SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id mjbookmaker by: http://jowo.jw.lt JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 1 7 Anak Rahasia 1867 Reruntuhan Kuil Mushindo Kedua pengawal yang ditugasi Taro untuk menjaga Emily berjalan-jalan sore itu merupakan samurai yang paling tidak bisa diandalkan dalam pasukannya. Taro telah membawa mereka dari Edo justru karena ketidakbecusan mereka. Mereka bisa diharapkan untuk gagal dalam tugas mereka, dan itulah yang mereka lakukan, lebih suka mengobrol ke sana kemari ketimbang mengawasi Emily. Tak seorang pun dari mereka melihatnya bersembunyi di antara pepohonan meskipun ilmu siluman tidak termasuk dalam keahlian militernya. Seperti semua samurai sejati, dia membenci tindakan sembunyi-sembunyi, dan lebih memilih berdiri di tempat terbuka dalam postur yang menyatakan tujuannya. Caranya melaksanakan pengkhianatan ini menyakitkan dirinya hampir sama besar dengan pengkhianatan itu sendiri. Akan tetapi, Lord Saemon telah meyakinkan dirinya bahwa sekarang bukan waktunya untuk pamer keberanian tradisional. Penting bagi Taro untuk menutupi perubahan kesetiaannya sampai waktu yang tepat. Jadi, dia tidak hanya membunuh seorang wanita dan mehii dungi wanita lainnya sesuai sumpahnya, tetapi dia akan membunuh wanita itu dari tempat tersembunyi, dan aib yang dirasakannya akan tiga kali lebih besar. Dia bertindak untuk melindungi tradisi kehormatan dan keberanian leluhur yang hampir di tinggalkan Lord Genji. Tidakkah ini aneh bahwa tindakan terbukanya karena alasan itu harus begitu luar biasa pengecut? Namun, ini konsisten dengan semua kontradiksi lain yang disebabkan oleh kehadiran orang asing. Kalau saja dia laki-laki yang mampu menghargai dengan lebih baik SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 2 betapa menggelikannya hidup ini, pasti dia akan menertawakan dirinya saat ini juga. Dia adalah salah satu dari dua orang kepercayaan Lord Genji. Dia adalah wakil komandan pasukan klan Okumichi, seorang samurai yang pada beberapa peristiwa mempertaruhkan jiwanya sendiri Lmtuk menyelamatkan Genji. Sebagai putra samurai rendahan, dia telah ditinggikan derajatnya oleh Genji, menjadi seorang bangsawan yang mempunyai tanah. Tak seorang pun telah menghormatinya lebih dari Genji. Tak ada orang lain yang lebih layak mendapatkan kesetiaannya, rasa terima kasihnya, dan pengabdiannya. Namun, Taro memunggungi (janji untuk mengabdi kepada Lord Saemon, seorang pria yang barangkali lebih busuk ketimbang mendiang ayahnya, Kawakami si Mata Licik, yang lernah menjadi Kepala Polisi Rahasia Shogun. Si Mata Licik telah menerima balasan yang setimpal—pemenggalan kepala—di sebuah pertempuran di tempat ini juga. Taro dan Emily termasuk di antara beberapa gelintir yang selamat di pihak Lord Genji. Veteran Mushindo. Dia telah mendengar julukan itu dibicarakan dengan kekaguman berkali-kali selama bertahun-tahun, dan itu selalu membuatnya bangga. Dalam beberapa saat lagi, julukan itu akan mempunyai makna sangat berbeda. Lebih baik dia mati dengan kehormatan saat ini juga. Meskipun alasannya benar, dia tahu penyesalan telah berkhianat akan merenggut kebahagiaan dari sisa umurnya, panjang ataupun pendek. Lady Hanako, yang juga dikhianatinya, telah kehilangan lengan kirinya dalam pertempuran mclindungi suaminya, Hide, sahabat Taro, yang sekarang menjadi seorang bangsawan dan jenderal senior klan Okumichi karena jasa-jasanya. Dia berharap tak terjadi konsekuensi fatal dalam hal ini. Dia tidak ingin melukai Hanako. Dia hanya akan rnenyanderanya sampai dia berhasil meyakinkan Hide untuk bergabung dengannya. Tentunya, seseorang bahkan yang begitu keras kepala dan setia membuta seperti Hide akan menerima alasan perlunya tindakan ini dilakukan setelah dia dipaksa untuk berpikir dan mempertimbangkannya. Dia berdiri dalam bayang-bayang, di dalarn kelebatan hutan, dengan cahaya menerobos dari pepohonan di belakangnya. Sudut matahari sedemikian rupa sehingga siapa pun yang memandan ke arahnya akan dibutakan oleh sinarnya. Emily berjalan-jalan santai menuju gerombolan pinus. Ketika dia sampai di sana, dia akan berjarak kira-kira lima puluh batang panah jauhnya. Bahkan, seorang pemanah yang tidak begitu ulung seperti dirinya bisa mengenai target yang bergerak begitu pelan dengan jarak sedekat itu. Senapan akan lebih pasti, tetapi itu tidak bisa digunakan karena alasan praktis dan politis. Bunyi tembakan dan asap akan SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 3 langsung menandai posisinya dengan terlalu jelas. Untuk alasan kedua, penggunaan busur dan panah—senjata tradisional yang tidak berkaitan dengan orang asing—menunjukkan maksud dengan sepdirinya. Kematian Emily akan membuahkan hasil yang bagus dengan segera. Bangsa-bangsa asing akan terpicu untuk bereaksi keras. Dan, jika respons mereka seperti yang pernah mereka lakukan dahulu, yaitu bertindak membabi buta dan berlebihan, bara sentimen antiorang asing akan berkobar. Dan pada akhirnya, perhatian akan tertuju pada persahabatan yang tak pantas antara Lord Genji dan seorangwanita asing. Posisi Lord Genji akan semakin lemah, yang memang pada awalnya juga sudah tidak begitu kuat. Kemudian, eksekusi wajib terhadap dua pengawal yang gagal melindungi Emily akan memperparah perpecahan di antara samurai klan Okumichi, yang memperbesar kemungkinan berkurangnya samurai yang setia kepada Lord Genji pada saat krisis memburuk. Akhirnya, kemisteriusan si pembunuh, yang lolos tanpa terlihat, akan mempertajam rasa takta dan kecurigaan. Dan, orang-orang yang ketakutan dan curiga cenderung membuat lebih banyak kesalahan ketimbang mereka yang bebas dari perasaan-perasaan itu. Keadaan sekarang ini persis seperti yang dibayangkannya. Dua pengawal itu tidak melihatnya karena terlalu asyik mengobrol sendiri. Emily berjalan begitu pelan, gerakan yang tidak akan menimbulkan kesulitan untuknya. Taro menarik busurnya. Tali busur dalam jepitan jemarinya hampir dilepaskannya ketika Emily berhenti dan mulai berbicara dalam bahasa Jepangnya yang beraksen nyata. Siapa di sana? Dia tidak bisa memanah tanpa mengetahuinya: Orang itu pasti berada di belakang pepohonan karena, setelah berusaha pun, dia tidak bisa melihat siapa-siapa. Detik-detik berlalu. Dia tahu tidak mungkin melanjutkan rencananya tanpa kondisi yang menguntungkan. Peluang lain akan datang. Dia meletakkan busurnya di semak-semak dan berjalan keluar ke arah Emily. Meskipun dia sebentar lagi sampai di sampingnya, dia masih belum melihat orang lain itu. Emily tampak seakan-akan beramah tamah dengan sebatang pinus. "Lady Emily," sapa Taro. "Ada yang tidak beres?" Tampaknya segala sesuatunya memang tidak beres karena, setelah mereka bercakap-cakap tentang sepasang batu fondasi kuno yang separuh terkubur di rumput, Emily tiba-tiba jatuh pingsan. Bukankah sudah cukup buruk bahwa tuannya berhubungan akrab dengan seorang SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 4 wanita asing? Apalagi dengan seseorang yang juga cenderung berhalusinasi dan mudah pingsan? Namun, itu justru menjadi indikasi lain bagi Taro bahwa dia telah mengambil keputusan yang benar meskipun sulit dan penuh keculasan. Dia sepenuhnya menerima tanggung jawab untuk tindakan yang dilakukannya sendiri. Pada saat bersamaan, bukankah sudah sangat jelas bahwa Lord Genji telah membuatnya mustahil melakukan sebaliknya? Bulan lalu, dalam pertemuan dengan Hide dan Taro, Lord Genji sudah bersikap sangat keterlaluan. "Semua samurai kita sekarang akan membawa senjata api," kata Genji. "Segera, setiap pasukan juga akan mempunyai meriam beroda yang bisa dibawa ke mana-mana." "Ya, Tuan," sahut Hide, "dan tak banyak yang senang karenanya." "Karena meriam?" tanya Genji. "Senjata api juga, Tuanku." "Mereka tidak senang dengan senjata api?" Genji tampak terkejut. "Tentunya mereka tidak berharap akan bertempur di masa depan dengan pedang, kan?" Hide menjawab, "Bukan masalah praktisnya. Mereka tidak percaya senjata api mengekspresikan semangat samurai dengan tepat." "Mereka bisa mengekspresikan semangat mereka sebanyak yang mereka mau," kata Genji, "tetapi di medan perang, ekspresi spiritual tak banyak berpengaruh tanpa kekuatan fisik." Taro berkata, "Ada aspek perjuangan juga, Tuanku. Para prajurit menunjuk pertempuran di Kuil Mushindo sebagai contoh keabadian nilai pedang." "Bagaimana bisa begitu? Hasil perang ditentukan oleh senjata api. Apa yang dilakukan pedang kecuali menunjukkan ketidakefisienan total?" "Ketika musuh menyerbu posisi kita," kata Taro, "kita melawan mereka dengan pedang kita, dan kita mengalahkan mereka." "Ingatanmu tampaknya sudah sepenuhnya meninggalkanmu. Ingatkah kau, kita menggali lumpur berdarah untuk menghindari peluru? Ingatkah kau, kita bersembunyi di belakang perut terburai kuda-kuda kita?" Hide berkata, "Taro tidak sepenuhnya salah, Tuan." "Aku pasti mengingat pertempuran yang berbeda. Tolong, gambarkan perang yang kalian maksud." SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 5 "Ribuan peluru yang mereka tembakkan tidak membunuh kita," kata Hide. "Pada akhirnya, mereka harus mendatangi kita dengan pedang." "Kau ada di sana, tetapi kaubisa mengeluarkan omong kosong itu dari mulutmu? Kau menunjukkan dengan tepat mengapa waktu bagi samurai sudah lewat. Bukan pedang di pinggangmu yang menjadi masalah, melainkan pedang di kepalamu." "Samurai sudah melindungi Jepang selama seratus tahun," kata Taro. "Aku akan menyebutnya menghancurkan, bukan melindungi." "Tuan," kata Taro, "itu lelucon yang buruk." "Lelucon? Bukan. Selama seratus tahun, kita telah menunjukkan keunggulan dalam membantai dan memperbudak mereka yang seharusnya kita ayomi. Jika orang-orang yang dibunuh itu bisa berdiri berhadapan dengan pembunuhnya, siapa yang akan lebih banyak?" "Kita telah berperang melawan bangsa kita sendiri," kata Taro. "Kita tidak membebankan perang pada rakyat jelata." "Oh, benarkah? Untuk setiap samurai yang jatuh dalam pertempuran, berapa banyak rakyat jelata yang telah diinjak-injak, kelaparan, ditombak, ditinggal, atau hanya disuruh bekerja sampai mati? Lima? Sepuluh? Pasti lebih dari seratus, atau dua ratus. Kitalah yang telah melakukan semua jurus pedang. Tetapi, merekalah yang paling banyak mati." "Itulah nasib rakyat jelata," kata Hide. "Mereka harus menerimanya sebagaimana kita menerima nasib kita." "Aku heran. Rakyat Perancis tidak seperti itu. Mereka bangkit dan memenggal bangsawanbangsawan mereka." Genji tersenyum seolah-olah menikmati pemikiran itu. "Itu tidak bisa terjadi di sini," kata Taro. "Kita adalah bangsa beradab. Bahkan, rakyat kita berderajat lebih tinggi. Mereka bahkan tidak akan memikirkan tindakan seperti itu." "Ya, kurasa kau benar. Agak menyedihkan, bukan?" "Ini perlu dibanggakan, bukan disesali," kata Taro. "Barangkali begitu. Barangkali juga tidak. Alih-alih menunggu Rezim Teror kita sendiri, betapa bijaknya jika kita berani berinovasi. Hancurkan saja diri sendiri, wilayah kita, dan seluruh tatanan kuno para bangsawan agung dan abdinya." "Tuan!" Hide dan Taro berseru serempak. Genji tertawa. "Ada sebuah istilah asing. 'Makanan untuk Pikiran'. Mengurangi kecemasan dan memperbanyak gizi akan membuat kalian lebih baik." SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 6 Kata-katanya itu racun, bukan gizi. Genji memang tertawa, tetapi Taro tahu dia sungguhsungguh dengan ucapannya. Sekarang, ketika dia mengingat-ingat kejadian itu, Taro tahu pada saat itulah dia berhenti menjadi abdi setia Lord Genji. Usaha pertamanya membunuh Emily telah gagal. Yang kedua pasti tidak. "Kau yakin sudah cukup sehat untuk duduk?" tanya Hanako. "Ya tentu," sahut Emily. Kini, setelah dia kembali berada di dalam pondok rahib, dia merasa konyol telah pingsan seperti itu. Tak ada alasan untuk reaksi seperti itu. Hanya karena gadis cantik yang dilihatnya di hutan bukan salah seorang dari mereka yang tinggal di kuil, tidak berarti dia telah melihat sesosok hantu. Wanita muda itu mungkin saja dari desa meskipun dia tampak berpakaian terlalu mewah untuk seorang petani. Barangkali dia hanya lewat, terpisah sesaat dari rombongannya. "Terima kasih." Emily mengambil teh yang disodorkan Hanako. "Seperti yang kukatakan tadi, dia luar biasa cantik," kata Emily. "Matanya terutama yang sangat menarik. Bentuknya lebih menyerupai mata Barat ketimbang Oriental. Kukira itu tidak terlalu luar biasa. Bagaimanapun, kita semua manusia, dan tidak sangat berbeda." "Kau bilang rambutnya sangat panjang," kata Hanako, "sampai menyentuh tanah." "Ya, sejauh yang bisa kulihat. Dia berdiri dalam bayang-bayang dan aku di daerah terang. Sulit untuk melihatnya." "Dia tampak—" Hanako mencari-cari kata yang tepat. "Dia tampak samar?" "Bukan samar, tepatnya. Bayangan sering membuat tipuan terhadap mata. Dan pola kimononya membuat dia semakin sulit dilihat." "Pola kimononya?" "Ya." Emily menghargai perhatian Hanako terhadap kesehatannya. Namun, arah pertanyaannya dan hal-hal kecil yang dikejarnya terasa agak aneh. "Pola kimononya sangat serupa dengan pepohonan tempat dia berdiri. Ketiadaan kontras itu membuat dia mudah menyatu dengan latar belakang." Hanako menjadi pucat. Matanya kehilangan fokusnya, dan tubuhnya bergetar. Untuk sesaat, Emily mengira Hanako hampir pingsan pula. Hanako tidak pingsan, tetapi dia meletakkan tangannya di lantai di depannya untuk mencegah dirinya jatuh. SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 7 "Ada apa?" tanya Emily. Hanako tidak menjawab segera. Dia tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Apakah lebih baik Emily tahu atau tidak? Hanako yakin Emily telah melihat Lady Shizuka, putri sihir yang telah menyelamatkan klan pada masa-masa awalnya, atau memberinya kutukan yang berlangsung hingga sekarang. Atau barangkali, keduanya benar. Mata besar, rambut panjang, tubuh yang tembus pandang—karena itulah Emily keliru mengiranya sebagai pola kimono. Emily melihat menembus sosoknya. Kejadian itu tepat seperti yang diramalkan dalam perkamendi Biara Mushindo, di sel lama yang pernah menjadi rumahnya ketika masih kecil. Jika demikian, barangkali semua ramalan lain di dalamnya juga benar. Hanya mereka yang berdarah Okumichi yang pernah melihat Lady Shizuka. Jika Emily telah melihatnya, hanya ada satu kemungkinan betapapun mustahil tampaknya. "Pada hari Lady Heiko pergi," kata Hanako. "Enam tahun yang lalu." "Aku ingat betul," kata Emily Itulah terakhir kalinya dia melihat Heiko dan Matthew Stark. Kapal mereka telah berlayar menuju California ketika pasang naik. "Lady Heiko mengatakan sesuatu yang tidak kupercaya." Hanako terbata-bata. "Aku percaya sekarang." Saat itu adalah Hari Tahun Baru menurut kalender Jepang, bulan baru pertama setelah musim dingin dengan matahari berada pada jarak terjauh dari khatulistiwa, pada tahun ke-16 Kaisar Komei. Heiko ragu dia akan bisa melihatnya lagi di kampung halamannya. "Semoga arus keberanian mendorong kalian maju," kata Genji, "dan arus kenangan membawa kalian pulang." Dia menatap langsung ke dalam matanya selagi berbicara. Enam sahabat berkumpul sebelum Bintang Bethlehem berlayar. Genji, Heiko, Hide, Hanako, Emily, dan Stark membungkuk dan mengosongkan sake dalam cawan-cawan kecil seremonial itu. Banyak yang telah berubah dalam satu tahun yang begitu cepat berlalu. Hide, pengangguran, penjudi, lelaki tak berguna, telah menjadi kepala pengawal Lord Genji. Dia telah menunjukkan keberaniannya, dalam pertempuran-pertempuran yang sulit di Mie Pass dan di luar benteng Kuil Mushindo. Tak ada seorang pun yang melihat potensi tersembunyi dalam diri pria biasa-biasa saja yang malas itu dahulu. Tak ada seorang pun kecuali Lord Genji, yang secara tak terduga mengangkat Hide dari derajatnya. "Lord Hide," kata Genji. "Kedengarannya enak, bukan?" Kenaikan pangkat Hide menjadi SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 8 kepala pengawal sekaligus telah menaikkannya ke status tuan tanah. Dengan demikian, sekarang dia harus disapa dengan gelar bangsawan. Wajah Hide menjadi merah seperti pantat kera gunung. "Saya tidak bisa terbiasa dengan sebutan itu, Tuan. Saya merasa seperti bangsawan gadungan." Yang lain tertawa geli, tetapi Genji tidak. Dia berbicara dengan suara tenang yang semakin menekankan keseriusan kata-katanya. "Kau sama sekali bukan gadungan. Aku tidak pernah mengenal seorang pun dalam hidup ini yang lebih asli ketimbang dirimu, Lord Hide. Dalam kehidupan lain kelak, aku yakin tidak akan menemukan orang lain yang melebihimu dalam hal itu, kecuali barangkali Buddha dan para dewa." Warna pada wajah Hide seketika menghilang ketika matanya basah dan bahunya turun. Meskipun berdarah dingin dan tak kenal takut di pertempuran, dia begitu mudah terharu dalam situasi emosional sehingga dijuluki "Kapten Kabuki" oleh anak buahnya. Hanako dengan cepat menengahi untuk mencegah banjir air mata. Dahulu dia hanya pelayan, sekarang dia adalah istri Hide dan ibu dari putra mereka yang masih bayi, Iwao. Dia telah kehilangan satu lengan di Mushindo, tetapi tidak keanggunan dan pesonanya. Jika sang putra tumbuh dewasa dengan mewarisi bagian yang adil dari kekuatan ayahnya dan kebijakan ibunya, dia pasti menjadi lelaki yang istimewa. Siapa yang telah melihat betapa sempurnanya pasangan itu? Siapa lagi kalau bukan Genji, yang telah mengatur sendiri pernikahan itu. Heiko tidak bisa mencegah dirinya melihat ironi yang pahit dalam hal ini. Genji dapat menyatukan dua orang yang tak pernah memikirkan satu sama lain, tetapi dengan Heiko, yang terbaik yang bisa dilakukannya adalah menyuruhnya pergi. Hanako berkata, "Daripada memberinya gelar, Lord Genji, Anda seharusnya memberinya teater. Suami saya yang berbakat lebih mudah menangis ketimbang pemeran wanita paling ahli di panggung." Semua aktor kabuki adalah pria. Jadi, peran wanita dimainkan oleh pria yang menyamar menjadi wanita, dan mereka dianggap pemain paling ahli dalam seni itu. "Hide menjadi geisha!" kata Genji. "Bagaimana menurutmu, Heiko?" Sekarang semua orang tertawa, termasuk Hide, air matanya terlupakan dalam kelucuan gambaran yang ditimbulkan oleh ucapan junjungan mereka. "Kau sahabat yang baik, Hide." kata Matthew Stark, "tetapi aku harus memberitahukanmu, aku sudah pernah melihat sapi di Panhandle yang akan lebih cantik didandani ketimbang dirimu." SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 9 Stark adalah seorang misionaris Kristen yang datang ke Jepang untuk membunuh, telah membunuh, dan sekarang kembali ke kampung halamannya dengan kapal yang juga akan menjauhkan Heiko dari kampung halamannya. Apakah pembalasan dendam menyembuhkan luka kehilangan yang dirasakannya? Apakah tindakannya itu membawanya kedamaian? Jawabannya tidak, karena penderitaan masih tampak pada matanya setiap kali dia mendengar anak tertawa atau melihat anak tersenyum. Rasa kehilangannya, apa pun itu, begitu besar sehingga dia mendengar suara-suara orang mati, dan melihat wajah mereka, lebih jelas ketimbang suara dan wajah orang hidup. Bahkan ketika dia tertawa, seperti sekarang ini, Heiko bisa melihat seorang pria yang lebih suka mati ketimbang hidup meskipun jantungnya tetap berkeras untuk berdetak di dadanya. Laki-laki seperti itu tidak akan hidup lama. Setiap orang bisa melihatnya. Setiap orang kecuali Genji, yang memercayakan kepada Stark tugas melindungi kekayaan dalam bentuk emas yang dikirimnya ke Amerika dan dengan komisi sebagai perwakilan dagangnya di sana. Ada keseimbangan sempurna dan menyedihkan dalam hubungan Heiko dengan Stark, bukan? Stark telah kehilangan segalanya yang sangat penting baginya, dan Heiko sesaat lagi akan mengalami hal yang sama. "Kalau ada pasar untuk sapi-sapi cantik," kata Genji, "barangkali kau harus mempertimbangkannya." "Barangkali sebaiknya begitu," kata Stark, "jika waktuku masih ada." Genji berkata, "Kita akan bermitra selama bertahun-tahun mendatang. Kita akan punya waktu untuk banyak hal. Barangkali suatu hari nanti, kita bahkan akan bercakap-cakap dalam bahasa lawan bicara semudah kita menggunakan bahasa sendiri." Bibir Stark menyunggingkan senyum di bawah matanya yang penuh duka. "Sejujurnya, aku tidak bisa menggunakan bahasaku sendiri dengan sebaik itu. Terlalu lama di atas pelana, jarang ada yang masih mampu berbicara dengan baik dan benar." Dan, bagaimana dengan Heiko sendiri? Dalam usianya yang kedua puluh, dia lebih cantik dari sebelumnya, ketika masih menjadi geisha ternama di Ibu Kota Shogun, Edo. Dia adalah seorang wanita yang banyak dibicarakan orang dengan cara yang sama seperti mereka mengisahkan wanita penghibur, para putri, dan wanita bangsawan dalam legenda. Reputasinya untuk keberanian, bukti nyata kesempurnaan tubuhnya yang luar biasa, kehalusan dan kelembutan perilakunya, keanggunannya dalam gerakan paling biasa sekalipun, dan barangkali, yang SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 10 paling mengejutkan, ketiadaan kesombongan palsu yang ditimbulkan oleh berkurangnya kecantikan, semua itu bergabung untuk membuat dirinya tak tertahankan hampir bagi semua orang. Semua orang, kecuali Genji, yang mengirimnya jauh ke Amerika bersama Stark, dengan alasan untuk membangun basis di sana bagi wilayahnya, tetapi dalam kenyataannya, hanya untuk menjauhkan dirinya. Mengapa? Heiko tidak tahu. Heiko tahu Genji mencintainya. Dia menunjukkannya dalam kelembutan setiap pandangannya, setiap sentuhannya, belaian dalam nada suaranya, hasrat menggebu ketika dia menyerahkan diri kepadanya dalam setiap kemesraan mereka. Namun, dia menyuruhnya pergi. Sesuatu telah berubah di Mushindo. Ketika Genji kembali dari pertemuan terakhir dengan Kawakami si Mata Licik, ada perubahan dalam sikapnya terhadap Heiko. Dia tidak menjadi dingin atau menjauh. Perubahan itu bukan sesuatu yang begitu besar sehingga dengan mudah dideteksi dan diberi nama. Tidak, perubahan itu nyaris mustahil dirasakan. Hanya karena Heiko begitu ahli dalam seni tentang hal-hal yang samar, dia mampu merasakannya. Perubahan itu bukan berupa berkurangnya cinta, karena justru sebaliknya, cinta mereka semakin besar selama setahun lalu. Arusnya semakin kuat, tetapi tidak menghanyutkan mereka bersama. Alih-alih, memisahkan mereka. Mengapa? Genji tahu. Dia tahu begitu banyak yang tidak diketahui orang lain. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa. Setiap kali Heiko bertanya, dia menjawab bahwa tak ada yang perlu dikatakan. Pembohong. Bangsawan Agung, pahlawan, yang terberkati, kekasih, pembohong. Pembohong yang terutama. Kita akan bersama lagi di Amerika, katanya. Pembohong. Dunia berubah dengan cepat, dan Heiko dapat membayangkan banyak hal yang tak terbayangkan hanya sesaat yang lalu, tetapi dia tidak bisa membayangkan Genji di Amerika. Dia adalah Bangsawan Agung wilayah ini. Lebih dari itu, dia adalah Bangsawan Agung yang berdiri di ambang kemenangan bersejarah, menanti jatuhnya musuh bebuyutannya, Shogun Tokugawa, yang semakin lemah setiap harinya. Tak seorang pun tahu siapa yang akan SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 11 mengambil alih kekuasaan, tetapi kemungkinannya banyak, dan Genji ada di antara mereka. Tak ada Bangsawan Agung yang memilih waktu ini untuk meninggalkan Jepang dan pergi ke Amerika. Heiko yang pergi. Genji tidak, tidak sekarang, tidak juga nanti. Heiko akan pergi dan dia tak akan pemah melihatnya lagi. Mengapa? Heiko tidak tahu. Dia telah menyelidiki masalah ini sedapat mungkin, tetapi tidak menemukan informasi apa pun. Beberapa minggu setelah Mushindo, Genji telah rnemimpin penggeledahan di wilayah Kawakami yang lama, Hino. Dia dikatakan sedang mencari sesuatu—sebuah jimat, selembar perkamen, seseorang—kemungkinannya sangat banyak. Lalu, terdengar isu bahwa sebuah desa petani terpencil telah dibantai, tetapi itu tampaknya mustahil. Barangkali, Genji hanya menyerang persembunyian sisa-sisa anak buah Kawakami yang tidak mau menyerah, yang berarti itu tindakan bijaksana. Di luar itu, tak ada kejadian lain yang luar biasa. Jadi, pada akhirnya, pengetahuannya tidak lebih hanyak ketimbang yang dimilikinya di permulaan. Kawakami telah mengatakan sesuatu, sesuatu yang destruktif, dan karena alasan tertentu, Genji mempercayainya. "Setelah seumur hidup diatur dengan kewajiban-kewajiban," kata Genji, "kau akan mendapati kebebasan Amerika melegakanmu, aku yakin." Heiko membungkuk. "Aku lega bahwa salah satu dari kita memiliki keyakinan itu, Tuanku." Dia menyatakan komentarnya dengan riang, dengan senyum yang tidak dirasakannya. Kalaupun Genji bisa melihat perasaannya yang sesungguhnya, dia tidak menunjukkan tandatanda. Dia tersenyum pula. Mereka memainkan permainan itu untuk terakhir kalinya. Ketika pesta berakhir, Heiko pergi ke kamarnya untuk mengambil barang-barangnya. Hanako menyusulnya segera. "Lady Heiko, Anda memanggilku?" "Terima kasih, Hanako. Silakan masuk." Dia menutup pintu setelah Hanako masuk. Heiko sudah lama memikirkan ini. Dia tidak mempunyai hak untuk memberi tahu Hanako apa pun, karena rahasia ini milik Genji, bukan miliknya. Namun karena dia akan pergi, dan kemungkinan besar tidak kembali seseorang harus tahu sehingga dapat melakukan tindakan jaga jaga. "Musim semi lalu," kata Heiko, "kau akan ingat bahwa Lord Genji jatuh tak sadarkan diri di taman mawar di Kastel Awan Burung Gereja." SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 12 "Ya, aku ingat betul. Lord Genji belum sepenuhnya pulih dari luka-lukanya, tetapi telah memaki dirinya bekerja terlalu keras." "Cedera bukan penyebabnya. Dia mendapatkan pertanda." "Ah," kata Hanako. Dia tahu itu, tentu saja. Semua orang juga tahu. Para pelayan lebih ahli dalam mendapatkan informasi ketimbang sistem mata-mata yang pernah dibangun Shogun. Pernah menjadi salah seorang dari mereka sampai baru-baru ini, Hanako masih berhak menjadi penerima gosip paling menarik. Namun, apa pertandanya, tentu saja tak seorang pun pelayan tahu. "Lord Genji menceritakan pertandanya kepadaku," kata Heiko. "Emily akan mengandung anakny:" Hanako terpukul. "Lord Genji meramalkannya?" "Tidak dengan kata-kata sebanyak itu. Pertandanya sangat jelas." "Barangkali tidak sejelas itu," kata Hanako. "Jika Lord Genji tidak benar-benar meramalkannya, Anda telah keliru mengartikan apa yang dikatakannya. Emily itu orang asing." Emily seorang wanita," kata Heiko, "sama dengan yang lain. Dia bisa melahirkan anakanak seperti kau atau aku." "Seorang bangsawan agung tidak boleh mempunyai anak dari orang asing. Pendukungnya tidak akan menerima itu. Itu pun kalau dia masih mempunyai pendukung yang tersisa." "Tampaknya begitu. Tetapi, inilah yang digambarkan oleh pertanda yang dia lihat. Apakah kau akan mengabaikannya?" Hanako menenangkan dirinya. Dia tidak boleh membiarkan dirinya terganggu oleh pemikirannya sendiri. Heiko pasti salah tentang pertanda itu. Namun, bagaimana kalau dia benar? "Tidak," kata Hanako, "pertanda tidak boleh diabaikan." "Bagus. Kalau begitu, bisakah aku memercayaimu untuk menjaga Emily?" "Akan sangat membantu jika aku boleh meminta bantuan orang lain." "Dan orang lain mana yang kautahu bisa menerima pengetahuan ini dengan tenang?" Ada suaminya, Hide, pria yang sepenuhnya bisa diandalkan. Akan tetapi, biasanya dia mudah bingung jika dihadapkan pada keadaan luar biasa. Ketika dia bingung, dia jauh dari penampilan terbaiknya. Memberitahukan sesuatu yang begitu mengejutkan kepadanya akan lebih membahayakan ketimbang menguntungkan. SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 13 Taro, teman terdekat suaminya, mempunyai kekuatan dan kelemahan serupa. Dan, jika dia tidak memberi tahu suaminya, bagaimana bisa dia memberi tahu laki-laki lain? Semua wanita yang dekat dengan Hanako adalah pelayan di istana di Edo dan kastel di wilayah Akaoka. Yang terbaik dari mereka bisa diandalkam untuk menjaga Emily dengan sebaik-baiknya. Namun, para pelayan bergosip tiada henti. Begitu satu orang tahu, semua akan tahu, dan jika semua tahu, hanya soal waktu sebelum yang lain juga tahu, termasuk musuhmusuh Lord Genji. Tak ada orang lain untuk membantunya. Hanako membungkuk. "Aku akan menjaganya sebaik mungkin." "Terima kasih. Sekarang, aku bisa pergi dengan hati tenang." "Kami semua menunggu Anda kembali segera." "Aku tak akan kembali," kata Heiko. "Tentu saja Anda akan kembali, Lady Heiko. Lord Genji tidak akan tahan berpisah dengan Anda lama-lama. Perasaannya terhadap Anda sangat jelas." Mata Heiko basah. Sikap duduknya yang resmi pun runtuh dan dia menjatuhkan tangannya di tikar untuk menyokong tubuhnya ke satu sisi. "Aku telah melakukan sesuatu yang tidak disukainya," kata Heiko, "dan aku tidak tahu apa itu. Barangkali kautahu?" "Tidak, Nona," kata Hanako. "Anda pasti salah sangka." "Kau tidak mendengar apa-apa dari para pelayan?" "Tentang Anda, hanya pujian. Bahkan, banyak pelayan yang berspekulasi tentang kapan Lord Genji secara resmi akan membawa Anda ke dalam rumah tangganya. Sungguh, Lady Heiko, Anda pasti kembali. Kebanyakan menduga Anda kembali pada musim semi karena itu musim untuk segala permulaan. Aku sendiri percaya Anda akan kembali pada musim gugur karena ketika cuaca semakin dingin, gairah membakar dengan panas membara." Heiko tertawa, sebagaimana yang diharapkan Hanako. "Apakah para pelayan benar-benar membicarakan itu?" "Ya, Nona. Yang tidak pasti hanya waktunya. Mereka menebak-nebak segalanya. Tahun Anda akan melahirkan, misalnya. Setiap orang memilih tahun yang sama ketika Anda kembali. Itu berarti dua tahun dari sekarang karena tak ada yang percaya Lord Genji bisa tahan lebih dari setahun tanpa Anda. Lalu, banyak juga spekulasi tentang nama ahli waris itu." SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 14 "Ya ampun, ahli waris? Apakah gosipnya sejauh itu?" Nada bahagia sudah kembali pada suara Heiko. "Oh, ya. Salah seorang pelayan—Mitsuko, Anda kenal dia?—bahkan berkonsultasi dengan soernag peramal di Yokohama." Kedua sahabat itu menutup mulut mereka dan tertawa. Sungguh menggelikan dan konyol berkonsultasi dengan penipu di sudut jalan tentang takdir seorang bangsawan agung yang mampu melihat masa depannya sendiri. "Dan apa kata si peramal itu?" tanya Heiko "Dia sebetulnya sama sekali tidak berkata apa apa," kata Hanako, berusaha keras agar tawa tidak menghentikan kata-katanya. "Dia orang asing yang tidak bisa berbahasa Jepang. Dia menggunakan kartu-kartu aneh bergambar. Mistuko bilang peramal itu menunjuk dua kartu dan menganggukkan kepalanya. Seorang pangeran tampan dan putri cantik yang ditafsirkan Mitsuko sebagai Lord Genji dan Anda sendiri. Kemudian, peramal itu memejamkan mata dan kesurupan—" "Kesurupan!" Heiko tertawa begitu keras sampai-sampai dia tidak bisa duduk tegak lagi. Air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. "—lalu membuka buku kanji, dan menunjuk pertama pada huruf ko, untuk ‘anak’, kemudian makoto, untuk 'kebenaran'." Ketika kedua wanita itu akhirnya berhenti tertawa, mereka memanggil pelayan yang membawakan teh. Pijar dalam mata pelayan itu memberi tahu mereka bahwa dia tanpa sengaja mendengar bagian terakhir percakapan mereka dan ikut tertawa pula. "Kalau orang asing pembaca kartu itu saja sepakat," kata Hanako, "maka perpisahan kalian pasti hanya sementara. Lord Genji akan memanggil Anda pulang segera setelah tugas Anda selesai. Anda pergi bukan karena dia ingin menyingkirkan Anda, melainkan karena dia mempercayai Anda seperti dia mempercayai beberapa gelintir orang lain." "Senang rasanya bisa mempercayai itu, bukan?" kata Heiko, menghirup tehnya. "Lebih mudah mempercayai Anda akan kembali segera," kata Hanako, "ketimbang mempercayai Emily akan mengandung anak junjungan kita." "Bagaimanapun kau akan menjaganya, kan?" "Tanpa lengah sedikit pun." Namun bahkan, selagi Hanako mengucapkan janjinya, pemikirannya tertuju pada calon putra Heiko, bukan Emily. Meskipun dia menertawakan SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 15 ramalan peramal itu, dia tidak meragukan ketepatannya. Mereka yang diberi bakat oleh para dewa tidak selalu seperti yang dibayangkan orang. Lord Genji sendiri contohnya. Dan, bisa saja pembaca kartu di Yokohama itu juga salah seorang di antaranya. Hanako yakin dia akan menyambut kepulangan temannya ke Jepang sebelum terlalu banyak musim berlalu. Setelah itu, kehadiran ahli waris yang ditunggu setiap orang pasti tak akan lama lagi. Jika itu lebih dari setahun, Hanako malah akan sangat terkejut. Setelah Hanako selesai berbicara, Emily terdiam lama. Akhirnya, dia berkata, "Aku tidak muncul dalam mimpi Genji." Dia tidak sanggup mengatakan "pertanda" karena itu sangat mengarah pada penghujatan terhadap Tuhan. Tak seorang pun sejak Para Nabi dari Perjanjian Lama telah melihat bentuk masa depan. Dengan mempercayai bahwa Genji mampu melakukannya, Hanako telah melakukan dosa menyekutukan Tuhan. Namun sekarang, bukan waktunya untuk meluruskan masalah kepercayaan betapapun pentingnya. Itu harus menunggu. "Ya," kata Hanako. "Lantas bagaimana semua orang melompat pada kesimpulan bahwa aku terlibat dalam hal ini?" "Karena liontin berloket yang kaupakai di lehermu. Yang ada gambar fleur-de-lis, bunga lili. Dalam pertanda itu, Genji melihatnya melingkari leher anaknya." "Itu sama sekali bukan bukti." Emily menyentuh loket yang tertutup di bawah blusnya. "Mungkin itu liontin yang berbeda. Dan kalaupun sama, banyak cara liontinku bisa sampai ke tangan seorang anak yang bukan anakku." "Cara apa?" tanya Hanako. "Yah, misalnya saja, aku mungkin memberikan benda ini kepada Genji, dan dia kemudian akan memberikannya kepada anaknya." "Apakah kau akan memberikannya kepadanya?" "Harus kuakui, aku belum merencanakannya." "Tetapi, mungkinkah itu terjadi?" Di dalam liontin kecil dari emas yang berbentuk hati itu ada potret kecil gadis cantik dengan rambut ikal keemasan. Dia adalah nenek Emily. Emily tidak pernah bertemu dengannya. Semua orang yang melihatnya menganggap wajahnya sangat mirip dengan Emily SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 16 sendiri meskipun setiap kali Emily melihatnya—dan dia memandanginya setidaknya sekali sehari ketika dia berdoa malam—wajahnya mengigatkannya akan ibunya. Ibunya meninggal dengan tragis ketika Emily berusia empat belas tahun. Hanya ada dua benda yang disimpannya setelah kematian ihunya. Sebuah buku kesukaan ibunya, Ivanhoe, dan loket dengan potret di dalam hati emas itu. Hanya itu yang dimilikinya untuk mengenang ibunya. "Tidak," Emily mengakui. "Ini sangat berharga bagiku. Aku tidak bisa membayangkan memberikannya kepada siapa pun. Lagi pula, benda ini kurang kuat untuk dijadikan dasar bagi kesimpulan mutlak." "Bukan hanya loket itu," kata Hanako. "Loket itu ditambah pertanda lain." "Pertanda lain?" "Ya," kata Hanako. "Pertanda tentang dirimu, "Itu bukan pertanda," kata Emily "Wanita muda itu benar ada di sana." "Dan, secara kebetulan, cara kemunculannya persis seperti yang diramalkan dalam perkamen?" Hanako membuka perkamen itu dan membacanya keras-keras. "Kita akan bertemu di Biara Mushindo, ketika kau memasuhi selku. Kau akan berbicara, dan aku tidak. Ketika kau mencarihu, kau tidak ahan menemuhan aku. Bukankah kejadiannya tepat seperti itu?" "Kita belum menemukan gadis itu," kata Emily. "Lagi pula, kita belum mencarinya dengan serius. Besok, kita akan meminta Taro membantu kita mencarinya di desa." Hanako terus membaca. "Ketika kau mencarihu, kau tidak ahan menemukan ahu. Bagaimana ini mungkin? Kau tidak akan tahu sampai anak itu terlahir saat itulah kau akan tahu tanpa keraguan." Emily menggelengkan kepala. "Itu tidak masuk akal. Dia pasti merujuk pada dua peristiwa yang tidak berkaitan." "Aku tidak setuju," kata Hanako. "Dia berkata, 'Bagaimana mungkin bahwa kalian berdua akan bertemu?' Dan dia menjawab, "Kau akan tahu bahwa itu mungkin terjadi ketika anak itu terlahir."' "Dari kalimat itu, kapan aku akan melahirkan menurutmu?" "Tak lama lagi, kukira. Kau mengukur usia anak dari waktu kelahiran. Kami menganggap anak telah berusia setahun ketika dilahirkan karena masa dalam kandungan ibu juga dihitung." "Oh. Tetapi, bagaimana aku bisa melihat apa yang tidak ada hanya dengan mengandung?" "Selama berabad-abad, wanita itu dikabarkan telah muncul berkali-kali. Tetapi, hanya di SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 17 hadapan keturunannya." "Nah," kata Emily. "Kau baru saja membantah dirimu sendiri. Kalau memang begitu, mustahil aku melihatnya hari ini, atau akan melihatnya kapan pun. Tak peduli apa pun yang terjadi di masa depan, aku tidak pernah akan menjadi keturunannya. Aku hidup dan mati sebagai seorang Gibson." Emily merasa sangat lega. Meskipun dia berkeras bahwa yang dilihatnya adalah seseorang yang nyata, dia sampai saat ini tidak merasa sangat yakin. Rasanya meresahkan melihat seorang wanita dengan cara yang begitu menyerupai ramalan perkamen itu. Namun, dia terkejut karena Hanako tidak ikut merasa lega. Alih-alih, dia tampak semakin khawatir. "Jika anak itu adalah anak Lord Genji," kata I Ianako, "maka berarti darahnya darah Okumichi. Ketika kau mengandung anak itu, darah wanita ada di dalam dirimu." Pipi Emily bersemu merah. "Aku tidak sedang mengandung, anak Genji atau siapa pun." "Tidak, memang tidak sekarang," kata Hanako, "Tetapi tak lama lagi." Kimi begitu bergairah karena apa yang didengarnya dia ingin pergi dan menceritakannya kepada teman-temannya segera. Posisi pengawal membuatnya tak mungkin pergi saat itu juga. Dia harus menunggu di tempat sampai mereka berlalu. Lantai pondok rahib berderit di atasnya ketika dua wanita itu bergerak ke sana kemari. Dia dapat mendengar kasur digelarar. Mereka telah mengalami hari yang melelahkan. Tak heran, mereka memutuskan untuk tidur lebih awal. Kecuali ketika dalam keadaan gugup, Lady Emily berbicara dalam bahasa Jepang. Tata bahasa dan kosakatanya sempurna, jauh lebih baik ketimbang Kimi, yang sudah bisa diduga. Kimi berbicara bahasa Jepang seperti petani tak berpendidikan karena memang begitulah dia. Lady Emily mempelajari bahasa Jepang di istana-istana dan kastel-kastel melalui percakapan dengan para bangsawan. Aksen Amerikanya masih terasa, tetapi tidak parah. Untungnya, hanya sebagian kecil dari kata-katanya yang tidak bisa dipahami. Akhirnya. Para penjaga melanjutkan patroli mereka di sepanjang benteng bagian dalam. Kimi menunggu satu menit lagi setelah mereka hilang dari pandangan, kemudian dia merangkak keluar dari kosong pondok, mengendap-endap dengan hati-hati sampai dia cukup jauh, lalu berlari mendapati teman-temannya di pondok tempat mereka tidur bersama. SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 18 "Kau yakin mereka berkata Lady Emily akan mengandung anak Lord Genji?" salah seorang gadis bertanya. "Ya," sahut Kimi, "aku yakin." "Karena Shizuka meramalkannya?" "Ssttt!" desis beberapa gadis serempak. "Kalau kau menyebutkan namanya, dia akan mengira kau memanggilnya, dan dia akan datang!" Semua orang menggeser duduknya lebih merapat satu sama lain. "Tidak, dia tidak akan datang," kata Kimi, mendorong gadis terdekat menjauh darinya. "Kecuali kalian seorang Okumichi, tetapi kalau kalian Okuinichi, apa yang kalian lakukan di kampung kumuh ini? Pulanglah ke Kastel Awan Burung Gereja tempat kalian berasal." "Kimi benar. Semua orang juga tahu dia hanya muncul di depan keturunannya." "Aku mendengar si Sinting Odo sering melihat wanita itu, itu sebabnya dia menjadi gila. Si Sinting Odo bukan wanita bangsawan." "Kalau kalian besar di desa ini seperti aku," kata Kimi, "kalian akan tahu mengapa si Sinting Odo melihat apa yang dilihatnya. Ibunya dirayu oleh salah seorang leluhur Lord Genji. Kakek buyutnya, kalau tidak salah. Nenekku tahu, atau dahulunya tahu. Dia sudah pikun sekarang dan bahkan tidak tahu lagi siapa dirinya." "Jadi, si Odo itu Okumichi juga." "Aku tidak percaya. Bagaimana mungkin seorang samurai yang bisa tidur dengan putri cantik menginginkan petani kecil kumal?" Kimi berkata, "Apa yang membuatmu mengira, samurai lebih baik ketimbang petani dalam menjaga bajak kecilnya tetap pada jalur yang benar?" Gadis-gadis itu tertawa berderai. "Ssstt," kata Kimi. "Para penjaga akan mendengar kita." "Kalau si Sinting Odo itu seorang Okumichi, bisa jadi kita juga. Kita sebaiknya tidak menyebutkan namanya." "Shizuka, Shizuka, Shizuka." seru Kimi. "Shizuka, Shizuka, Shizuka—" "Hentikan, Kimi!" "Shizuka, Shizuka, Shizuka." kata Kimi. "Shizuka, Shizuka, Shizuka—" Setiap orang menahan napasnya. "Kalian lihat?" kata Kimi. "Asyik sekali bermimpi menjadi seorang lady alih-alih gadis SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 19 petani, tetapi kita adalah kita, bukan? Lord Genji tidak akan datang dan membawa kita bersamanya karena kita adalah sepupunya." "Kataku juga apa," salah seorang gadis berkata, mendapatkan keberaniannya kembali. "Ha! Kau juga takut menyebutkan nama penyihir itu tadi." Kimi berkata, "Jadi kalian mau mendengar lanjutan ceritaku tidak?" "Mau, mau!" Setelah Kimi selesai menceritakan semua yang didengarnya, salah seorang temannya berkata, "Aku tidak mengerti. Jadi, Lady Emily sedang hamil atau tidak?" "Ya ampun, kau tadi mendengarkan tidak sih? Dia baru akan tidur dengan Lord Genji. Dia belum melakukannya." "Jadi, tak ada bayi di perutnya?" "Begitulah artinya kalau kau tidak hamil. Tak Ada bayi di perutnya." "Tetapi kalau tidak ada bayi, tak ada darah Okumichi pula di dalam dirinya. Kalau hanya mereka yang berdarah Okumichi yang bisa melihat wanita itu, bagaimana Lady Emily melihatnya?" "Bagi Shizuka, di mana akan ada darahnya," kata Kimi, "berarti sudah ada." "Aku tidak mengerti. Bagaimana bisa sesuatu yang akan terjadi di masa depan sudah terjadi enam ratus tahun lalu, dan juga terjadi sekarang? Sama sekali tidak masuk akal." Kata Kimi, "Hanya karena kau tidak mengerti sesuatu tidak berarti itu tidak masuk akal. Apa kau memahami semua ajaran Buddha? Semua ajaran para Tetua Zen? Atau bahkan satu kata saja di antaranya?" Gadis-gadis itu tertawa. Salah seorang berkata, "Para Tetua Zen selalu berbicara dalam teka-teki. Bagaimana kita bisa memahami apa yang mereka katakan?" "Memang harus begitu," kata Kimi, "hidup itu sendiri sebuah teka-teki bagi kita di bawah sini. Hanya mereka yang di atas, seperti Lord Genji, yang memahami segalanya." Dia mendapatkan perhatian semua orang sekarang. Dia berhenti secara dramatis kemudian melanjutkan, "Waktu adalah penjara bagi kita. Tidak bagi Shizuka. Masa lalu dan masa depan semua sama baginya. Jadi, jika sesuatu akan terjadi itu berarti sudah terjadi baginya." "Sudah kubilang dia seorang penenung!" "Dia bukan penenung," kata Kimi. "Dia seorang putri. Putri cantik dari kerajaan di seberang Cina. Dia kenal sihir seperti juga semua putri di sana." Dia ingat tempat yang SAMURAI Created by syauqy_arr@yahoo.co.id JEMBATAN MUSIM GUGUR BUKU KEDUA TAKASHI MATSUOKA 20 disebutkan Lady Emily dan Lady Hanako. Tempat itu kedengarannya begitu indah dan jauh. "Kerajaan Pegunungan Es Biru dan Sungai Naga Merah," kata Kimi. 1308, Biara Mushindo Shizuka berlari keluar dari selnya secepat mungkin. Sejak dia berperilaku kurang lebih seperti orang normal selama lebih dari sebulan, Suku, Biarawati Kepala, telah memerintahkan agar pintunya tidak perlu dikunci. Itu sangat menguntungkan karena jika dia tidak dapat melarikan diri dari ruh jahat yang berbicara kepadanya, dia pasti akan kembali pada kegilaan semula. Oh, tidak Bagaimana kalau ruh itu mengikutinya? Dia takut untuk menoleh. Dia lebih takut lagi jika tidak menoleh. Dia menoleh. Dan, dia merasa lega tidak melihat siapa pun. Setan ini, seperti kebanyakan bayangan yang muncul, mempunyai mata dan rambut berbeda dengan biarawati di sekelilingnya, dan memiliki garis-garis wajah dan bentuk jauh lebih besar. Dia mulai mengerti bahwa ini adalah kunjungan dari waktu yang jauh, baik lampau maupun masa depan, tetapi bukan masa kini. Orang-orang seperti itu tidak ada lagi di sini sekarang. Dia telah belajar untuk memilah yang nyata dari yang tidak pasti. Dia mengira telah belajar melakukannya dengan sempurna. Namun, yang satu ini telah melihatnya! Yang satu ini telah berbicara kepadanya! Apa artinya ini? Pikiran dan emosinya terlalu kacau-balau untuk memunculkan kejelasan. Dia perlu menenangkan diri sepenuhnya dalam meditasi. Selnya terlalu menakutkannya. Dia terus belari ke bangsal meditasi dan mengambil tempat di dekat altar, di mana perlindungan Buddha dianggap paling kuat.?