DIGITAL FORTRESS (BENTENG DIGITAL) DAN BROWN mjbookmaker by: http://jowo.jw.lt Hanya Menerbitkan Buktt a eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. nurulkariem@yahoo.com MR. Collection's Copyright © 1998, Dan Brown Diterjemahkan dari Digital Fortress karangan Dan Brown, terbitan St. Martin's Press, LLC, New York, Cet. ke-2, 2004 Hak terjemahan Indonesia pada Serambi Dilarang mereproduksi atau memperbanyak baik seluruh maupun sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit Penerjemah: Ferry Halim Penyunting: Hendry M. Tanaja dan Zaki Peaba Pewajah Isi: Fadly PT SERAMBI ILMU SEMESTA Anggota IKAPI Jin. Kemang Timur Raya No. 16, Jakarta 12730 www.serambi.co.id; info@serambi.co.id Edisi Soft Cover Cetakan V: Juni 2006 Cetakan IV: Juni 2006 Cetakan III: Mei 2006 Cetakan II: Mei 2006 Cetakan I: Mei 2006 ISBN: 979-16-0091-0 Dicetak oleh Percetakan PT. Ikrar Mandiriabadi, Jakarta Isi diluar tanggung jawab percetakan Untuk kedua orangtuaku ... Pembimbingku dan pahlawanku Untuk KMR, Hidup ini Terasa Sepi Tanpamu.... "Janganlah menyembah jikalau tidak mengetahui siapa yang disembah, jika engkau tidak mengetahui siapa yang disembah akhirnya cuma menyembah ketiadaan, suatu sembahan yang sia-sia." (Syekh Siti Jenar) * * * * * * a PROLOG PLAZA DE ESPAGA SEVILLA, SPANYOL 11:00 siang Konon, dalam kematian, segalanya menjadi jelas. Sekarang Ensei Tankado tahu bahwa hal itu benar. Sambil mencengkeram dadanya dan terjatuh ke tanah kesakitan, lelaki itu menyadari kengerian akibat kesalahan yang dibuatnya. Orang-orang bermunculan dan berkerumun di sekitar Ensei Tankado. Mereka mencoba menolongnya. Tetapi Tankado tidak menginginkan pertolongan—sudah terlambat. Tankado gemetar, mengangkat tangan kirinya, dan mengulurkan jari-jarinya. Lihatlah tanganku! Wajah-wajah di sekitarnya menatap dirinya, tetapi dia tahu mereka tidak mengerti. Pada jari Tankado terdapat sebuah cincin emas berukir. Untuk sejenak, ukiran pada cincin itu berkilau di bawah matahari Andalusia. Ensei Tankado sadar bahwa itu adalah cahaya terakhir yang dia lihat.[] D I G I T A L FORTRESS 7 1 MEREKA BERADA di Smoky Mountains, di penginapan favorit mereka. David sedang tersenyum pada Susan. "Apa pendapatmu, Manis? Mau menikah denganku?" Sambil menengadah dari tempat tidur berkelambu mereka, Susan tahu bahwa Davidlah orangnya. Selamanya. Pada saat menatap ke dalam mata kekasihnya itu yang berwarna hijau tua, Susan mendengar bunyi lonceng yang memekakkan telinga di suatu tempat di kejauhan, dan pria itu pun menjauh. Susan berusaha menggapai David, tetapi tangannya hanya menggapai kekosongan. Dering teleponlah yang membuat Susan terbangun dari mimpinya. Dengan terengahengah dan terduduk di atas tempat tidur, wanita itu menggapai gagang teleponnya. "Halo?" "Susan, ini David. Apakah aku telah membangunkanmu?" Susan tersenyum dan berguling di tempat tidurnya. "Aku baru saja bermimpi tentang kamu. Kemarilah dan bermain cinta denganku." David tertawa. "Di luar masih gelap." D I G I T A L FORTRESS 9 "Mmm." Susan mengerang dengan sensual. "Kalau begitu kemarilah. Kita bisa main lebih lama sebelum berangkat." David mendesah kecewa. "Untuk itulah aku menelepon. Ini tentang perjalanan kita. Aku terpaksa menundanya." Susan mendadak tersadar sepenuhnya. "Apa!" "Aku sangat menyesal. Aku harus keluar kota. Aku akan kembali besok. Kemudian, kita bisa berangkat pagi-pagi sekali. Kita masih punya dua hari." "Tapi aku sudah memesan kamar," kata Susan dengan perasaan terluka. "Aku berhasil mendapatkan kamar yang pernah kita tempati di Stone Manor." "Aku tahu, tapi—" "Malam ini seharusnya menjadi istimewa—perayaan enam bulan pertemuan kita. Kau masih ingat kan bahwa kita telah bertunangan?" "Susan," David mendesah. "Aku benar-benar tidak bisa membicarakan hal ini sekarang. Mobil jemputan sedang menungguku di luar. Aku akan meneleponmu dari pesawat dan menjelaskan semuanya." "Pesawat?" ulang Susan. "Apa yang sedang terjadi? Kenapa pihak universitas ...?" "Bukan universitas. Aku akan menelepon lagi dan menjelaskannya nanti. Aku harus pergi sekarang. Mereka sudah memanggilku. Aku akan menghubungimu. Aku janji." "David!" jerit Susan. "Apa yang—" Terlambat. David telah menutup teleponnya. Susan Fletcher berbaring selama beberapa jam. Dia menunggu David menelepon kembali. Tetapi telepon itu tidak berdering. SORE ITU, Susan terduduk dengan sedih di bak mandinya. Dia membenamkan dirinya di dalam air bersabun dan men- DAN 10 BROWN coba melupakan Stone Manor dan Smoky Mountains. Di manakah David berada? Susan bertanya-tanya. Kenapa David belum menelepon? Perlahan-lahan, air di sekeliling Susan berubah dari panas menjadi suam-suam kuku, dan akhirnya dingin. Susan baru saja akan keluar dari bak ketika telepon nirkabelnya berdering. Susan meloncat berdiri dan mencipratkan air ke lantai ketika dia berusaha meraih gagang telepon yang diletakkannya di wastafel. "David?" "Ini Strathmore," balas sebuah suara. Susan terkulai. "Oh." Susan tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. "Selamat sore, Komandan." "Mengharapkan pria yang lebih muda?" sang suara terkekeh. "Tidak, Pak," jawab Susan merasa malu. "Ini tidak seperti yang—" "Tentu saja." Pria itu tertawa. "David Becker adalah pria yang baik. Jangan sampai kehilangan dia." "Terima kasih, Pak." Suara sang komandan mendadak berubah menjadi serius. "Susan, aku menelepon karena aku membutuhkanmu di sini. Sekarang." Susan berusaha memusatkan perhatiannya. "Sekarang hari Sabtu, Pak. Biasanya kita tidak—" "Aku tahu," jawabnya dengan tenang. "Ini urusan darurat." Susan terduduk tegak. Darurat? Susan tidak pernah mendengar kata itu keluar dari mulut Komandan Strathmore. Sebuah urusan darurat? Di Crypto? Dia tidak bisa membayangkannya. "Y-ya, Pak." Susan terdiam sejenak. "Saya akan ke sana secepat mungkin." D I G I T A L FORTRESS 11 SUSAN FLETCHER berdiri dalam balutan sebuah handuk dan meneteskan air ke atas baju-baju yang terlipat rapi yang sudah disiapkan malam sebelumnya—celana pendek untuk biking, sebuah baju hangat untuk malam-malam di pegunungan yang sejuk, dan sebuah baju dalam yang khusus dibelinya untuk malam-malam tersebut. Dengan perasaan kecewa, dia pergi ke lemarinya untuk mengambil sebuah blus bersih dan rok. Sebuah urusan darurat? Di Crypto? Ketika turun ke lantai bawah, Susan bertanya-tanya bagaimana hari itu bisa bertambah buruk. Susan akan segera tahu.[] DAN 12 BROWN 2 TIGA PULUH ribu kaki di atas permukaan samudra yang tenang, David Becker menatap dengan sedih dari jendela lonjong kecil pesawat Learjet 60. Dia diberi tahu bahwa telepon di pesawat tidak berfungsi. Dan sekarang dia tidak bisa menghubungi Susan. "Apa yang sedang aku lakukan di sini?" David menggerutu. Tetapi jawabannya sederhana— ada orang-orang yang kepadanya kamu tidak bisa bilang tidak. "Mr. Becker," pengeras suara berderak. "Kita akan tiba setengah jam lagi." David Becker mengangguk sedih pada suara tak berwujud itu. Bagus. Dia menutup jendela dan mencoba untuk tidur. Tetapi dia hanya bisa memikirkan Susan. [] D I G I T A L FORTRESS 13 3 SEDAN VOLVO milik Susan berhenti di bawah bayangan pagar Cyclone yang menjulang setinggi sepuluh kaki dan berkawat duri. "Tolong identitas Anda." Susan menuruti petugas itu dan bersabar menunggu selama setengah menit. Petugas tersebut memeriksa kartu Susan dengan alat pembaca di komputernya. Akhirnya, petugas itu selesai. "Terima kasih, Ms. Fletcher." Pria itu tersenyum samar dan pintu gerbang pun terbuka. Setengah mil kemudian, Susan mengulangi prosedur yang sama di depan pagar berarus listrik. Ayo dong ... Aku kan sudah jutaan kali ke sini. Ketika Susan mendekati pos pemeriksaan terakhir, seorang penjaga kekar dengan dua ekor anjing penjaga dan sebuah senapan mesin melihat plat nomor mobilnya dan mengisyaratkan wanita itu untuk lewat. Susan menelusuri jalan Canine sejauh 250 yard dan melaju ke Kawasan Karyawan C. Tidak bisa dipercaya, pilar Susan. Dua puluh enam ribu karyawan DAN 14 BROWN dan dana sebesar 12 miliar dolar. Orang-orang pasti mengira perusahaan ini bisa melewati akhir pekan ini tanpa aku. Susan mengarahkan mobilnya ke tempat parkir pribadinya dan mematikan mesin. Setelah melintasi teras yang bertaman dan memasuki gedung utama, Susan melewati dua pos pemeriksaan internal lagi. Dia akhirnya sampai pada lorong tidak berjendela yang mengarah ke sayap baru. Sebuah kotak tempat mesin pembaca suara menghalangi jalannya. NATIONAL SECURITY AGENCY (NSA) Agensi Keamanan Nasional FASILITAS CRYPTO HANYA BAGI YANG BERKEPENTINGAN Seorang penjaga bersenjata menyapa Susan, "Selamat sore, Ms. Fletcher." Susan tersenyum lelah, "Hai, John." "Saya kira Anda tidak masuk hari ini." "Ya, saya juga." Susan bersandar ke depan sebuah mikropon berbentuk parabola. "Susan Fletcher," ucap Susan dengan jelas. Sebuah komputer dengan cepat mengonfirmasikan tingkat konsentrasi frekuensi suara wanita itu dan pintu pun terbuka. Susan melangkah masuk. SI PENJAGA mengagumi Susan saat wanita itu berjalan di atas lintasan semen. Penjaga itu memerhatikan bahwa mata Susan yang cokelat kekuningan dan tajam terasa begitu jauh hari ini, tetapi pipinya bersemu segar dan rambut sebahunya yang berwarna cokelat kemerahan tampak baru saja dikeringkan. Bau lembut bedak bayi Johnson mengikuti langkahnya. Mata si penjaga beralih ke badan Susan yang ramping—ke blus putihnya dengan BH yang samar-samar terlihat, kemudian D I G I T A L FORTRESS 15 ke rok selututnya yang berwarna cokelat muda, dan akhirnya ke arah kakinya ... kaki Susan Fletcher. Sulit membayangkan kaki-kaki itu menyangga IQ sebesar 170, pikir si penjaga. Penjaga itu menatap Susan cukup lama. Akhirnya, pria itu menggeleng-gelengkan kepalanya saat wanita genius itu menghilang di kejauhan. KETIKA SUSAN sampai di ujung lorong itu, sebuah pintu bundar yang mirip pintu lemari besi menghalangi jalannya. Pada pintu itu ada huruf-huruf besar: CRYPTO. Sambil mendesah, Susan meletakkan tangannya pada kotak sandi rahasia di dalam ceruk dan memasukkan lima angka PIN. Beberapa detik kemudian, lempengan baja seberat dua belas ton itu mulai berputar. Susan berusaha memusatkan perhatiannya, tetapi pikirannya selalu kembali pada pria itu. David Becker. Satu-satunya pria yang dia cintai. Sebagai profesor termuda di Universitas Georgetown dan ahli bahasa asing yang cemerlang, Becker hampir menyerupai seorang selebriti di bidang pendidikan. Lahir dengan kemampuan mengingat yang baik dan kegemaran akan bahasa, Becker menguasai enam dialek Asia dan juga bahasa Spanyol, Prancis, dan Italia. Karena padatnya peminat, para mahasiswa harus mengikuti kuliahnya tentang asal-usul kata dan ilmu bahasa sambil berdiri. Kadang-kadang dia pulang lebih lambat untuk menjawab pertanyaan yang bertubi-tubi. Dia berbicara dengan penuh wibawa dan semangat. Kelihatannya dia tidak sadar akan pandangan kagum mahasiswinya. David Becker berkulit gelap—seorang pemuda berperawakan keras, bermata hijau tajam, dan berotak cerdas. Rahangnya kokoh dan penampilannya tegap, mengingatkan Susan pada pahatan marmer. Dengan tinggi enam kaki, David DAN 16 BROWN Becker bergerak di atas lapangan squash lebih cepat daripada yang diperkirakan oleh para koleganya. Setelah menang telak atas lawannya, biasanya Becker membasahi kepalanya yang berjambul tebal dan berambut hitam di pancuran air minum. Dengan kepala yang masih basah dan menetes, David Becker biasanya mentraktir lawannya segelas jus buah dan sepotong roti bagel. Sebagaimana para profesor muda lainnya, penghasilan Becker cukup lumayan. Kadang-kadang, jika dia harus memperbaharui keanggotaan di klub squash-nya atau mengganti senar raket Dunlop tuanya, dia mencari penghasilan tambahan dengan bekerja untuk badan-badan pemerintahan di dalam dan sekitar Washington sebagai penerjemah. Pada salah satu kesempatan tersebutlah dia bertemu dengan Susan. Pada suatu pagi yang dingin selama liburan musim gugur, Becker baru saja lari pagi dan kembali ke apartemen dinasnya yang memiliki tiga kamar. Dia mendapati mesin penjawabnya sedang berkedip. Dia menenggak lebih dari satu liter jus jeruk sambil mendengarkan rekaman mesin penjawabnya. Pesan itu sama dengan kebanyakan pesan yang dia terima— sebuah badan pemerintahan meminta jasa penterjemahannya untuk beberapa jam pada pagi itu. Satu-satunya hal yang ganjil adalah, Becker tidak pernah tahu tentang badan itu sebelumnya. "Mereka bernama National Security Agency," kata Becker ketika menelepon beberapa koleganya untuk informasi lebih jauh. Jawabannya selalu sama. "Maksudmu National Security Council?" Becker memeriksa pesannya. "Bukan. Mereka bilang Agency, NSA." "Tidak pernah dengar tuh." D I G I T A L FORTRESS 17 Becker memeriksa daftar petunjuk GAO, tetapi tidak bisa menemukan apa-apa. Karena bingung, Becker menelepon salah seorang teman main squasb-nya, bekas analis politik yang sekarang bekerja sebagai petugas riset di perpustakaan Kongres. David Becker terkejut mendengar penjelasan temannya itu. Kelihatannya, NSA bukan saja ada, tetapi bahkan dianggap sebagai satu dari banyak organisasi pemerintah yang paling berpengaruh di seluruh dunia. NSA mengumpulkan data intelijen elektronik dari seluruh dunia dan melindungi informasi rahasia milik Amerika Serikat selama lebih dari separuh abad. Hanya tiga persen dari penduduk Amerika yang sadar akan keberadaan agensi tersebut. "NSA," kelakar temannya, "berarti 'No Such Agency (tidak ada agensi seperti itu).'" Dengan perasaan campur aduk antara was-was dan penasaran, Becker menerima tawaran dari agensi misterius tersebut. Dia mengendarai mobilnya sejauh 37 mil ke kantor pusat agensi itu yang luasnya mencapai 86 hektar dan tersembunyi di hutan di perbukitan Fort Meade, Maryland. Setelah melewati serangkaian pos pemeriksaan dan diberi kartu tamu hologram yang berlaku untuk enam jam, dia dikawal ke sebuah fasilitas riset yang mewah. Dia diberi tahu bahwa di tempat itulah dirinya akan menghabiskan siang itu untuk memberikan bimbingan bagi Divisi Kriptografi—sebuah kelompok elite yang terdiri atas jago-jago matematika yang lebih dikenal sebagai para kriptografer atau ahli pemecah sandi. Untuk satu jam pertama, para kriptografer seolah tidak menyadari kehadiran Becker. Mereka hilir mudik di sekeliling sebuah meja besar dan berbicara dalam bahasa yang tidak pernah didengar oleh Becker. Mereka berbicara tentang Urutan Sandi, Generator Pengurangan Otomatis, Kantung-kantung DAN 18 BROWN Varian, Protokol Pengetahuan Nol, Titik-titik Persekutuan. Becker berusaha memerhatikan dan akhirnya malah menjadi bingung. Para kriptografer itu mencoret simbol-simbol di atas kertas grafis, mempelajari hasil cetakan komputer, dan secara terus-menerus mengacu pada teks acak pada tampilan proyektor. Akhirnya, salah seorang kriptografer menjelaskan apa yang telah diperkirakan Becker. Teks acak tersebut adalah sebuah sandi—"sebuah teks sandi"—kumpulan angka dan huruf yang mewakili kata-kata rahasia. Tugas para kriptografer itu adalah mempelajari sandi tersebut untuk mendapatkan teks asli atau "teks jelas". NSA memanggil Becker karena mereka curiga teks asli itu ditulis dalam bahasa Mandarin. Becker diminta untuk menerjemahkan simbol-simbol itu setelah para ahli sandi itu selesai menguraikannya. Setelah dua jam, Becker berhasil menafsirkan serangkaian simbol Mandarin itu. Tetapi setiap kali dia memberikan hasil terjemahan kepada para kriptografer, mereka menggelengkan kepala dengan putus asa. Kelihatannya sandi itu tidak masuk akal. Karena ingin membantu, Becker memberi tahu bahwa semua karakter yang mereka tunjukkan kepadanya memiliki sifat yang sama—karakter-karakter itu juga merupakan bagian dari huruf Kanji. Serentak segala kebisingan di dalam ruangan D I G I T A L FORTRESS 19 itu mereda. Pria yang berwenang di situ, seorang perokok berat yang jangkung bernama Morante, menatap Becker dengan perasaan tidak percaya. "Maksudmu, simbol-simbol ini memiliki lebih dari satu makna?" Becker mengangguk. Dia menjelaskan bahwa Kanji adalah sistem penulisan dalam bahasa Jepang yang berasal dari karakter tulisan Cina yang dimodifikasi. Sejauh ini dia telah memberikan terjemahan dari bahasa Mandarin karena memang itulah yang diminta oleh para kriptografer. "Oh, Tuhan." Morante terbatuk. "Mari kita coba Kanji." Bagaikan sulap, segalanya cocok. Para kriptografer benar-benar tercengang, tetapi mereka tetap meminta Becker untuk menerjemahkan karakter-karakter tersebut secara acak. "Untuk keamanan Anda sendiri," kata Morante. "Dengan begini, Anda tidak tahu apa yang sedang Anda terjemahkan." Becker tertawa, namun kemudian dia sadar kalau yang lainnya tidak ikut tertawa. Setelah sandi itu akhirnya terpecahkan, Becker tidak tahu rahasia apa yang telah dia bantu pecahkan, tetapi satu hal sudah pasti—NSA benar-benar menganggap serius pemecahan sandi tersebut; karena cek di dalam kantongnya lebih banyak dari gaji sebulannya di universitas. Ketika Becker keluar melalui serangkaian pos pemeriksaan di koridor utama, jalan keluarnya dihalangi oleh seorang penjaga yang baru saja menaruh gagang telepon. "Mr. Becker, tolong tunggu sebentar." "Ada masalah apa?" Becker tidak menyangka pertemuan ini memakan waktu lama, dan sekarang dia akan terlambat untuk pertandingan squash Sabtu sore. DAN 20 BROWN Si penjaga mengangkat bahunya. "Ibu pimpinan Crypto ingin berbicara dengan Anda. Beliau sedang menuju kemari." "Ibu?" Becker tertawa. Dia belum melihat seorang wanita pun di dalam gedung NSA. "Apakah itu masalah bagi Anda?" tanya sebuah suara wanita dari arah belakangnya. Becker berbalik dan segera merasa dirinya bersemu merah. Dia melihat kartu pengenal pada blus wanita tersebut. Kepala Divisi Kriptografi NSA bukan seorang wanita, tetapi seorang wanita yang sangat menawan. "Tidak," jawab Becker tergagap. "Saya hanya —" "Susan Fletcher." Wanita tersebut tersenyum dan menjulurkan tangannya yang ramping. Becker menyambutnya. "David Becker." "Selamat, Mr. Becker. Saya dengar Anda telah melakukan pekerjaan Anda dengan baik hari ini. Bisakah saya berbincang- bincang tentang hal itu dengan Anda?" Becker ragu-ragu. "Sebenarnya, sekarang saya agak terburu- buru." Becker berharap menolak agensi intelijen terkuat di dunia bukanlah sebuah perbuatan bodoh, tetapi pertandingan squash-nya. akan dimulai 45 menit lagi. Dan dia memiliki reputasi yang harus dipertahankan. David Becker tidak pernah terlambat untuk squash ... terlambat untuk mengajar mungkin, tetapi tidak pernah untuk squash. "Hanya sebentar saja kok." Susan tersenyum. "Mari lewat sini. Sepuluh menit kemudian, Becker berada di ruang makan NSA sambil menikmati kue dan jus cranberry bersama kepala bagian kriptografi NSA yang cantik, Susan Fletcher. David segera menyadari bahwa pemegang posisi atas di NSA yang berusia 38 tahun ini bukan orang sembarangan—Susan adalah salah satu wanita tercerdas yang pernah ditemuinya. Ketika D I G I T A L FORTRESS 21 mereka berdua mendiskusikan berbagai macam sandi dan pemecahannya, Becker merasa keteteran—ini pengalaman baru yang menarik baginya. Satu jam kemudian, setelah Becker kehilangan kesempatan bertanding squash dan Susan secara terang-terangan mengabaikan tiga panggilan interkom, keduanya tertawa terbahakbahak. Mereka adalah dua manusia cerdas dengan kemampuan analisis tinggi yang seharusnya kebal terhadap perasaan jatuh cinta yang tidak masuk akal. Namun, ketika mereka duduk sambil membahas morfologi linguistik dan generator pengacak angka semu, mereka merasa seperti sepasang mudamudi— segalanya terasa meledak-ledak. Susan tidak pernah mengungkapkan alasan sebenarnya kenapa dia ingin berbicara dengan David Becker—yaitu menawarkan pada pria itu sebuah posisi percobaan di bagian Divisi Kriptografi Asiatik. Dilihat dari gaya bicara Becker yang menggebu-gebu tentang mengajar, sudah jelas sang profesor muda itu tidak akan meninggalkan universitas. Susan memutuskan untuk tidak merusak suasana dengan membicarakan bisnis. Dia merasa seperti seorang gadis sekolah lagi. Tidak ada yang boleh merusaknya. Dan memang tidak ada. MASA PACARAN mereka berjalan perlahan dan romantis. Mereka sering kali mencuri-curi waktu untuk bertemu jika jadwal mereka mengizinkan—berjalan-jalan di sekitar kampus Georgetown, minum cappuccino malam-malam di Merlutti's, atau sesekali menghadiri kuliah dan konser. Susan mendapati dirinya tertawa lebih sering daripada yang dia kira. Kelihatannya tidak ada hal yang tidak bisa dijadikan lelucon oleh David. Bagi Susan, ini menjadi pelepasan yang menyenangkan dari tekanan pekerjaannya di NSA. DAN 22 BROWN Pada suatu senja yang dingin di musim gugur, mereka duduk di bangku panjang di stadion dan menyaksikan regu sepak bola Georgetown dihajar oleh regu Rutgers. "Kau pernah mengatakan suka olahraga apa? Zucchini?" (Zucchini adalah sejenis timun.) Becker mengerang. "Namanya squash." (Squash bisa juga berarti sejenis labu.) Susan menatapnya bingung. "Permainannya seperti zucchini" ledek David, "tetapi lapangannya lebih kecil." Susan mendorong Becker. Pemain kiri Georgetown melakukan tendangan pojok yang melewati garis dan serentak para penonton berteriak kecewa. Barisan pertahanan pun segera kembali ke tengah lapangan. "Bagaimana dengan kau?" tanya Becker. "Olahraga apa?" "Aku pemegang sabuk hitam dalam StairMaster." Becker mengernyit. "Aku lebih suka olahraga yang bisa aku menangkan." Susan tersenyum. "Dasar tidak mau kalah." Bintang pertahanan Georgetown sedang menghadang sebuah tendangan, dan terdengar sorakan ramai dari penonton. Susan mencondongkan badannya ke depan dan berbisik di telinga David. "Dokter." Davis menoleh dan menatap Susan dengan bingung. "Dokter," ulang Susan. "Katakan hal pertama yang melintas di benakmu." David terlihat ragu-ragu. "Permainan kata?" "Ini prosedur standar NSA. Aku harus tahu dengan siapa aku bersama." Susan menatap Becker dengan tegas. "Dokter." Becker mengangkat bahunya. "Seuss." (Seuss adalah tokoh dokter dalam komik anak-anak.) D I G I T A L FORTRESS 23 Susan menatap Becker dengan dahi berkerut. "Baiklah, sekarang coba yang ini ... 'dapur.'" David menjawab tanpa ragu, "Kamar tidur." Susan mengangkat alisnya malu, "Baiklah, bagaimana dengan yang ini ... 'cat (kucing).'" "Gut (usus)," Becker menyerang balik. "Gut?" "Ya, Catgut. Jenis senar raket squash unggulan." "Lucu sekali." Susan mengerang. "Jadi, diagnosismu apa?" tanya Becker. Susan berpikir sejenak. "Kau adalah setan squash kekanakkanakan yang kecewa dalam hal seks." Becker kembali mengangkat bahunya. "Kedengarannya benar." HUBUNGAN MEREKA berlangsung seperti itu selama berminggu- minggu. Pada saat menikmati hidangan pencuci mulut makan malam, Becker biasanya bertanya macam-macam. Di mana Susan belajar matematika? Bagaimana Susan bisa bergabung dengan NSA? Bagaiman Susan bisa begitu menarik? Susan bersemu merah dan mengakui kalau dirinya tumbuh dewasa agak terlambat. Dia dulu sangat tinggi ceking dan canggung serta mengenakan kawat gigi sampai menjelang akhir masa remajanya. Dia bercerita bahwa bibinya yang bernama Clara pernah berkata bahwa Tuhan memberi Susan sebuah otak yang cerdas sebagai permintaan maaf atas tampangnya yang pas-pasan. Suatu penyesalan yang terlalu dini, pikir Becker. Susan menjelaskan bahwa dia mulai tertarik pada bidang kriptografi saat duduk di bangku sekolah menengah pertama. Seorang anak laki-laki tinggi bernama Frank Gutmann, yang DAN 24 BROWN menjadi ketua klub komputer, memberi Susan sebuah puisi cinta yang diketik dalam bentuk sandi dengan pola penggantian angka. Susan memohon pada Frank untuk memberitahukan isi puisi itu, tetapi Frank menolak dengan genit. Susan membawa pulang puisi itu dan mencoba memecahkannya di bawah lampu senter sambil bergadang sampai akhirnya dia berhasil. Setiap angka mewakili sebuah abjad. Dengan hati-hati, Susan menguraikan puisi itu dan dengan perasaan takjub menyaksikan angka-angka acak tersebut berubah dengan ajaib menjadi sebuah puisi indah. Pada saat itu juga, Susan sadar dirinya telah jatuh cinta. Sandi dan kriptografi akan menjadi hidupnya. Hampir dua puluh tahun kemudian, setelah mendapatkan gelar master di bidang matematika dari Universitas John Hopkins dan memperoleh beasiswa penuh dari MIT untuk belajar tentang angka, Susan menyerahkan skripsi doktoralnya yang berjudul Metode, Protokol, dan Alogaritma Kriptografi untuk Aplikasi Manual. Tampaknya bukan hanya profesornya yang membaca skripsi tersebut. Tidak lama kemudian, Susan menerima sebuah telepon dan sebuah tiket pesawat terbang dari NSA Setiap orang di bidang kriptografi tahu tentang NSA. Agensi ini adalah rumah bagi para kriptografer terbaik di seluruh dunia. Pada setiap musim semi, ketika firma-firma sektor swasta berusaha mendekati dan mengiming-imingi otak-otak baru yang paling cemerlang dengan gaji yang sangat besar, NSA mengamati dengan cermat, memilih sasarannya, dan kemudian melangkah masuk untuk memberikan dua kali di atas tawaran gaji yang terbaik. Apa yang ia inginkan pasti ia beli, begitulah NSA. Dengan bergetar penuh semangat, Susan terbang menuju Bandara Internasional Dulles di Washington. Di sana dia D I G I T A L FORTRESS 25 dijemput oleh seorang pengemudi NSA yang kemudian membawanya ke Fort Meade. Ada 41 orang lainnya yang menerima telepon yang sama pada tahun itu. Pada usia 28 tahun, Susan adalah yang termuda. Dan dia satu-satunya wanita. Kunjungan itu lebih merupakan acara humas dan serangkaian tes kecerdasan daripada pertemuan yang bersifat informatif. Seminggu kemudian, Susan dan enam orang lainnya dipanggil lagi. Walaupun ragu, Susan tetap datang. Kelompok itu segera tercerai-berai. Mereka menjalani serangkaian tes secara terpisah: tes poligraf, penyidikan latar belakang, analisis tulisan tangan, dan wawancara panjang lebar, termasuk pengakuan yang direkam tentang orientasi dan kegiatan seks mereka. Ketika pewawancara menanyakan apakah Susan pernah berhubungan seks dengan binatang, wanita itu hampir pergi, tetapi ada yang menahan dirinya—prospek untuk mengerjakan teori sandi yang canggih, memasuki "istana teka-teki", dan menjadi anggota dari klub paling rahasia di dunia—National Security Agency. Becker terhenyak takjub akan cerita Susan. "Mereka benarbenar menanyakan apakah kau pernah berhubungan seks dengan binatang?" Susan mengangkat bahunya. "Itu hanya bagian dari pemeriksaan rutin tentang latar belakang." "Jadi ...," Becker berusaha menahan seringai. "Apa jawabmu?" Susan menendang Becker dari bawah meja. "Aku bilang tidak!" Kemudian dia menambahkan, "Tidak pernah, sampai tadi malam." DI MATA Susan, David hampir sempurna. Pria itu hanya memiliki satu kekurangan. Setiap kali mereka keluar, David selalu bersikeras untuk mentraktir. Susan benci melihat David DAN 26 BROWN menghabiskan gaji satu hari untuk makan malam berdua. Tetapi David benar-benar tidak tergoyahkan. Susan berusaha keras untuk tidak protes, tetapi hal ini sangat mengganggunya. Aku menghasilkan uang lebih banyak dari yang aku butuhkan, pikir Susan. Seharusnya aku yang traktir. Bagaimanapun juga, Susan berpendapat bahwa kecuali sikap kesatrianya yang kuno itu, David adalah sosok yang ideal. Dia penuh kasih sayang, cerdas, lucu, dan di atas semua itu, dia benar-benar tertarik pada pekerjaan Susan. Baik ketika berkunjung ke museum Smithsonian, bersepeda, atau ketika berusaha memasak spaghetti di dapur Susan dan kemudian gosong, dosen itu selalu penuh rasa ingin tahu. Susan berusaha sebisa mungkin menjawab semua pertanyaannya dan memberikan jawaban yang bersifat umum tentang National Security Agency. Apa yang didengar David membuat dirinya tercengang. NSA didirikan oleh Presiden Truman pada pukul 12:01 tanggal 4 November 1952 dan merupakan agensi intelijen paling rahasia di seluruh dunia selama hampir lima puluh tahun. Anggaran rumah tangga NSA yang tebalnya tujuh halaman memuat agenda yang sangat ringkas, yaitu melindungi jaringan komunikasi pemerintah Amerika Serikat dan menyadap jaringan komunikasi kekuatan asing. Di atas atap bangunan operasional NSA tersebar lebih dari lima ratus antena, termasuk dua buah pemindai yang terlihat seperti dua bola golf raksasa. Bangunannya sendiri berukuran sangat besar—lebih dari dua juta kaki persegi, dua kali ukuran markas besar CIA. Di dalamnya terdapat 8 juta kaki kawat sambungan telepon dan 18 ribu kaki persegi jendela-jendela yang tertutup secara permanen. Susan memberi tahu David tentang COMINT, sebuah divisi pengintai global milik NSA—sebuah kelompok canggih D I G I T A L FORTRESS 27 yang terdiri atas pos-pos intai, satelit, mata-mata, dan penyadap yang tersebar di seluruh dunia. Ribuan komunike atau pengumuman resmi dan percakapan disadap setiap hari dan semuanya dikirim kepada para analis NSA untuk dipecahkan. Dalam membuat keputusan, FBI, CIA, dan Dewan Penasihat Urusan Luar Negeri AS tergantung pada layanan NSA. Becker merasa kagum. "Dan dalam hal memecahkan sandi? Apa perananmu?" Susan menjelaskan bagaimana transmisi yang disadap sering kali berasal dari pemerintahan-pemerintahan yang berbahaya, kelompok-kelompok garis keras, dan kelompok teroris. Banyak dari pihak ini berada dalam wilayah kekuasaan AS. Bentuk komunikasi mereka biasanya berbentuk sandi agar terjamin kerahasiaannya jika suatu ketika jatuh ke tangan yang salah. Berkat COMINT, biasanya komunikasi berbentuk sandi tersebut memang jatuh ke tangan yang salah. Susan memberi tahu David bahwa pekerjaannya adalah mempelajari sandisandi tersebut, memecahkannya, dan mempersembahkan pesanpesan yang sudah diuraikan itu kepada NSA. Tentu saja tidak semuanya benar. Susan merasa bersalah telah berbohong pada kekasih barunya itu, tetapi dia tidak mempunyai pilihan lain. Beberapa tahun yang lalu semua keterangannya mungkin benar, tetapi banyak hal telah berubah di NSA. Seluruh dunia kriptografi telah berubah. Tugas-tugas baru Susan sangat rahasia, bahkan untuk para penguasa di eselon tertinggi sekalipun. "Sandi," kata David dengan takjub. "Bagaimana kau memulainya? Maksudku ... bagaimana kau memecahkannya?" Susan tersenyum. "Di antara semua orang, seharusnya kau yang tahu. Ini sama dengan mempelajari sebuah bahasa DAN 28 BROWN asing. Mulanya sebuah teks terlihat seperti omong kosong, tetapi ketika kau mengetahui aturan yang mengikat strukturnya, kau mulai bisa melihat artinya." Becker mengangguk dan kagum. Dia ingin tahu lebih banyak. Dengan serbet Merlutti's dan buku program konser sebagai papan tulis, Susan mulai memberikan kursus kilat tentang kriptografi kepada sang dosen muda yang menawan itu. Susan mulai dengan kotak sandi "pemangkatan sempurna" milik Julius Caesar. Susan menjelaskan bahwa Caesar adalah penulis sandi rahasia pertama di dunia. Ketika para pengirim pesannya disergap dan komunike rahasianya dicuri, Caesar merancang sebuah cara sederhana untuk menyandikan perintah-perintahnya. Dia menyusun ulang seluruh teks dari pesannya, sedemikian rupa sehingga terlihat tidak masuk akal. Tentu saja tidak benar demikian. Setiap pesan selalu memiliki sebuah hitungan abjad yang merupakan sebuah pemangkatan sempurna— 16, 25, 100—bergantung dari berapa banyak yang ingin disampaikan Caesar. Julius secara rahasia memberitahukan kepada para bawahannya bahwa jika mereka menerima sebuah pesan, mereka harus menyalin pesan teks itu ke dalam kisi-kisi pemangkatan. Apabila mereka sudah melakukannya dan membaca dari atas ke bawah, sebuah pesan rahasia akan muncul dengan ajaib. Bersamaan dengan lewatnya waktu, konsep Julius Caesar mengatur ulang teks pesan diadopsi oleh yang lainnya dan dimodifikasi menjadi lebih rumit untuk dipecahkan. Puncak dari pembuatan sandi tanpa bantuan komputer terjadi selama Perang Dunia Kedua. Nazi menciptakan sebuah mesin pembuat sandi mengagumkan yang diberi nama Enigma. Alat itu mirip sebuah mesin ketik tua dengan baling-baling ku- D I G I T A L FORTRESS 29 ningan yang saling terkait dan berputar dengan cara yang rumit untuk mengacak sebuah teks-jelas menjadi tampilan membingungkan yang terdiri atas kumpulan huruf tak berarti. Sang penerima pesan hanya bisa memecahkan sandi rahasia itu dengan menggunakan sebuah mesin Enigma lain yang dikalibrasikan dengan cara yang sama. Becker mendengarkan dengan takjub. Sang guru telah berubah menjadi murid. Pada suatu malam, pada pertunjukan The Nutcracker di universitas, Susan memberi David sebuah sandi dasar untuk dipecahkan. David terduduk sepanjang waktu jeda dengan sebuah pen di tangan sambil memikirkan pesan yang terdiri atas sebelas huruf itu: RZXZ RDMZMF JHSZ ADQSDLT Akhirnya, ketika lampu-lampu meredup menjelang babak kedua, David Becker menemukan pemecahannya. Dalam sandi itu, Susan hanya menggantikan setiap huruf dalam pesannya dengan huruf lain yang mendahuluinya dalam susunan alfabet. Untuk memecahkan sandi tersebut, yang perlu dilakukan Becker hanyalah mengubah setiap huruf dengan huruf berikutnya yang sesuai dengan urutan alfabet—"A" menjadi "B," "B" menjadi "C," dan seterusnya. David segera mengubah susunan huruf lainnya. David tidak pernah menyangka bahwa kesembilan suku kata sederhana itu bisa membuat dirinya begitu bahagia: SAYA SENANG KITA BERTEMU David segera mencoretkan jawabannya dan memberikannya kepada Susan: DAN 30 BROWN RZXZ ITFZ Susan membacanya dan bersemu. Becker harus tertawa. Dia berusia 35 tahun dan hatinya jumpalitan. Dia belum pernah merasa tertarik kepada seorang wanita seperti ini. Penampilan ringkih Susan yang khas Eropa serta alis matanya yang lembut mengingatkan David pada sebuah iklan Estee Lauder. Kalau sebagai remaja badan Susan tinggi ceking dan jangkung, sekarang tidak lagi. Susan telah tumbuh menjadi sosok yang anggun—ramping dan semampai dengan dada yang kencang dan perut yang rata sempurna. David sering bercanda bahwa Susan adalah model baju renang pertama yang mengantungi gelar doktor di bidang matematika terapan dan teori angka yang pernah dikenalnya. Seiring dengan berlalunya waktu, mereka mulai menyadari telah menemukan sesuatu yang mungkin akan bertahan seumur hidup. Mereka telah bersama hampir dua tahun ketika, secara tidak diduga, David melamar Susan. Waktu itu mereka sedang menghabiskan akhir pekan di Smoky Mountains. Mereka sedang berbaring di tempat tidur berkelambu di Stone Manor. David tidak memiliki cincin—dia hanya mencetuskan begitu saja ide itu. Itulah yang disukai Susan pada pria itu—sangat spontan. Susan menciumnya lama dan dalam. David memeluk Susan dan melepaskan gaun tidur wanita itu. "Aku anggap ini sebagai jawaban 'ya'," kata David dan mereka pun bercinta di dekat hangatnya perapian. Malam indah itu terjadi enam bulan yang lalu—sebelum David dipromosikan secara tak terduga menjadi Kepala Departemen Bahasa Modern. Sejak itu hubungan mereka merenggang.[] D I G I T A L FORTRESS 31