedang itu yang membuatku mencari Shigeru setelah perang Yaegahara." "Di mana Shizuka?" tanyaku. "Di kastil. Dia tidak bisa datang. Terlalu berbahaya bila dia datang hanya untuk menyampaikan pesan, tapi dia ingin kami tahu apa yang terjadi, dan menanyakan apa yang akan kita lakukan." "Katakan." "Kemarin Lady Maruyama, anak serta pelayannya, berusaha melarikan diri dari kastil." Suara Kikuta datar, tidak semangat. "Dia menyuap pemilik perahu untuk membawa mereka ke seberang sungai. Sayangnya dia dikhianati dan dihadang. Ketiga wanita itu menceburkan diri ke sungai, dan hanya si pelayan yang selamat. Padahal lebih baik seandainya dia tenggelam karena dia akhirnya disiksa. Dia lalu membocorkan hubungan Lady Maruyama dengan Shigeru, dan persekutuan mereka dengan Arai, serta hubungan Lady Maruyama dengan kaum Hidden." "Pernikahan tetap dilangsungkan sampai Shigeru tiba di kastil," ujar Kenji. "Setelah pengawal Otori di dalam kastil, mereka lalu dibunuh dan Shigeru dituduh berkhianat." Dia diam sejenak, lalu melanjutkan dengan lirih. "Saat ini Shigeru digantung di dinding kastil." "Disalib?" bisikku. ' "Kedua lengannya digantung." Aku menutup mata, membayangkan rasa sakit, bahu yang terlepas dari sendinya, mati KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 15 secara perlahan. Ini adalah penghinaan yang sangat dahsyat. "Kematian secara ksatria, cepat dan terhormat, ya?" kataku, menyindir pada Kenji. Dia tidak membalas. Wajahnya, yang biasanya bergerak-gerak, kini tegang, kulitnya pucat, putih. Kusentuh Jato. Aku berkata pada Kikuta, "Aku mempunyai syarat sebelum bergabung dengan Tribe. Aku yakin kalian bekerja pada orang yang mau membayar paling tinggi. Dan aku akan membayar kalian dengan sesuatu yang kalian inginkan, jiwa dan ragaku. Ijinkan aku menurunkan Shigeru malam ini. Jika kembali dengan selamat, aku akan melepas nama Otori dan bergabung dengan Tribe. Jika kalian tidak setuju, aku akan bunuh diri saat ini juga. Aku tak akan keluar dari sini hidup-hidup." Dua ketua saling bertukar pandang. Kenji mengangguk. Kikuta berkata, "Aku terima syaratmu karena situasinya telah berubah, dan kelihatannya kita menemui jalan buntu." Tiba-tiba, terdengar keriuhan dari jalan, orang-orang berlarian dan suara-suara teriakan. Kami berdua mendengarkan sebagaimana yang Kikuta selalu lakukan. Suara-suara tadi menghilang, lalu dia melanjutkan, "Kuijinkan kau pergi ke kastil malam ini." "Aku akan ikut bersamanya," kata Yuki, "aku akan menyediakan semua keperluan." "Jika guru Muto setuju," lanjutnya lagi. "Boleh," kata Kenji, "Aku juga akan ikut bersama kalian." "Kau tidak perlu ikut," kataku. "Aku akan tetap ikut." "Kalian tahu di mana Arai sekarang?" tanyaku. Kenji berkata, "Sekali pun berjalan semalaman, dia tidak akan tiba sebelum fajar." "Tapi dia dalam perjalanan?" "Shizuka yakin dia tidak akan menyerang kastil. Satu-satunya harapan yaitu memancing Iida berperang di perbatasan." "Dan Terayama?" "Mereka akan bangkit jika mendengar perlakuan biadab Iida," kata Yuki. "Begitu juga Yamagata." "Pemberontakan tak akan berhasil bila Iida masih hidup, tapi ini bukan urusan kita," kata Kikuta dengan marah. "Kau boleh mengeluarkan Shigeru, hanya itu kesepakatan kita, tidak KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 16 lebih." Aku tidak bicara lagi. Bila Iida masih hidup... Hujan turun lagi, suara-suara lembut menyelimuti kota ini, membasuh atap dan jalan berbatu, menyegarkan udara yang pengap. "Bagaimana keadaan Lady Shirakawa?" tanyaku. "Menurut Shizuka, dia masih shock, tapi dia tetap tenang. Mereka tidak mencurigai dia, selain dituduh membawa sial. Semua orang mengatakan kalau dirinya dikutuk, tapi dia dianggap tidak terlibat dalam rencana pemberontakan. Sachie ternyata lebih lemah dari yang Tohan duga, dia mati tanpa sempat mengungkap keterlibatan Shizuka." "Dia mengatakan tentang aku?" Kenji menghela napas, "Dia hanya tahu bahwa kau adalah orang Hidden yang ditolong oleh Shigeru, sama seperti yang telah Iida tahu. Iida dan Ando menganggap pengangkatanmu murni hanyalah untuk menghina mereka. Mereka tidak curiga kalau kau adalah anggota Tribe, dan mereka juga tidak tahu kemampuan yang kau miliki." Ini menguntungkan. Apalagi malam ini begitu gelap. Hujan yang reda telah berganti dengan kabut disertai gerimis, awan mendung menggumpal, dan bulan serta bintang tidak menampakkan diri. Tidurku yang pulas karena pengaruh Kikuta telah membakar habis sifat lembutku dan yang tertinggal hanyalah sepotong baja dalam diriku. Diriku kini persis seperti apa yang kulihat pada diri Kenji yang sebenarnya, kejam seperti Jato. Setelah kami menyiapkan semua perlengkapan dan juga pakaian, aku berlatih untuk melemaskan ototku. Ototku masih kaku, walaupun sudah berkurang sakitnya. Pergelangan tangan kananku masih terasa mengganggu. Saat mengangkat Jato, sakitnya terasa hingga ke sikut. Akhirnya Yuki melilitkan pelindung tangan yang terbuat dari kulit. Saat paruh kedua Waktu Anjing*, setelah makan, kami lalu duduk diam untuk mengatur napas dan aliran darah. Kami mematikan lampu kamar agar ketajaman penglihatan di malam hari dapat meningkat. Jam malam mulai diberlakukan, para pengawal berkuda berkeliling mengawasi setiap ruas jalan, memerintahkan penduduk masuk ke rumah, dan jalan jalan pun sunyi. Rumah mulai melantunkan lagunya di malam hari: bunyi piring yang dicuci, anjing diberi makan, beberapa penjaga yang sedang duduk mengawasi. Aku mendengar langkah pelayan ketika membentangkan alas tidur, bunyi sempoa dari ruang depan KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 17 saat si pemilik rumah menghitung penghasilannya hari ini. Alunan malam mulai berkurang dan nadanya menjadi teratur: tarikan napas orang yang tidur, umumnya dengkuran, dan kadang desahan. Suara-suara orang dalam keseharian sangat menyentuh jiwaku. Aku memikirkan keinginan ayahku untuk hidup seperti orang biasa. Menangiskah dia saat aku lahir? Setelah menyuruh Yuki meninggalkan kami berdua, Kenji lalu duduk di sampingku. Dia berkata dalam nada rendah, "Shigeru dituduh memiliki kaitan dengan Hidden—seberapa jauh keterlibatannya?" "Dia tidak pernah mengatakannya, selain mengganti namaku, dan memperingatkanku agar tidak berdoa." "Rumor mengatakan kalau dia tidak menyangkal keterlibatannya; dia juga menolak untuk menjelek-jelekkan Hidden," suara Kenji bingung, nyaris kesal. "Saat pertama kali bertemu, Lady Maruyama menggambar simbol Hidden di tanganku," kataku perlahan. "Banyak sekali yang Shigeru sembunyikan," kata Kenji, "Kupikir aku mengenalnya!" "Dia tahu Lady Maruyama sudah meninggal?" "Iida pasti sudah mengatakan padanya dengan senang." Aku memikirkan hal ini selama beberapa saat. Aku tahu Shigeru akan menolak untuk menyangkal kepercayaan yang selama ini dianut Lady Maruyama. Terlepas Shigeru percaya atau tidak, dia tak akan mau digertak Iida. Dan hingga saat ini dia tetap memegang janjinya pada Lady Maruyama sewaktu di Chigawa. Dia tidak akan menikahi wanita lain dan dia tak akan hidup tanpa Lady Maruyama. "Tak kusangka Iida akan memperlakukan dia seperti itu," kata Kenji. Kurasa dia berusaha memaafkan dirinya, tapi pengkhianatannya terlalu sulit untuk dimaafkan. Walaupun senang dan bersyukur dia akan menyertaiku malam ini, tapi setelah ini aku tidak mau lagi bertemu dengannya. "Ayo kita lepaskan Shigeru," kataku. Aku berdiri dan memanggil Yuki dengan pelan. Dia datang, dan kami pun segera mengenakan pakaian malam Tribe yang berwarna gelap, lalu menutup wajah dan tangan karrrl sehingga tak seinci pun kulit yang terlihat. Kami mengambil garrotte, tali dan pengait besi, belati panjang dan pendek, dan juga kapsul racun yang KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 18 mematikan. Ketika aku mengambil Jato. Kenji berkata, "Tinggalkan saja benda itu. Kau tidak akan dapat memanjat dinding dengan pedang panjang itu." Aku tidak mengacuhkan perintahnya. Aku tahu apo yang kuperlukan. Rumah tempatku disekap terletak di sebelah barat kastil, di antara rumah-rumah pedagang di sisi utara sungai. Di daerah ini banyak gang sempit dan jalan setapak sehingga memudahkan kami bergerak tanpa terlihat. Di ujung jalan kami melewati sebuah biara yang lampunya masih menyala dan ada beberapa biarawan sedang bersiap melakukan ritual tengah malam. Seekor kucing yang duduk di sisi lentera batu hanya diam saat kami lewat di depannya. Di dekat sungai aku mendengar dentingan baja dan langkah kaki berderap. Begitu sampai di pintu gerbang, Kenji menghilangkan diri. Yuki dan aku melompat ke atas tembok dan merapatkan diri ke atap. Ada patroli yang terdiri dari seorang berkuda dan enam orang berjalan kaki. Dua orang membawa obor. Mereka bergerak maju di sepanjang jalan dan berlari di tepi sungai, menerangi setiap gang dan memperhatikan sungai. Mereka begitu ribut sehingga kami tidak perlu terlalu waspada. Atap yang tepat di bawah wajahku basah dan licin. Hujan gerimis masih berlanjut, membungkam semua suara. Hujan akan membasahi wajah Shigeru.... Setelah patroli lewat, kami menjatuhkan diri dari atap lalu berjalan ke arah sungai. Ada kanal kecil terbentang di bawah jalan setapak. Yuki memimpin kami masuk ke gorong-gorong yang ada di bawah jalan. Kami merayap ke dalam saluran air itu, dan muncul di tepi sungai. Air menutupi jejak kami. Bayangan gelap kastil berada di depan. Lapisan awan begitu rendah sehingga aku hampir tidak bisa melihat ' menara kastil yang tinggi. Antara kami dan tembok kubu terbentang sungai, lalu tanah kosong, dan setelah itu ada parit yang menyerupai sungai kecil. "Di mana dia?" aku berbisik pada Kenji. "Di timur, tepat di bawah rumah Iida. Dinding yang ada rantai-rantai besi." Empedu serasa melompat ke tenggorokanku. Sambil melawannya, aku bertanya, KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 19 "Penjaga?" "Di koridor tepat di atasnya. Mereka berjaga di situ, Sedangkan di bawahnya ada patroli." Seperti yang pernah kulakukan di Yamagata, aku duduk dan menatap kastil beberapa saat. Kami bertixa diam. Aku merasakan darah Kikuta menjalar di sekujur tubuhku, mengalir dalam nadi dan otot-ototku. Aku pun akan mengalir seperti air ke kastil dan memaksa kastil untuk menyerahkan apa yang ada dalam genggamannya. Kuambil Jato dari sabuk dan kusembunyikan di tepi sungai, di rumput. "Tunggu di sini," bisikku. "Aku akan membawa tuanmu kemari." Kami turun ke sungai dan menyelam ke seberang. Ketika muncul, aku mendengar ada patroli yang melintas di taman, tepat di seberang parit. Kami bersembunyi di alang-alang sampai mereka lewat, setelah itu kami lalu berlari melintasi rawa kemudian berenang menyeberangi parit. Dinding kubu pertama terletak di tepi parit. Di atasnya ada tembok kecil beratap yang mengelilingi taman di depan rumah Iida. Di antara dinding rumah dan dinding kubu terdapat rawa-rawa. Kenji melompat ke tanah untuk mengawasi patroli, sementara aku dan Yuki merayap menyusuri atap genteng ke sudut tenggara. Dua kali aku mendengar Kenji memperingatkan kami dengan cara menirukan suara jangkrik, dan kami pun bersembunyi di bagian atas tembok ketika patroli lewat di bawah. Aku duduk berlutut dan memandang ke atas. Di atasku berderet jendela koridor yang terletak tepat di belakang rumah Iida. Semua jendela tertutup dan dipalang, kecuali satu jendela yang jaraknya paling dekat dengan rantai besi tempat Shigeru digantung. Pergelangan tangannya diikat dengan tali. Kepalanya terkulai. Aku mengira dia sudah mati, tapi kemudian aku melihat kakinya bergerak perlahan di tembok, berusaha mencari pijakan. Aku mendengar desah napasnya yang lambat. Dia masih hidup. Nightingale floor tiba-tiba bernyanyi. Aku langsung tiarap kembali di atap. Aku mendengar jendela dibuka, lalu jerit kesakitan Shigeru ketika rantai disentakkan dan kakinya tergelincir. "Menarilah Shigeru, ini hari pernikahanmu!" seorang penjaga mencemoohnya. Kemarahanku memuncak. Yuki lalu menyentuh tanganku untuk menenangkan. Kemarahanku pun mereda dan berubah menjadi kekuatan. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 20 Kami menunggu selama beberapa saat. Tidak ada lagi yang berpatroli di bawah kami. Apakah Kenji telah membungkam mereka semua? Lampu di jendela berkelap-kelip dan berasap. Dalam jeda waktu yang tidak lama, selalu saja ada penjaga yang datang. Setiap kali Lord Shigeru, yang menderita di ujung tali itu, mendapat tempat berpijak di dinding, ada saja penjaga yang datang dan menggoyangkan talinya sehingga dia hilang keseimbangan. Jendela itu tetap terbuka. Aku berbisik pada Yuki. "Kita harus memanjat dinding. Kau bunuh orang yang muncul di jendela, sedangkan aku turun menggunakan tali untuk meraih tubuh Shigeru. Kau potong tali yang mengikat pergelangan tangannya yang ada di dekat jendela itu bila kau mendengar suara kijang. Saat itulah aku akan menurunkan tubuh Shigeru." "Kita bertemu di kanal," kata Yuki. Segera setelah para penyiksa itu pergi, kami menjatuhkan diri ke tanah, melintasi lahan sempit, dan mulai memanjat dinding kastil. Yuki memanjat ke arah jendela, sementara aku berpegangan pada tepi bawah jendela, mengambil tali dari pinggangku dan mengikatkannya pada salah satu rantai besi. Lantai kembali berbunyi. Aku menghilangkan diri dengan merapat ke tembok. Aku mendengar ada yang keluar dari jendela tepat di atasku, lalu terdengar sentakan perlahan, suara kaki menendang tidak berdaya melawan garrotte, kemudian sunyi. Yuki berbisik, "Cepat." Aku lalu menuruni dinding ke arah Shigeru, tali terulur saat aku merayap. Hampir saja aku dapat meraih tubuhnya ketika aku mendengar bunyi jangkrik. Sekali lagi aku menghilangkan diri, sambil berdoa semoga kabut bisa menyembunyikan tali yang terulur. Patroli lewat di bawahku. Ada bunyi percikan air dari arah parit. Perhatian mereka langsung tertuju ke sana. Salah seorang penjaga berjalan ke sudut tembok, menerangi air dengan obor. Cahaya yang berpindah membuat warna dinding yang putih menjadi pudar. "Tikus air," teriaknya. Rombongan patroli itu pun pergi dan langkah kaki mereka lambatlaun tak terdengar lagi. Kini saatnya bagiku untuk bergerak cepat. Aku tahu kalau penjaga yang lain tak lama lagi akan muncul dari jendela di atasku. Berapa lama lagi Yuki dapat membunuh mereka satu demi satu? Temboknya licin, tapi taliku lebih licin lagi. Aku merayap turun hingga sejajar dengan Shigeru. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 21 Matanya tertutup, tapi dia bisa mendengar dan merasakan kehadiranku. Dia membuka mata, membisikkan namaku tanpa ada nada kaget, dan memberi senyuman yang tulus, hatiku kembali hancur. Aku berkata, "Ini akan terasa sakit. Tapi jangan bersuara." Dia menutup mata dan menempelkan kakinya ke dinding. Setelah mengikat erat tubuhnya ke tubuhku, aku lalu menirukan suara kijang. Yuki memotong tali yang menggantung Shigeru. Terdengar napas lega Shigeru karena lengannya kini bebas, meskipun dia belum bebas. Tambahan beban tubuh Shigeru membuatku hilang keseimbangan di permukaan dinding yang licin ini, dan ketika kami berdua jatuh, aku berdoa agar tali ini mampu menahan berat kami. Akhirnya tali ini membawa kami turun hingga beberapa depa di atas tanah dengan sentakan yang benar-benar sakit. Kenji muncul dari gelap, dan bersama-sama, kami melepaskan ikatan Shigeru dan membawanya ke dinding. Setelah Kenji melemparkan pengait, kami lalu menarik tubuh Shigeru. Kami ikatkan tali ke tubuhnya lagi, lalu Kenji menurunkan dia ke bawah sementara aku turun melalui dinding sambil memeganginya, berusaha mengurangi rasa sakitnya. Tanpa berhenti saat melewati rawa, kami bawa dia berenang melintasi parit yang mengelilingi kastil, menutupi wajahnya dengan kain hitam. Bila cuaca tidak berkabut, kami pasti akan terlihat karena kami tidak mungkin membawa Shigeru menyelam. Kemudian kami bawa dia melintasi sebidang tanah yang masih berada di kastil ke tepi sungai. Shigeru hampir pingsan, berkeringat karena rasa sakit, bibirnya pecah-pecah karena dia gigit agar tidak bersuara. Kedua bahunya terkilir, seperti yang kucemaskan, dan dia juga muntah darah karena luka dalam. Hujan kian deras. Kijang berlarian melihat kehadiran kami; namun tak ada kegaduhan di kastil. Kami lalu membawa Lord Shigeru ke sungai dan berenang secara perlahan ke seberang. Hujan menjadi anugrah karena menutupi kami, menyamarkan setiap bunyi, tapi itu juga berarti aku tidak bisa melihat Yuki waktu aku menoleh ke kastil. Ketika sampai di tepi sungai, kami membaringkan Shigeru di rerumputan. Kenji lalu membukakan kain penutup kepala dan menyeka air di wajah Shigeru. "Maafkan aku, Shigeru," kata Kenji. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 22 Lord Shigeru hanya tersenyum, tidak bicara. Setelah mengumpulkan kekuatan, dia membisikkan namaku. "Aku di sini." "Kau menyimpan Jato?" "Ya, Lord Shigeru." "Gunakan Jato sekarang. Bawalah kepalaku ke Terayama dan kuburkan aku di sisi makam Takeshi." Dia berhenti bicara saat getaran rasa sakit menyapu seluruh tubuhnya, kemudian dia berkata, "Dan bawa kepala Iida kepadaku di sana." Saat Kenji membantunya duduk, Shigeru berkata lirih, "Takeo tak pernah membuatku kecewa." Aku menarik Jato dari sarung. Shigeru meregangkan lehernya dan menggumamkan beberapa kata: doa orang Hidden menjelang ajal, lalu dia menyebut nama Sang Pencerah. Aku pun berdoa semoga aku tak membuatnya kecewa. Malam ini jauh lebih gelap dibanding saat Jato ada di tangannya ketika menyelamatkan diriku di Mino. Kuangkat Jato, pergelangan tanganku terasa sakit, dan memohon maaf pada Shigeru. Pedang ular ini melompat dan menggigit saat terakhir kali mengabdi pada tuannya, dia membebaskan tuannya ke dunia yang berikutnya. Malam begitu hening. Semburan darahnya begitu dahsyat. Kami mencuci kepala Shigeru di sungai, lalu membungkusnya, di matanya tidak nampak rasa sedih atau pun menyesal. Ada bunyi percikan air, dan tidak lama kemudian Yuki muncul seperti berang-berang. Dengan kemampuan penglihatannya yang tajam, dia mengawasi situasi di depannya, lalu berlutut di samping tubuh Shigeru, berdoa. Kuangkat kepala Shigeru dan kuletakkan di atas tangan gadis itu. "Bawalah ini ke Terayama," kataku. "Kita akan bertemu di sana." Dia mengangguk, dan kulihat cahaya dari giginya yang putih saat dia tersenyum. "Kita harus pergi," bisik Kenji. "Kita telah bekerja dengan sangat baik, dan kini semua telah berakhir." "Aku harus mempersembahkan tubuhnya pada sungai." Aku tidak tega meninggalkan tubuh Shigeru tergeletak begitu saja di tepi sungai. Kuambil batu dari mulut kanal lalu kuikat di pinggang Shigeru karena hanya bagian itu yang tersisa dari pakaiannya. Kenji dan Yuki membantuku mengangkat tubuh Shigeru ke sungai. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 23 Aku berenang ke dasar sungai yang paling dalam dan melepaskan tubuhnya. Aku merasa terseret arus dan melayang-layang bersama jasad Shigeru. Darah menyembul ke permukaan air, kegelapan bertemu dengan putihnya kabut, dan sungai segera membawanya. Aku terkenang rumah kami di Hagi, di mana setiap sore selalu ada bangau yang datang ke kolam di depan pintu. Kini Lord Otori Shigeru telah tiada. Air mataku berlinang dan arus sungai membawa linangan air mataku. Bagiku, semua ini belum berakhir. Aku kembali ke tepi sungai untuk mengambil Jato. Ada noda darah di mata pedang. Aku membersihkan bekas darah itu lalu memasukkan ke sarung. Kenji benar-Jato akan merintangiku memanjat tembok-namun aku memerlukannya saat ini. Aku tak berkata apa-apa pada Kenji dan Yuki, selain, "Kita akan bertemu di Terayama." Kenji berbisik, "Takeo," dengan nada tidak yakin, tapi dia tahu aku tidak bisa dihalangi. Dia merangkul Yuki. Saat itulah aku sadar kalau Yuki adalah anaknya. Setelah itu, Kenji mengikutiku kembali ke sungai.* * Waktu Ayam Jago : Berkisar antara jam 17.00 s/d jam 19.00. [peny] *** Waktu Anjing : Berkisar antara jam 19.00 s/d jam 21.00. [peny] 324 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 24 KAEDE menunggu datangnya malam. Ia sadar kalau tidak mempunyai pilihan lain kecuali bunuh diri. ia memikirkan tentang bunuh diri sama seperti ia memikul semua bebannya. Kehormatan keluarganya bergantung pada perkawinan ini—begitulah yang ayahnya katakan. Kini, dalam keadaan bingung dan situasi yang kacau, ia sampai pada keyakinan bahwa bunuh diri merupakan satu-satunya cara untuk melindungi nama dan kehormatan keluarganya. Kaede seharusnya menikah malam ini. Saat ini ia masih memakai pakaian pengantin buatan para wanita Tohan. Kimono ini lebih mewah dan anggun dari pakaian mana pun yang pernah ia pakai, namun di balik baju ini ia merasa begitu kecil dan rapuh seperti boneka. Mata para pelayan nampak merah karena menangisi kematian Lady Maruyama, namun Kaede baru mengetahui kejadian itu setelah semua pengawal Otori dibantai. Kemudian kengerian demi kengerian diungkapkan padanya sehingga Kaede merasa seperti akan gila karena marah sekaligus sedih. Rumah dengan kamar yang anggun, yang penuh dengan karya seni dan taman yang begitu indah, berubah menjadi tempat penyiksaan dan kekerasan. Dinding luar, di seberang nightingale floor, tergantung orang yang seharusnya ia nikahi. Sepanjang sore ia selalu mendengar para penjaga mencemooh dan tertawa. Hatinya hancur, dan ia pun menangis tiada henti. Kadang ada yang menyebut namanya, dan ia sadar kalau reputasinya semakin buruk. Ia merasa bersalah atas semua kejadian ini. Ia menangis karena penghinaan Iida pada Lord Shigeru. ia juga menangis karena rasa malu kedua orangtuanya akibat dirinya. Saat ia mengira air matanya telah habis karena menangis, air mata menetes lagi hingga membasahi wajahnya. Lady Maruyama, Mariko, Sachie... telah pergi, hanyut oleh arus kekejaman Tohan. Semua orang yang ia sayangi mati atau hilang. Dan ia pun menangisi dirinya karena baru berumur lima belas tahun tapi hidupnya telah KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 25 berakhir. Ia berduka atas suami yang tidak pernah ia nikahi, anak-anak yang belum ia lahirkan, dan masa depan yang akan segera berakhir pada sebilah belati. Hanya satu yang membuat ia tenang: lukisan pemberian Takeo. Ia menggenggam dan menatap lukisan itu lekat-lekat. Tak lama lagi ia akan bebas, sebebas burung dalam lukisan itu. Shizuka pergi ke dapur untuk mengambil makanan, dan di saat melewati penjaga, ia bersenda-gurau tanpa menunjukkan rasa duka. Tapi, saat ia kembali ke kamar, topeng yang dia pakai dilepas. Di wajahnya nampak kesedihan yang mendalam. "Lady," dia berkata dengan ceria, berpura-pura ceria. "Akan kusisir rambutmu. Rambutmu kusut. Dan kau juga harus mengganti pakaian." Shizuka membantu Kaede melepas pakaian dan memanggil pelayan untuk membawa pergi berlapis-lapis kimono yang berat itu. "Aku ingin memakai pakaian tidur," kata Kaede. "Aku tak mau bertemu siapa-siapa lagi hari ini." Dalam balutan pakaian dari bahan katun ringan, Kaede duduk di lantai dekat jendela yang terbuka. Air hujan menetes dengan lembut dan dingin. Taman yang diselimuti kabut seakanakan turut berduka-cita. Shizuka lalu duduk berlutut, mengangkat rambut Kaede yang berat dan mengelusnya hingga ke ujung rambut. Dia berbisik, "Aku telah mengirim pesan ke rumah Muto di kota. Aku sudah menerima balasannya. Takeo memang disembunyikan di sana, seperti yang kuduga. Takeo diijinkan untuk mengambil tubuh Lord Otori." "Lord Otori sudah mati?" "Tidak, belum." Suara Shizuka tersendat karena luapan emosi. "Perbuatan biadab itu," gumamnya, "Penghinaan padanya. Dia tidak boleh dibiarkan seperti itu. Takeo harus menjemputnya." Kaede berkata, "Kalau begitu, Takeo juga akan mati hari ini." "Orang suruhanku juga sedang ke tempat Arai," bisik Shizuka. "Tapi aku tidak tahu apakah dia bisa datang menolong kita tepat pada waktunya." "Aku tidak yakin ada orang yang mampu menantang Tohan," kata Kaede. "Lord Iida tak mungkin dikalahkan. Kekejamannya yang telah membuat dia kuat." Kaede menatap keluar jendela, di luar hujan gerimis, kabut menutupi gunung. "Mengapa kaum lelaki selalu membuat KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 26 dunia menjadi keras?" ia bertanya dengan nada rendah. Sepasang angsa yang terbang menjerit dengan nada duka. Di kejauhan, di dekat dinding, terdengar teriakan seekor kijang. Kaede mengelus rambutnya. Rambutnya basah oleh air mata Shizuka. "Kapan Takeo datang?" "Jika jadi, tengah malam ini." Keduanya terdiam beberapa saat. Kemudian Shizuka melanjutkan, "Tapi jangan terlalu berharap." Kaede diam tidak membalas. Aku akan menunggunya, ia berjanji pada dirinya. Aku akan melihatnya sekali lagi. Ia menyentuh gagang belati yang dingin di balik kimononya. Shizuka yang memperhatikan gerakkannya, mendekat, lalu memeluknya. "Jangan takut. Apa pun yang kau lakukan, aku akan selalu bersamamu. Aku akan ikut denganmu ke dunia berikutnya." Mereka berpegangan tangan cukup lama. Letih karena emosi, Kaede menjadi bingung dan sedih. Ia merasa seakan sedang bermimpi dan masuk ke dunia lain, dunia di mana ia berbaring dalam pelukan Takeo, tanpa ada rasa takut. Hanya dia yang bisa menyelamatkanku, pikirnya. Hanya dia yang bisa membawa kembali kehidupan padaku. Kemudian ia mengatakan ingin mandi, dan meminta Shizuka mencabut alis serta menggosok telapak dan tungkai kakinya. Setelah itu Kaede makan sedikit kemudian duduk menghadap keluar untuk menenangkan diri, bermeditasi seperti yang pernah diajarkan saat ia masih kanak-kanak, sambil mengingat wajah damai Sang Pencerah di Terayama. "Kasihanilah diriku," doanya. "Bantulah aku untuk mendapatkan keberanian." Seorang pelayan datang membentangkan alas tidur. Kaede bersiap merebahkan diri dan meletakkan belatinya di bawah kasur. Malam mendekati Waktu Tikus*, dan penghuni rumah pun telah tertidur, selain tawa penjaga di kejauhan saat terdengar nightingale floor bernyanyi. Ada yang mengetuk pintu. Shizuka membuka pintu dan langsung bersujud. Kaede mendengar suare Lord Abe. Dia datang menangkap Shizuka, pikir Kaede ketakutan. Shizuka berkata, "Hari telah larut malam, tuan, Lady Shirakawa ingin beristirahat," tapi suara Abe memaksa. Abe melangkah mundur. Shizuka menoleh pada Kaede dan berbisik, "Lord Iida ingin bertemu," sebelum lantai kembali bernyanyi. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 27 Iida masuk ke kamar, diikuti Abe dan orang bertangan satu, orang yang ia tahu bernama Ando. Kaede melihat wajah mereka, ada rona merah karena minuman sake dan rasa senang karena telah membalas dendam. Kaede segera menyembah hingga kepalanya menyentuh lantai, jantungnya berpacu cepat. Iida duduk bersila. "Duduk tegak, Lady Shirakawa." Kaede mengangkat kepala dengan enggan. Iida memakai pakaian malam, tapi ada pedang di sabuknya. Kedua orang yang duduk di belakangnya juga membawa pedang. Mereka duduk tegak sambil mengamati Kaede dengan rasa ingin tahu. "Maaf telah mengganggumu di larut malam ini," kata Iida, "Tapi aku merasa hariku belum berakhir tanpa menyampaikan rasa penyesalanku karena telah menempatkan dirimu dalam posisi yang tidak menguntungkan." Dia tersenyum, menunjukkan giginya yang besarbesar. Dari balik bahu, dia memberi perintah pada Shizuka, "Pergilah." Mata Kaede membelalak dan deru napasnya semakin kencang, namun ia tak berani untuk melihat ke arah Shizuka. Ia mendengar pintu ditutup dan yakin Shizuka akan tetap berada di dekatnya, di ruangan sebelah. Kaede duduk tanpa bergerak, menunduk, menunggu Iida melanjutkan perkataannya. "Pernikahanmu yang kupikir dapat mempererat persekutuanku dengan Otori malah dijadikan alasan bagi ular berbisa untuk menggigitku. Tapi, kurasa, sarangnya telah musnah." Mata Iida tetap terpaku pada wajah Kaede. "Kau telah menghabiskan waktu bersama Otori Shigeru dan Maruyama Naomi. Apakah menurutmu mereka merencanakan sesuatu untuk melawanku?" "Aku tidak tahu apa-apa, Lord," kata Kaede dan menambahkan perlahan. "Jika ada, rencana itu hanya akan berhasil bila aku tidak tahu." "Uhhh," gerutunya, dan setelah keheningan yang panjang, dia berkata, "Di mana pemuda itu?" Kaede tak menyangka kalau jantungnya bisa berdetak lebih cepat lagi, debarannya mampu membuat pelipisnya berdenyut dan ia seperti akan pingsan. "Pemuda yang mana, Lord Iida?" "Anak angkat Shigeru yang bernama Takeo." "Aku tidak tahu apa-apa tentang dia," balasnya, seakan-akan bingung. "Kenapa aku harus KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 28 tahu?" "Apa pendapatmu tentang dia?" "Dia masih muda, sangat pendiam. Tampaknya dia juga kutu buku; dia senang melukis." Kaede memaksakan diri untuk tersenyum. "Dia agak kikuk dan.. mungkin kurang berani." "Lord Abe juga menganggap seperti itu. Kami baru tahu kalau dia itu orang Hidden. Dia berhasil lolos dari hukumannya setahun lalu. Apakah ada alasan lain, selain untuk menghina dan mengejekku, sampai Shigeru berani menyembunyikan, dan bahkan mengangkat dia sebagai anak?" Kaede tidak menjawab. Jaringan intrik tampak sulit dia mengerti. "Lord Abe yakin anak itu melarikan diri ketika Ando mengenalinya. Kelihatannya anak itu penakut. Cepat atau lambat kami akan menangkapnya dan akan aku gantung dia di samping ayah angkatnya." Mata Iida mengerling ke arahnya, tapi Kaede tidak menanggapi. "Sehingga semua dendamku pada Shigeru lunas." Giginya bersinar ketika dia menyeringai. "Tapi, ada pertanyaan yang lebih penting lagi: bagaimana denganmu? Mendekatlah!" Kaede bergerak maju sambil membungkuk. Detak jantungnya melambat, bahkan seperti hendak berhenti. Waktu pun berjalan lambat. Malam semakin senyap. Hujan berbisik lembut. Seekor jangkrik sedang bernyanyi riuh. Iida mencondongkan badan ke depan dan mengamati Kaede. Cahaya lampu jatuh tepat di wajah Iida, dan ketika Kaede mengangkat mata, ia melihat wajah Iida penuh dengan nafsu. "Aku turut berduka, Lady Shirakawa. Peristiwa ini telah membuat namamu semakin tercemar, tapi karena ayahmu setia padaku, maka aku merasa bertanggung jawab padamu. Apa yang harus kulakukan?" "Aku hanya ingin mati," balas Kaede. "Biarkan aku mati dengan terhormat. Ayahku akan lega." "Namun itu akan menimbulkan masalah tentang penerus klan Maruyama," katanya. "Mungkin aku yang akan menikahimu. Dengan begitu, masalah wilayah kekuasaan akan selesai, dan akan mengakhiri rumor tentang dirimu yang mendatangkan bahaya pada lakilaki." "Kehormatan itu terlalu besar bagiku," ujar Kaede. Iida tersenyum dan kukunya yang panjang menyentuh gigi depannya. "Aku tahu kau KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 29 mempunyai dua adik perempuan. Aku akan menikahi adikmu yang tertua. Dan kurasa, sebaiknya kau yang mencabut nyawamu sendiri." "Lord Iida." Kaede membungkuk. "Dia gadis yang luar biasa, bukan?" kata Iida tanpa menoleh pada orang di belakangnya. "Cantik, pintar, dan berani. Tapi semua itu akan sia-sia." Kaede kembali duduk tegak, memalingkan wajahnya dari Iida, dan bertekad untuk tidak memperlihatkan wajahnya pada laki-laki itu. "Aku yakin kau masih perawan," kata Iida sambil mengulurkan tangan untuk menyentuh rambut Kaede. Kini Kaede sadar bahwa Iida ternyata jauh lebih mabuk dari yang ia duga. Kaede mencium bau sake dari napasnya saat orang itu mencondongkan badan untuk mendekat. Sentuhan Iida membuat ia gemetar ketakutan. Iida tertawa melihat Kaede gemetar. "Menyedihkan Nla kau mati perawan. Setidaknya kau harus alami satu malam bercinta." Kaede merasa tidak percaya atas perkataan Iida, Kini ia bisa membuktikan semua kebejatan moral orang ini, seberapa jauh dia telah terperosok ke dalam lubang nafsu dan kekejaman. Kekuasaan yang besar telah membuatnya sombong dan kejam. Kaede merasa seakan sedang bermimpi, ia dapat melihat apa yang akan terjadi, tapi ia tidak mampu mencegahnya. Ia tidak bisa mempercayai apa yang akan orang ini lakukan. Iida memegang kepala Kaede dengan kedua tangannya lalu membungkuk untuk menciumnya. Kaede segera memalingkan wajah sehingga bibir Iida hanya menyentuh lehernya. "Jangan," katanya. "Jangan, Lord. Jangan permalukan diriku. Biarkan saja aku mati!" "Bukanlah sesuatu yang memalukan untuk membuatku senang," katanya. "Kumohon, tidak di depan orang-orang ini," pinta Kaede sambil menangis, seolah ia akan menyerahkan diri. Rambutnya terurai ke depan hingga menutupi wajahnya. "Tinggalkan kami," kata Iida dengan kasar pada kedua pengawalnya itu. "Tak ada yang boleh menggangguku hingga fajar." Kaede mendengar langkah kedua orang itu menjauh dari kamar. Ia mendengar Shizuka menyapa mereka, ingin rasanya ia berteriak, namun ia tak berani. Iida berlutut di sampingnya, menggendong, dan membawanya ke alas tidur. Iida lalu melepas korset dan kimono Kaede. Kemudian Iida membuka pakaiannya, lalu berbaring di samping Kaede. Kulit Kaede bergidik KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 30 oleh rasa takut dan jijik. "Malam ini milik kita," adalah kata-kata terakhir yang Iida ucapkan. Ketika tubuh Iida menekan tubuhnya, Kaede teringat pada penjaga di kastil Noguchi. Mulut Iida yang menyentuh mulutnya membuat Kaede marah dan jijik. Kedua tangan Kaede menjangkau ke belakang kepala, gerakan ini membuat Iida mengerang senang karena tubuh Kaede melengkung di tubuhnya. Dan dengan tangan kiri Kaede memegang jarum di balik lengan kiri kimononya. Kaede langsung menusuk mata Iida ketika wajah orang itu mendekat ke wajahnya. Iida berteriak, jeritannya tak jauh berbeda dengan jeritan nafsunya. Kaede menarik belati dari bawah kasur dengan tangan kanannya, lalu ia tikam ke tubuh Iida. Iida jatuh dengan belati tertusuk dijantungnya.* * Berkisar antara jam 23.00 s/d jam 01.00. [peny] 340 KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 31 AIR di rambut dan bulu mataku menetes berdesakkan seperti pohon willow dan bambu. Aku pun basah dengan darah, walaupun darah tidak meninggalkan noda di pakaianku yang berwarna gelap. Kabut kian tebal. Kenji dan aku bergerak dalam dunia hantu, tidak nyata dan tidak dapat dilihat dengan mata. Aku bertanya-tanya, apakah aku sudah mati, dan muncul sebagai malaikat pembalas dendam. Saat tugasku malam ini selesai, aku akan menghilang, kembali ke nirwana. Kesedihan mulai melantunkan lagi nyanyian kepedihan di hatiku, namun aku belum boleh mendengarnya. Kami muncul dari parit dan memanjat dinding. Aku merasakan beratnya Jato di panggulku, seakan aku sedang membawa Shigeru. Aku merasa seakan-akan roh Shigeru telah masuk ke tubuhku dan mengukirkan dirinya di tulang-tulangku. Dari atas dinding taman aku mendengar langkah kaki patroli. Mereka panik; mereka mencurigai adanya penyelusup, dan saat mereka melihat tali gantungan Shigeru terpotong, mereka langsung berhenti, berseru kaget, dan menatap tajam ke atas, ke rantai besi tempat Shigeru digantung. Aku dan Kenji masing-masing membunuh dua penjaga. Mereka mati dalam empat tusukan sebelum sempat melihat ke bawah lagi. Shigeru benar. Pedang melompat dari tanganku seakan bergerak atas kemauannya sendiri. Rasa kasihanku tidak mampu menghalanginya. Jendela di atasku masih terbuka, lampunya bersinar remang-remang. Istana Iida sunyi, diselimuti oleh nyenyaknya Waktu Kerbau*. Ketika kami memanjat dan masuk melalui jendela yang terbuka itu, kami jatuh di atas beberapa mayat penjaga yang telah dibunuh Yuki. Kenji mengeluarkan suara pujian dengan pelan. Aku berjalan ke pintu yang berada di antara koridor dan ruang penjaga. Aku tahu ada empat ruangan yang terletak di sepanjang koridor. Ruangan pertama terbuka dan mengarah ke ruang tunggu, ruangan tempat aku dan Shigeru pernah menunggu sambil melihat lukisan bangau. Tiga ruangan lainnya tersembunyi di balik kamar KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 32 Iida. Nightingale floor mengitari seluruh rumah dan juga di bagian tengah yang menjadi batas antara ruangan laki-laki dan ruangan wanita. Lantai itu kini ada di depanku, berkilauan di sinari lampu, sunyi senyap. Aku merunduk dalam gelap. Dari jauh, di ujung bangunan, aku mendengar ada suara: dua orang laki-laki dan seorang perempuan. Shizuka. Beberapa saat kemudian baru aku tahu kalau kedua orang itu adalah Abe dan Ando; tapi aku tak yakin berapa banyak jumlah penjaga: Mungkin ada dua orang bersama mereka, dan sepuluh orang atau lebih yang berada di ruangan rahasia. Aku mengenal suara yang berasal dari ujung ruangan, suara Iida. Mungkin Abe dan Ando sedang menunggu Iida di sana—tapi di mana Iida, dan mengapa Shizuka bersama mereka? Shizuka bersuara ringan, nyaris genit, sedangkan suara kedua orang itu terdengar letih, mengantuk, dan agak mabuk. "Aku akan mengambil sake lagi," aku mendengar suara Shizuka. "Ya, nampaknya malam ini akan menjadi malam yang panjang," balas Abe. "Malam terakhir akan selalu terasa pendek," balas Shizuka, ada maksud tertentu di balik nada suaranya. "Malam ini tidak perlu menjadi malam terakhir, andai kau mau bertindak cepat," kata Abe dengan nada berat. "Kau menarik dan tahu bagaimana memanfaatkannya. Kujamin kau akan aman." "Lord Abe!" Shizuka tertawa pelan. "Bisakah aku mempercayaimu?" "Ambilkan lagi sake dan akan kutunjukkan seberapa banyak kau bisa mempercayaiku." Lantai bernyanyi saat Shizuka melangkah keluar ruangan dan menapaki lantai itu. Langkah lebih berat mengikutinya, dan Ando berkata, "Aku ingin melihat Shigeru menari lagi. Sudah setahun aku menantikan peristiwa ini." Begitu mereka berjalan ke tengah ruangan, aku lalu berlari mengelilingi tepi lantai dan meringkuk di dekat ' pintu ruang tunggu. Lantai tetap hening di bawah telapak kakiku. Ketika Shizuka berjalan melewatiku, Kenji menirukan suara jangkrik. Shizuka melangkah ke tempat yang gelap. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 33 Ando masuk ke ruangan tunggu, lalu berjalan ke ruang penjaga. Dengan marah dia berteriak membangunkan penjaga yang kelihatan seperti tertidur, dan di saat itulah Kenji mengait Ando dengan pengait besi. Aku masuk ke dalam, lalu membuka penutup kepalaku sambil memegang lampu agar dia dapat melihat wajahku. "Kau ingat aku?" bisikku. "Kau tahu siapa aku? Aku adalah pemuda dari Mino. Ini untuk orang-orang di desaku. Dan untuk Lord Otori." Matanya menunjukkan rasa tidak percaya dan juga marah. Aku tidak menggunakan Jato. Kupakai garrotte untuk membunuhnya, sementara Kenji memegangnya sedangkan Shizuka hanya menyaksikan. Aku berbisik pada Shizuka, "Di mana Iida?" Dia menjawab, "Dengan Kaede. Di kamar paling ujung. Aku akan menjaga Abe agar dia tidak keluar ruangan saat kau ke sana. Iida hanya berdua dengan Kaede. Jika ada masalah di sini, aku dan Kenji yang akan mengurusnya." Aku tidak memperhatikan apa yang dia katakan. Darahku yang semula terasa dingin, kini membeku. Aku menghela napas dalam-dalam, membiarkan kegelapan Kikuta masuk dan mengambil alih seluruh tubuhku, lalu aku berlari di atas nightingale floor. Di taman, hujan mendesis dengan lembut. Kodok-kodok bernyanyi di kolam. Aku mendengar napas para penghuni wanita yang masih tertidur lelap. Aku mencium wangi bunga, kayu pinus, dan juga bau sengit dari kamar mandi. Aku melayang melintasi lantai tanpa menggunakan berat tubuh, seperti hantu. Ada bayangan kastil di belakangku, di depanku ada sungai mengalir. Iida sedang menungguku. Ada lampu menyala di ruang kecil di kamar paling ujung. Jendela kayunya terbuka, tapi tirai dari kertas tertutup. Dari pantulan sinar jingga lampu, aku melihat seorang wanita sedang duduk tidak bergerak, rambutnya terurai. Dengan Jato di tangan, aku dorong jendela hingga terbuka lalu meloncat masuk ke dalam kamar. Kaede sedang berdiri dengan pedang di tangannya, penuh darah. Iida terbaring menelungkup di atas kasur. Kaede berkata. "Cara terbaik untuk membunuh laki-laki yaitu dengan menggunakan pedangnya. Itulah yang Shizuka ajarkan." KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 34 Matanya terbelalak, tubuhnya menggigil. Pemandangan ini hampir tak dapat dipercaya: seorang gadis muda dan lemah berdiri di samping seorang laki-laki kuat dan berkuasa yang tergeletak tanpa nyawa. Aku letakkan Jato ke lantai. Kaede menurunkan pedang Iida dan mendekatiku. "Takeo," ucapnya, seakan-akan baru terjaga dari mimpi. "Dia mencoba... Aku membunuhnya..." Kemudian ia berada dalam pelukanku. Kupeluk dia hingga gemetarnya berhenti. "Kau basah," bisiknya. "Kau tidak kedinginan?" Sebelumnya aku tidak merasa kedinginan, namun kini aku kedinginan, gemetar seperti dia. Iida sudah mati, tapi bukan aku yang membunuhnya. Aku merasa seperti telah mengkhianati pembalasan dendamku, tapi takdir tidak bisa diperdebatkan, takdir telah menentukan kematian Iida di tangan Kaede. Aku kecewa tapi juga lega. Kini aku dapat memeluk Kaede seperti yang selama ini kuimpikan. "Aku berharap mati malam ini," kata Kaede. "Kurasa kita berdua akan mati," kataku. "Tapi, kita akan mati bersama," dia bernapas di telingaku. "Tak akan ada yang datang ke kamar ini sebelum fajar." Suara dan sentuhannya membuatku sakit karena cinta dan gairah. "Kau menginginkan diriku?" katanya. "Kau tahu aku menginginkanmu." Kami jatuh berlutut, tetap berpelukan. "Kau tidak takut padaku? Bagaimana dengan apa yang terjadi pada laki-laki karenaku?" "Tidak. Kau tak berbahaya bagiku. Kau takut?" "Tidak," Kaede berkata dengan ragu. "Aku ingin bersamamu sebelum mati." Mulutnya bertemu dengan mulutku. Dia melepaskan korsetnya, dan kimononya pun jatuh terbuka. Aku melepas pakaianku yang basah dan menyentuh kulitnya yang selama ini sangat kurindukan. Tubuh kami bersentuhan, diliputi gairah dan kegilaan. Aku bisa mati bahagia setelah ini, namun ibarat sungai, hidup menyeret kami ke depan. Nampaknya keabadian segera berlalu karena beberapa saat kemudian aku mendengar lantai bernyanyi dan suara Shizuka berkata kepada Abe. Di kamar sebelah, seorang pelayan mengigau, diikuti tawa yang membuatku merinding. "Apa yang Ando lakukan?" tanya Abe. "Dia tertidur," jawab Shizuka terkekeh-kekeh. "Dia tidak bisa bertahan seperti Lord KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 35 Abe." Terdengar cairan bergelegak saat dituang dari botol ke mangkuk. Aku mendengar Abe meneguk. Aku mencium kelopak mata dan rambut Kaede. "Aku harus kembali ke Kenji," bisikku. "Aku tidak bisa meninggalkan dia dan Shizuka begitu saja." "Kenapa kita tidak mati bersama?" balasku, "Di saat kita bahagia?" "Kenji kemari karenaku," balasku. "Jika bisa menyelamatkan dia, maka aku harus melakukannya." "Aku ikut." Dia segera berdiri, memakai kimono, lalu mengambil pedang. Lampu meredup, nyaris padam. Di kejauhan, ayam mulai berkokok. "Jangan. Kau tunggu di sini. Aku akan menjemputmu kernari lalu kita keluar melalui taman. Kau bisa berenang?" Dia menggelengkan kepala. "Aku tak bisa berenang. Tapi, ada perahu di parit. Mungkin bisa kita gunakan." Kemudian aku mengenakan pakaian, merasa ngilu saat pakaian yang lembab menyentuh kulitku. Ketika aku mengambil Jato, pergelangan tanganku terasa sakit, pasti akibat salah satu pukulan tadi. Teringat untuk mengambil kepala Iida, aku lalu meminta Kaede untuk meregangkan leher Iida dengan menarik rambutnya. Dia melakukan apa yang aku pinta dengan sedikit tersentak. "Ini untuk Lord Shigeru," bisikku saat Jato menebas lehernya. Iida telah mengeluarkan banyak darah sehingga tidak ada darah yang menyembur. Kupotong kimono Iida untuk membungkus kepalanya, beratnya sama seperti berat kepala Shigeru saat aku serahkan pada Yuki. Aku seperti tidak percaya semua ini terjadi dalam semalam. Aku meletakkan bungkusan kepala di lantai, merangkul Kaede sekali lagi, lalu kembali berjalan di jalan yang sama waktu aku datang. Kenji masih di ruang penjaga, dan aku mendengar Shizuka tertawa-tawa kecil dengan Abe. Kenji berbisik, "Patroli sebentar lagi datang. Mereka akan menemukan mayat-mayat ini." "Sudah selesai," kataku. "Iida sudah mati." "Kalau begitu, ayo pergi. Aku akan membuat perhitungan dengan Abe." "Biarkan saja dia dengan Shizuka." "Kita juga harus membawa Kaede." KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 36 Kenji menatapku tajam. "Lady Shirakawa? Apa kau sudah gila?" Hampir gila, kurasa. Aku tak menjawab. Sebaliknya, aku sengaja melangkah di atas nightingale floor dengan menginjak keras-keras. Lantai langsung menjerit. Abe berteriak, "Siapa di sana?" Dia bergegas keluar ruangan tanpa kimono, dan pedang ada di tangannya. Dari belakang, datang dua orang penjaga, salah seorang membawa obor. Diterangi cahaya obor, Abe melihatku. Semula dia menatapku heran, tapi kemudian berubah menjadi tatapan menghina. Dia mendatangiku dengan cepat sehingga lantai bersuara keras sekali. Shizuka yang berada di belakangnya melompat dan menggorok seorang penjaga. Seorang penjaga lain kaget dan berusaha menarik pedangnya dengan gugup sehingga obor yang dia pegang terjatuh. Sambil berteriak meminta bantuan, Abe mendekat, pedang besar di tangannya. Dia menebas ke arahku. Aku mengelak. Dia sangat kuat sedangkan lenganku lemah karena sakit. Aku menghindar dari tebasannya yang kedua dan segera menghilang. Dia sungguh kuat dan buas. Kenji berada di sampingku, dan penjaga mulai berdatangan. Shizuka berhasil mengatasi dua dari mereka; Kenji meninggalkan sosok keduanya yang berada dalam ancaman pedang seorang penjaga, lalu menusuk dengan belatinya dari belakang. Perhatianku tercurah pada Abe yang telah mendesakku hingga di ujung bangunan. Para pelayan wanita terbangun dan berlari sambil menjerit, mengganggu Abe karena mereka berhamburan melewatinya. Ini memberiku kesempatan untuk memulihkan napas. Aku yakin kami bisa mengatasi para penjaga, asalkan Abe telah dilumpuhkan. Tapi ternyata Abe lebih mahir dan juga lebih berpengalaman dariku. Dia memojokkanku sampai ke sudut bangunan di mana tidak ada tempat lagi untuk mengelak. Aku kembali menghilangkan diri, tapi dia tahu kalau tak ada ruang bagiku untuk menghindar. Meskipun aku menghilang, pedangnya tetap saja dapat membelah tubuhku di sudut yang sempit itu. Namun ketika dia tampak telah menguasaiku, dia terhuyung-huyung dengan mulut menganga. Dia melotot, wajahnya menampakkan rasa sakit yang tak terkira. Saat itu pedangku sedang menebas ke bawah, dan tanpa bisa kutahan, mengenai kepala Abe yang merosot ke bawah. Otak menyembur dari kepalanya yang terbelah dua oleh Jato. Di depanku berdiri Kaede. Satu tangannya menggenggam pedang Iida, dan di tangan lainnya KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 37 kepala Iida. Kami bertarung secara berdampingan saat melintasi nightingale floor. Setiap kali menebas, aku langsung terhuyung kesakitan. Tanpa Kaede di samping kiriku, aku pasti sudah mati. Semua yang ada di depanku nampak kabur dan samar-samar. Aku mengira kabut dari arah sungai telah masuk rumah ini, tapi kemudian aku mencium bau asap. Obor penjaga yang jatuh saat ia menarik pedang telah membakar jendela yang terbuat dari kertas. Terdengar tangis dan jerit ketakutan di mana-mana. Para pelayan berlarian menghindari kobaran api, keluar dari rumah Iida menuju pintu kastil, sedangkan para penjaga justru datang dari arah yang berlawanan. Dalam bingung dan asap yang menutupi pandangan, kami pergi ke taman. Kobaran api telah melalap rumah Iida. Tak ada yang tahu di mana Iida berada atau apakah dia hidup atau sudah mati. Tak seorang pun tahu siapa penyerang kastil yang dianggap mustahil untuk diserang ini. Apakah penyerangnya manusia atau setan? Shigeru juga telah hilang. Apakah dia dibawa oleh manusia atau malaikat? Kini hujan mulai reda, tapi kabut semakin tebal seiring fajar yang kian mendekat. Shizuka memimpin kami melalui taman ke gerbang dan menuruni anak tangga ke parit. Para penjaga berdatangan. Dalam keadaan kacau dan bingung, di antara mereka sendiri hampir terjadi perkelahian. Dari dalam kastil kami mencapai gerbang dengan mudah lalu naik ke salah satu perahu, dan melepas talinya. Parit terhubung dengan sungai melalui rawa yang kami lintasi sebelumnya. Di belakang kami, kastil telah dilalap api. Kertas-kertas jendela yang telah menghitam karena terbakar, berterbangan dan berjatuhan di rambut kami. Sungai bergelombang, dan ombak membentur perahu kayu saat arus membawa kami ke sungai itu. Perahu yang kami naiki hanyalah perahu biasa, dan aku cemas perahu ini akan terbalik jika arus semakin liar. Di depan terlihat tiang jembatan. Aku sempat berpikir perahu akan menabrak tiang-tiang itu, tapi untungnya perahu berlayar melewatinya, dan sungai pun membawa kami melaju melalui kota. Tak seorang pun di antara kami yang bersuara. Kami masih tegang, terbebani oleh konfrontasi yang baru saja terjadi, dan ditaklukkan oleh ingatan tentang mereka yang telah kami kirim ke alam lain, tapi kami juga gembira karena bukan kami yang menjadi korban. Setidaknya, itu yang kurasakan. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 38 Aku mendekat ke buritan dan berusaha mendayung, tapi arus terlalu deras untuk menggerakkan perahu. Kami terpaksa pasrah ke mana pun arus membawa kami. Kabut berubah putih seiring datangnya fajar, tapi pandangan kami masih terbatas. Selain kobaran api dari arah kastil, yang lainnya tidak terlihat. Aku mendengar bunyi aneh, bukan bunyi sungai. Bunyi itu seperti -gemuruh, seolah berasal dari kerumunan serangga yang terbang merendah di atas kota. "Kau dengar itu?" tanyaku pada Shizuka. Dia mengerutkan dahi. "Bunyi apa itu?" "Aku tidak tahu." Cahaya mentari yang cerah menghapus kabut. Dengungan dan dentuman dari tepi sungai kian keras, sampai akhirnya bunyi itu berubah menjadi bunyi yang aku kenal: derap kaki ribuan orang dan kuda, serta gemerincing besi yang bersentuhan. Nampak warnawarni berkilauan di hadapan kami melalui sela-sela kabut, lambang dan umbul-umbul klan Barat. "Arai sudah di sini!" teriak Shizuka. Ada beberapa kejadian pada saat Inuyama direbut, tapi aku tidak mengambil bagian lebih jauh di dalamnya sehingga aku tidak tahu detailnya. Aku tidak menyangka masih hidup. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Telah kuserahkan hidupku pada Tribe, tapi masih ada kewajiban yang harus kulakukan demi Shigeru. Kaede tidak mengetahui perjanjianku dengan Kikuta. Karena aku adalah Otori, pewaris Shigeru, maka sudah menjadi kewajibanku untuk menikahinya, dan memang itulah yang paling kuinginkan. Sedangkan bila aku menjadi bagian Kikuta, Lady Shirakawa akan menjadi sulit dijangkau, sama jauhnya seperti jarak ke bulan. Apa yang terjadi pada kami berdua bagai mimpi. Jika aku mengenangnya, aku merasa malu sehingga, seperti seorang pengecut, aku membuang jauh pikiran itu. Setelah perahu menepi, kami langsung pergi ke rumah Muto, tempatku disekap, untuk mengganti pakaian dan mengambil sedikit bekal. Shizuka segera pergi menemui Arai, meninggalkan Kaede dengan seorang wanita di rumah ini. Aku tak ingin bicara dengan Kenji atau siapa pun juga. Aku ingin ke Terayama dan KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 39 meletakkan kepala Iida di makam Shigeru. Aku harus melakukan dengan cepat, sebelum Kikuta menjemputku. Aku sadar telah melanggar janjiku pada ketua dari keluargaku saat kembali lagi ke kastil setelah membawa Shigeru. Dan meskipun bukan aku yang membunuh Iida, tapi semua orang akan menganggap bahwa aku yang melakukannya, dan itu tidak sesuai dengan keinginan Tribe. Aku tidak bisa mengabaikan bahaya besar yang mengancam Kaede. Aku tak bermaksud untuk melanggar selamanya. Aku hanya perlu tambahan waktu sedikit lagi. Cukup mudah bagiku untuk menyelinap di saat keadaan sedang kacau. Aku ke penginapan, tempat aku dan Lord Shigeru menginap. Pemiliknya telah kabur dengan membawa semua barang mereka, tapi masih banyak barang kami yang tertinggal di kamar itu, termasuk beberapa sketsa yang kubuat saat di Terayama dan kotak tulis yang Lord Shigeru gunakan untuk menulis surat terakhirnya untukku. Aku pandangi semua itu dengan sedih. Jeritan kesedihan semakin keras di hatiku. Aku seperti dapat merasakan kehadiran Lord Shigeru di kamar ini, melihat dia sedang duduk menungguku di depan pintu, tapi aku tidak juga datang. Tak banyak yang kubawa, hanya beberapa pakaian, sedikit uang, dan kudaku, Raku. Kuda Shigeru, Kyu, telah hilang seperti juga sebagian besar kuda pengawal Otori lain, tapi Raku masih di sana, gelisah karena asap telah menyelimuti seluruh kota. Dia lega melihatku. Aku memasang pelana, lalu berkuda keluar dari kota, bergabung dengan gelombang manusia yang berusaha lari dari pasukan bersenjata yang mendekat. Aku hanya tidur sebentar di malam hari. Cuaca cerah, dan kering diiringi tanda-tanda musim gugur. Gunung memperlihatkan puncaknya dengan latar belakang langit yang berwarna biru cemerlang. Beberapa pohon memperlihatkan daunnya yang keemasan, dan rumput liar mulai berbunga. Mungkin pemandangan saat ini cukup indah, tapi aku tak menikmati keindahannya. Aku sedang berduka, aku seakan tak mampu berjalan. Aku hanya ingin kembali ke Hagi, kembali ke waktu di mana Shigeru masih hidup, sebelum kami pergi ke Inuyama. Di sore hari keempat, ketika aku baru saja melewati Kushimoto, aku menjadi waspada karena berbondong-bondong orang datang dari arah yang berlawanan. Aku bertanya pada petani yang sedang menuntun kuda beban, "Ada apa?" KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 40 "Biarawan! Pasukan!" Dia berteriak membalas. "Yamagata sudah jatuh ke tangan mereka. Pasukan Tohan melarikan diri. Mereka mengatakan Lord Iida sudah mati!" Aku menyeringai, membayangkan apa yang dia lakukan bila melihat apa yang kubawa. Aku sedang memakai pakaian perjalanan, tak ada simbol mana pun. Tak ada yang tahu siapa aku, dan aku pun tak tahu kalau namaku sudah terkenal. Mendengar ada suara-suara orang bersenjata yang berada jauh di depan, aku menghindar dengan membawa Raku ke dalam hutan. Aku tak ingin kehilangan kudaku atau terlibat perang kecil dengan pasukan Tohan yang mundur. Mereka bergerak cepat, tentu saja, sambil berharap bisa mencapai Inuyama sebelum terkejar pasukan biarawan, tapi kurasa mereka akan berhenti di Kushimoto dan bertahan di sana. Pasukan Tohan berlalu-lalang selama sisa hari itu. Aku melanjutkan perjalanan ke utara melalui hutan, menghindari mereka sebisa mungkin, walaupun dua kali aku harus mengeluarkan Jato untuk membela diri. Pergelangan tanganku masih terasa sakit bila digerakkan. Saat matahari terbenam, aku kian gelisah—aku takut misiku tidak berhasil. Aku takut tidur karena keadaan masih berbahaya. Aku berkuda semalaman dan hanya ditemani bulan purnama, Raku berjalan dengan santai, satu telinga ke depan, satu telinga ke belakang. Fajar telah menyingsing dan aku melihat siluet gunung yang mengelilingi Terayama. Aku akan tiba di sana sebelum malam tiba. Melihat ada kolam di tepi jalan, aku berhenti untuk memberi kesempatan pada Raku untuk minum. Matahari kian meninggi, kehangatannya membuatku mengantuk. Kuikat Raku ke pohon dan aku melepas pelana untuk dijadikan bantal. Aku berbaring dan langsung tertidur. Aku terbangun karena tanah bergetar. Aku berbaring sejenak sambil melihat cahaya jatuh ke kolam, mendengarkan gemericik air serta langkah kaki ratusan orang mendekat. Aku berdiri untuk membawa Raku lebih jauh ke dalam hutan untuk bersembunyi, namun di saat aku mendongak, aku tahu kalau itu bukan pasukan Tohan. Pasukan ini memakai baju besi, membawa senjata, dan membawa umbul-umbul lambang Otori dan biara Terayama. Ada beberapa orang gundul, orang yang tidak memakai pelindung kepala, dan di barisan paling depan aku mengenali biarawan muda yang pernah menunjukkan lukisan Sesshu kepada kami. "Makoto!" aku memanggil, mendaki tepi sungai ke arahnya. Dia berbalik, pandangan gembira dan heran terlihat di wajahnya. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 41 "Lord Otori? Itukah kau? Kami takut kau juga mati. Kami hendak membalas dendam atas kematian Lord Shigeru." "Aku hendak ke Terayama," kataku. "Aku membawa kepala Iida untuk Shigeru, seperti yang dia minta." Matanya sedikit membesar. "Iida mati?" "Ya, dan Inuyama telah jatuh ke tangan Arai. Kau akan bertemu pasukan Tohan di Kushimoto." "Maukah kau ikut bersama kami?" Tugasku hampir selesai. Aku harus segera menunaikan wasiat Lord Shigeru, lalu menghilang ke dunia rahasia Tribe. "Kau baik-baik saja?" tanyanya. "Kau tidak terluka?" Aku menggelengkan kepala. "Aku hendak meletakkan kepala Iida di atas makam Shigeru." Mata Makoto nampak bersinar. "Ayo tunjukkan!" Kuambil keranjang itu dan membukanya. Baunya sangat menyengat dan banyak lalat di sekitar darah. Makoto mengambil kepala itu dengan menggenggam rambutnya, lalu melompat ke atas batu besar di sisi jalan, dan mengangkat tinggi-tinggi ke arah para biarawan yang berkumpul melingkar. "Lihatlah apa yang dibawa Lord Otori!" teriaknya, dan semua orang membalas dengan bersorak. Gelombang emosi melanda mereka. Namaku disebut berulang-kali, dan seolah pikiran mereka menyatu, mereka menyembah di depanku. Kenji benar: Semua orang mencintai Shigeru—para biarawan, petani, klan Otori—dan karena aku sudah membalaskan dendamnya, maka cinta itu dialihkan kepadaku. Perlakuan mereka semakin menambah bebanku. Aku tak ingin dipuja berlebihan. Aku tidak layak mendapatkan semua itu, dan aku sedang tidak menikmatinya. Kuucapkan salam perpisahan kepada semua biarawan, mendoakan keberhasilan mereka, lalu aku melanjutkan perjalanan. Kepala Iida telah kumasukkan lagi ke dalam keranjang. Tak ingin aku pergi sendiri, mereka meminta Makoto menemaniku. Dia menceritakan kedatangan Yuki di Terayama dengan membawa kepala Shigeru, dan mereka telah menyiapkan upacara pemakaman. Yuki pasti telah berjalan siang dan malam agar bisa sampai KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 42 di Terayama secepatnya. Aku sangat berterima kasih padanya. Menjelang malam kami tiba di biara. Dipimpin oleh biarawan tua, biarawan yang tak ikut berperang membacakan doa untuk Shigeru, dan ada batu nisan di makamnya. Aku berlutut di dekat batu nisan itu, lalu kuletakkan kepala Iida di atas makam Lord Shigeru. Dalam keremangan, batu-batu di taman Sesshu nampak seperti sekumpulan orang yang sedang berdoa. Gemuruh air terjun tampak lebih keras dari biasanya. Di balik bunyi gemuruh itu, aku mendengar bunyi dari pepohonan cedar saat angin sepoi-sepoi menggerakkan mereka. Jangkrik melengking dan kodok mengorek dari kolam di bawah air terjun. Aku mendengar kepakan sayap, dan melihat seekor burung hantu menukik melintasi taman pemakaman. Tidak lama lagi burung itu akan berimigrasi; tidak lama lagi musim semi akan berakhir. Di sinilah tempat yang indah untuk roh Shigeru beristirahat. Aku berlutut di makam, air mataku mengalir. Aku teringat dia pernah mengatakan bahwa hanya anak-anak yang menangis. Laki-laki dewasa akan tabah, katanya, namun yang tidak dapat kuterima yaitu aku harus menjadi dewasa dan menggantikan tempatnya. Aku dihantui perasaan bersalah karena memenggal kepalanya, apalagi dengan pedang miliknya. Aku bukan pewarisnya: akulah yang membunuhnya. Aku sangat merindukan rumahku, aku merindukan alunan nyanyian sungai dan alam di Hagi. Aku ingin melantunkan nyanyian itu pada anak-anakku. Aku ingin mereka tumbuh dalam naungan lembut rumah itu. Aku bermimpi Kaede akan menyiapkan teh di ruangan yang Shigeru bangun, dan anak-anak kami akan berusaha menaklukkan nightingale floor. Di malam hari kami bisa melihat bangau yang datang ke taman, siluetnya yang berwarna abu-abu berdiri sabar di kolam. Dari taman terdengar alunan seruling. Nadanya menusuk hatiku. Rasanya aku akan selalu bersedih. Hari-hari berlalu, namun aku tak mampu meninggalkan biara ini. Setiap hari aku merasa harus segera pergi, namun setiap hari pula aku menangguhkan. Aku sadar bahwa biarawan tua dan Makoto mencemaskan keadaanku, tapi mereka membiarkan aku sendiri, kecuali saat mengingatkan aku untuk makan, mandi, atau tidur. Setiap hari orang-orang datang untuk berdoa di makam Shigeru. Awalnya hanya segelintir orang, kemudian membanjir, pasukan yang telah kembali, para biarawan, petani, dan KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 43 pedagang yang dengan hikmat mengelilingi batu nisan, bersujud di depan makamnya dengan wajah yang dibasahi air mata. Shigeru benar: dia bahkan lebih kuat dan lebih dicintai saat dia telah tiada. "Dia akan menjadi dewa," biarawan tua itu meramalkan. "Dia akan bergabung dengan yang lainnya di surga." Malam demi malam aku selalu bermimpi tentang Shigeru, seperti saat terakhir aku melihatnya, sosoknya yang coreng-moreng karena air dan darah, lalu aku terjaga, jantungku berdebar. Di saat terbangun aku mendengar alunan seruling, aku mencari nada memilukan itu karena aku berbaring tanpa bisa tidur. Alunan musik itu membuatku pedih sekaligus terhibur. Bulan nampak pucat; malam kian gelap. Kami mendengar kemenangan pasukan biarawan di Kushimoto dari mereka yang pulang. Kehidupan di biara kembali normal, upacara ritual dilakukan untuk mendoakan mereka yang gugur dalam perang. Lalu ada kabar bahwa Lord Arai, yang kini menjadi penguasa di sebagian besar Tiga Wilayah, akan datang ke Terayama untuk memberi penghormatan di makam Shigeru. Malam itu, sewaktu mendengar alunan seruling, aku berjalan untuk berbicara dengan si peniup. Dia adalah, seperti yang kuduga, Makoto. Aku sangat tersentuh karena dia telah menemaniku disaat aku sedang berduka. Dia duduk dekat kolam, di tempat ini kadang aku melihat dia sedang memberi makan ikan. Dia terus meniup suling hingga nada terakhir lalu meletakkan serulingnya. "Kau sudah harus mengambil keputusan sebelum Arai tiba," katanya. "Apa rencanamu?" Aku duduk di sampingnya. Embun membasahi bebatuan dan tanaman. "Apa yang harus kulakukan?" "Kaulah pewaris Shigeru. Kau harus meneruskan apa yang telah dia tinggalkan." Dia berhenti, kemudian dia berkata. "Tapi itu tidak mudah, kan? Ada sesuatu yang memanggilmu." "Bukan memanggil. Tapi memaksa. Aku dalam suatu kewajiban... aku sulit menjelaskannya." "Coba saja," katanya. "Kau tahu aku memiliki pendengaran yang tajam. Seperti anjing, kau pernah mengatakannya." KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 44 "Tidak seharusnya aku berkata seperti itu. Kata-kataku telah menyinggungmu. Maaf." "Tidak, kau memang benar. Berguna bagi tuanmu, katamu. Aku memang berguna bagi tuanku, dan mereka itu bukanlah Otori." "Tribe?" "Kau tahu mereka?" "Hanya sedikit," ujarnya. "Kepala biara pernah menyebut tentang mereka." Saat itu aku merasa Makoto seperti sedang menungguku untuk bertanya. Tapi, aku tidak tahu apa yang akan kutanyakan karena aku larut dalam pikiran dan keinginan untuk menjelaskannya. "Ayahku anggota Tribe, dan bakat yang kumiliki adalah warisannya. Mereka merasa berhak atas diriku. Aku membuat kesepakatan dengan mereka: aku diijinkan menyelamatkan Lord Shigeru, dan imbalannya aku harus bergabung dengan mereka." "Apa hak mereka menuntut imbalan karena kau adalah pewaris sah Shigeru?" dia berkata, kesal. "Jika aku lari, mereka akan membunuhku," balasku. "Mereka yakin kalau mereka memiliki hak itu, dan karena aku telah membuat penawaran, berarti aku juga mempercayainya. Kini hidupku menjadi milik mereka." "Kau membuat kesepakatan dalam keadaan yang terpaksa," katanya. "Tak ada kewajiban bagimu untuk menepatinya. Kau adalah Otori, Takeo. Kurasa kau tak sadar betapa terkenalnya kau kini, betapa besar arti namamu." "Akulah yang membunuhnya," kataku, dan karena malu, air mataku mengalir lagi. "Aku tidak bisa memaafkan diriku. Aku tak mampu menyandang namanya. Dia mati ditanganku." "Kau memberinya kematian yang terhormat," kata Makoto berbisik. "Kau telah memenuhi semua kewajiban seorang anak kepada ayahnya. Itu sebabnya orang-orang sangat mengagumi dan memujamu. Dan juga karena kau telah membunuh Iida. Kini kau sudah menjadi legenda." "Belum semua kewajiban kupenuhi," balasku. "Kedua pamannya, yang merencanakan semua ini bersama Iida, lolos dari hukuman. Dan permintaan Lord Shigeru untuk menjaga Lady Shirakawa, yang menderita atas kesalahan yang tidak dia lakukan, tidak bisa kupenuhi." "Itu bukanlah suatu beban yang besar," katanya sambil menatapku ironis, dan aku merasa KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 45 darah menjalar di wajahku. "Aku melihat tangan kalian saling bersentuhan," katanya, dan setelah diam, dia melanjutkan "Aku memperhatikan." "Ingin rasanya kupenuhi harapan Shigeru, tapi aku merasa tidak pantas. Dan, aku terikat oleh janjiku pada Tribe." "Janji bisa dilanggar, jika kau mau." Makoto mungkin benar. Namun Tribe tidak akan membiarkan aku hidup. Selain itu, aku tidak bisa menyembunyikan satu hal dari diriku: sesuatu dalam diri ini menyeretku ke mereka. Aku selalu teringat bagaimana Kikuta memahami sifatku. Aku tahu sisi terdalam diriku. Ingin kuungkapkan isi hatiku, tapi itu berarti aku harus menceritakan semuanya, sedangkan aku tak boleh mengatakan kalau aku lahir dalam kaum Hidden pada biarawan yang menjadi pengikut Sang Pencerah. Aku telah melanggar semua ajarannya. Aku sudah banyak membunuh. Taman begitu hening sehingga obrolan kami bisa terganggu hanya oleh percikan air akibat gerakan ikan. Makoto memelukku. "Apa pun keputusanmu, kau harus membuang semua dukamu," katanya. "Kau telah melakukan yang terbaik. Lord Shigeru pasti bangga padamu. Ini saatnya kau harus memaafkan dan bangga pada dirimu!" Perkataan serta sentuhannya membuat air mataku berlinang. Dalam rangkulannya, aku merasa hidup kembali. Dia telah menarikku dari jurang dan membuatku ingin hidup lagi. Sejak itu, aku bisa tidur nyenyak tanpa bermimpi buruk lagi. Arai datang hanya diiringi beberapa pengawal dan lebih dari dua puluh orang. Sebagian besar pasukannya dia tinggalkan untuk menjaga keamanan di Timur. Dia bermaksud melanjutkan perjalanan dan menentukan perbatasan sebelum musim dingin tiba. Arai bukan orang yang sabar; saat ini dia sangat bersemangat. Dia lebih muda dari Lord Shigeru, sekitar dua puluh enam tahun, dan dia sedang berada pada masa puncak sebagai seorang laki-laki, laki-laki besar yang pemarah dan berkemauan baja. Dia tidak menyembunyikan keinginannya untuk menjadikanku sebagai sekutunya untuk melawan klan Otori yang dipimpin oleh kedua paman Lord Shigeru. Dia bahkan telah memutuskan untuk menikahkan aku dengan Kaede. Kaede datang bersamanya, karena adat-istiadat memaksa dia untuk berziarah ke makam Shigeru. Arai mengharuskan aku dan Kaede tetap di biara saat dia menyusun rencana pernikahan kami. Shizuka yang selalu menemani Kaede sempat berbicara denganku secara KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 46 pribadi. "Aku tahu kita akan bertemu di sini," katanya. "Kikuta marah sekali, namun pamanku memintanya untuk memberimu waktu. Dan waktumu kini sudah habis." "Aku akan segera menemui mereka," balasku. "Mereka akan menjemputmu malam ini." "Lady Shirakawa tahu?" "Aku telah mengatakan padanya dan aku juga telah mengingatkan Arai," suara Shizuka terdengar berat karena frustasi. Arai memiliki rencana yang berbeda. "Kaulah pewaris Shigeru yang sah," katanya, saat aku dan dia duduk di ruang tamu biara setelah dia menyambangi makam Shigeru. "Tepat sekali bila kau menikahi Lady Shirakawa. Kita amankan Maruyama untuknya, lalu kita alihkan perhatian pada Otori saat musim semi. Aku perlu sekutu di Hagi." Dia mengamati wajahku. "Aku tidak keberatan mengatakan bahwa reputasimu yang membuatku ingin bersekutu denganmu." "Lord Arai sungguh dermawan," balasku. "Tapi, ada pertimbangan lain yang membuatku tidak mampu memenuhi keinginanmu itu." "Jangan bodoh," katanya singkat. "Aku yakin sekali keinginanku dan keinginanmu sama." Kepalaku kosong: Pikiranku melayang seperti burung dalam lukisan Sesshu. Aku tahu Shizuka mendengar dari luar. Arai adalah sekutu Shigeru; dia telah melindungi Kaede; dan kini dia berhasil menaklukkan sebagian besar Tiga Wilayah. Jika aku berhutang kesetiaan pada seseorang, maka orang itu adalah Arai. Sulit rasanya menghilang tanpa memberinya penjelasan. "Semua yang aku lakukan berkat bantuan Tribe," kataku pelan. Wajahnya merona, tapi dia diam. "Aku telah berjanji pada mereka untuk meninggalkan nama Otori dan pergi bersama mereka." "Memangnya siapa Tribe itu?" Dia meledak. "Ke mana pun aku berpaling, aku selalu berlari ke arah mereka. Mereka seperti tikus-tikus di lumbung padi. Bahkan mereka begitu dekat...!" "Kami tak akan mampu mengalahkan Iida tanpa bantuan mereka," kataku. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 47 Dia menggelengkan kepala dan menarik napas. "Aku tak ingin mendengar omong kosong ini lagi. Kau diangkat anak oleh Shigeru, kau adalah Otori, kau harus menikahi Lady Shirakawa. Ini perintah." "Lord Arai." Aku menyembah, sadar kalau aku tak bisa memenuhi permintaannya. Kaede langsung ke rumah tamu khusus untuk wanita setelah menyambangi makam sehingga aku tidak sempat berbicara dengannya. Sebenarnya ingin sekali aku bertemu dengannya, tapi aku takut. Aku takut akan menyakitinya dan, lebih buruk lagi, aku tak sanggup menyakitinya. Malam itu, karena tidak bisa tidur, aku keluar dan duduk di taman. Aku ingin menyendiri. Aku akan ikut dengan Kikuta saat dia datang malam ini, tapi aku tak sanggup menyingkirkan kenanganku bersama Kaede, melihat dia di sisi mayat Iida, perasaan saat kami saling bersentuhan, dan kondisinya yang rapuh. Membayangkan kalau aku tak akan dapat merasakan perasaan seperti itu sangatlah menyakitkan, membuatku sulit bernapas. Aku tersadar dari lamunan saat mendengar ada langkah kaki. Shizuka menyentuh bahuku dan berbisik, "Lady Shirakawa ingin bertemu." "Aku tak mau," balasku. "Mereka akan datang sebelum fajar," kata Shizuka. "Aku telah mengatakan pada Kaede bahwa Tribe tak akan menarik pengakuan mereka padamu. Bahkan, karena ketidakpatuhanmu di Inuyama, ketua sudah memutuskan jika kau menolak ikut bersama mereka malam ini, kau akan mati. Kaede hanya ingin mengucapkan salam perpisahan." Aku mengikutinya. Kaede sedang duduk di ujung beranda, tubuhnya bersinar remangremang dilatarbelakangi cahaya bulan. Aku dapat mengenali siluetnya di mana pun juga, bentuk kepala, bahu, cara bergeraknya saat dia melirik kepadaku. Sinar rembulan berkilauan di matanya, membuat sepasang matanya terlihat seperti kolam air di pegunungan saat salju melapisi seluruh dataran, dan dunia hanyalah putih dan abu-abu. Aku berlutut di depannya. Dari kayu yang berwarna keperakan tercium bau hutan dan kuil, getah dan dupa. "Shizuka mengatakan kau akan pergi, dan tak mau menikahiku." Dia berkata dengan suara yang rendah dan bingung. "Tribe tidak mengijinkan aku melakukan itu. Aku tidak—tidak akan bisa—menjadi ketua klan Otori." KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 48 "Tapi, Arai akan melindungimu. Tidak ada yang bisa menghalangi kita." "Aku telah membuat kesepakatan dengan ketua dalam keluargaku," kataku. "Kini hidupku menjadi milik mereka." Aku teringat pada ayahku yang berusaha lari dari takdir darahnya sehingga mati terbunuh. Aku tidak memikirkan kesedihanku bisa lebih dalam lagi, tapi pikiran itu menyeretku ke suatu tingkat kesedihan baru. Kaede berkata, "Selama delapan tahun menjadi tawanan, aku tidak pernah memohon sesuatu pada seseorang. Ketika Iida Sadamu menyuruhku bunuh diri: aku tidak membantah. Saat dia hendak membunuhku: aku tidak meminta belas kasihannya. Tapi kini aku memohon padamu: jangan tinggalkan aku. Kumohon kau nikahi aku. Aku berjanji tak akan pernah lagi meminta apa pun pada siapa pun juga." Dia menyembah di hadapanku, kimono dan rambutnya menyentuh lantai dengan satu desisan lembut. Dapat kucium harum rambutnya. Rambutnya begitu dekat hingga mampu membelai tanganku. "Aku takut," bisiknya. "Aku hanya aman bila bersamamu." Kejadian ini lebih menyakitkan dari yang pernah kubayangkan. Dan yang lebih buruk lagi, aku tahu bila kami bersamanya, maka semua rasa sakit kami akan sirna. "Tribe akan membunuhku," kataku. "Ada yang lebih buruk dari mati! Bila mereka membunuhmu, aku akan bunuh diri dan ikut bersamamu." Dia meraih tanganku dan mencondongkan tubuhnya ke arahku. Matanya berkaca-kaca, tangannya kering dan panas, tulangnya serapuh tulang burung. Darahku mengalir cepat. "Jika tidak bisa hidup bersama, maka kita bila mati bersama." Suaranya bersemangat. Udara malam terasa membeku. Dalam lagu dan kisah cinta, banyak diceritakan tentang sepasang kekasih yang mati bersama demi cinta. Aku teringat kata-kata Kenji pada Shigeru: Kau jatuh cinta pada kematian, seperti yang biasa dilakukan oleh orang dari kalanganmu. Kaede berasal dari klas dan latar belakang yang sama dengan Lord Shigeru, berbeda denganku. Aku belum mau mati. Umurku belum delapan belas tahun. Diamku sudah menjadi jawaban baginya. Dia menatapku. "Aku tak akan mencintai orang lain selain dirimu," katanya. Kami belum pernah saling memandang secara langsung, biasanya kami hanya mencuri KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 49 pandang. Kini kami hanya berdua, dan kami bisa melihat ke dalam mata masing-masing tanpa rasa sungkan atau malu. Aku bisa merasakan rasa sakit dan rasa putus asanya. Ingin kulepas penderitaannya, namun aku tak kuasa memenuhi permintaannya. Selain bimbang, aku pun merasakan sesuatu kekuatan mengalir saat aku menggenggam erat kedua tangannya dan menatap matanya dalam-dalam. Pandanganku seakan membuat dia tenggelam. Dia menarik napas dan matanya menutup. Kaede terhuyung-huyung. Shizuka langsung melompat dari tempat gelap dan menangkap tubuhnya saat dia terjatuh. Kami membaringkan Kaede di lantai dengan hati-hati. Kaede tertidur pulas, sama seperti ketika Kikuta menatapku. Aku menggigil, tiba-tiba aku kedinginan. "Tidak pantas kau lakukan itu padanya," bisik Shizuka. Shizuka benar. "Aku tak berniat melakukan itu," kataku. "Belum pernah aku melakukan hal seperti itu pada orang. Hanya pada anjing." Dia menepuk lenganku. "Pergilah dengan Kikuta. Belajarlah mengendalikan kemampuanmu. Mungkin kau akan tumbuh dewasa di sana." "Apakah dia akan baik-baik saja?" "Aku belum tahu kemampuan Kikuta yang satu ini," kata Shizuka. "Aku pernah tertidur sehari semalam." "Siapa pun yang membuatmu tertidur, setidaknya dia tahu apa yang dia lakukan," balas Shizuka. Di kejauhan, di kaki gunung, aku mendengar ada orang berjalan mendekat: dua orang sedang berjalan perlahan, tapi tidak cukup perlahan bagiku. "Mereka datang," kataku. Shizuka mengangkat Kaede. "Selamat jalan, sepupu," ujarnya, masih ada kemarahan dalam suaranya. "Shizuka," aku memanggil ketika dia berjalan ke kamar. Dia berhenti sejenak, tanpa menoleh. "Kudaku, Raku—maukah kau usahakan agar Lady Shirakawa membawanya?" Hanya itu yang dapat kuberikan pada Kaede. Shizuka mengangguk, kemudian berjalan ke tempat gelap, hilang dari pandanganku. Aku mendengar pintu digeser, langkahnya di alas lantai, bunyi lantai saat dia membaringkan Kaede. KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 50 Aku kembali ke kamar dan mengumpulkan semua barang-barangku. Tidak ada barang yang berarti: hanya surat dari Shigeru, belati, dan Jato. Lalu aku berjalan ke biara, ke tempat Makoto bermeditasi. Aku menyentuh bahunya, dia bangkit dan berjalan keluar bersamaku. "Aku akan pergi," bisikku. "Jangan memberitahukan pada siapa pun sebelum fajar tiba." "Kau bisa tinggal di sini." "Mustahil." "Kalau begitu, datanglah kapan pun kau mau. Kau bisa bersembunyi di sini. Ada banyak tempat rahasia di gunung ini. Tak akan ada yang bisa menemukanmu." "Mungkin kelak aku akan membutuhkannya," kataku. "Aku ingin kau menjaga pedang ini untukku." Dia mengambil Jato. "Kini aku tahu kau akan kembali." Dia mengulurkan tangan dan menyentuh bahuku. Kepalaku ringan karena kurang tidur, sedih dan gairah. Ingin rasanya aku berbaring di pelukan seseorang, tapi langkah kaki yang sedang melintasi batu kerikil semakin dekat. "Siapa di sana?" Makoto berbalik, pedang siaga di tangannya. "Perlukah kubangunkan penghuni biara?" "Jangan! Mereka datang menjemputku. Lord Arai tidak boleh tahu." Mereka, mantan guruku Muto Kenji dan ketua Kikuta, menungguku di bawah cahaya rembulan. Mereka memakai pakaian perjalanan, tidak menonjol, bahkan terlihat miskin. Mereka lebih mirip dua bersaudara dari kalangan orang terpelajar atau golongan pedagang yang kurang berhasil. Mereka berdiri dengan waspada, otot mereka menunjukkan kekuatan fisik yang luar biasa, telinga dan mata yang tidak luput dari apa pun juga, kecerdasan yang membuat bangsawan seperti Iida dan Arai kikuk. Aku menyembah di hadapan ketua Kikuta hingga menyentuh debu tanah. "Berdirilah, Takeo," kata Kikuta dan, dengan mengejutkan, mereka merangkulku. Makoto menggenggam erat tanganku. "Selamat jalan. Aku tahu kita akan bertemu lagi. Hidup kita terikat bersama." "Tunjukkan makam Lord Shigeru," kata Kikuta dengan lembut. Jika bukan karena ulahmu, dia tak akan dikubur, pikirku tanpa pernah mengucapkannya. Malam yang tenang membuatku bisa menerima kalau takdir menentukan Lord Shigeru harus KISAH KLAN OTORI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id ACROSS THE NIGHTINGALE FLOOR LIAN HEARN BUKU PERTAMA 51 mati, sama seperti takdirnya bahwa kini dia telah menjadi dewa dan pahlawan bagi banyak orang. Akan banyak orang yang datang berziarah untuk mendoakannya, untuk memohon bantuan darinya, selama ratusan tahun ke depan-selama Terayama berdiri, mungkin untuk selamanya. Kami membungkuk hormat di depan batu nisan yang baru saja diukir. Apa yang ada di hati Kenji dan Kikuta? Aku memohon ampunan Shigeru, dan berterima kasih karena telah menyelamatkanku di Mino, serta mengucapkan salam perpisahan. Aku seperti mendengar suaranya dan melihat senyumnya yang tulus. Ranting dan dedaunan pohon cedar bergoyang diterpa angin, dan serangga malam terus menjaga irama nyanyiannya. Semua akan tetap seperti ini, musim panas demi musim panas, musim dingin demi musim dingin, bulan menghilang di barat, memberi kesempatan kepada bintang untuk menampakkan diri, dan tak lama kemudian bintang akan pasrah digantikan oleh terangnya sinar mentari. Matahari akan melewati puncak gunung, mendorong bayang-bayang pohon cedar, lalu menghilang lagi di balik bukit. Itulah dunia, dan manusia hidup di antara semua itu, antara gelap dan terang.*** Nantikan kelanjutan KISAH KLAN OTORI dalam buku : Grass for His Pillow