Ketika Nabi sadar sesaat sebelum wafat pagi hari itu, Usamah meminta izin akan berangkat dengan pasukannya. Nabi mengizinkan. Tetapi tak seberapa lama tersiar berita Rasulullah wafat, Usamah dan pasukannya kembali lagi ke Medinah. Kemudian Usamah bersama-sama dengan keluarga bertugas menyiapkan pemakaman. Dia dan Syuqran pembantu Nabi menuangkan air ke tubuh Rasulullah dan Ali memandikannya, berikut baju yang dipakainya. Abu Bakr bertekad meneruskan pengiriman pasukan Usamah Setelah ada perintah dari Abu Bakr pengiriman Usamah diteruskan selesai pelantikan, kaum Muslimin masih juga menggerutu. Mereka berusaha mencari jalan keluar dari situasi yang tidak menyenangkan 1 Harfiah, 'wahai manusia,'.— Pnj. Keluhan mereka itu sampai juga kepada Nabi ketika ia dalam sakitnya yang terakhir sementara pasukan Usamah sudah berada di Jurf, siap akan berangkat. Nabi meminta istri-istrinya menyiramkan air kepadanya tujuh kirbat untuk menurunkan demam panasnya. Kemudian ia pergi ke mesjid, dan setelah membaca hamdalah dan mendoakan para korban Uhud, katanya: 4. PENGIRIMAN PASUKAN USAMAH 79 itu. Sebagian melihat adanya perbedaan pendapat yang dulu antara Muhajirin dengan Ansar dalam soal Khalifah, serta berita-berita yang raasuk ke Medinah tentang warga Arab di pedalaman, orang-orang Yahudi dan Nasrani dan hasutan mereka setelah Nabi wafat agar menyerang kaum Muslimin dan agamanya. Mereka berkata, ditujukan kepada Abu Bakr: "Mereka itu pemukapemuka Muslimin dan kaulihat orang-orang Arab pedalaman itu sudah memberontak kepadamu, tidak patut kau memilah-milah jamaah Muslimin." Tetapi Abu Bakr menjawab: "Demi nyawa Abu Bakr, sekiranya ada serigala akan menerkamku, niscaya akan kuteruskan pengiriman pasukan Usamah ini seperti yang diperintahkan Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam. Sekalipun di kota ini sudah tak ada orang lagi selain aku, pasti kulaksanakan juga." Disebutkan juga bahwa setelah Usamah melihat keadaan yang demikian, ia meminta kepada Umar bin Khattab agar memintakan izin kepada Abu Bakr untuk membawa pasukannya itu kembali, supaya dapat membantu Abu Bakr dalam menghadapi kaum musyrik jangan sampai menyergap kaum Muslimin. Orang-orang Ansar berkata kepada Umar: "Kalau harus juga kita meneruskan perjalanan, sampaikan permintaan kami supaya yang memimpin kita ini orang yang lebih tua usianya dari Usamah." Umar menyampaikan pesan Usamah itu kepada Abu Bakr. Tetapi mendengar itu Abu Bakr marah. "Sekiranya yang akan menyergapku itu anjing dan serigala," katanya "aku tidak akan mundur dari keputusan yang sudah diambil oleh Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam." Mengenai pesan kaum Ansar yang meminta agar Usamah digantikan oleh orang yang lebih tua usianya, Abu Bakr melompat dari duduknya dan memegang janggut Umar seraya berkata marah: "Celaka kau Umar! Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam yang menempatkan dia, lalu aku yang akan mencabutnya?!" Ketika kemudian Umar kembali dan mereka menanyakan hasil pembicaraannya, Umar berkata: "Teruskan! Karena usul kalian itulah Khalifah Rasulullah marah kepadaku." "Apa pun yang dikerjakan oleh Rasulullah akan kukerjakan " Peristiwa dengan beberapa sumbernya yang berbeda-beda ini memberikan gambaran kepada kita tentang politik Abu Bakr mula-mula ia memangku jabatan sebagai Khalifah. Politik itu dapat disimpulkan dari kata-katanya tatkala Fatimah putri Rasulullah meminta warisan ayahnya. "Demi Allah, apa pun yang dikerjakan oleh Rasulullah akan kukerjakan." Dan dia sudah membuat suatu pengumuman ketika ia ber80 ABU BAKR AS-SIDDIQ kata kepada orang banyak: "Teruskan pengiriman pasukan Usamah. Jangan seorang pun dari anggota pasukan Usamah yang tinggal di Medinah; harus pergi bergabung ke markasnya di Jurf." Dia berdiri di tengah-tengah mereka berpidato setelah mengirimkan kembali sebagian orang yang menentang itu: "Saudara-saudara, aku seperti kamu sekalian. Aku tidak tahu, adakah kamu akan menugaskan aku melakukan sesuatu yang dilakukan oleh Rasulullah. Allah telah memilih Muhammad untuk semesta alam dan dibebaskan dari segala cacat. Tetapi aku hanya seorang pengikut, bukan pembaru. Kalau aku benar, ikutilah aku, dan kalau aku sesat luruskanlah. Rasulullah wafat tiada seorang pun merasa dirugikan dan teraniaya. Padaku juga ada setan yang akan menjerumuskan aku. Kalau yang demikian terjadi, jauhkanlah aku..." Kemudian ia menyuruh orang melakukan segala perbuatan yang baik sebelum ajal datang menjemput, dan supaya mengambil pelajaran dari bapak-bapak dan saudara-saudara, dan janganlah iri hati terhadap yang hidup kecuali seperti terhadap yang sudah mati. 'Aku hanya seorang pengikut, bukan pembaru; apa pun yang dikerjakan oleh Rasulullah akan kukerjakan.' Inilah politik Khalifah Pertama itu. Kebijakan yang patut dicontoh dari Abu Bakr melebihi dari siapa pun. Seperti sudah kita lihat, ia mendampingi Rasulullah sejak pertama kali kerasulannya hingga Allah memanggilnya ke sisi-Nya. Keimanannya kepada Allah dan kepada Rasul-Nya tak pernah goyah. Karena hubungannya secara mental dan rohani dengan Rasulullah, dia mengetahui melebihi apa yang diketahui orang lain, dan hanya Rasulullah yang mengatakan tentang sahabatnya ini dua hari sebelum kematiannya: "Aku belum tahu ada orang yang lebih bermurah hati dalam bersahabat dengan aku seperti dia. Sekiranya ada dari hamba Allah yang akan kuambil sebagai khalil (teman kesayangan), maka Abu Bakr-lah khalilku. Tetapi persaudaraan dan persahabatan dalam iman, sampai tiba saatnya Allah mempertemukan kita." Kita sudah melihat persahabatan dan persaudaraannya serta imannya semasa hidup Nabi, yang semuanya itu tak dapat ditandingi baik oleh Umar, Ali atau siapa pun dari kalangan Muslimin yang paling dekat hubungannya dan pertalian kerabatnya dengan Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam. Sudah tentu ia mengikuti Nabi karena keikhlasan hati yang keluar dari keimanan dan kesadarannya, iman yang membuat begitu tenang bahwa apa yang diikutinya dari Rasulullah sudah tidak salah. Kesadarannya itu membuat dia menempuh jalan yang menurut hematnya pasti dulu telah ditempuh oleh Rasulullah. 4. PENGIRIMAN PASUKAN USAMAH 81 Abu Bakr melepas pasukan Usamah Setelah Umar kembali ke Jurf, semua orang sudah tahu mengenai pesan Abu Bakr yang dibawanya. Mau tak mau mereka harus tunduk kepada Khalifah. Setelah itu Abu Bakr pun pergi mengunjungi markas pasukan itu. Ketika memberangkatkan dan melepas pasukan itu ia berjalan kaki, sementara Usamah di atas kendaraan, untuk menanamkan kesan kepada mereka tentang kepemimpinan Usamah yang harus diterima dan ditaati. Tetapi agaknya Usamah merasa malu melihat orang tua yang penuh wibawa dan sahabat Rasulullah serta penggantinya memerintah Muslimin itu berjalan kaki di sebelahnya sedang hewan tunggangannya dituntun oleh Abdur-Rahman bin Auf dari belakang. "Oh Khalifah Rasulullah," kata Usamah. "Tuan harus naik, kalau tidak saya akan turun." "Demi Allah, jangan turun!" Abu Bakr berkata. "Dan demi Allah aku tidak akan naik. Aku hanya menjejakkan kaki di debu sejenak demi perjuangan di jalan Allah!" Setelah tiba saatnya akan melepas pasukan itu ia berkata kepada Usamah: "Kalau menurut pendapatmu Umar perlu diperbantukan kepadaku silakan." Usamah mengizinkan Umar meninggalkan pasukannya dan kembali (ke Medinah) bersama Abu Bakr. Kiranya apa yang akan dilakukan oleh orang-orang yang masih menggerutu itu setelah menyaksikan peristiwa ini, padahal baru kemarin mereka membaiat Abu Bakr untuk mengurus kaum Muslimin besar kecil. Mereka yang tadinya tunduk terpaksa, setelah tindakan Abu Bakr yang sungguh bijaksana itu tak ada jalan lain harus menerima juga; kalau tidak mereka akan menjadi buah mulut orang dan dituduh mementingkan diri sendiri. Kekhawatiran kita pada penilaian orang terhadap diri kita serta hukumannya yang dijatuhkan kepada kita serin g mempengaruhi tingkah laku dan perbuatan kita, sama dengan berkuasanya kepuasan pribadi kita, meskipun sebab dan motifnya berbeda. Pesan Abu Bakr kepada pasukan Usamah Bila sudah tiba saatnya Abu Bakr melepas pasukan, ia berdiri di depan mereka menyampaikan pidatonya: "Saudara-saudara, ikutilah sepuluh pesan saya ini dan harus Saudarasaudara perhatikan: Jangan berkhianat, jangan korupsi, jangan mengecoh dan jangan menganiaya. Janganlah membunuh anak-anak, orang lanjut usia atau perempuan. Janganlah menebang atau membakar kebun kurma, 82 ABU BAKR AS-SIDDIQ jangan memotong pohon yang sedang berbuah, jangan menyembelih kambing, sapi atau unta kecuali untuk dimakan. Kamu akan melewati golongan manusia yang mengabdikan diri tinggal dalam biara; biarkan mereka, jangan diganggu. Kamu akan singgah pada suatu golongan yang akan menghidangkan pelbagai macam makanan, maka jika di antaranya ada yang kamu makan, sebutlah nama Allah. Juga kamu akan menjumpai beberapa golongan manusia, di bagian atas kepala mereka berlubang1 dan membiarkan sekelilingnya seperti pita, sapulah itu sekali dengan pedangmu. Terjunlah kamu dengan nama Allah, semoga Allah memberi perlindungan kepada kamu dari kematian dan penyakit."2 Kepada Usamah yang sudah mulai bergerak dengan pasukannya ia berkata: "Kerjakan apa yang diperintahkan Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam kepadamu. Mulailah dari daerah Quda'ah, kemudian masuk ke Abil. Jangan kaukurangi sedikit pun perintah Rasulullah. Jangan ada yang kautinggalkan apa yang sudah dipesankan kepadamu." Perjalanan pasukan menuju Balqa' Sementara pasukan Usamah berangkat, Abu Bakr dan Umar kembali ke Medinah. Dengan dipimpin oleh seorang komandan muda pasukan itu berangkat mengarungi padang pasir dan sahara gersang di puncak musim panas bulan Juni. Sesudah dua puluh hari perjalanan ia sampai ke Balqa' dan di tempat itulah Mu'tah, di tempat itu pula Zaid bin Harisah dan kedua sahabatnya Ja'far bin Abi Talib dan Abdullah bin Rawahah gugur sebagai syahid. Di sini Usamah dan pasukannya bermarkas dan memulai serangannya ke Abil dengan menyebarkan pasukan berkudanya ke daerah-daerah kabilah di Quda'ah. Musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya yang mau merintangi jalannya habis disapunya tanpa belas kasihan lagi. Semboyan Muslimin dalam perang ketika itu: "Mati untuk kemenangan." Selama dalam perang pasukan Muslimin berhasil membunuh dan menawan serta membakar kota-kota yang mengadakan perlawanan. Rampasan perang yang mereka peroleh pun tidak sedikit. Dengan demikian Usamah sudah dapat menuntut balas atas kematian ayahnya dan kaum Muslimin di Mu'tah, dan sekaligus telah pula melaksanakan pe- 1 Sebuah tamsil, berasal dari hadis Rasulullah, yang maksudnya bila setan telah bersarang di kepala manusia, segala kejahatan akan diperbuatnya, maka kikislah itu (N). — Pnj. 2 Bitta'n watta'un, harfiah, terbunuh dengan tombak dan wabah (/V). — Pnj. 4. PENGIRIMAN PASUKAN USAMAH 83 rintah Rasulullah untuk menapakkan kudanya ke perbatasan Balqa' dan Darum di bumi Palestina, menyergap musuh-musuh Allah dan Rasul- Nya itu di pagi buta, membunuh mereka dan membakar dengan api. Semua itu dilaksanakan sampai selesai secara silih berganti sebelum pihak musuh menyadari. Setelah menyelesaikan tugasnya itu Usamah kembali dengan pasukannya ke Medinah membawa kemenangan dengan menunggang kuda yang dulu dinaiki ayahnya ketika terbunuh di atas kuda itu juga. Pasukan yang sudah sukses itu kembali ke Medinah. la tidak lalu tergila-gila dengan kemenangan itu, dengan menelusuri jejak musuhnya atau menyerbu perbatasan Rumawi dan terus menerobos sampai ke sarang-sarang mereka. la kembali sementara usia mudanya bertambah agung dengan kemenangannya itu. Kaum Muhajirin dan Ansar yang tadinya menggerutu karena kepemimpinan Usamah, sekarang merasa bangga dengan perjuangan anak muda itu serta keberaniannya yang luar biasa di medan perang. Dengan penuh iman mereka mengulang-ulang apa yang dikatakan oleh Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam: "Dia sudah pantas memegang pimpinan, seperti ayahnya dulu juga pantas memegang pimpinan." Pemimpin-pemimpin militer yang pernah berjaya tak pernah membayangkan bahwa Usamah akan maju menelusuri jejak musuh. Soalnya, karena politik yang biasa dijalankan oleh Rasulullah dan yang terbayang dalam pikiran semua kaum Muslimin, hanya terbatas untuk mengamankan perbatasan kawasan Arab dengan Rumawi, tidak menyinggung Rumawi sendiri yang menyerbu daerah Arab sebagai pembalasan untuk orang-orang Yahudi atau yang, lain yang perrtah berkomplot terhadap kaum Muslimin. Wajar saja bila Rumawi dengan kerajaannya yang begitu luas serta pengaruh kekuasaannya yang besar itu namanya masih menggoncangkan semua bangsa. Tetapi hal itu tidak mengubah perselisihan yang ada antara pihak Arab dengan Rumawi sebagai pihak yang berkuasa sampai tahun-tahun terakhir masa hidup Nabi. Bukankah Dihyah al-Kalbi sudah pergi membawa surat Nabi kepada Heraklius, dan Heraklius sedang dalam puncak kejayaannya pada tahun ketujuh Hijri itu, atau tiga tahun sebelum Nabi wafat? Dia sudah menyaksikan sendiri betapa kuatnya kerajaan Rumawi waktu itu! Dan orang-orang Yahudi, bukankah pada tahun ketujuh Hijri itu mereka juga sudah berangkat ke Palestina menyusul kekalahan mereka di Khaibar, Fadak dan Taima'? Hati mereka memikul dendam kepada Muhammad dan pengikut-pengikutnya. Mereka bersekongkol menghasut pihak Rumawi agar menyerbu Muslimin deABU BAKR AS-SIDDIQ ngan membawa sukses seperti sudah terbukti ketika memerangi Persia yang juga telah berhasil. Sudah tentu pihak Muslimin akan menjaga perbatasannya sendiri dari serbuan Rumawi. Dan Usamah setelah mendapat kemenangan menghadapi musuh, ia menarik pasukannya kembali ke Medinah untuk mendampingi Abu Bakr bersama-sama dengan kaum Muslimin yang lain, tanpa bermaksud hendak menyerang Rumawi. Tak seorang pun membayangkan bahwa perang itu akan pecah juga setelah dua tahun kemudian, dimulai oleh Abu Bakr sesuai dengan jalannya peristiwa, dan diselesaikan oleh para penggantinya yang kemudian, dan dengan demikian dapat menghancurkan imperium Rumawi yang selama berabadabad ditakuti sehingga semua bangsa tunduk di bawah telapak kakinya. Abu Bakr menyambut Usamah di luar kota Medinah Dengan pasukan yang sudah berjaya itu Usamah kembali, dan Abu Bakr menyambutnya di luar kota Medinah. Abu Bakr datang menyongsongnya bersama-sama sejumlah Muhajirin dan Ansar terkemuka untuk menyambutnya. Semua mereka dalam suasana gembira, ditambah lagi dengan penduduk Medinah yang menyusul Abu Bakr dan rombongannya. Mereka bersorak sorai gembira sebagai penghargaan atas keberanian Usamah dan pasukannya itu. Begitu ia memasuki kota Medinah dengan kemenangan yang membawa kebanggaan itu, langsung ia menuju mesjid melakukan salat syukur atas nikmat yang dikaruniakan Allah kepadanya dan kepada Muslimin. Pasukan itu pulang kembali ke Medinah setelah empat puluh hari, ada juga yang menyebutkan sesudah tujuh puluh hari sejak keluar dari kota itu. Ada beberapa Orientalis yang berupaya hendak meremehkan dan memperkecil arti ekspedisi itu, termasuk luapan gembira dan penghargaan kaum Muslimin atas mereka yang telah membawa kemenangan itu. Orientalis V. Vacca, editor "Usamah" dalam Da'iratul Ma 'arif allslamiyah1 mengatakan "Kemenangan Usamah ini telah membawa kegembiraan dalam hati penduduk Medinah setelah dirisaukan oleh adanya perang "Riddah." Kemenangan itu menjadi begitu penting, tidak sesuai dengan nilai yang sebenarnya. Bahkan kemudian dianggap sebagai pembuka jalan adanya serangan yang ditujukan ke Syam." Memang benar peperangan ini tidak besar dibandingkan dengan arti perang zaman sekarang, juga tidak besar dibandingkan dengan beberapa 1 Encyclopedia of Islam edisi bahasa Arab. — Pnj. 84 4. PENGIRIMAN PASUKAN USAMAH 85 peperangan yang pernah terjadi waktu itu. Usamah memang membatasi serangannya yang mendadak terhadap kabilah-kabilah itu dan merampas mereka tanpa harus menemui pasukan Rumawi. Tetapi yang jelas, peristiwa ini membawa pengaruh besar dalam kehidupan kaum Muslimin, dan dalam kehidupan orang-orang Arab yang berpikir hendak mengadakan pemberontakan, dan dalam kehidupan Rumawi sendiri yang bermaksud melebarkan sayapnya sampai ke perbatasan. Musuh-musuh mereka dari kalangan Arab yang mendengar berita ekspedisi itu berkata: "Kalau mereka tidak punya kekuatan tentu tidak akan mengirimkan pasukan yang akan menimbulkan rasa iri pada kabilah-kabilah yang kuat yang jauh dari mereka." Pengaruh gerakan Usamah terhadap pihak Arab dan Rumawi Ketika berita ekspedisi itu disampaikan kepada Heraklius, ia terkejut sekali. Ia segera mengirimkan pasukan yang berkekuatan besar ke Balqa'. Ini suatu bukti yang nyata bahwa pihak Muslimin setelah peristiwa ekspedisi ini benar-benar diperhitungkan, baik oleh Rumawi maupun oleh orang-orang Arab sendiri, sehingga pihak Arab bagian utara — selain Dumat al-Jandal1 (Dumatul Jandal) — tidak lagi menghasut untuk menyerbu Medinah. Selain di bagian utara, di seluruh Semenanjung Arab itu keadaannya tidak demikian. Di atas sudah kita lihat, bahwa kabilah-kabilah di tempat-tempat lain semua mau membangkang pada saat-saat terakhir kehidupan Nabi, dan kita lihat pula ada sebagian mereka yang mendakwakan diri nabi. Kalau tidak karena rasa takut yang menguasai kabilah-kabilah dan mereka yang mengaku-ngaku nabi itu karena sikap Rasulullah yang tegas serta keberanian kaum Muslimin di samping iman mereka yang tangguh, niscaya akan banyak daerah yang akan mengadakan pembangkangan. Setelah Muhammad kembali ke sisi Tuhannya, orang-orang Arab itu banyak yang murtad, baik secara bersama-sama atau masing-masing kabilah sendiri-sendiri. Di sana sini kaum munafik bermunculan, orang-orang Yahudi dan Nasrani bersiap-siap. Pihak Muslimin sendiri memang dalam kegelisahan setelah Nabi tiada, sedang jumlah mereka tidak banyak. Sebaliknya pihak musuh tidak sedikit jumlahnya. Menghadapi hal demikian perlu ada suatu politik yang tegas dan bijaksana, yang akan dapat mengembalikan segala sesuatunya ke tempat semula, membela agama Allah sejak dari awal pertumbuhannya. 1 Atau Daumat dalam beberapa buku sejarah. — Pnj. Dan inilah yang telah dilakukan oleh Abu Bakr tatkala mengerahkan pahlawan-pahlawan Islam itu menghadapi kaum murtad dan para pembangkang terhadap agama Allah dan Rasul-Nya. ABU BAKR 86 AS-SIDDIQ MEMBERANTAS PEMBANGKANG ZAKAT Sementara Usamah sedang dalam perjalanan menuju perbatasan Rumawi, berita yang tersiar bahwa Nabi telah wafat mendorong orangorang Arab di luaran itu untuk memberontak terhadap kekuasaan Medinah. Pemberontakan di Yaman makin berkobar meski Aswad sudah terbunuh. Musailimah dari Banu Hanifah dan Tulaihah dari Banu Asad kemudian mulai pula mendakwakan diri nabi dan mengajak orang supaya mempercayai kenabian mereka. Seruan itu berhasil, sehingga orang semacam Uyainah bin Hisn berkata mengenai Tulaihah: "Nabi dari persekutuan — yakni Asad dan Gatafan — lebih kami sukai daripada Nabi yang dari Kuraisy. Muhammad sudah meninggal, sedang Tulaihah masih hidup." Tanda-tanda pembangkangan Baru saja Abu Bakr memangku jabatan Khalifah, para utusan iti datang kepadanya membawa berita-berita ini dan yang berita lebih gawat lagi dari itu. la berkata kepada mereka: "Jangan dulu meninggalkan tempat sebelum para utusan pejabat-pejabat itu dan yang lain datang membawa berita yang lebih terinci mengenai gejala pembangkangan itu." Tak lama kemudian memang datang surat-surat dari para kuasa Nabi di berbagai daerah di Semenanjung itu tentang adanya pembangkangan yang sifatnya umum atau sendiri-sendiri. Surat-surat itu juga menyebutkan tentang adanya permusuhan para pembangkang terhadap orang yang ada di tengah-tengah mereka, yang masih bertahan dengan keislamannya. Juga di tempat-tempat sekitar Abu Bakr api mulai berkobar. Hal ini perlu diatasi, yang sejak dibebaskannya Mekah dan masuknya Ta'if ke dalam Islam belum pernah terjadi hal serupa itu. 87 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. nurulkariem@yahoo.com 88 ABU BAKR AS-SIDDIQ Para kabilah yang enggan menunaikan zakat Kekacauan yang menimpa kawasan Arab itu berkesudahan dengan berbaliknya mereka dari Islam, sementara yang lain tetap dalam Islam tapi tak mau membayar zakat kepada Abu Bakr. Keengganan membayar zakat itu baik karena kikir dan kelihaian mereka seperti kelihaiannya dalam mencari dan menyimpan uang, dan pergi kian ke mari sampai mengorbankan hidupnya demi memperolehnya, atau karena anggapan bahwa pembayaran itu sebagai upeti yang sudah tak berlaku lagi sesudah Rasulullah tiada, dan boleh dibayarkan kepada siapa saja yang mereka pilih sendiri sebagai pemimpinnya di Medinah. Mereka mogok tak mau membayar zakat dengan menyatakan bahwa dalam hal ini mereka tidak tunduk kepada Abu Bakr. Demikian yang terjadi dengan kabilah-kabilah yang dekat dengan Medinah, terutama kabilah Abs dan Zubyan. Apa kiranya yang harus dilakukan kaum Muslimin terhadap mereka? Untuk memerangi mereka tidak mudah setelah Abu Bakr melaksanakan perintah mengirimkan Usamah, sebab sudah tak ada lagi pasukan untuk mempertahankan Medinah. Setujukah mereka membiarkan para pembangkang itu tidak menunaikan zakat,,yang dengan demikian diharapkan dapat mengambil hati mereka, kalau-kalau mereka dapat membantu menghadapi orangorang yang sudah melanggar janji dan jadi murtad meninggalkan Islam? Ataukah memerangi mereka, yang dengan demikian berarti pula menambah jumlah musuh, yang tanpa angkatan bersenjata mereka tidak akan mampu berperang? Saran Umar dan sebagian sahabat tak setuju Abu Bakr mengadakan rapat dengan para sahabat besar itu guna meminta saran dalam memerangi mereka yang tak mau menunaikan zakat. Umar bin Khattab dan beberapa orang sahabat berpendapat untuk tidak memerangi umat yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan lebih baik meminta bantuan mereka dalam menghadapi musuh bersama. Barangkali sebagian besar yang hadir berpendapat demikian, sedang yang menghendaki jalan kekerasan hanya sebagian kecil. Tampaknya perdebatan mereka dalam hal yang cukup sengit ini saling berlawanan dan berkepanjangan. Abu Bakr terpaksa melibatkan diri mendukung golongan minoritas itu. Betapa kerasnya ia membela pendiriannya itu, tampak dari kata-katanya ini: "Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat kepadaku, yang dulu mereka lakukan kepada Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam, akan kuperangi." 5. MEMBERANTAS PEMBANGKANG ZAKAT 89 Tanpa mengurangi penghargaannya atas apa yang dikatakan Abu Bakr itu Umar khawatir sekali bahwa jalan kekerasan demikian akibatnya akan sangat berbahaya buat Muslimin. Umar menjawab dengan nada agak keras juga: "Bagaimana kita akan memerangi orang yang kata Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam. 'Aku diperintah memerangi orang sampai mereka berkata: Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad Rasul-nya. Barang siapa berkata demikian darah.dan hartanya terjamin, kecuali dengan alasan, dan masalahnya kembali kepada Allah.'" Tanpa ragu Abu Bakr langsung menjawab Umar: "Demi Allah, aku akan memerangi siapa pun yang memisahkan salat dengan zakat. Zakat adalah harta. Dikatakan: "kecuali dengan alasan." Dalam menyimpulkan pembicaraan itu sumber-sumber menyebutkan bahwa Umar kemudian berkata: "Demi Allah, tiada lain yang harus kukatakan, semoga Allah melapangkan dada Abu Bakr dalam berperang. Aku tahu dia benar." Peristiwa ini mengingatkan kita pada apa yang pernah terjadi antara Rasulullah dengan delegasi Saqif yang datang dari Ta'if, bahwa mereka menyatakan bersedia masuk Islam dengan permintaan agar dibebaskan dari kewajiban salat. Waktu itu Muhammad menolak permintaan mereka dengan mengatakan: "Tidak baik agama yang tidak disertai salat." Barangkali itu juga yang dimaksudkan oleh Abu Bakr ketika berkata: "Demi Allah, aku akan memerangi siapa pun yang memisahkan salat dengan zakat." Kabilah-kabilah Abs dan Zubyan serta Banu Kinanah; Gatafan dan Fazarah yang bergabung dengan mereka mengirim beberapa orang. Mereka mengambil tempat tidak jauh dari Medinah. Orang-orang itu kemudian terbagi ke dalam dua kelompok: satu kelompok mengambil tempat di Abraq di bilangan Rabazah, dan yang lain di Zul-Qassah, tempat terdekat dari Medinah di jalan menuju ke Najd. Para pemimpin kelompokkelompok itu kemudian mengutus delegasi ke Medinah. Mereka menuju ke rumah orang-orang terkemuka dan meminta kepercayaan Abu Bakr bahwa mereka akan menjalankan salat tetapi tidak akan memberikan zakat. Jawab Abu Bakr seperti yang sudah kita lihat: "Demi Allah, orang yang keberatan menunaikan zakat kepadaku, akan kuperangi." Perintah Abu Bakr kepada penduduk Medinah Delegasi itu masing-masing kembali kepada yang mengutus mereka sesudah mengetahui rahasia Medinah yang terbuka tanpa pengawalan. Menyadari keadaan yang demikian itu Abu Bakr segera meminta orang berkumpul dan ia berkata: "Kota kita ini dikelilingi oleh orang-orang kafir. Delegasi mereka telah melihat jumlah kita yang kecil. Kita tidak tahu, mereka akan menyerbu kita malam hari atau di waktu siang. Mereka yang terdekat dari kita berjarak dua belas mil. Mereka mengharapkan kita mau menerima mereka dan berkompromi dengan mereka. Tetapi permintaan mereka kami tolak dan delegasi mereka kami suruh pulang. Maka bersiap-siaplah dan persiapkanlah." Setelah itu ia memanggil Ali, Zubair, Talhah dan Abdullah bin Mas'ud supaya bersiap di pintu-pintu masuk Medinah dan yang lain berkumpul di mesjid dalam keadaan siap tempur. Pertempuran pertama di masa Abu Bakr Perkiraan Abu Bakr tidak meleset. Belum selang tiga malam, para pembangkang zakat itu sudah menyerbu Medinah dengan tujuan hendak melemahkan semangat mereka bila menghadapi perang, dan supaya Khalifah mau mengalah mengenai salah satu ketentuan Islam itu. Patroli di pintu-pintu masuk kota itu sudah memperkirakan dari arah mana musuh akan datang. Mereka memberitahukan Ali, Zubair, Talhah dan Abdullah bin Mas'ud serta tokoh-tokoh yang lain. Mereka meneruskan berita itu kepada Abu Bakr dan Abu Bakr memerintahkan untuk tidak meninggalkan tempat. Dengan naik unta ia memberitahukan orang-orang yang berada di mesjid. Kemudian bersama-sama mereka semua ia berangkat untuk menghadapi para pembangkang yang hendak menyusup di malam gelap itu. Dalam pikiran kabilah-kabilah itu tak terlintas bahwa mereka akan menghadapi perlawanan setelah mereka mengenai situasi Medinah dan penduduknya. Baru setelah Abu Bakr dan anak buahnya menyergap mereka, mereka pun terkejut dan lari tunggang langgang. Mereka dikejar sampai ke Zul-Husa. Di tempat ini kabilah-kabilah itu meninggalkan sepasukan bala bantuan sebagai cadangan kalau-kalau pada waktunya kelak diperlukan. Tetapi mereka merasakan kabilah-kabilah itu kini kembali dalam keadaan porak-poranda dan sedang dikejar oleh pihak Muslimin. Mereka mencoba mengadakan perlawanan dan dalam malam gelap itu terjadi pertempuran antara kedua pihak, yang hasilnya tidak diketahui. Kabilah-kabilah yang tinggal di Zul-Husa itu membawa kantong-kantong 90 ABU BAKR AS-SIDDIQ 5. MEMBERANTAS PEMBANGKANG ZAKAT 91 kulit yang setelah ditiup diikat dengan tali lalu ditendang ke muka untaunta yang dinaiki pihak Medinah. Unta-unta itu bukan yang sudah terlatih untuk perang. Hewan-hewan itu malah berbalik lari dalam ketakutan bersama penunggangnya kembali ke Medinah. Muslimin berbalik ke Medinah Pihak Abs dan Zubyan serta sekutunya bersorak kegirangan melihat pihak Muslimin melarikan diri, yang menurut dugaan mereka karena sudah lemah. Peristiwa ini oleh mereka dilaporkan ke Zul-Qassah. Orangorang dari tempat itu berdatangan dan mereka saling bertukar pikiran untuk tidak membiarkan Medinah sebelum Abu Bakr bersedia memenuhi tuntutan mereka. Abu Bakr dan kaum Muslimin yang lain malam itu tidak tidur. la bersiap-siap dan memobilisasi mereka. Menjelang akhir malam ia keluar memimpin mereka dengan mengatur barisan sayap kanan dan kiri serta barisan belakang, dan cepat-cepat berangkat. Begitu terbit fajar tanpa dirasakan dan tanpa diketahui musuh, mereka sudah berada di daerah lawan itu. Bagaimana mereka akan tahu, karena mereka sudah begitu puas dengan kemenangan yang mereka peroleh dan malam itu mereka tidur nyenyak. Kemenangan gemilang pagi itu juga Pihak Muslimin sudah menghunus pedang berhadapan dengan musuh, yang kini juga menyerang dalam ketakutan. Tetapi anak buah Abu Bakr tak mengenal ampun menghantam mereka, sementara dalam pagi buta itu mereka jadi kacau balau. Sampai ketika matahari sudah mulai memancarkan sinarnya, mereka masih berlarian tanpa melihat ke belakang lagi. Tetapi Abu Bakr terus mengejar mereka sampai ke Zul- Qassah dan mereka terus berlari. Sampai di situ mereka dibiarkan lari dan Abu Bakr kembali ke markasnya di tempat itu juga. Nu'man bin Muqarrin pimpinan barisan kanan bersama beberapa orang ditempatkan di daerah itu untuk mengusir mereka yang bermaksud menyerang Abu Bakr tetapi mereka sudah dipatahkan. Di sini orang harus merenung sejenak sebagai tanda kagum terhadap Abu Bakr, dengan imannya yang begitu kuat, dengan ketabahan dan keteguhan hatinya. Sikap itu mengingatkan kita pada sikap Rasulullah 'alaihis-salam. Sungguh agung ekspedisi Abu Bakr yang pertama ini, tak ubahnya seperti agungnya perang Badr. Dalam perang Badr itu jumlah pihak Muslimin yang dipimpin Muhammad tidak lebih dari tiga ratus orang, berhadapan dengan kekuatan musyrik Mekah yang jumlahnya lebih dari seribu orang. Orang-orang Medinah ini terdiri dari tentara 92 ABU BAKR AS-SIDDIQ dan bukan tentara, dipimpin oleh Abu Bakr dalam jumlah kecil, berhadapan dengan sebuah gabungan besar terdiri dari Abs, Zubyan, Gatafan dan kabilah-kabilah lain. Ketika itu Muhammad berbenteng iman dan iman sahabat-sahabatnya, dan dengan pertolongan Allah kepada mereka dalam menghadapi kaum musyrik. Di sini pun Abu Bakr berbentengkan imannya dan iman para sahabat dan memperoleh kemenangan seperti kemenangan yang diperoleh Rasulullah. Kemenangan ini menanamkan pengaruh besar ke dalam hati kaum Muslimin. Kekaguman orang kepada Abu Bakr dalam peristiwa ini memang pada tempatnya. Sejak semula ia sudah bertekad untuk tidak meninggalkan apa pun yang dikerjakan oleh Rasulullah. Kalau memang itu pendiriannya yang sudah tak dapat ditawar-tawar lagi, tidak heran jika segala tawar-menawar yang berhubungan dengan ketentuan Allah dalam Qur'an ditolaknya. Setiap ada permintaan agar ia mau mengalah mengenai sesuatu yang oleh Rasulullah sendiri tidak akan dilakukannya, orang akan selalu ingat pada kata-kata abadi yang pernah diucapkan Rasulullah: "Demi Allah, kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan diriku, dengan maksud supaya meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah Yang akan membuktikan kemenangan itu: di tanganku, atau aku binasa karenanya." Ini juga yang dilakukan Abu Bakr ketika sahabat-sahabatnya memintanya ia mengubah sikap dalam pengiriman pasukan Usamah. Dan ini juga sikapnya ketika orang-orang Arab minta dikecualikan dalam hal kewajiban zakat. Itulah iman yang sebenarnya yang tak dapat dikalahkan oleh siapa dan oleh apa pun. Buat dia maut itu bukan soal, dibandingkan dengan iman yang berada di atas segalanya. Iman yang begitu kuat itu, yang tak dapat dikalahkan oleh maut dan oleh gemerlapnya kehidupan dunia, itulah yang menjaga Islam dalam kemurnian dan keutuhannya pada saat yang sangat genting, yang ketika itu harus dilaluinya. Boleh saja kita bertanya kepada diri sendiri: gerangan apa jadinya keadaan kaum Muslimin sekiranya Abu Bakr ketika itu menerima saran Umar dan sahabat-sahabatnya mengenai tuntutan mereka yang ingin dibebaskan dari kewajiban membayar zakat itu dan mau berkompromi dengan mereka? Rasanya tidak perlu saya menunjukkan bagaimana jawabannya, sebab, seperti saya, pembaca juga tentu sudah tahu. Sampai pada waktu itu, kabilah-kabilah Arab banyak sekali, yang cara hidup mereka tidak jauh dari kehidupan jahiliah dan paganisma. Sekiranya Abu Bakr mau berkompromi mengenai segala ketentuan agama, tentu sudah terjadi tawar-menawar, dan orang-orang semacam Tulaihah dan Musailimah serta' pengaku-pengaku nabi yang lain akan mendapat jalan untuk menanamkan kebimbangan terhadap ajaran Muhammad yang datang dari Allah. Kemudian dari kabilah-kabilah yang belum begitu selang lama dari suasana kehidupan jahiliah akan mendapat orang yang mau mempercayai dan mematuhi, bahkan percaya kepada mereka sehingga bersedia mati untuk itu dalam melawan agama yang benar. Kita dapat menghargai keteguhan hati Abu Bakr, kemudian pengaruh kemenangannya di Zul-Qassah setelah kita mengetahui, bahwa kaum musyrik dari Banu Zubyan dan Abs menyerbu Muslimin dan membunuhi mereka secara kejam. Gejala yang didorong oleh amarah dan perasaan hina serta membalas dendam secara rendah itu menambah agungnya kemenangan Muslimin dan setiap Muslim dalam setiap kabilah itu akan makin teguh dalam beragama. Itulah yang membuat mereka kemudian berlomba dalam menunaikan zakat kepada Khalifah. Mereka melihat Abu Bakr dapat mengalahkan orang-orang murtad itu dengan kekuatan imannya, sementara pasukannya dan Usamah bertugas di perbatasan dengan Rumawi, dan mereka yakin bahwa kemenangan akan berada di pihak agama yang benar dan karena imannya yang kuat pada agama itu. Cara balas dendam yang rendah dan murah yang dijadikan sandaran kabilah-kabilah itu tidak akan menghilangkan aib kekalahannya yang sangat memalukan, dan harga balas dendamnya itu harus dibayar mahal. Bagaimana mereka masih akan ragu padahal Abu Bakr sudah bersumpah akan membunuh siapa pun dari setiap kabilah musyrik yang membunuhi Muslimin, bahkan akan lebih banyak lagi. Tentu ia akan melaksanakannya bila pasukan Usamah sudah kembali dan akan menghukum mereka yang telah melakukan kejahatan. Kabilah-kabilah menunaikan zakat kepada Abu Bakr Kaum Muslimin pada setiap kabilah itu sekarang cepat-cepat menunaikan zakat kepada Khalifah Rasulullah setelah kemenangannya di Zul-Qassah itu. Yang mula-mula datang membayar zakat ialah Safwan dan Zabriqan, pemimpin-pemimpin Banu Tamim, Adi bin Hatim at-Ta'i 5. MEMBERANTAS PEMBANGKANG ZAKAT 93 atas nama kabilahnya Tayyi'. Orang menyambut kedatangan delegasi atas nama golongan masing-masing itu dengan penuh gembira. Orang sering berkata jika bertemu satu sama lain: 'Ini suatu peringatan.' Tetapi Abu Bakr berkata: 'Bukan, ini kabar gembira, sebagai pelindung, bukan kelemahan.' Orang banyak membalas kata-kata Abu Bakr itu dengan mengatakan: "Kau selalu memberikan yang terbaik." Abu Bakr tidak berlebihan ketika menyebut mereka pelindung dan pembawa berita gembira. Kaum Muslimin di Medinah dan sekitarnya ketika itu memang memerlukan sekali dukungan yang akan menopang mereka setelah melihat bahaya yang akan menghancurkan keberadaan mereka. Disebutkan bahwa Abdullah bin Mas'ud mengatakan: "Setelah ditinggalkan Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam keadaan kami hampir binasa kalau tidak karena karunia Allah dengan Abu Bakr kepada kami. Kami sudah sepakat tidak akan memerangi anakanak unta betina itu. Kami akan beribadah kepada Allah hingga benarbenar yakin. Tetapi Allah telah memberi keteguhan hati kepada Abu Bakr untuk memerangi mereka. Demi Allah, yang mereka kehendaki adalah cara yang sangat keji atau jalan perang dengan kemenangan. Adapun cara yang keji, mereka mengakui bahwa barang siapa mati di antara mereka bagiannya adalah neraka, dan barang siapa di antara kami yang mati masuk surga. Kami dapat menebus korban, dapat mengambil rampasan perang dari mereka. Tetapi apa yang mereka ambil dari kami, kembali lagi kepada kami, sedang perang yang membawa kemenangan ialah dengan terusirnya mereka dari tempat tinggal mereka itu." Usamah kembali dari kawasan Rumawi Orang di Medinah merasa senang dan aman dengan pertolongan Allah kepada Abu Bakr itu. Kaum Muslimin dari semua kabilah berdatangan kepada Abu Bakr dengan membawa harta zakat, tatkala Usamah kembali dari daerah Rumawi dengan membawa kemenangan dan harta rampasan perang, diikuti oleh pasukannya dari belakang. Abu Bakr dan sahabat-sahabat besar lainnya menyambut mereka di Jurf. Orang ramai pun berdatangan mengikuti Abu Bakr dan sahabat-sahabatnya itu, sambil menyanyikan lagu-lagu keagungan dan kemenangan. Usamah langsung menuju ke mesjid, menancapkan bendera yang dipercayakan Rasulullah kepadanya, dan salat sebagai pernyataan syukur kepada Allah atas pertolongan dan kemenangan yang telah dikaruniakan kepadanya dan kepada pasukan Muslimin dalam menjunjung kebenaran dan menegakkan agama yang mulia itu. 94 ABU BAKR AS-SIDDIQ 5. MEMBERANTAS PEMBANGKANG ZAKAT 95 Apa arti semua ini?! Bukankah itu suatu mukjizat yang dikehendaki Allah untuk menolong agama-Nya? Adakah secara kebetulan saja takdir menolongnya demikian rupa, yang gemanya sampai mendengung ke segenap penjuru Semenanjung? Pada semua kabilah tekad Muslimin makin teguh, dan mereka dapat menegakkan kepala di mata musuh. Orangorang yang murtad itu sudah tak tahu lagi akan berkata apa. Sekali lagi Abu Bakr memerangi para pembangkang zakat Dengan kebijaksanaan dan ketelitian perkiraannya Abu Bakr berpendapat tidak akan memberi kelonggaran kepada musuh-musuhnya itu, bahkan akan membuat mereka lebih hina lagi. Kepada Usamah dan anak buahnya ia berkata: Beristirahatlah kalian. Kemudian setelah mewakilkan Usamah untuk Medinah, ia memanggil sahabat-sahabatnya yang dulu untuk bersama-sama pergi ke Zul-Qassah. Tetapi kaum Muslimin menyampaikan permohonan dengan mengatakan: "Khalifah Rasulullah, janganlah mempertaruhkan diri. Kalau Anda mengalami bencana, orang akan kacau. Dan Anda tinggal di sini akan lebih kuat menghadapi musuh. Maka kirim sajalah yang lain. Kalaupun ia mengalami musibah, Anda dapat menunjuk yang lain." Tetapi Abu Bakr bila menghendaki sesuatu tidak akan pernah mundur. "Tidak," jawabnya kepada mereka. "Aku tidak akan mundur. Aku tidak akan menghibur kalian dengan diriku." Dia pun berangkat dengan barisan sayap kanan dan kiri serta barisan belakang, seperti sebelum itu, hingga mencapai Rabazah di Abraq yang terletak di belakang Zul-Qassah. Di situ ia menghadapi kabilahkabilah Abs, Banu Zubyan dan Banu Bakr dan berhasil mereka dikalahkan dan tempat itu dibebaskan dari mereka. Daerah Abraq milik Banu Zubyan. Setelah mereka dikeluarkan, Abu Bakr mengumumkan bahwa daerah itu sudah di bawah kekuasaannya dan kekuasaan sahabatsahabatnya, dan katanya: "Haram bagi Banu Zubyan memiliki daerah ini yang oleh Allah sudah dianugerahkan kepada kita." Dan daerahdaerah itu kemudian tetap ditempati kaum Muslimin. Abu Bakr menolak permintaan Banu Sa'laba ketika datang ke daerah itu setelah keadaan sudah stabil akan menempati kembali rumah-rumah mereka. Penumpasan kaum pembangkang yang menolak menunaikan zakat itu selesai sudah. Sekali ini keadaan kota Medinah sudah sangat kukuh setelah diperkuat dengan pasukan Usamah, dan cukup makmur dengan rampasan perang yang diperolehnya di samping zakat kaum Muslimin yang sudah dibayar setelah Khalifah mendapat kemenangan. Bukankah sudah waktunya sekarang bagi Banu Zubyan, Abs, Gatafan, Banu Bakr ABU BAKR AS-SIDDIQ dan kabilah-kabilah lain yang berdekatan dengan Medinah untuk kembali sadar dari pembangkangannya, dan tunduk kepada Abu Bakr serta ketentuan Islam dengan perintah Allah dan Khalifah Rasulullah? Pemberontakan yang dipimpin oleh Aswad di Yaman sudah hancur, Muslimin sudah mendapat kemenangan di perbatasan Rumawi. Abu Bakr kini tampil dengan kekuatan imannya yang tak terkalahkan. Sampai pada saat Rasulullah kembali ke rahmatullah kabilah-kabilah itu adalah umat Muslimin yang masih teguh berpegang pada agamanya, dan mereka kini akan kembali ke pangkuan Islam dan menyatakan setia kepada Abu Bakr dan bersama-sama memerangi musuh Allah. Yang demikian ini tentu menurut pikiran yang sehat dan sesuai dengan kenyataan. Kaum Muslimin dari kalangan Muhajirin dan Ansar, mereka itulah yang telah menundukkan segenap Semenanjung dengan kekuatan iman mereka. Mereka sekarang dalam puncak kekuatannya, yang belum dialami waktu perang Badr atau pada bentrokan-bentrokan pertama masa Rasulullah. Mekah dan Ta'if sudah di pihak Medinah dan penguasa-penguasa di segenap penjuru sudah memberikan pengakuan. Di samping itu pula, warga kabilah-kabilah yang memberontak kepada Abu Bakr itu adalah Muslimin juga. Kalau kabilah-kabilah itu mampu mengacaukan, mereka tidak akan kuasa atas kalangan yang kuat di antara mereka, khawatir akan timbul kegelisahan dan kekacauan di kalangan suku-suku dan kelompok-kelompok terpandang. Maukah mereka kembali kepada kesadaran berpikir dan akal sehat? Yang kalah bergabung dengan Tulaihah Tidak! Malah dengan kejahatannya itu mereka merasa bangga, dan ia tertipu tentang Allah. Benar jugalah bunyi peribahasa: Keras kepala mendatangkan kekafiran. Mereka keluar dari daerahnya sendiri dan bergabung dengan Tulaihah bin Khuwailid dari Banu Asad yang mengaku nabi. Nikmat yang diberikan Allah kepada mereka berupa agama Islam mereka tinggalkan. Orang-orang beriman yang berpegang teguh pada agama Allah di tengah-tengah mereka, sudah tidak mampu lagi melawan sikap keras kepala dan kekufuran mereka itu. Ada yang pergi meninggalkan tempat itu dengan perasaan benci dan jemu tanpa dapat berbuat sesuatu. Penggabungan kabilah-kabilah itu memperkuat kedudukan Tulaihah dan Musailimah juga memperkuat semangat pembangkangan di Yaman. Oleh karena itu, Abu Bakr tetap pada pendiriannya semula untuk memerangi mereka sampai tuntas. Sekiranya kabilah-kabilah itu mau menggunakan akal sehat dan berpikir logis, niscaya kemauan Tulaihah dan 96 yang semacamnya akan runtuh dan seluruh Semenanjung akan berada di bawah naungan Islam dan dalam suasana yang aman. Sikap para kabilah terhadap Abu Bakr dan sebaliknya Orang tak akan mendapatkan alasan lain melihat sikap keras kepala dan ulah mereka berbalik dari Islam selain karena fanatik kesukuan dan mau tetap bertahan dengan status baduinya dan kekuasaannya sendiri, seperti sudah disebutkan di atas, di samping sikap mereka memang sudah sangat berlebihan, sehingga tak ada jalan lain untuk mengendalikannya kecuali dengan kekerasan. Kalau mereka sudah dipukul mundur tatkala hendak menyerang Medinah, atau kemudian dikosongkan dari tempattempat mereka itu, sudah menjadi watak orang-orang badui berupaya hendak membalas dendam. Dan untuk melaksanakan balas dendamnya itu mereka bergabung kepada Banu Asad dan kepada Tulaihah. Barangkali dengan bantuan mereka coreng di keningnya yang sangat hina akan terangkat. Tetapi semua itu tak dapat mengembalikan harga diri mereka. Abu Bakr sendiri samasekali sudah tidak punya sifat kesukuan semacam itu dan jauh dari segala yang ada hubungannya dengan itu. Dengan sepenuh hati dan pikiran serta kemauan yang keras ia hanya ingin melaksanakan langkah yang sudah digariskan oleh Rasulullah. Itulah kebijaksanaan politiknya yang sudah diumumkannya ketika ia dibaiat, dan yang terns dipertahankan hingga akhir hayat menemui Tuhannya. 5. MEMBERANTAS PEMBANGKANG ZAKAT 97 PERSIAPAN PERANG RIDDAH1 Kabilah-kabilah Abs, Zubyan, Banu Bakr dan semua yang bersekutu dengan mereka oleh Abu Bakr dihancurkan dan dikeluarkan dari Abraq. Mereka sekarang bergabung kepada Tulaihah bin Khuwailid al- Asadi di Buzakhah. Abu Bakr sudah mengumumkan bahwa Allah sudah menganugerahkan negeri-negeri itu dan tidak akan dikembalikan kepada pemiliknya. Abraq ditempati oleh pasukan berkuda Muslimin, dan negerinegeri Rabazah yang lain dibiarkan untuk tempat gembala dan sebagai sedekah kepada orang-orang beriman. Abu Bakr kembali kc Medinah sambil bcrpikir-pikir mencari jalan hendak membasmi mereka yang murtad dari Islam itu sampai tuntas. la tidak akan membiarkan mereka di segenap Semenanjung itu membangkang kepadanya dan kepada agama Allah. la tidak akan bcrdamai atau berkompromi dengan mereka sebelum mereka kembali kepada Allah dan menjadi Muslim kembali. Membagi brigade untuk memerangi kaum murtad Abu Bakr tinggal di Medinah sampai bcnar-benar ia merasa yakin bahwa pasukan Usamah sudah berkumpul semua, kemudian bersama mereka ia berangkat ke Zul-Qassah. Pasukan itu dibaginya menjadi sebelas brigade dengan masing-masing di bawah pimpinan satu orang. Kemudian ia mengeluarkan perintah kepada mereka masing-masing agar memobilisasi Muslimin yang kuat-kuat dan dipersiapkan untuk berangkat menghadapi kaum murtad.2 1 Kata murtadd dari kata dasar riddah yang tidak hanya berarti "bcrbalik menjadi kafir" atau menolak membayar zakat dan melaksanakan salat, tetapi juga mengandung konotasi mengadakan perlawanan. — Pnj. 2 Abu Bakr membagi brigade-brigade itu sehingga jumlah dan pimpinan masing-masing berimbang dengan kekuatan kabilah yang akan dihadapi serta berapa jauh kegigihan 98 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. MR. Collection's a 6. PERSIAPAN PERANG RIDDAH 99 Untuk melindungi kota Medinah Abu Bakr memperkuatnya dengan brigade yang lebih kecil. Soalnya ketika itu Medinah sudah aman dari kemungkinan adanya serangan dari luar. Kota yang makmur membuat penduduk hidup lebih tenteram. Bagaimana mungkin kabilah itu akan dapat menyerang Medinah sementara serangan kota itu diarahkan ke segenap penjuru. Berita kemenangan pasukannya sudah terdengar ke mana-mana di samping kekuatan dan keberaniannya, yang selama sangat didambakan oleh para pemberontak. Abu Bakr di Medinah, markas komando tertinggi Sejak itu Abu Bakr tidak lagi menginggalkan Medinah. Bukan karena tidak ingin bersama-sama dengan Muslimin dalam segala perjuangan itu, tetapi karena Medinah sudah menjadi markas komando tertinggi seluruh kabilah-kabilah itu dalam melakukan kemurtadan. Karenanya ia menempatkan Khalid bin Walid memimpin brigade pertama untuk menggempur Tulaihah bin Khuwailid dari Banu Asad. Selesai dari sana ia harus berangkat menghadapi Malik bin Nuwairah, pemimpin Banu Tamim di Butah. Banu Asad dan Banu Tamim ini kabilah-kabilah murtad yang terdekat ke Medinah. Wajar sekali bila Muslimin harus memulai dari mereka untuk memperlihatkan kehancuran mereka di mata kekuatan-kekuatan yang lain. Khalid adalah komandan yang paling pantas untuk memperoleh kemenangan. Ikrimah bin Abi Jahl oleh Abu Bakr ditempatkan sebagai komandan brigade kedua untuk menghadapi Musailimah dari Banu Hanifah di Yamamah, dan Syurahbil bin Hasanah pada brigade ketiga dengan perintah untuk membantu Ikrimah dalam menghadapi Musailimah. Setelah tugas itu selesai Syurahbil diperintahkan menyusul Amr bin As sebagai bala bantuan dalam menghadapi Quda'ah. Buat Ikrimah dan Syurahbil tampaknya Yamamah cukup alot, yang kemudian datang Khalid bin Walid yang akhirnya dapat menumpas kaum murtad setelah Musailimah terbunuh dalam pertempuran 'Aqriba'. Abu Bakr menempatkan Muhajir bin Abi Umayyah al-Makhzumi memimpin brigade keempat untuk menghadapi pasukan Aswad di Yaman, Amr bin Ma'di Karib az-Zubaidi dan Qais bin Maksyuh al-Muradi. Bila tugas ini sudah diselesaikan, mereka harus berangkat ke Kindah dan Hadramaut untuk menghadapi Asy'as bin Qais serta para pemberontaknya. Brigade kelima ditugaskan ke Tihamah Yaman, dipimpin oleh Suwaid bin Muqarrin al-Awsi. Brigade keenam dipimpin oleh Ala' bin al-Hadrami untuk menyerbu Hutam bin Dabi'ah sekutu Banu Qais bin Sa'labah yang murtad di Bahrain. Huzaifah bin Mihsan al-Gilfani dari Himyar memimpin brigade ketujuh untuk memerangi Zut-Taj Laqit bin Malik al-Azdi yang mengaku nabi di Oman. Brigade kedelapan dipimpin oleh Arfajah bin Harsamah menuju Mohrah. Sudah wajar sekali bila brigade-brigade itu dikerahkan ke selatan mengingat kekuatan ada di bagian ini serta kegigihannya yang bertahan sebagai kaum murtad. Sedangkan Semenanjung bagian utara cukup dihadapi oleh tiga brigade, salah satunya dipimpin oleh Amr bin As untuk menghadapi Quda'ah, yang kedua dipimpin oleh.Mi'an bin Hajiz as-Sulami untuk menghadapi Banu Sulaim dan sekutu-sekutunya di Hawazin, dan yang ketiga dipimpin oleh Khalid bin Sa'id bin As untuk membebaskan dataran Syam. ABU BAKR AS-SIDDIQ pasukan, dan sumber semua pengiriman perintah untuk bergerak dari tempat ke tempat yang lain. Abu Bakr mengeluarkan perintah kepada semua komandan pasukan agar jangan ada yang pindah dari perang berkelompok yang sudah dimenangkan untuk bergerak ke tempat lain sebelum mendapat izin. Dia yakin sekali bahwa kesatuan komando dalam perang merupakan salah satu taktik yang paling kuat dan tepat, dan jaminan untuk mencapai kemenangan. Memilih komandan brigade dari kalangan Muhajirin Ada sekelompok orang dari kalangan Ansar yang menilai bahwa Abu Bakr telah menyerahkan pimpinan brigade itu hanya kepada kaum Muhajirin, tanpa ada seorang pun dari Ansar. Tetapi ia melakukan itu sebenarnya dengan tujuan supaya orang-orang Medinah (Ansar) tetap sebagai kekuatan pertahanan dalam kota, karena mereka lebih mengetahui keadaan di dalam, dan cintanya dalam menjaga daerahnya itu melebihi siapa pun. Anggapan sebagian orang bahwa mereka tidak diikutsertakan karena adanya kekhawatiran setelah melihat sikap yang mereka dulu di Saqifah Banu Sa'idah, samasekali tak beralasan. Brigade-brigade itu dibentuk hanya untuk menghadapi kaum murtad. Dalam keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya kaum Ansar tidak kurang dari Muhajirin, sehingga kekhawatiran terhadap pihak Ansar dalam memerangi kaum murtad juga tidak beralasan. Andaikata penafsiran semacam itu terhadap Ansar dapat dibenarkan, tentu hal yang sama dapat juga dibenarkan terhadap sahabat besar lainnya seperti Ali, Talhah dan Zubair, yang juga tinggal di Medinah, seperti juga Umar bin Khattab, untuk memberikan pendapat dan saran kepada Abu Bakr, sehingga segala perencanaan darr strategi yang disusun oleh pusat komando tertinggi itu akan bertambah kuat. Abu Bakr tak dapat diragukan Apa yang dikhawatirkan Abu Bakr dan membuatnya lebih berhatihati? Ia menduduki jabatan Khalifah iru bukan atas keinginannya sendiri, tetapi karena kalangan terkemuka di Medinah berpendapat dialah yang paling tepat untuk itu. Sejak pertama ia memegang jabatan itu ia sudah menyatakan perkiraannya mengenai beban yang dihadapinya bahwa penerimaannya itu adalah suatu pengorbanan di jalan Allah. Begitu selesai dibaiat ia berpidato yang antara lain katanya: "Saya diserahi jabatan ini, tetapi saya menerimanya karena terpaksa. Demi Allah, saya sangat mengharapkan sekiranya ada yang lain saja." Pada kesempatan lain ia pernah berpidato, setelah mengucapkan hamdalah: "Manusia yang paling malang di dunia dan di akhirat ialah raja-raja." Melihat orang banyak menengadah dan terkejut ia berkata: 100 6. PERSIAPAN PERANG RIDDAH 101 "Kenapa Saudara-saudara, kalian adalah orang-orang yang cepat membuat kecaman, cepat membuat kritik. Ada raja yang bila sudah menjadi raja oleh Allah ditarik apa yang ada di tangannya itu, dan mengingini apa yang ada di tangan orang lain... tak ubahnya seperti fatamorgana, dari luar tampak gembira, batinnya menderita." Rumah Abu Bakr ketika itu di Sunh, tempat istrinya, Habibah bint Kharijah, sebuah rumah desa di pedalaman yang kecil. Setelah ia dibaiat sebagai Khalifah sedikit pun tidak mengalami perubahan, juga rumahnya yang di Medinah. Bahkan selama enam bulan ia berjalan kaki dari Sunh ke Medinah. Adakalanya ia naik kuda miliknya. Ia seorang pedagang pakaian. Setelah dilihatnya beban negara akan lebih berat untuk dirangkap dengan perdagangan, ia berkata: "Tugas ini tak sesuai dengan urusan dagang! Untuk tugas ini dan mengurus umat seharusnya ditekuni secara khusus, dan untuk keluargaku dapat disediakan yang seperlunya." Urusan dagangnya itu lalu ditinggalkannya dan ia hanya menerima gaji dari perbendaharaan Muslimin (baitulmal) yang sekadar cukup untuk keperluannya dan keperluan keluarganya. Menjelang saat kematiannya ia berkata: "Kembalikanlah harta Muslimin yang masih ada pada kami. Jangan ada yang tertinggal pada saya. Tanah saya di tempat anu untuk Muslimin, yang saya peroleh dari harta mereka." Umar bin Khattab yang menguasai tanah .itu setelah ia menjadi Khalifah berkata: "Abu Bakr meninggalkan beban buat orang yang sesudahnya." Begitu berhati-hati dia sebagai manusia! Betapa pula berhati-hatinya ketika ia membentuk sebelas brigade, ketika kedudukannya sudah begitu kuat di kalangan Muslimin. Bahkan di kalangan orang Arab semuanya, dengan segala keteguhan hati, pandangannya yang tepat serta iman yang sungguh-sungguh, di samping kesediaannya suka berkorban. Semua itu adalah sebagian dari sifat-sifat Abu Bakr dalam segala kegiatan hidupnya. Kemudian kekuatan dan kebersihan pribadinya pada saat-saat semacam itu, pada saat kepala sudah mulai beruban setelah usianya di atas enam puluh tahun dan menjabat sebagai pengganti Rasulullah. Karena itu tak ada orang yang masih meragukan segala niat baiknya, tak ada orang yang akan merasa ragu dalam melaksanakan perintahnya. Brigade Khalid bin Walid Brigade Khalid bin Walid adalah yang terkuat dari antara sebelas brigade yang dibentuknya. Anggotanya terdiri atas para pejuang pilihan dari Muhajirin dan Ansar. Dan barangkali Khalid sendiri yang memilih 102 ABU BAKR AS-SIDDIQ mereka. Nanti akan kita lihat bahwa dalam Perang Riddah mereka telah benar-benar berjuang mati-matian. Kemudian dalam menghadapi Irak dan Syam perjuangan mereka juga tiada taranya, tiada celanya. Khalid bin Walid panglima genius dan Pedang Allah Tidak heran jika demikian keadaan brigade yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Allah telah memberi karunia berupa bakat kepadanya, seperti yang diberikan kepada Iskandar Agung, Jengiz Khan, Julius Caesar, Hannibal dan Napoleon. Ia seorang pahlawan lapangan yang berani dan nekat, penilaiannya cepat dan tepat, tak pernah mundur menghadapi bahaya, pandai mengelak dan menyerang dalam perang. Sudah banyak orang yang menyaksikan kejelian dan kehebatannya di medan perang. Rasulullah pernah memberikan gelar Saifullah — "Pedang Allah" kepadanya tatkala ia memimpin pasukan di Mu'tah setelah terbunuhnya Zaid bin Harisah, Ja'far bin Abi Talib dan Abdullah bin Rawahah. Dalam menghadapi pasukan Rumawi ia pandai mengelak dan menyerang, kemudian ia berbalik dan dapat melepaskan diri dengan selamat. Meskipun tidak membawa kemenangan, tetapi juga tidak dalam kekalahan yang memalukan. Khalid Saifullah selalu berada dalam medan pertempuran sampai akhir hayatnya. Sebelum menganut Islam Khalid adalah seorang pahlawan Kuraisy yang ditakuti dan penunggang kuda yang hebat. Dalam Perang Badr, Uhud dan Khandaq ia masih berada dalam barisan kaum musyrik. Ia mempunyai sifat-sifat seorang prajurit yang berwatak kasar, cenderung pada kekerasan dan mengandalkan kekuatan. Kalau tidak karena punya penilaian yang tepat dan cepat, wataknya akan membahayakan dirinya sendiri. Tak pernah ia gentar menghadapi lawan di medan perang, tak pernah takut kepada siapa pun. Ketika Rasulullah pergi ke Mekah dalam menunaikan umrah setelah Perjanjian Hudaibiyah kemudian kembali ke Medinah, di hadapan orang-orang Kuraisy Khalid berkata: "Bagi orang berpikiran sehat sudah jelas sekarang bahwa Muhammad bukan tukang sihir dan bukan penyair. Yang dikatakannya itu ialah firman Allah seru sekalian alam. Sudah seharusnya orang yang punya hati nurani akan mengikutinya." Pernah terjadi diskusi dia dengan Ikrimah bin Abi Jahl, tetapi tak sampai terjadi kekerasan karena khawatir akan akibatnya. Dalam pertemuan itu Abu Sufyan tidak hadir. Tetapi ketika mendengar Khalid sudah masuk Islam, dipanggilnya Khalid dan ditanya: Benarkah demikian? Khalid menjawab bahwa memang benar, dia sudah masuk Islam dan bersaksi tentang kerasulan Muhammad. Abu Sufyan berang, lalu katanya: 6. PERSIAPAN PERANG RIDDAH 103 "Demi Lat dan Uzza, kalau aku tahu apa yang kaukatakan itu benar, sebelum Muhammad tentu kaulah yang akan kumulai." Tetapi sebagai orang yang punya harga diri Khalid menjawab dengan nada keras: "Demi Allah, orang suka atau tidak, sungguh dia benar." Khalid lalu pergi ke Medinah. la segera mendapat tempat di hati Muslimin sebagai seorang panglima perang. Ketika terjadi perang Mu'tah, dialah Pedang Allah di sana, dan Pedang Allah sesudah itu. Di tangannya Allah memberi kemenangan atas Irak dan Syam dan menundukkan Persia dan imperium Rumawi, dua adikuasa yang menguasai dunia saat itu. Tidak heran jika Abu Bakr menempatkannya untuk memimpin brigadenya yang paling tangguh. Tidak pula heran jika juga Khalid yang harus menghadapi perang Riddah dan yang sesudahnya, seperti yang akan kita uraikan nanti lebih lanjut. Gerakan damai sebelum Perang Riddah Adakah Abu Bakr memberangkatkan kesebelas brigade itu ke medan perang begitu persiapannya selesai? Adakah pemberangkatan itu dilakukan sekaligus? Itulah yang disebutkan oleh beberapa sumber meski kenyataan menunjukkan yang sebaliknya. Tetapi bagaimanapun juga, sebelum pemberangkatan pertama, sudah lebih dulu dipersiapkan suatu gerakan damai dengan sebaik-baiknya. Ke seluruh Semenanjung itu terlebih dulu disiarkan surat pengumuman yang ditujukan kepada siapa saja yang mengetahui isi surat itu, yang awam atau yang khas, yang tetap dalam Islam atau yang murtad. Surat itu dimulai dengan ucapan hamdalah dan puji-pujian kepada Allah. Kemudian menyebutkan bahwa risalah Muhammad itu benar datang dari Yang Mahakuasa sebagai berita baik dan peringatan. Kemudian menyebutkan bahwa Rasulullah telah wafat setelah selesai menyampaikan apa yang diperintahkan Allah kepada umat manusia, dan Allah sudah menjelaskan itu kepada umat Islam dengan firman-Nya: "Sungguh, engkau akan mati, dan mereka pun akan mati." (Qur'an, 39. 30). "Kami tidak menjadikan manusia sebelummu hidup kekal; kalaupun kau mati, adakah mereka akan hidup kekal?" (Qur'an, 21. 34). ABU BAKR AS-SIDDIQ "Muhammad hanyalah seorang rasul; sebelumnya pun telah berlalu rasul-rasul. Apabila dia mati atau terbunuh, kamu akan berbalik belakang (menjadi murtad)? Barang siapa berbalik belakang, samasekali takkan mertigikan Allah tetapi Allah akan memberi pahala kepada orangorang yang bersyukur. " (Qur'an, 3. 144). Surat Abu Bakr kepada kaum murtad Maksud Abu Bakr menyebutkan ayat-ayat itu untuk menangkis pangkal fitnah dan kekacauan karena mereka mengatakan: Kalau Muhammad benar seorang rasul, tentu ia tidak akan mati. Kemudian setelah mengingatkan supaya orang tetap bertakwa kepada Allah dan bertahan dengan agama-Nya, ia berkata: "Kepada saya diberitahukan adanya orangorang yang telah meninggalkan agamanya setelah berikrar dalam Islam dan menjalankan segala syariatnya, berbalik tidak lagi mengindahkan Allah Subhanahu wa ta 'ala dan perintah-Nya, tetapi sebaliknya telah mengikuti kehendak setan... Saya sudah mengeluarkan perintah kepada polan memimpin pasukan bersenjata yang terdiri atas kaum Muhajirin, Ansar dan para pengikut yang baik, kepadamu sekalian, dan saya perintahkan untuk tidak memerangi dan membunuh siapa pun sebelum diajak mematuhi ajaran Allah. Barang siapa memenuhi ajakan itu, mengakui dan meninggalkan kesesatan, lalu kembali mengerjakan pekerjaan yang baik, harus diterima dan dibantu. Tetapi barang siapa tetap membangkang, maka harus diperangi dan jangan ada yang ditinggalkan. Mereka harus dihujani dan dibakar dengan api, dibunuh; perempuan dan anak-anak ditawan, dan siapa pun janganlah diterima kecuali ke dalam Islam. Barang siapa setuju, itulah yang baik untuk dirinya dan barang siapa mengelak Allah tidak akan lemah karenanya. Aku sudah memerintahkan utusanku untuk membacakan surat ini kepada setiap kelompok dari kamu sekalian. Dan ajakan itu ialah dengan azan." Ketika itu bila Muslimin menyerukan azan dan orang menyambut azan itu, mereka dibiarkan, dan kalau tidak menyerukan ditanya apa sebabnya. Kalau menolak cepat-cepat ditindak. Abu Bakr menyiarkan seruannya itu di segenap penjuru Semenanjung. Dengan itu tujuannya supaya mereka yang masih ragu, mendapat kesempatan berpikir. Ternyata banyak orang yang mengikuti penganjur- penganjur golongan murtad itu karena mereka takut akibatnya bila tetap bertahan dalam Islam. Jika melihat dirinya berada di antara dua 104 6. PERSIAPAN PERANG RIDDAH 105 kekuatan, mereka lebih cenderung kepada Islam, atau setidak-tidaknya diam tidak membela pemimpin-pemimpin kaum murtad itu. Mereka sudah tidak berdaya, dan tidak sedikit dari mereka yang tidak mengadakan perlawanan. Pengaruh rencana Abu Bakr dengan gerakan damainya itu hasilnya akan kita lihat jelas sekali. Kesungguhan Abu Bakr dalam gerakan damainya Dengan gerakan damainya itu Abu Bakr tidak bermaksud hendak mencoba-coba, kalau berhasil syukur, kalau tidak akan dicari cara lain untuk membuat gerakan damai baru lagi. Samasekali tidak! Tiap kata dan tiap bentuk ancaman dalam suratnya itu memang ditulis dengan sungguh-sungguh. Selesai membuat surat itu segera ia menulis pula kepada para komandan brigade mengenai batas waktu untuk memerangi siapa saja yang berbalik dari Islam. Ia tidak akan memaafkan lagi kaum murtad yang pernah mengancam itu, setelah diberi maaf dan diajak kembali kepada Islam. Kalau mereka bersedia menerima ajakan pasukan Muslimin hentikanlah, kalau tidak, teruskan serangan itu sampai mereka bersedia mengakui. Kemudian beritahukanlah hak dan kewajiban mereka: ambil apa yang menjadi kewajiban mereka, dan berikan apa yang menjadi hak mereka, jangan ditangguhkan. Barang siapa memenuhi ajakan itu, maka kebebasannya tak boleh diganggu dan setelah itu segala persoalannya hanya Allah yang tahu. Tetapi barang siapa tetap menolak seruan Allah, boleh dibunuh dan diperangi di mana pun mereka berada, dan tak ada kompromi kecuali Islam. Perangi mereka dengan senjata dan api. Politik Abu Bakr: sebuah analisis tentang keteguhan hatinya Dengan dua pucuk surat serta brigade-brigade yang dibentuk oleh Abu Bakr itu persiapan memerangi kaum murtad selesai sudah. Semua ini kita lihat sebagai gambaran yang lengkap tentang ketegasan politik yang diterapkan oleh Abu Bakr dalam pemerintahannya. Sebagian orang menganggap semua ini aneh sekali, mengingat Abu Bakr yang terkenal dengan perangainya yang sangat halus, lemah lembut dan biasanya banyak mengalah demi kebaikan bersama. Tetapi sebenarnya bukan hal yang mengherankan. Dengan imannya yang kuat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya Abu Bakr tak pernah mengenai arti ragu. Orang yang berwatak lembut memang tidak menyukai kekerasan dengan sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi bila sudah berhubungan dengan soal yang sudah menjadi keyakinannya, ia tidak lagi mengukur kekerasan dan kekuatan itu dengan kekerasannya dan kekuatannya sendiri. Pada setiap pribadi manusia sifatsifat itu seolah sudah tersusun dengan ukuran yang hampir berimbang 106 ABU BAKR AS-SIDDIQ antara kekerasan dengan kelembutan. Kemudian dalam mengukur waktu dan kesempatan, harus dengan kekerasan atau harus dengan kelembutan, terdapat peringkat yang berbeda-beda. Ada yang wataknya lebih sering dikuasai oleh kekerasan, sehingga kita mengira ia tidak akan pernah mengendur. Kebalikannya, ada yang wataknya lebih sering dikuasai oleh sifat lemah lembut, dan kita mengira ia tidak akan pernah menggunakan kekerasan. Tetapi dalam kenyataan, orang yang kita lihat sering dikuasai oleh kekerasan kadang jadi lemah lembut sedemikian rupa, sehingga pada orang lain yang biasa begitu halus dan lembut pun tidak kita jumpai. Orang yang lebih sering begitu halus perasaannya, sampai ia merasa pilu dan menangisi penderitaan orang lain, kadang menjadi orang yang sangat tegar dan keras tak mengenal ampun, sehingga tak akan kita jumpai pada orang yang berwatak keras sekalipun. Adakah orang yang akan mengira bahwa Abu Bakr akan bersikap demikian tegas menentang sahabat-sahabat besar lainnya, yang Muhajirin dan yang Ansar, ketika hendak mengirim pasukan Usamah? Atau akan bersikap begitu keras menghadapi mereka yang enggan menunaikan zakat tanpa pedulikan pasukannya yang sedang tidak di kota Medinah? Kita nanti akan melihat sikap serupa ini, yang akan membuat kita heran dan kagum karena wataknya yang begitu keras dan tegar, watak yang biasa selalu halus dan lembut hati itu. Baru saja kita bicara tentang Abu Bakr yang sangat kuat imannya kepada Allah dan Rasul-Nya. Buat dia, kebenaran itu hanya iman, tak ada kebenaran yang lain, tiada diselubungi kebatilan dari depan atau dari belakangnya. Semuanya benar, telah dijelaskan oleh Allah dalam Kitab-Nya yang telah diwahyukan kepada Muhammad, hamba dan Rasul- Nya itu. Kalau orang masih boleh tawar-menawar satu dengan yang lain dalam masalah dunia, maka tak ada tawar-menawar mengenai kebenaran yang berhubungan dengan Allah Mahaagung, dan siapa pun tak akan mampu mempersoalkan-Nya selain menerima dan tunduk kepada-Nya. Jika ada orang bermaksud hendak melawan kebenaran-Nya tak ada cara lain buat Abu Bakr selain harus memeranginya sampai ia kembali kepada kebenaran itu. Abu Bakr akan tetap memeranginya, walau hanya seorang diri, walau di kota sudah tak ada orang lain lagi. Demikianlah halnya dalam menghadapi mereka yang menolak menunaikan zakat, apalagi yang sampai murtad atau bermaksud hendak beriman kepada seorang rasul selain Muhammad Rasulullah. Perang Riddah sangat menentukan hidupnya Islam Selesai mengadakan persiapan untuk menghadapi kaum murtad itu, kini tiba waktunya buat Abu Bakr untuk melancarkan perang yang sangat 6. PERSIAPAN PERANG RIDDAH 107 menentukan dalam sejarah Islam. Memang tak dapat diragukan lagi, memang itu perang yang sangat menentukan. Jika perang itu tidak dimenangkan oleh Muslimin, pasti akan merupakan ancaman kembalinya orang-orang Arab ke dalam kehidupan jahiliah yang pertama. Tetapi Allah Subhanahu wa ta 'ala menghendaki agama-Nya mengalahkan semua agama, dan Abu Bakr menjadi bukti yang dapat diuji apa yang sudah dikehendaki dan ditentukan itu. Oleh karena itu, orang tidak mengenal dan tidak akan pernah mengenal sejarah Islam dan berbagai perang Riddah seperti yang dihadapi oleh Abu Bakr, dan dapat diatasi dengan kekuatan imannya. Kemudian, itulah awal tersebarnya Islam di Timur dan di Barat. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH Kabilah-kabilah sebangsa Abs, Zubyan dan Banu Bakr serta mereka yang membantunya dalam menyerang Medinah, setelah berakhir dengan kehancuran yang memalukan, mereka bergabung kepada Tulaihah bin Khuwailid al-Asadi. Kemudian kabilah-kabilah Tayyi', Gatafan, Sulaim dan penduduk pedalaman yang berdekatan, yang terletak di sebelah timur dan barat laut Medinah, juga ikut bergabung. Mereka sernua mengatakan seperti yang dikatakan oleh Uyainah bin Hisn dan kawan-kawannya dari Banu Fazarah: "Kami lebih menyukai nabi dari kedua sekutu ini — maksudnya Asad dan Gatafan — daripada nabi dari Kuraisy. Muhammad sudah mati, sedang Tulaihah masih hidup." Mereka sudah yakin, bahwa Abu Bakr akan membuat persiapan dan akan menggempur mereka juga. Tetapi mereka tetap mau mengadakan perlawanan dan akan mengikuti Tulaihah, dengan memberontak kepada kekuasaan Medinah, mempertahankan kebebasannya dan menolak menunaikan zakat, yang mereka anggap sebagai upeti yang dibayar seorang pengikut kepada yang diikutinya. Ketika itu Tulaihah tinggal di Samira', kemudian pindah ke Buzakhah yang dikiranya lebih baik dan lebih kuat sebagai tempat berperang. Tulaihah mendakwakan diri nabi Sesudah Rasulullah wafat Tulaihah tidak lagi mendakwakan diri nabi. la melakukannya pada saat-saat terakhir dalam kehidu'pan Nabi. Sama halnya dengan Aswad al-Ansi dan Musailimah. Seperti kedua rekannya Aswad dan Musailimah yang juga mendakwakan diri nabi, ia juga tidak mengajak masyarakat Arab kembali kepada penyembahan berhala. Paganisma itu oleh Muhammad sudah dikikis habis dari negeri Arab. Ajakan tauhid sudah meluas ke seluruh Semenanjung itu dan sudah meresap begitu kuat dalam hati sehingga setiap orang merasa malu jika 108 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. MR. Collection's a 7. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH masih berpikir tentang berhala dan menganggapnya sebagai impian kosong saja. Tetapi mereka yang menganggap diri nabi itu mendakwakan bahwa mereka juga menerima wahyu seperti yang diterima Muhammad, dan malaikat datang kepada mereka dari langit seperti yang juga datang kepada Muhammad. Di antara mereka ada pula yang berusaha meniru-niru Qur'an, yang menurut khayalnya juga diwahyukan kepadanya. Beberapa contoh sajak yang oleh sumber-sumber itu dihubungkan kepada mereka, sukar sekali dapat kita pastikan kebenarannya. Suatu hal yang tak masuk akal dan sukar dibayangkan bagaimana seseorang yang mendakwakan diri nabi akan mau menyiarkannya kepada orang ramai atas namanya, dan bagaimana pula orang akan menerimanya dan mengikutinya bila igauan serupa dikatakan wahyu dan firman Tuhan semesta alam. Dugaan Tulaihah menerima wahyu Cukup kiranya kalau kita baca apa yang katanya bahwa Tulaihah mendakwakan diri telah mendapat wahyu untuk membuat orang sangsi bahwa ada orang yang berdakwah demikian mendapat banyak pengikut, selanjutnya orang itu kemudian memegang peranan penting dalam Islam, yang masih dicatat oleh sejarah sebagai saksi tentang beberapa peristiwa perjuangan selama masa Umar bin Khattab. Di antara yang disebutkan oleh sumber-sumber tentang Tulaihah yang mendakwakan diri menerima wahyu itu kata-katanya ini (dalam bentuk sajak): 109 "Demi burung dara dan burung tekukur, demi burung pemangsa yang kelaparan, yang sudah diburu sebelummu beberapa tahun, raja kita pasti mengalahkan Irak dan Syam." Kita sudah sering membaca mantra-mantra para dukun zaman jahiliah, dan semua itu masih kita ingat, bahwa Kuraisy memerangi Muhammad karena dia dikatakan seorang dukun dan bahwa yang diwahyukan kepadanya itu semacam mantra ini. Orang yang pernah hidup sezaman dengan Nabi sudah tahu benar, bahwa propaganda yang ditujukan kepada Qur'an itu omong kosong. Di samping itu, buat semua orang dan buat orang Arab jelas sekali sudah, bahwa Qur'an adalah mukjizat Muhammad, yang tidak mungkin — baik manusia ataupun jin — akan mampu membuat serupa itu sekalipun mereka masing-masing saling tolongmenolong. Tulaihah dulu memang seorang dukun, sama seperti juga Aswad. Tetapi adakah mantra yang katanya wahyu itu termasuk mantra 110 ABU BAKR AS-SIDDIQ para dukun? Kalaupun benar demikian, artinya dukun-dukun itu termasuk tukang-tukang sulap yang luar biasa, dan segala yang berasal dari mereka itu adalah suatu kearifan, maka itulah yang telah merendahkan makna kearifan. Benar tidaknya kata-kata itu konon berasal dari Tulaihah, berarti kita diajak menyetujui pandangan yang dalam sejarah sendiri tak pernah ada catatannya yang berarti buat kita. Apa yang sudah diceritakan kepada kita, hanya bahwa dia tak dapat menerima adanya ketentuan rukuk dan sujud dalam salat, dan katanya bahwa Allah tidak menyuruh orang menyurukkan mukanya ke debu atau membungkukkan punggung dalam salat. Kalaupun apa yang dikaitkan kepadanya itu benar, barangkali itu diambil dari cara-cara sembahyang orang-orang Nasrani. Sebenarnya penyebab sedikitnya peninggalan Tulaihah, Musailimah dan yang semacamnya itu yang sampai kepada kita, itu sama dengan penyebab sedikitnya pengetahuan kita tentang berhala-berhala itu. Kaum Muslimin yang mula-mula sudah membuangnya dan tidak pernah memikirkan akan mencatat atau menceritakan semua itn. Juga orang-orang yang datang kemudian tidak menganggap perlu, kecuali jika dapat memperkuat agama yang benar ini. Sudah sama-sama kita ketahui bahwa yang dicatat oleh kaum Muslimin pada permulaan sejarah Islam itu hanya usaha Abu Bakr dalam mengumpulkan Qur'an, sedang pengumpulan sunah dan hadis baru dilakukan sesudah abad pertama Hijri. Orang-orang yang telah bekerja untuk itu pun tidak sedikit mengalami kesulitan. Yang meringankan mereka hanya karena dengan itu mereka sangat mengharapkan pahala dari Allah. Melihat keadaan yang demikian, tidak heran bila cerita-cerita tentang Tulaihah dan nabi-nabi palsu yang lain itu banyak yang kita sangsikan, apalagi kalau cerita-cerita itu tidak cocok dengan yang biasa dikenal mengenai tata nilai kehidupan orang Arab, di kota dan di pedalaman, dan tidak pula sejalan dengan segala peristiwa yang ada hubungannya dengan semua itu. Perintah Muhammad memerangi kaum murtad Sejak semasa Nabi masih hidup, Tulaihah di kabilah Banu Asad, Aswad di Yaman dan Musailimah di Yamamah sudah mendakwakan diri nabi. Muhammad telah mengutus Dirar bin Azwar kepada wakilnya di Banu Asad dengan perintah menangani siapa saja yang murtad. Markas Muslimin ketika itu di Waridat, sedang Tulaihah dan golongan bermarkas di Samira'. Jumlah kaum Muslimin sudah bertambah banyak, sebaliknya jumlah kaum murtad makin berkurang jumlahnya. Hal ini karena tersiarnya berita-berita tentang kemenangan pihak Muslimin di berbagai tempat, sehingga Dirar sudah bersiap-siap akan memerangi Tulaihah, tetapi tampaknya sudah didahului oleh yang lain yang ingin menghilangkan nabi palsu itu. Orang itu dibidik dengan senjata tetapi luncas dan tidak mengenai sasaran. Orang-orang di sekitar Tulaihah segera bergegas dan menyiarkan berita bahwa senjata itu tidak mempan terhadap nabi mereka. Sementara Muslimin sudah siap-siap akan menghadapi situasi itu, tiba-tiba tersiar berita Rasulullah berpulang ke rahmatullah. Mereka jadi gelisah dan jumlah mereka berkurang. Banyak di antara mereka yang lari kepada Tulaihah menjadi pengikut dan pendukungnya. Setelah kedua kabilah Abs dan Zubyan bergabung sesudah oleh Abu Bakr dihancurkan di Zul-Qassah, keadaan mereka makin kuat dan mereka mengira tak akan dapat dikalahkan. Yang menambah lagi kekuatan Tulaihah karena beberapa kabilah lain bergabung pula dengan Abs dan Zubyan. Soalnya karena antara kabilah-kabilah Asad, Gatafan dan Tayyi' sudah mengadakan persekutuan sejak zaman jahiliah, sebelum Rasulullah diutus. Kemudian Asad dan Gatafan bersepakat menghadapi kabilah Tayyi' dan mengusirnya dari kampung halamannya. Hubungan antara mereka terputus. Setelah Rasulullah wafat Uyainah bin Hisn dari kabilah Fazarah berpidato di hadapan Gatafan dengan mengatakan: "Aku tidak mengenai lagi perbatasan Gatafan setelah kami putus dengan Banu Asad. Aku akan membaharui persekutuan antara kita yang sudah ada sejak dulu itu dan kita akan menjadi pengikut Tulaihah. Kami lebih menyukai nabi dari kedua sekutu ini daripada nabi dari Kuraisy. Muhammad sudah mati, sedang Tulaihah masih hidup." Pendapat Uyainah itu diikuti oleh golongannya. Dengan masuknya mereka itu, kedudukan golongan murtad itu makin kuat, sehingga kaum Muslimin yang berada di tengah-tengah mereka lari ke Medinah. Kabilah-kabilah itu berkumpul di Buzakhah. Mereka mengumumkan kemurtadan dan perlawanan mereka terhadap kekuasaan Medinah. Abu Bakr mulai mempersiapkan dan mengatur beberapa brigade dan kemudian dikirim untuk menghadapi mereka serta kabilah-kabilah lain di Semenanjung itu, dengan disertai surat mengingatkan mereka bahwa mereka akan menghadapi perang jika tidak segera kembali ke pangkuan Islam. Khalid bin Walid memang sudah diberi tugas menghadapi Tulaihah, dan setelah itu untuk menghadapi Malik bin Nuwairah. Adakah ia disuruh cepat-cepat berangkat untuk menghadapinya dan menghadapi kabilahkabilah yang lain itu? Tidak! Abu Bakr malah mengumumkan bahwa 7. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH 111 112 ABU BAKR AS-SIDDIQ dia sendiri akan memimpin pasukan itu ke Khaibar untuk bergabung dengan Khalid dan membantunya dalam menghadapi gerombolan-gerombolan murtad itu. Politik Abu Bakr memecah-belah Tayyi' dengan sekutu-sekutunya Abu Bakr kemudian minta kepada Adi bin Hatim — yang sudah datang membawa zakat ke Medinah seperti disebutkan di atas — supaya menemui kabilahnya, Tayyi' untuk mengingatkan akibat sikap mereka yang berkeras dalam kemurtadannya itu. Khalid memang tidak langsung berangkat ke Buzakhah, melainkan pergi ke Aja' dan dia mengumumkan bahwa ia sedang menuju Khaibar untuk bergabung dengan pasukan Khalifah, dan dari sana kedua pasukan itu bam kemudian akan bertolak ke Buzakhah. Ketika Adi menyampaikan hal itu kepada kabilahnya, berita itu sudah luas tersiar. Adi mengadakan perundingan dengan mereka agar kembali kepada Islam dan bersama-sama dengan Abu Bakr dalam satu barisan. Tetapi mereka menjawab: "Kita tidak akan menjadi pengikut Abul-Fasil." Abu al-Fasil1 adalah julukan yang dipakai oleh lawan Abu Bakr untuk mengejeknya. Ketika itu Adi berkata: "Mereka telah datang kepadamu dan akan menistakan perempuan-perempuan kamu dan kamu akan menjulukinya nanti dengan jantan besar. Terserah kepadamu sekalian." Disebutkan juga jumlah orang dan perlengkapan Muslimin yang akan membuat mereka gentar dengan diperlihatkan juga bahwa si Fasil itu ternyata memang benar-benar jantan. Sebenarnya mereka tidak menyangsikan apa yang dikatakan Adi itu. Abu Bakr memang sudah menumpas Abs dan Zubyan berikut pembela- pembelanya ketika pasukan itu jauh dari dia di perbatasan Rumawi! Buat apa mereka harus memerangi Abu Bakr, padahal yang diminta oleh Adi hanya supaya mereka berpegang teguh pada agama seperti pada masa Rasulullah! Maukah mereka begitu saja mempertaruhkan diri, anak-anak dan istri-istri menghadapi Khalid yang sudah cukup terkenal keras dan garang hanya untuk menggantikan Tulaihah dengan Abu Bakr?! Tayyi' melepaskan diri dari Tulaihah dan kembali kepada Islam Hal ini mereka diskusikan dengan sesama mereka, yang akhirnya disimpulkan bahwa apa yang dikatakan Adi itu benar; dia ikhlas dan 1 Fasil dalam bahasa berarti 'anak unta atau sapi yang sudah disapih.' Abu al-Fasil, si anak unta, sebagai ejekan. — Pnj. 7. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH jujur dalam memberikati pendapat dan nasihat. Setelah menemui Adi kembali mereka berkata: "Mari kita menemui pasukan itu dan tahan jangan menyerang sebelum orang-orang kita yang menyusul ke Buzakhah dapat kita keluarkan. Kalau kita menentang Tulaihah sementara mereka masih di tangannya, mereka akan dibunuh dan disandera." Adi merasa senang dengan sikap mereka itu. la segera kembali ke Sunh dan setelah menemui Khalid ia berkata: "Khalid, tahan dulu sampai tiga hari. Ada lima ratus prajurit akan bergabung dengan pasukanmu. Kita akan sama-sama menghantam musuh. Ini tentu lebih baik daripada kau cepat-cepat melemparkan mereka ke dalam api dan disibukkan oleh mereka." Buat Khalid ini bukan tidak diketahui. Dia adalah pakar dan kenal benar taktik perang. Bahwa keluarnya Tayyi' dari Tulaihah akan sangat melemahkan dan membuat porak-poranda pihak lawan. Oleh karena itu Khalid menahan diri selama tiga hari tidak berangkat. Sementara itu Adi pun kembali ke kabilahnya. Ternyata mereka memang sudah mengirim orang ke Buzakhah meminta bantuan pasukan untuk membantu pasukan Muslimin sebelum mereka menyerang Tulaihah. Dengan senang hati Tulaihah menerima alasan ini, dan mereka dibiarkan pergi ke Tayyi'. Setelah dibicarakan dan didiskusikan pandangan Adi itu mereka puas. Adi kembali membawa mereka yang sudah kembali ke pangkuan Islam itu kepada Khalid. Sebelum Khalid berangkat ke Ansur hendak menemui kabilah Jadilah, sekali lagi Adi mengambil kesempatan berbicara dengan dia: "Kabilah Tayyi' itu seperti burung dan Jadilah salah satu sayap Tayyi'. Beri aku waktu barang beberapa hari lagi, kalau-kalau Allah masih akan menolong Jadilah." Tanpa ragu lagi Khalid menyetujui permintaannya itu. Adi berangkat menemui suku Jadilah. Sementara masih di tengah-tengah mereka ia dibaiat. Kemudian ia kembali kepada Khalid bersama mereka yang sudah kembali kepada Islam, dan mereka menyusul Muslimin yang terdiri dari seribu anggota pasukan berkuda. Kalangan sejarawan menyebutkan: Adi adalah manusia terbaik dan merupakan berkah terbesar yang dilahirkan di bumi Tayyi'. Tulaihah gigih mengadakan perlawanan Cerita mengenai kabilah Tayyi' dan Jadilah ini sampai juga kepada Tulaihah dan para pengikutnya di Buzakhah. Rasanya tidak perlu lagi disebutkan, betapa berita-berita itu membuat semangat dan kekuatan Tulaihah jadi menurun. Kendati begitu ia tetap gigih hendak mengada- 113 kan perlawanan biia diserang. Buat dia memang tak ada jalan lain daripada itu, didampingi oleh Uyainah bin Hisn memimpin tujuh ratus orang dari Fazarah. Dia sangat membenci Abu Bakr dan ingin sekali melumpuhkan kekuasaan Muslimin. Dalam Perang Ahzab dulu Uyainah inilah yang memimpin pasukan Fazarah. Ketika itu ia termasuk salah satu dari tiga kavaleri yang berusaha hendak menyerang Medinah setelah ada persetujuan antara Fazarah dengan Quraizah, dan dia juga yang hendak menyerbu Medinah tak lama setelah pihak Ahzab jatuh. Tetapi Rasulullah dapat menahan serangan mereka dan Uyainah ini yang lari dikejar dalam ekspedisi Zu Qarad. Sekalipun kemudian ia masuk Islam, tetapi masuk Islamnya karena menyerah kalah kepada kekuatan yang sudah tak dapat dilawan. Namun setelah Rasulullah wafat, ia tidak senang dengan kekuasaan Abu Bakr. Sekalipun sudah ditinggalkan oleh Tayyi' dan Jadilah, Tulaihah tidak akan mundur dari "kenabiannya," sebab dia tahu benar, bila ia mundur Uyainah akan berbalik melawannya dan semua mereka yang di sekitarnya akan memberontak dan nyawanya terancam. Biarlah dia bertahan, dan dia akan menunggu Khalid dan pasukannya datang. Sesudah itu biarlah terjadi apa yang akan terjadi. Tiba saatnya sudah Khalid harus bergerak menghadapi golongan murtad itu. Ia mengirim Ukkasyah bin Mihsan dan Sabit bin Aqram al- Ansari sebagai perintis jalan. Keduanya termasuk pemuka dan pahlawan Arab yang berani. Mereka bertemu dengan Hibal saudara1 Tulaihah dan ia dibunuh. Mendengar dia dibunuh Tulaihah dan Salamah, saudaranya yang seorang lagi, keluar memeriksa dan mencari berita lebih lanjut. Salamah tidak menunda lagi ketika melihat Sabit, lalu dibunuhnya. Ukkasyah bertahan menghadapi Tulaihah tetapi Tulaihah meminta bantuan saudaranya, lalu Ukkasyah juga mereka bunuh. Setelah itu mereka kembali ke tempat semula. Khalid datang dengan beberapa orang. Melihat kedua sahabat mereka dibunuh, mereka sangat terharu. Kata mereka: "Dua orang pemimpin dan pahlawan Muslim!" Melihat kesedihan sahabat-sahabatnya itu Khalid mengambil sikap untuk tidak menghadapkan mereka kepada musuh sebelum hati mereka tenang kembali. Karena itu ia mengajak mereka berbelok ke Tayyi'. Ia meminta Adi memberikan siapa saja anak buah- 1 Demikian al-Kamil oleh Ibn Asir menyebutkan. Tetapi at-Tabari dalam Tankh-nya dan al-Qdmus dan yang lain menyebutkan, bahwa Hibal anak Salamah bin Khuwailid, jadi kemenakan Tulaihah, bukan saudaranya. 114 ABU BAKR AS-SIDDIQ 7. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH nya yang dapat dikerahkan. Pihak Muslimin melihat jumlah pasukannya makin banyak dan dengan itu kekuatannya pun akan berlipat ganda. Mereka senang hati berangkat perang. Khalid memimpin mereka ke Buzakhah untuk menghancurkan Tulaihah tanpa menenggang-nenggang dan maju-mundur lagi. Tayyi' memerangi Qais Kabilah-kabilah Qais dan Banu Asad sudah siap berperang di sekeliling Tulaihah. Orang-orang Tayyi' yang bergabung dengan pasukan Khalid berkata: Kita minta kepada Khalid, cukup menghadapi Qais saja, sebab Banu Asad masih termasuk sekutu kami. Tetapi Khalid menjawab: Qais tidak lebih lemah dari keduanya. Yang mana dari mereka yang kamu sukai serbulah. Adi berkata: Kalau keluargaku terdekat meninggalkan agama ini, pasti kuhadapi mereka. Akan mundurkah aku menghadapi Banu Asad karena persekutuannya itu! Tidak, tidak akan kulakukan! Khalid berkata: Memerangi keduanya juga suatu jihad. Janganlah, kautentang pendapat kawan-kawanmu itu. Teruskan menghadapi salah satunya, dan pimpinlah mereka menghadapi lawan yang lebih kuat untuk diperangi. Dengan begitu Tayyi' akan menghadapi Qais, dan Muslimin yang lain menghadapi Banu Asad. Ketika itu yang akan memimpin pertempuran ialah Uyainah bin Hisn di pihak Tulaihah, sementara Tulaihah sendiri tinggal dalam sebuah rumah dari bulu berselubung kain guna membuat ramalan buat mereka. Setelah terjadi pertempuran sengit dan Uyainah melihat kekuatan Khalid dan Muslimin, ia kembali kepada Tulaihah menanyakan: 'Sudahkah Jibril datang?' 'Belum,' jawab Tulaihah. Uyainah kembali dan terus bertempur lagi. Begitu melihat pertempuran itu berkobar luar biasa, ia kembali lagi kepada Tulaihah menanyakan: "Bagaimana? Jibril sudah datang?" Tulaihah menjawab: "Belum juga." "Sampai kapan? Sudah cukup lama kita menunggu!'" kata Uyainah. Ketika ia kembali lagi ke medan pertempuran, pasukan berkuda Khalid sudah hampir mengepungnya dan mengepung anak buahnya. Ketika kembali lagi kepada Tulaihah dalam ketakutan ia mengulangi lagi pertanyaannya: "Sudah datangkah Jibril?" "Ya, sudah." "Apa katanya?" Tulaihah menjawab: "Dia berkata kepadaku: 'Kau punya pasukan unta seperti pasukannya dan sebuah cerita yang tak terlupakan.'" Tidak tahan mendengar igauan itu Uyainah berteriak mengatakan: 'Allah sudah tahu bahwa akan terjadi suatu cerita yang tak terlupakan!' Kemudian ia berseru kepada golongannya: 'Hai Banu Fazarah, mari kita tinggalkan dia. Dia pembohong!' 115 ABU BAKR AS-SIDDIQ Mereka pun pergi berlarian. Ketika itu ada sebuah rombongan lewat, mereka berseru kepada Tulaihah: "Apa yang kauperintahkan kepada kami?!" Waktu itu Tulaihah sedang menyiapkan kudanya dan seekor unta untuk istrinya, Nawar. Begitu melihat orang banyak mendatanginya dan memanggil-manggilnya, langsung ia menaiki kudanya dan membawa serta istrinya. Dengan demikian ia dan istrinya menyelamatkan diri, sambil berkata: "Barang siapa di antara kamu dapat berbuat seperti aku dan dapat menyelamatkan diri dan keluarganya, lakukanlah!" Hancurnya Tulaihah dan pasukannya. Lari ke Syam dan kembali kepada Islam Demikianlah perlawanan nabi palsu yang ditujukan kepada Abu Bakr itu berakhir. Bahkan sekaligus usahanya mengaku-aku nabi juga berakhir. Dia lari ke Syam dan mereka yang dulu mengatakan dia nabi kini mendustakannya. Kemudian ia mengambil tempat di Kalb dan menetap di sana. Kemudian ia kembali ke pangkuan Islam setelah diketahuinya bahwa kabilah-kabilah yang dulu menjadi pengikutnya telah kembali kepada agama yang benar itu. Setelah itu ia melakukan umrah ke Mekah semasa Khalifah Abu Bakr itu juga. Bila ia menyusuri pinggiran kota Medinah, ada orang yang menyampaikan kepada Abu Bakr tentang tempatnya itu, tetapi Abu Bakr mengatakan: "Akan kuapakan dia? Biarkan dia bebas. Allah sudah memberinya petunjuk kembali kepada Islam." Setelah kemudian Umar bin Khattab menjadi Khalifah, Tulaihah datang dan ikut membaiatnya. Tetapi Umar masih menegurnya: "Kau sudah membunuh Ukkasyah dan Sabit! Aku samasekali tidak menyukaimu!" "Amirulmukminin," kata Tulaihah, "Anda jangan risau karena dua orang yang sudah mendapat kehormatan dari Allah melalui tanganku ini, tetapi Allah tidak memberiku yang demikian melalui tangan mereka." Umar menerima pembaiatannya itu. Kemudian katanya menanyakan: "Benar-benar penipuan. Sekarang apa lagi yang masih tinggal dari kedukunanmu itu?" "Sekali atau dua kali hembusan saja lagi." Kemudian ia kembali ke golongannya dan tinggal bersama mereka. Tetapi akhirnya tiba saatnya, ia juga ikut bertempur mati-matian bersama Muslimin yang lain dalam melawan Irak. Khalid terus menumpas kaum murtad dan pembangkang Setelah Uyainah bin Hisn pergi bersama kabilahnya Banu Fazarah dia mengumumkan di depan semua orang bahwa Tulaihah adalah pembohong, dan Tulaihah sudah lari membawa istrinya Nawar dengan me- 116 7. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH 117 nasihati orang supaya juga lari. Adakah itu pertentangan terakhir antara Khalid bin Walid dengan kabilah-kabilah yang di pihak Tulaihah, dan antara dia dengan kabilah-kabilah yang murtad di timur laut Semenanjung? Kadang itu masih terlintas dalam pikiran, apalagi bila kita tahu bahwa Banu Asad kelompok Tulaihah itu sudah kembali kepada Islam dan tak ada dari mereka yang jatuh korban. Tetapi sebenarnya Khalid masih bermarkas di Buzakhah selama sebulan penuh. Dia terus membersihkan sisa-sisa anggota kabilah yang terpencar-pencar, yang masih murtad. Juga mereka yang bergabung dan membantu Umm Ziml dalam mengadakan pemurtadan dan pembangkangan terhadap Abu Bakr — termasuk orang-orang yang memusuhi kaum Muslimin dengan melakukan pembunuhan. Mereka yang membangkang kepada Khalifah, seperti Qurrah bin Hubairah, Fuja'ah as-Sulami dan Abu Syajrah bin Abdul Uzza as-Sulami dikirim ke Medinah sebagai tawanan sambil menunggu keputusan dari Abu Bakr. Sebabnya sisa-sisa kaum murtad bertahan Sebelum kita sampai kepada Umm Ziml dan kaum murtad lainnya dari sisa-sisa pasukan Tulaihah yang terpencar-pencar itu, baik juga kita berhenti sebentar sambil bertanya-tanya: Mengapa mereka tidak kembali kepada Islam seperti yang dilakukan oleh Banu Asad, kabilah Tulaihah, dan mengumumkan kembalinya itu kepada semua orang? Setelah terbukti kebohongan Tulaihah, tidakkah terpikir oleh mereka akan menjadi orang yang beriman kepada kenabian dan risalah Muhammad? Atas pertanyaan di atas sudah kita kemukakan jawabannya. Orangorang Arab itu kebanyakan hanya tunduk kepada kenabian Muhammad, bukan beriman kepada kenabian itu. Di antara mereka sebenarnya memang banyak yang melihat beribadah kepada berhala-berhala itu sebagai suatu ironi dan sudah mereka tinggalkan; dan mereka beribadah kepada Tuhan Yang Mahaesa. Tetapi menurut anggapan mereka, ketentuan-ketentuan yang sudah diwajibkan oleh Muhammad konsekuensinya tidak memuaskan. Mereka menganggap bahwa mereka berhak melepaskan diri dari segala kewajiban itu. Hal ini mereka nyatakan terus teiang kepada Abu Bakr, seperti soal zakat, sebab dalam hati mereka kecintaan kepada harta jauh lebih kuat daripada apa pun yang lain. Mereka akan tetap dalam Islam asal saja dibebaskan dari kewajiban salat dan kewajiban- kewajiban lain yang ditentukan oleh Islam. Mereka mengikuti Tulaihah, mengikuti Musailimah dan yang lain, tak lain karena ingin meninggalkan segala yang diwajibkan Islam kepada mereka. Kalau mereka 118 ABU BAKR AS-SIDDIQ tetap bertahan sesudah Tulaihah lari dan ingin menghadapi Khalid, soalnya karena mereka masih mengharapkan kemenangan yang akan membuat Abu Bakr nanti mau berkompromi dengan mereka untuk melepaskan beberapa kewajiban itu. Dengan demikian segala yang mereka harapkan dulu dengan mengikuti ajakan Tulaihah tercapai. Di samping itu masih ada sebab lain yang erat sekali hubungannya dengan kejiwaan atau sikap mental orang-orang badui dan orang-orang Arab pedalaman dan sebangsanya itu, sehingga kendati Tulaihah sudah lari mereka tidak membubarkan diri. Sejak masa Rasulullah dulu sudah ada keretakan lama antara mereka dengan kaum Muhajirin dan Ansar yang seolah sudah terlupakan. Setelah mereka dikalahkan dan tunduk kepada kekuasaan Rasulullah, pura-pura mereka menerima dengan senang hati. Tetapi seperti umumnya orang yang sudah kalah, mereka menerima terpaksa. Begitu dilihat ada kesempatan untuk membalas, kesempatan demikian tidak akan mereka sia-siakan. Kesempatan ini mengingatkan mereka pada peristiwa perang Ahzab dan perang Khandaq dulu. Ketika itu Medinah sudah hampir kemasukan pihak Ahzab kalau tidak tiba-tiba datang angin badai yang menerjang keras sekali menyebabkan mereka lari ketakutan. Sekali ini mereka mendapat kesempatan untuk membalas dendam dengan jalan terus gigih menghadapi Khalid, kalau-kalau mereka mendapat nasib lebih baik daripada masa Muhammad dulu, dan kalau-kalau kebebasan pribadi yang menjadi kedambaan orang-orang pedalaman itu dapat mereka peroleh kembali setelah dengan itu mereka merasa kehilangan gengsi. Sekiranya gerakan semua kabilah itu didorong oleh emosi sebagai orang-orang badui itu, niscaya kedudukan Khalid dan sahabat-sahabatnya akan terbentur juga. Tetapi kita sudah melihat bagaimana kabilah Tayyi' dulu ikut bergabung kepada Tulaihah, kemudian setelah diajak bicara oleh Adi bin Hatim mereka kembali kepada Islam, dan bergabung dengan Khalid, bersama-sama dalam satu barisan. Kemudian sempat mengganggu Tulaihah sehingga menimbulkan ketakutan dan berakhir dengan kehancurannya. Peristiwa serupa kemudian terjadi juga setelah Tulaihah hancur dan disusul oleh Uyainah bin Hisn dari Banu Fazarah. Setelah itu Banu Amir, mereka mau murtad masih maju mundur, menunggu apa yang akan terjadi dengan kabilah Qais dan Banu Asad. Setelah oleh Khalid mereka dihancurkan dan mengalami nasib buruk, Banu Amir itu berkata: "Kami masuk ke tempat kami tadi keluar." Khalid kemudian membaiat mereka seperti yang sudah dilakukan Banu Asad, Gatafan dan Tayyi' sebelumnya di Buzakhah. Kembalinya 7. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH 119 mereka kepada Islam itu besar pengaruhnya terhadap kabilah-kabilah lain, sama seperti ketika Tayyi' kembali kepada Islam berpengaruh juga kepada Tulaihah dan mereka yang bergabung kepadanya. Sikap keras Khalid terhadap para pembunuh Muslimin Khalid telah mengambil sikap keras terhadap berbagai kabilah yang telah membunuh Muslimin, dan sikap ini telah menimbulkan rasa gentar dalam hati mereka. Ketika mengadakan perdamaian dengan pihak Gatafan, Hawazin, Sulaim dan Tayyi', ia tak mau menerima mereka sebelum orang-orang yang melakukan pembunuhan dan penganiayaan terhadap kaum Muslimin yang hidup di tengah-tengah mereka selama mereka masih murtad itu, dibawa serta. Setelah .mereka dibawa, para pengikut itu dimaafkan, tetapi pemimpin-pemimpinnya, di antaranya Qurrah bin Hubairah, diikat. Orang-orang yang telah memperlakukan kaum Muslimin secara kejam dijatuhi hukuman berat dengan membakar mereka lalu disungkurkan dari atas gunung ke dalam jurang, kemudian ditindih dengan batu, untuk dijadikan contoh bagi yang lain. Kecuali Qurrah bin Hubairah dan Uyainah bin Hisn dikirim kepada Abu Bakr sebagai tawanan bersama-sama dengan tawanan-tawanan lain, disertai sepucuk surat yang menyebutkan: "Banu Amir telah datang sesudah tadinya menentang dan sudah kembali kepada Islam setelah maju mundur. Tak seorang pun dari mereka yang sudah memerangi atau mengajak damai yang saya terima sebelum mereka yang memusuhi Muslimin dibawa. Mereka sudah saya bunuh, dan saya kirimkan Qurrah dan kawankawannya kepada Anda." Abu Bakr membenarkan tindakan Khalid Abu Bakr tidak merasa kasihan terhadap mereka yang sudah dibunuh oleh Khalid. Bahkan ia melihat mereka sebagai musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya dan musuh agama. Ia menulis kepada Khalid: "Semoga Allah memberikan karunia yang lebih banyak kepadamu. Bertakwa dan takutlah kepada Allah dalam segala hal. Allah bersama mereka yang bertakwa dan mereka yang berbuat baik. Dalam urusan Allah, bersungguh- sungguhlah dan jangan memberi hati kepada mereka. Orangorang yang telah membunuhi Muslimin jangan ada yang lolos dari hukuman mati dan hukuman berat secara terbuka. Dan barang siapa kaudapati menentang ketentuan Allah atau merintanginya yang kaupandang lebih baik dibunuh, bunuhlah." Itulah surat Abu Bakr, orang yang begitu lembut hati, begitu halus perangainya, kecuali bila sudah melihat hal-hal yang menimbulkan kemarahan Allah dan Rasul-Nya. Setelah Khalid menerima surat itu, ia meneruskan tindakan kekerasannya yang sudah dimulainya itu. Ia tinggal di Buzakhah selama sebulan sambil terus berusaha mencari orang-orang yang memusuhi Islam dan kaum Muslimin. Di antara mereka ada yang dibakar, ada yang dilemparkan dari puncak-puncak gunung dan ada yang dirajam dengan batu. Abu Bakr melindungi para tawanan yang dibawa ke Medinah Tetapi dalam memperlakukan tawanan yang dibawa ke Medinah itu Abu Bakr tidak sekeras Khalid dalam menjalankan kebijakannya. Kita sudah melihat Uyainah bin Hisn serta dukungannya kepada Tulaihah dan tindakannya membunuhi kaum Muslimin, lalu bersama-sama dengan Qurrah dan tawanan yang lain dibawa ke Medinah dengan tangan diikat ke leher. Ketika itu anak-anak Medinah menjolokkan batang daun kurma sambil berkata kepadanya: Hai musuh Tuhan, kau jadi kafir sesudah beriman! Lalu dijawab: Sebenamya aku tak pernah beriman kepada Allah. Sungguhpun begitu oleh Abu Bakr ia diselamatkan dari hukuman mati. Abu Bakr memperlakukannya demikian untuk menghindari bahayanya dan bahaya Banu Fazarah yang akan melakukan segala kejahatan. Kisah tentang Qurrah bin Hubairah dan Alqamah bin Ulasah Sekembalinya dari Oman menuju Medinah, Amr bin As pernah singgah kepada Qurrah bin Hubairah pemimpin Banu Amir. Dilihatnya Qurrah dan anak buahnya sedang maju mundur akan murtad. Ketika Amr akan meneruskan perjalanan Qurrah berbicara empat mata kepadanya: He, orang-orang Arab pinggiran itu tidak senang kepada kamu sekalian karena upeti itu. Kalau kalian dapat membebaskan mereka dari pengambilan harta mereka, mereka akan setia dan patuh kepada kalian. Kalau tidak, tak ada jalan lain mereka sepakat akan melawan kalian. Tetapi Amr menjawab: Kau sudah berbalik jadi kafir, Qurrah?! Kau mengancam dan menakut-nakuti kami dengan mereka itu? Ketika oleh Khalid Qurrah dikirim ke Medinah sebagai tawanan dan dihadapkan kepada Abu Bakr, ia berkata: Khalifah Rasulullah, saya seorang Muslim, dan keislaman saya itu sudah disaksikan oleh Amr bin As. Ketika singgah ke tempat saya, saya terima dia, saya hormati dan saya lindungi dia. Abu Bakr memanggil Amr bin As dan menanyakan tentang Qurrah serta apa yang dikatakannya itu. Oleh Amr diceritakan. Setelah menyinggung soal zakat dan apa yang dikatakannya, Qurrah menyela sambil mengatakan: Cukup! Tetapi Amr berkata: Tidak, akan saya ceritakan semua yang kaukatakan. Selesai Amr menceritakan, Abu Bakr tersenyum dan Qurrah diselamatkan dari hukuman mati. 120 ABU BAKR AS-SIDDIQ Politik Abu Bakr memberi maaf itu bukan berarti suatu kelonggaran atau ragu dari pihaknya, tetapi dimaksudkan untuk meredam segala gejolak; tujuan untuk kebaikan Islam dan Muslimin. Di luar itu Abu Bakr tidak mengenal sikap lemah jika sudah menyangkut soal risalah Muhammad. Ketika itu Alqamah bin Ulasah dari Banu Kalb masuk Islam kemudian murtad pada masa Rasulullah, kemudian ia bergabung dengan Syam. Setelah Muhammad wafat, ia datang cepat-cepat dan bermarkas di Banu Kalb. Bila beritanya itu sampai kepada Abu Bakr, ia mengutus Qa'qa' bin Amr dengan perintah berangkat untuk menyerangnya, kalau-kalau ia dapat membawahya atau membunuhnya, dengan pesan: Ingat bahwa hati akan terobati bila sudah dituntaskan, dan berbuatlah dengan caramu sendiri. Qa'qa' berangkat dengan anak buahnya. Tetapi tidak berhasil menemui orang itu, karena ia sudah lari. Istri, anak-anaknya serta mereka yang tinggal di tempat itu semua kembali kepada Islam, dan mereka tidak mau membantu Alqamah. Bagaimanapun juga, Alqamah kemudian menemui Abu Bakr dan bertobat. Oleh Abu Bakr ia dilindungi dan dibebaskan dari hukuman mati, sebab dia tidak memerangi dan tidak melakukan pembunuhan terhadap kaum Muslimin. Tetapi Abu Bakr tidak mau melindungi Fuja'ah Iyas bin Abd Yalail. Orang ini sudah datang menemui Abu Bakr dan berkata: "Berilah aku senjata dan tugaskan menghadapi siapa saja dari kaum murtad." Ia diberi senjata dan diberi tugas seperti yang sudah ditentukan oleh Abu Bakr. Tetapi senjata itu oleh Fuja'ah digunakan untuk menyerang kabilah-kabilah Sulaim, Amir dan Hawazin, baik yang Muslim maupun yang murtad, dan tidak sedikit dari kalangan Muslimin yang dibunuhnya. Melihat yang demikian Abu Bakr mengirim Turaifah bin Hajiz dalam satu pasukan untuk menyerang Fuja'ah dan kawan-kawannya, yang kemudian berhasil menangkap dan membawanya sebagai tawanan. Abu Bakr memerintahkan memasang api di Baqi' dengan kayu yang sebanyak-banyaknya. Orang itu kemudian dilemparkan ke dalamnya dan ia mati terbakar. Sekiranya Fuja'ah tidak sampai membunuhi Muslimin, niscaya ia tidak akan mengalami kematian yang begitu kejam, dan karena kejamnya itu pula Abu Bakr kemudian hari merasa menyesal: sekiranya yang demikian itu tidak terjadi. Sebelum menyudahi bagian ini dengan peristiwa Umm Ziml, kita ingin membawa kisah Abu Syajrah bin Abdul Uzza, yang peristiwanya hampir sama dengan kejadian pada Uyainah, Qurrah dan Alqamah di atas. Abu Syajrah ini anak Khansa', penyair perempuan yang cukup 7. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH 121 ABU BAKR AS-SIDDIQ terkenal karena sajak-sajak eleginya atau ratapannya terhadap kematian saudaranya, Sakhr. Orang ini juga seorang penyair dan menggabungkan diri dengan kaum murtad. Dengan sajak-sajaknya ia mengerahkan mereka untuk memerangi Muslimin. Di antaranya ia mengatakan: "Kutujukan tombakku kepada pasukan Khalid, sesudah itu aku berharap masih akan panjang umur." Setelah usahanya hendak mengerahkan orang melawan Khalid tak berhasil dan melihat orang justru kembali kepada Islam, dia pun akhirnya kembali juga kepada Islam. Ia diterima oleh Abu Bakr dan dimaafkan bersama dengan yang lain. Pada masa Umar menjadi Khalifah, Abu Syajrah mendatanginya ketika Umar sedang membagi-bagikan sedekah kepada fakir miskin. Dia berkata kepada Umar: "Amirulmukminin, saya termasuk orang miskin." Siapa kau? tanya Umar. Setelah memperkenalkan diri, Umar berkata: Hai kau musuh Tuhan! Kau yang berkata hendak membidikkan tombakmu kepada Khalid dan kau masih ingin panjang umur? Kepala orang itu oleh Umar dilecut dengan cambuk, yang kemudian ia lari menuju untanya dan kembali kepada kabilahnya Banu Sulaim. Sisa-sisa pasukan yang bergabung kepada Umm Ziml Berita-berita sudah tersiar luas tentang Abu Bakr yang memaafkan orang yang kembali kepada Islam setelah murtad itu. Kabilah-kabilah yang tadinya begitu keras membela Tulaihah sudah makin reda, kemudian mereka kembali kepada Islam setelah dikalahkan oleh Khalid. Tetapi sisa-sisa pasukan dari Gatafan, Tayyi', Sulaim dan Hawazin, mereka bergabung dengan Umm Ziml Salma bint Malik dan mengikat suatu perjanjian akan bersama-sama mengadakan perlawanan sampai mati dalam menghadapi Khalid. Sudah tentu dendam lama yang ada pada sisa-sisa kabilah itu terhadap Muslimin — yang setelah kekalahan mereka serta pengampunan yang telah diberikan oleh Abu Bakr tidak juga dapat meredakan — itulah yang mendorong orang yang putus asa bergabung dan membuat perjanjian mengadakan perlawanan. Kalau bukan karena dendam yang menggerogoti jantung mereka, apa pula gerangan yang membuat mereka bertahan setelah Tulaihah lari dan kebohongannya terbongkar? Umm Ziml ini memang mengidap luka dendam kepada Muslimin yang tak kunjung sembuh kendati sudah berlalu beberapa tahun silam. Wajar saja bila sisa-sisa itu kemudian bergabung dengan Umm Ziml dan dendam bersama itulah yang kemudian dijadikan panji dan benderanya. 122 7. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH 123 Siapa Umm Ziml Umm Ziml ini anak perempuan Umm Qirfah yang terbimuh pada masa Nabi dengan mengerikan sekali. Zaid bin Harisah ketika itu sedang berhadapan dengan Banu Fazarah di Wadi Qurrah. Banyak anak buahnya yang mengalami luka dan Zaid sendiri luka berat dan dibawa langsung ke Medinah. Setelah sembuh oleh Rasulullah ia dikirim kembali kepada Banu Fazarah memimpin suatu pasukan. Banyak yang terbunuh, lukaluka dan tertawan dari pihak lawan. Umm Qirfah Fatimah bint Badr ini termasuk di antara yang ditawan. Dalam pertempuran pertama, dialah yang menyebabkan Zaid mengalami luka berat itu. Setelah perempuan itu tertangkap diperintahkan supaya dibunuh. Tetapi pembunuhan itu dilakukan secara kasar. Konon katanya kakinya diikatkan pada unta kemudian masing-masing unta dilepas ke arah yang berlawanan sehingga dia sobek. Anaknya, Umm Ziml ditawan yang oleh Aisyah Ummulmukminin kemudian dibebaskan dan lama ia tinggal bersama, kemudian ia pulang kembali ke kabilahnya. Tetapi kematian ibunya tetap terbayang di matanya selama ia belum mendapat jalan untuk menuntut balas. Setelah terjadi Perang Riddah, ia juga menjadi murtad, dan dalam mengadakan balas dendam, untuk memuaskan hatinya, sisa-sisa kabilah yang masih berserakan ikut pula membantunya. Di kalangan masyarakatnya Umm Qirfah ini cukup dihormati dan mempunyai kedudukan yang kuat. Dia bibi Uyainah bin Hisn dan istri Malik bin Huzaifah; anak-anaknya menjadi kebanggaan Banu Fazarah. Kalau ia mau menjarah kabilah lain ia pergi dengan seekor unta memelopori kaumnya di depan. Setelah ia mati untanya di tangan Umm Ziml. Kedudukan anaknya di tengah-tengah kaumnya itu juga sama dengan kedudukan ibunya. Sesudah sisa-sisa kabilah yang pernah memerangi Abu Bakr dan Khalid itu bergabung dengan dia, ia berangkat dengan mengerahkan dan membakar semangat mereka untuk bersama-sama memerangi Khalid, termasuk ke dalamnya orang-orang gelandangan, sehingga mereka merupakan sebuah kelompok besar dan kuat. Melihat keadaan ini, Khalid yang memang mengintai kaum pembangkang sambil mengumpulkan zakat dan berusaha menenteramkan keadaan itu, sekarang harus berangkat menghadapi mereka. Khalid memerangi Umm Ziml Pertempuran sengit sekarang terjadi antara kedua pihak. Umm Ziml di atas untanya membakar semangat para pengikutnya agar terus bertempur, dan mereka pun menerjang maju tak peduli lagi, sehingga ada beberapa rumah mereka yang hancur samasekali. Khalid melihat kebe124 ABU BAKR AS-SIDDIQ ranian dan kekukuhan perempuan ini memang luar biasa dengan terus memeranginya mati-matian, sehingga ia menyediakan seratus ekor unta bagi siapa yang dapat menusuk untanya. Pasukan berkuda Muslimin maju ke arah perempuan itu. Tetapi ternyata ia dikelilingi oleh orang-orang yang kuat-kuat yang sudah bersedia mati untuk melindunginya. Sementara itu sudah ada seratus orang yang mati di sekitar untanya itu sebelum pasukan berkuda Muslimin mencapai tempat tersebut. Setelah kemudian mereka sampai ke tempat itu, untanya berhasil dilumpuhkan dan perempuan itu terbunuh. Dengan demikian kekacauan segera dapat diatasi. Memang banyak orang yang terpesona melihat kekuatan dan keberaniannya serta upayanya mengerahkan orang. Begitu sisa-sisa kabilah itu melihat unta Umm Ziml dilumpuhkan dan perempuan itu terbunuh, mereka patah semangat dan segera ceraiberai, dan tanpa melihat kanan-kiri lagi mereka lari lintang pukang. Dengan demikian api fitnah itu dapat dipadamkan dan pembangkangan kaum murtad di timur laut Semenanjung dapat dilumpuhkan. Apa pula yang akan mereka tunggu sekarang sesudah pemimpin-pemimpin mereka sudah habis semua berantakan! Kaum murtad setelah hancurnya Tulaihah dan pengikut-pengikutnya Belum cukupkah teladan yang diperlihatkan oleh Abu Bakr buat orang-orang Arab di seluruh Semenanjung itu untuk kembali kepada Islam? Mereka sudah melihat sendiri pasukannya menuju ke arah mereka dari segenap penjuru, dan setiap brigade akan berangkat ke mana saja diperintahkan oleh Khalifah Rasulullah. Mereka sudah mendengar beritaberita tentang Khalid bin Walid dan sudah tahu pula nasib Tulaihah. Sungguhpun begitu, mereka masih belum mau tunduk juga. Yang mereka lihat hanya kabilah Kuraisy yang mengibarkan benderanya dan menguasai orang-orang Arab itu. Kenapa tidak pada setiap kabilah ada seorang nabi yang.dapat menolak Kuraisy, kalaupun tidak akan mengibarkan benderanya di semua kabilah?! Kabilah-kabilah itu sudah lupa, juga mereka yang mendakwakan diri nabi lupa, bahwa Muhammad yang dari Kuraisy itu mengajak mereka kepada agama Allah, bukan menginginkan kekuasaan, tidak mengharapkan balasan dan terima kasih sekalipun. Ia melaksanakan tugasnya atas perintah Allah, dan selama sepuluh tahun ia sudah berjuang habishabisan. Kerabatnya sendiri pun telah menyakitinya, Mekah seluruhnya memusuhinya, nyawanya dan nyawa orang-orang yang menjadi pengikutnya dalam bahaya selalu. Lawan-lawannya berkomplot hendak membunuhnya dan kaumnya sendiri mengusirnya dari kampung halaman. Dia pergi hijrah ke Medinah, sampai kelak Allah menghendaki agama- Nya tersebar ke segenap kawasan itu, para utusan datang kepada Nabi dari segenap penjuru menyatakan masuk Islam. Mereka yang mendakwakan diri nabi lupa akan semua ini. Yang terbayang oleh mereka, bahwa Muhammad telah mencapai tujuannya dengan mudah. Juga mereka lupa, bahwa Muhammad mencapai itu dengan mengajak orang kepada kebenaran, sedang mereka mendakwakan diri nabi dengan jalan kepalsuan dan kebohongan. Oleh karena itu Abu Bakr tidak cukup hanya membersihkan Semenanjung bagian utara dari noda murtad, supaya mereka kembali kepada kesadaran. Tetapi penduduk selatan lalu menyombongkan diri dengan melakukan perbuatan dosa, mempertahankan permusuhan lama antara mereka dengan pihak Hijaz. Kenangan mereka pada peperangan-peperangan yang dulu juga, yang pernah dimenangkan oleh nenek moyang. Tetapi bila mereka masih tetap keras kepala mau bertahan dengan kemurtadannya, maka tak ada jalan lain harus dikembalikan kepada Islam, atau dengan mempertahankan cara hidup mereka itu, mereka akan hidup hina. Kalau begitu, berarti Khalid harus pindah dari Buzakhah ke Butah, dan setelah itu pindah lagi ke Yamamah. Sudah menjadi suratan takdir juga bahwa pedang Khalid-lah yang harus mengembalikan kaum murtad itu kepada kebenaran. Dan apa yang sudah ditakdirkan, pasti terjadi juga. 7. TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH 125 Banu Tamim dan perkampungannya Letak perkampungan Banu Tamim berdekatan dengan Banu Amir ke arah selatan, berseberangan dengan Medinah dari arah timur yang membentang ke arah Teluk Persia, dan di bagian timur laut bersambung dengan muara sungai Furat (Euphrate). Pada zaman jahiliah dan pada masa Nabi, Banu Tamim ini menduduki tempat terhormat, karena keberanian dan kemurahan hatinya yang sudah menjadi ciri khasnya serta keunggulan kaum lelakinya sebagai pahlawan dan penyair. Sejarah sudah mencatat peristiwa-peristiwa penting yang diperankan oleh cabang-cabang kabilah ini, seperti Banu Hanzalah, Darim, Banu Malik dan Banu Yarbu', yang selanjutnya dapat dibaca dalam buku-buku sastra dan biografi yang ditulis oleh para sejarawan terkemuka. Keberatan menunaikan zakat pada masa Nabi Hubungan para kabilah itu dengan muara Furat dan Teluk Persia menyebabkan saling berpindahnya penduduk Semenanjung dengan penduduk Irak, dan yang menyebabkan juga adanya hubungan mereka dengan Persia. Sebagai akibatnya, banyak di antara mereka yang kemudian menganut agama Nasrani meskipun sebagian besar masih tetap menyembah berhala. Setelah Islam tersebar di kalangan mereka, mereka tetap berpegang pada kebebasan mereka sendiri — hati belum senang menerimanya. Oleh karena itu mereka merupakan kabilah yang memelopori penolakan membayar zakat tatkala Rasulullah mengutus para pemungut zakat ke tempat itu. Banu Anbar dari cabang kabilah Tamim cepatcepat mengambil panah dan pedang ketika didatangi oleh pengumpul zakat 'usyr. Setelah Uyainah bin Hisn berangkat atas perintah Nabi. Di antara mereka itu ada yang dibunuh dan ditawan. Sebuah delegasi yang terdiri 126 SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. nurulkariem@yahoo.com MR. Collection's a 8. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH 127 dari pemuka-pemuka mereka kemudian datang ke Medinah dan masuk ke dalam mesjid dengan memanggil-manggil Nabi dari luar biliknya. Mereka meminta para tawanan itu dikembalikan dan menyebutkan juga peristiwa mereka dengan Nabi di Hunain dulu serta kabilah mereka yang terpandang di kalangan orang-orang Arab. Tiba waktu salat Nabi keluar menemui mereka. Mereka mengatakan bahwa kedatangan mereka itu hendak berlomba dengan Nabi. Tetapi setelah ternyata bahwa ahli pidato Nabi lebih unggul ahli pidato mereka, penyairnya lebih unggul dari penyair mereka dan suaranya lebih nyaring dari suara mereka, mereka masuk Islam. Semua tawanan oleh Nabi dibebaskan dan dikembalikan kepada kaumnya. Peristiwa ini membuat mereka sangat gembira. Ketika Rasulullah wafat ada beberapa orang wakil Nabi di Banu Tamim, di antaranya Malik bin Nuwairah yang memimpin Banu Yarbu'. Para wakil itu berselisih pendapat mengenai apa yang harus diperbuat setelah mereka mendapat berita bahwa Nabi telah wafat: akan menunaikan zakat itu kepada Abu Bakr, ataukah akan membagi-bagikannya di antara sesama mereka. Persaingan mereka ini tampak jelas sekali dalam perselisihan itu. Bahkan persaingan ini mengakibatkan terjadinya saling bunuh di antara mereka. Yang sebagian mengakui kekuasaan Medinah, dan yang sebagian lagi menentang. Malik bin Nuwairah termasuk orang yang membagikan zakat itu dan ia menganggap Abu Bakr tidak berhak memungutnya. Dengan begitu berarti ia sudah membuat permusuhan dengan Muslimin dan patut diperangi. Kedatangan Sajah kepada Tamim Sementara mereka sedang berselisih tiba-tiba datang Sajah bint Haris dari barat laut Mesopotamia di Irak bersama-sama sekelompok orang Taglib dengan membawa pasukan tentara dari kabilah Rabi'ah, Nimr, Iyad dan Syaiban. Sajah ini dari kelompok Yarbu' yang masih termasuk Banu Tamim. Orang-orang Taglib di Irak masih pernah paman dari pihak ibu. Ia kawin dengan kalangan mereka dan tinggal di tengah-tengah mereka pula, dan menganut agama Nasrani bersama beberapa orang di antara mereka. Seperti juga orang-orang Yahudi dan Nasrani, ia menaruh dendam kepada Muhammad dan kepada pengikutnya, sama halnya dengan pihak Persia dan Rumawi. Dia memang perempuan cerdas, menempatkan diri sebagai dukun dan tahu bagaimana memimpin kaum laki-laki. Setelah ia mendengar Muhammad sudah wafat, ia mendatangi golongannya dan kabilah-kabilah di sekitarnya dengan tujuan hendak rnengerahkan mereka menyerbu Medinah dan memerangi Abu Bakr. ABU BAKR AS-SIDDIQ Sebab kedatangan Sajah dari utara Irak Beberapa sejarawan berpendapat — adakalanya benar juga pendapat mereka — bahwa kedatangan Sajah dari Irak utara ke Semenanjurig Arab yang diikuti oleh orang-orangnya dan kabilah-kabilah sekitarnya, bukan karena kedukunannya atau karena ambisi pribadi, tetapi karena dorongan pihak Persia dan pejabat-pejabatnya di Irak, supaya pemberontakan di Semenanjung itu makin berkobar. Maksudnya untuk mengembalikan kekuasaan Persia di beberapa terapat yang sudah mulai menurun setelah Muhammad menempatkan Bazan sebagai wakilnya di Yaman, dan yang sebelum itu sebagai penguasa Kisra. Adakalanya yang juga dibenarkan ialah sumber para sejarawan yang berpendapat bahwa Sajah adalah satu-satunya perempuan yang mendakwakan diri nabi, sedang biasanya, pada setiap zaman perempuanperempuan semacam itu digunakan sebagai mata-mata dan alat propaganda. Jadi kehadirannya di tanah Arab itu hanya untuk menyebarkan propaganda pembangkangan, kemudian kembali ke Irak dan tinggal menetap di sana. Tidak heran bila Persia memperalatnya untuk menimbulkan pemberontakan di tanah Arab. Sebelum itu Persia memandang kawasan itu ringan, tak perlu diperangi dengan pasukan bersenjata, walaupun harus dikembalikan kepada keadaan semula yang terisolasi, sebelum kekuasaan Muhammad dan sebelum Islam berkembang di sana. Tak ada yang lebih tepat untuk mencapai tujuan itu selain harus mengikis habis agama baru ini, yang telah membuat penduduk tahu harga diri, kendati pihak Persia tidak menghargainya. Sikap Banu Tamim terhadap Islam setelah kedatangan Sajah Sajah datang ke Semenanjung ini karena terpengaruh oleh keadaan itu. Wajar saja bila yang menjadi tujuannya yang utama kedatangannya ke daerah itu ialah kaumnya sendiri, yakni Banu Tamim. Kedatangannya ini sangat mengejutkan mereka, yang saat itu sedang berselisih antara sesama mereka: satu kelompok berpendapat zakat harus ditunaikan dan taat kepada Khalifah Rasulullah, yang sekelompok lagi berpendapat sebaliknya, dan ada pula kelompok-kelompok yang dalam kebingungan. Akibat perselisihan itu kemudian timbul perkelahian antara sesama mereka, kadang keras dan kadang lunak. Suku Banu Tamim yang melihat kedatangan Sajah ini dan mengetahui maksudnya hendak memerangi Abu Bakr, permusuhan antara kaum murtad dengan Islam makin marak. Mereka yang masih bertahan dalam Islam merasa lebih menderita dari sebelumnya. Sekarang dia 128 8. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH 129 dengan pasukannya yang besar gegap gempita dibandingkan dengan kelompok- kelompok mereka yang saling berselisih. Mereka merasa dikejutkan dengan kedatangannya yang tiba-tiba sekali itu dan mengumumkan kepada mereka kenabiannya dan mengajak mereka beriman kepadanya. Tentang perempuan ini, adakah mereka juga akan berkata seperti yang dikatakan Uyainah bin Hisn tentang Tulaihah?: "Seorang nabi perempuan dari Banu Yarbu' lebih baik daripada nabi dari Kuraisy. Muhammad sudah mati, tetapi Sajah masih hidup," yang dengan begitu mereka akan menjadi pengikut perempuan itu dan bersama-sama memerangi Abu Bakr dan kaum Muslimin, — ataukah biarkan saja dia sendiri memerangi Abu Bakr? Mungkin dia akan hancur dan kerusuhan dapat dibasmi, atau dia yang akan menang yang juga kemenangan mereka, sebab mereka masih termasuk keluarga dekatnya. Kemenangan dan kenabiannya itu akan menjadi kebanggaan mereka juga. Sajah dan Malik bin Nuwairah Sajah sekarang memimpin pasukannya di perbatasan Banu Yarbu'. Pemimpin kabilah itu, Malik bin Nuwairah, dipanggilnya dan diajaknya berkompromi. Diberitahukannya juga maksudnya hendak menyerbu Medinah. Ajakan berkompromi itu oleh Malik disambut tetapi dimintanya agar ia membatalkan niatnya hendak menyerang Abu Bakr dan diajaknya ia memerangi mereka yang berselisih dengan pihaknya di daerah Banu Tamim itu. Sajah tampaknya senang dengan pendapatnya itu, dan katanya: "Ya, terserah pendapatmu dan orang-orang yang bersamamu. Tetapi aku perempuan Banu Yarbu'. Kalau dia seorang raja, maka dia raja kamu sekalian." Bagaimana Sajah cepat-cepat berbalik dari niatnya semula dan menyetujui pendapat Malik? Tak ada sumber yang dapat memberi penjelasan kepada kita mengenai rahasia perubahan itu. Tetapi sumbersumber yang ada menyebutkan bahwa Malik adalah orang terpandang, pahlawan dan penyair. Ia sangat membanggakan diri, seperti kaumnya, punya pengikut cukup besar, sedap budi bahasanya dan pandai bergaul. Mutammam bin Nuwairah, saudaranya, yang sebagai penyair kedudukannya lebih penting dari Malik, tetapi matanya buta sebelah dan bermuka buruk. Pernah ia ditawan oleh salah satu suku, dibelenggu dan dilemparkan ke halaman. Berita itu sampai kepada Malik. Dia datang dengan kendaraannya ke tempat itu menemui mereka. Setelah memberi salam, mengajak mereka bicara, tertawa-tawa dan membacakan sajaksajak, mereka senang sekali, begitu senangnya mereka sehingga Mutammam dibebaskan tanpa tebusan. Pada zaman jahiliah Mutammam 130 ABU BAKR AS-SIDDIQ juga pernah ditawan oleh Banu Taglib. Kemudian datang Malik hendak menebusnya. Setelah melihat Malik, wajahnya yang tampan menarik perhatian mereka. Setelah diajak bicara, tutur katanya juga menarik. Tawanan pun itn akhirnya dibebaskan tanpa mau menerima tebusan. Adakah Sajah juga merasa puas dengan rupa dan kata-kata Malik, seperti yang dilakukan oleh paman-pamannya dari Banu Taglib dan pendukung- pendukungnya yang lain? Kita sebutkan semua ini untuk mengartikan jauhnya jarak antara Sajah dengan Musailimah. Benar tidaknya cerita-cerita itu, yang jelas Sajah telah mengundang pemuka-pemuka Banu Tamim. Tetapi, kecuali Waki', dari pihak mereka tak ada yang mau berkompromi dengan Malik. Oleh karena itu Sajah dengan pasukannya dan pasukan Malik dan Waki' menyerang satuan-satuan mereka dan mereka segera terlibat dalam pertempuran yang mengakibatkan banyak jatuh korban dari kedua belah pihak, dan yang sebagian saling menahan tawanan perang. Kemudian mereka damai kembali dan dilanjutkati dengan saling menukar tawanan. Perdamaian pun kembali pada Banu Tamim. Hancurnya Sajah di Nibaj Dengan memimpin pasukan Mesopotamia itu niat Sajah bangkit lagi hendak menghadapi Abu Bakr. Tetapi Malik dan Waki' sudah berdamai dengan kaumnya setelah melihat kebencian mereka yang telah menjadi pengikut nabi palsu itu. Sajah sudah sampai di Nibaj. Di sini ia berhadapan dengan Aus bin Khuzaimah dan Sajah dapat dikalahkan. Kemudian mereka saling bertukar tawanan dan diajaknya berdamai dengan syarat tak boleh ke Medinah menyeberangi daerah Aus. Pada waktu itu pemimpin-pemimpin Semenanjung itu berkumpul dan mereka berkata: "Apa perintahmu kepada kami. Malik dan Waki' sudah berkompromi dengan kaumnya dan mereka tidak akan membela dan membiarkan kita melalui daerah mereka. Mereka sudah mengadakan perjanjian dengan kami." Tetapi Sajah menjawab: "Yamamah." Mereka mengingatkan, bahwa pengaruh pihak Yamamah sangat kuat dan bahwa pengikut Musailimah besar. Di sini ada cerita beredar yang menyebutkan bahwa dalam hal ini Sajah berkata: "Tugas kamu berangkat ke Yamamah, Berjalanlah beriring seperti merpati, Itulah perang yang sengit, Setelah itu kamu tak akan menyesal." Tak ada jalan lain setelah dibacakan sajak mantra yang mereka kira wahyu itu, selain harus tunduk. 8. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH 131 Berangkat ke Yamamah Kenapa ia berbalik akan pergi ke Yamamah setelah kaumnya sendiri, Banu Tamim, mengkhianatinya dan mengkhianati perjalanannya hendak menyerbu Abu Bakr? Tak adakah orang-orang di sekitarnya yang mau memberikan pendapat kepadanya? Ataukah mereka memang sudah percaya pada kenabiannya dan segala kekonyolan yang dikatakannya wahyu itu dan mereka tidak lagi ragu mengikutinya? Sebenarnya segala cerita tentang Sajah ini memang aneh semua. Segala yang diceritakan orang mengenai dirinya lebih menyerupai ceritacerita rekaan. Disebutkan bahwa setelah ia dan pasukannya sampai di Yamamah, Musailimah takut dan khawatir, bahwa bila ia sibuk menghadapinya, ia akan dikalahkan oleh pasukan Muslimin atau oleh kabilah- kabilah berdekatan. Karenanya ia memberikan hadiah kepada Sajah yang dikirimkan sebagai tanda meminta keamanan untuk dirinya sampai ia datang menemui perempuan itu. Sajah dan pasukannya berhenti di sebuah mata air dan Musailimah diizinkan datang. Setelah datang dengan empat puluh orang dari Banu Hanifah, ia berbicara berdua dengan Sajah dan ia mengatakan kepada Sajah, bahwa tadinya ia berpendapat bumi ini separuh untuk Kuraisy, tetapi orang-orang Kuraisy itu kejam. Oleh karena itu, biarlah separuh bumi ini untuk Sajah. Perkawinan Musailimah dengan Sajah Musailimah membacakan sebuah sajak yang sangat menyenangkan hati perempuan itu. Dia pun membalasnya dengan sajak serupa. Setelah itu mereka berdua berbincang-bincang lama sekali. Ternyata Sajah sangat mengagumi Musailimah dan mengagumi tutur katanya yang serba manis. Rencananya mengenai kaumnya juga menarik perhatiannya, dan dengan begitu akhirnya ia mengakui keunggulannya. Setelah Musailimah menawarkan agar kenabiannya digabung saja dengan kenabian Sajah dan mengadakan ikatan perkawinan antara keduanya, hatinya goyah juga dan lamaran itu pun diterima. Sekarang Sajah pindah ke kemah Musailimah dan tinggal bersama selama tiga hari. Setelah kembali kepada masyarakatnya sendiri, Sajah mengatakan bahwa ia melihat Musailimah benar, dan karenanya ia menikah dengan laki-laki itu. Dua sembahyang dicabut untuk kaumnya sebagai maskawin Tetapi setelah kaumnya tahu perkawinan itu tanpa maskawin, mereka 'berkata kepada Sajah: "Kembalilah kepadanya. Tidak baik orang seperti kau kawin tanpa maskawin." Setelah Sajah kembali, Musailimah menutup pintu bentengnya dan hanya mengutus orang menanyakan apa ABU BAKR AS-SIDDIQ maksudnya. Kemudian ia mencabut dua macam sembahyang demi menghormati Sajah, sembahyang malam dan sembahyang subuh. Dengan demikian persoalan mereka berdua selesai dengan ketentuan separuh penghasilan Yamamah akan dibawa oleh Sajah dan yang separuh lagi akan dikirim sesuai dengan isi persetujuan. Sajah membawa penghasilan itu kemudian ia kembali ke Mesopotamia. Beberapa orang ditinggalkan di tempat itu untuk membawa yang separuh lagi. Tetapi orang-orang itu hanya sekadar menunggu kedatangan pasukan Muslimin yang kemudian menyerang Musailimah dan membunuhnya. Selama itu Sajah tetap di Taglib hingga kemudian dipindahkan oleh Muawiyah ke Banu Tamim tatkala terjadi musim paceklik dan dia tinggal di sana sebagai seorang Muslimah yang baik hingga matinya. Tentang Sajah yang aneh Demikianlah cerita tentang Sajah bint Haris. Seperti saya sebutkan di atas, yang memang aneh sekali ceritanya. Adakah yang lebih aneh daripada petualangannya yang keluar dari Mesopotamia untuk memerangi Abu Bakr, kemudian begitu cepat membatalkan niatnya setelah berbicara dengan Malik bin Nuwairah. Setelah itu berbalik pergi ke Yamamah hendak menemui Musailimah lalu kawin dengan laki-laki itu dan kembali lagi ke daerahnya, dan selanjutnya tinggal dengan sesama kaumnya seolah ia tak pernah keluar dari lingkungannya itu dan tak pernah kawin dengan orang luar! Tetapi apa yang terjadi dengan Musailimah lebih aneh lagi. Kalaupun benar ia telah kawin dengan perempuan itu, tentu itu merupakan suatu bukti kemahirannya dalam politik serta kepandaiannya merajuk hati orang. Ia sudah ingin melepaskan diri dari Sajah gurta melapangkan jalan dalam memerangi kabilah-kabilah di sekitarnya dan Muslimin yang diutus oleh Abu Bakr untuk memeranginya. Dilihatnya perempuan itu begitu lemah dan sifat betinanya cukup menggoda hatinya. Setelah perempuan itu menyerah dan mengikutinya, ditinggalkannya begitu saja. Sebenarnya pembicaraan perempuan ini dengan Malik bin Nuwairah kemudian dengan rekannya yang mengaku nabi itu, membuktikan bahwa di samping ia pandai membaca sajak-sajak mantra dalam kapasitasnya sebagai dukun, juga sebagai perempuan ia sangat lemah lembut. Kebalikannya Musailimah, seorang laki-laki bersosok kecil, kerdil, tampangnya tidak menarik selain tutur katanya yang manis, tidak banyak tertarik pada perempuan atau pada kecantikannya. Oleh karena itu, salah satu ketentuan yang diterapkan pada kaumnya ialah barang siapa mempunyai anak laki-laki tak boleh ia mendekati istrinya kecuali jika 132 8. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH 133 anak itu mati. Kalau anaknya meninggal, ia boleh mencampuri istrinya untuk memperoleh anak lagi. Maka barang siapa sudah mempunyai anak laki-laki, semua perempuan diharamkan buat dia! * * * Malik setelah hancurnya Tulaihah Sementara peristiwa Musailimah dan Sajah ini terjadi di Yamamah, Khalid bin Walid naik ke Buzakhah dan mengadakan serangan. Mereka yang sadar dan bertobat dikembalikan kepada Islam, dan yang membunuh orang Islam atau memusuhinya dijatuhi hukuman, dan berakhir dengan perang menghadapi Umm Ziml hingga dapat diporakporandakan, seperti halnya dengan pasukan Tulaihah yang akhirnya melarikan diri. Berita tentang Khalid ini sudah tersebar luas, yang kemudian sampai juga kepada Malik bin Nuwairah di Butah, yang membuatnya gelisah dan kebingungan. Dia termasuk yang menolak zakat dan bersama-sama dengan Sajah menentang Muslimin yang tinggal di kalangan Banu Tamim. Dengan tindakan itu berarti mereka telah melakukan permusuhan terhadap Muslimin, dan dengan demikian boleh diserang. Sekarang apa yang harus mereka lakukan setelah pasukannya dan pasukan Sajah mengalami kegagalan dan kehancuran? Tetapi Waki', temannya, yang sudah kembali kepada Islam dan mengeluarkan zakat, melihat Malik telah salah bertindak. Sebaliknya Malik masih dalam kebingungan: meninggalkan apa yang sudah dilakukannya itu dan kembali kepada Islam bersama-sama dengan Abu Bakr seperti ketika dengan Muhammad serta menunaikan kewajiban salat dan zakat, ataukah akan tetap bertahan dengan Sajah seperti sekarang. Segala persoalan memang di tangan Allah! Khalid memutuskan akan ke Butah dan sikap Ansar Tugas Khalid selesai sudah menghadapi Banu Asad dan Gatafan serta kabilah-kabilah sekutunya yang masih tersisa setelah mereka semua kembali kepada Islam dan tunduk kepada pemerintahan Medinah. Sekarang dia memutuskan akan berangkat ke Butah menghadapi Malik bin Nuwairah dan kawan-kawannya yang masih ragu. Niatnya ini diketahui oleh Ansar. Dengan agak maju mundur mereka berkata: "Bukan ini yang ditugaskan Khalifah kepada kami. Kami mendapat tugas; bila sudah selesai urusan di Buzakhah dan sudah kita bebaskan negeri itu, kami diminta tinggal sampai ada surat buat kami." . Khalid menjawab: "Kalau itu yang ditugaskan kepada kalian, aku mendapat tugas supaya meneruskan perjalanan. Di sini aku yang men134 ABU BAKR AS-SIDDIQ jadi komandan dan keputusan ada di tanganku. Sekalipun aku menerima surat atau perintah tetapi aku melihat ada kesempatan. Kalau kuberitahukan kesempatan itu akan hilang; maka aku tidak akan memberitahukan sebelum aku dapat menggunakan kesempatan itu..." Lalu ia pergi bersama pasukannya, kecuali orang-orang Ansar, dan dia menuju Butah. Malik bin Nuwairah menasihati kaumnya agar kembali kepada Islam Kalangan Ansar sudah merasa jemu juga dengan keadaan semacam itu. Mereka bermusyawarah, dan kemudian mengambil keputusan hendak menyusulnya. Oleh karena itu mereka berkata: Kalau Khalid beruntung, kamu tak akan ikut mengalaminya; kalau dia dan pasukannya mendapat malapetaka kalian akan dijauhi orang. Kemudian mereka mengutus orang kepada Khalid memintanya menunggu sampai mereka dapat menyusul dan pergi bersama-sama. Setelah mereka di Butah tak seorang pun dijumpainya. Malik bin Nuwairah telah melepaskan kaumnya ke rumah masing-masing dan melarang mereka berkumpul. "Hai Banu Yarbu'," katanya kepada mereka, "Dulu kita telah menentang pemimpin-pemimpin sendiri kita tatkala mereka mengajak kita; dan kita berusaha merintangi orang jangan mengikuti mereka, tetapi ternyata tak berhasil. Setelah kupertimbangkan, aku berpendapat sebaiknya kita bersiap-siap tanpa terlalu banyak urusan. Hal ini sudah ada yang mengurus. Janganlah kalian mencari-cari permusuhan dengan golongan yang sudah diperlakukan dengan baik." Dinasihatinya mereka agar kembali kepada Islam dan tinggal di rumah masing-masing, dan dia sendiri pun pulang ke rumahnya. Karena di Butah Khalid tidak menemukan orang, pasukan itu terpencar dan diperintahkannya supaya membawa orang yang tidak mau memenuhi seruan Islam, dan kalau menolak supaya dibunuh. Sedang pesan Abu Bakr, bila pasukan Muslimin memasuki suatu pemukiman supaya menyerukan azan. Kalau mereka menyambut seruan itu, janganlah mereka diganggu, dan kalau tidak bunuhlah sebagian dan rampaslah. Jika kemudian mereka menerima ajakan Islam, tanyakanlah tentang zakat, kalau mereka setuju terimalah dari mereka, kalau menolak perangilah mereka. Pasukan Khalid membawa Malik Pasukan itu membawa Malik bin Nuwairah dan beberapa orang lagi dari Banu Yarbu' kepada Khalid. Dan yang seharusnya terjadi setelah itu ialah jika Malik dan kawan-kawannya menerima Islam, Khalid harus 8. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH 135 memperlakukan mereka sebagai orang yang sudah tobat. Tetapi yang terjadi Khalid memerintahkan siroaya Malik dibunuh. Dan pembunuhan inilah yang telah menimbulkan gejolak berkepanjangan di Medinah, sebelum dapat diredakan. Dampak inilah yang berpengaruh dalam kebijaksanaan Umar bin Khattab terhadap Khalid bin Walid setelah kemudian ia memangku jabatan Khalifah. Itu pula sebabnya, cerita-cerita sekitar kematian Malik bin Nuwairah itu jadi berpanjang-panjang dan berlain-lainan. Terbunuhnya Malik dan cerita-cerita di sekitar ini Konon pimpinan militer yang membawa Malik dan teman-temannya itu berselisih pendapat: adakah Malik dan golongannya itu mengakui Islam dan menyambut seruan azan, atau mereka ingkar dan pura-pura tak peduli? Dengan mengacu kepada Abu Qatadah al-Ansari yang menjadi salah seorang pimpinan pasukan itu at-Tabari menyebutkan bahwa ia menceritakan bahwa setelah mendatangi mereka malam hari mereka terkejut dan senjata pun mereka ambil. Kami berkata: kami Muslimin. Mereka menjawab: Kami juga Muslimin. Lalu kami berkata: mengapa kamu bersenjata? Mereka berkata kepada kami: mengapa kamu juga bersenjata? Kami berkata: kalau begitu letakkanlah senjata. Mereka pun meletakkan senjata. Lalu kami salat, dan mereka pun salat. Sampai di sini sumber-sumber itu masih senada. Dan dari sini pula mulai timbul perbedaan. Abu Qatadah berkata: mereka menyetujui zakat dan segala ketentuannya. Yang lain berkata: Mereka tidak mengakui dan berkeras menolaknya. Apa yang dilakukan Khalid menghadapi perbedaan antara saksi-saksi mata itu, dan bagaimana ia mengambil keputusan? Terbunuhnya Malik dan kaumnya karena salah paham Ada sumber yang menyebutkan bahwa ia memerintahkan supaya Malik dan kawan-kawannya itu dipenjarakan sementara perkara mereka akan diperiksa. Mereka dipenjarakan waktu udara malam dingin sekali, makin larut malam udara makin dingin. Merasa kasihan melihat mereka Khalid memerintahkan seraya berseru: "Berikanlah pendiangan1 kepada tawanan-tawanan itu!" Dalam bahasa suku Kinanah kata-kata itu berarti pembunuhan, sementara pengawal-pengawal itu dari suku Kinanah tersebut. Mendengar perintah itu mereka mengira bahwa yang dimaksudkan Khalid supaya mereka dibunuh, lalu mereka dibunuh. Mendengar 1 Khalid memerintahkan dengan kata dafi'u: 'biarlah para tawanan itu berdiang.' Dalam bahasa Arab Kinanah kata dafi'u itu berarti 'bunuhlah'. —Pnj: 136 ABU BAKR AS-SIDDIQ ada ribut-ribut Khalid keluar. Tetapi mereka sudah dihabisi. Maka ia berkata: "Jika Allah menghendaki sesuatu maka akan terjadi juga." Dialog Malik dengan Khalid Sumber kedua menyebutkan bahwa Khalid mengundang Malik berdiskusi untuk mengetahui kedua kesaksian itu, mana yang benar: kesaksian tentang keislamannya, atau tentang kegigihannya mau jadi murtad atau menolak membayar zakat. Sementara mereka berdiskusi itu Malik mengoreksi Khalid dengan berkata: "Harapan yang diberikan teman kamu itu karena ia berkata begini dan begini." Khalid menjawab: "Bukankah dia termasuk temanmu?" Kemudian diperintahkan supaya dia dan teman-temannya dibunuh. Mengomentari percakapan antara Khalid dengan Malik itu Abul- Faraj dalam al-Agani mengatakan sebagai berikut: "Ibn Sallam berkata: Orang yang tidak menerima alasan Khalid mengatakan bahwa Malik berkata kepada Khalid: "Atau dengan itu engkau diperintah oleh temanmu itu — yakni Rasulullah Sallalldhu 'alaihi wasallam — ia menginginkan kepahlawanan." Dan orang yang menerima alasan Khalid mengatakan bahwa ia ingin menghilangkan soal kenabian dengan alasan kata-kata dalam puisi Malik sendiri: Aku berkata ambillah harta kamu tanpa merasa takut Tanpa melihat apa yang akan terjadi besok Jika ada orang yang menakut-nakuti Kita tolak dan kita katakan: agama adalah agama Muhammad. Yakni bahwa dia menolak membayar zakat dan berkata kepada kaumnya, ambil sajalah harta kamu; agama itu agama Muhammad, bukan agama Abu Bakr. Tetapi Ibn Khali ikan menyebutkan tentang percakapan kedua orang itu sebagai berikut: "Maka Malik berkata, 'Aku dapat menerima salat, tapi zakat tidak,' yang dijawab oleh Khalid, 'Engkau tidak tahu bahwa salat dan zakat satu sama lain tak dapat dipisahkan?!' 'Sahabatmu itu memang mengatakan begitu,' jawab Malik. 'Jadi engkau tidak melihatnya sebagai sahabatmu juga!' Demi Allah! Aku memang sudah berniat memenggal lehermu. Kemudian setelah mereka lama berdebat, Khalid berkata: 'Akulah yang akan membunuhmu.' 'Memang begitu perintah sahabatmu itu?' 'Sungguh aku akan membunuhmu.' Lalu dikeluarkan perintah dan dia pun dibunuh." 8. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH 137 Sebagian ada yang lebih memperkuat suraber ini dari yang pertama. Tetapi mereka yang memperkuat itu melihat ada kelemahan dalam sumber itu. Mereka berpendapat bahwa jika tidak lengkap akan bertentangan dengan sikap Khalid dalam menghadapi Qurrah bin Hubairah, Fuja'ah as-Sulami dan Abu Syajrah dan sebangsanya yang sudah kita ceritakan di atas. Mereka dikirimkan kepada Abu Bakr untuk meminta pendapatnya. Kesalahan Malik bin Nuwairah tidak lebih besar dari kesalahan mereka; mengapa ia dibunuh dan tidak dikirimkan kepada Khalifah, padahal kedudukannya di kalangan Banu Tamim lebih penting daripada kedudukan siapa pun dari mereka! Mempertalikan pembunuhan Malik dengan Khalid yang mengawini istrinya Puncak cerita itu menurut pendapat mereka bahwa Khalid telah mengawini Umm Tamim, istri Malik pada hari pembunuhannya itu dan bumi pun belum kering dari darahnya. Ini samasekali bertentangan dengan tradisi Arab. Mereka hendak mempertalikan pembunuhan Malik itu dengan perkawinan Khalid dengan istrinya, dan menjadikan perkawinan itu sebagai motif pembunuhannya. Mungkin mereka benar, tapi mungkin juga salah. Dalam kitab Tdrikh-nya Ya'qubi menyebutkan: Malik bin Nuwairah menemuinya dan berdiskusi, disertai istrinya. Khalid kagum melihat istrinya itu, lalu katanya: "Aku tak akan memperoleh apa yang ada padamu itu sebelum kubunuh engkau. Ia melihat kepada Malik lalu membunuhnya dan mengawini istrinya." Dalam al-Agdni Abul-Faraj menyebutkan: "Setelah Sajah mendakwakan diri nabi, Malik menjadi pengikutnya, kemudian ia memperlihatkan diri bahwa dia Muslim. Maka oleh Khalid ia dibunuh. Ada sekelompok sahabat yang mengecam tindakannya itu, sebab setelah itu ia mengawini istri Malik. Memang ada juga yang mengatakan bahwa ia sudah mencintainya sejak zaman jahiliah. Karenanya ia dituduh membunuh seorang Muslim supaya kemudian dapat mengawini istrinya." Abul-Faraj juga menceritakan dengan mengatakan "Muhammad bin Sallam berkata: "Suatu hari Yunus mengatakan kepadaku sementara aku menggoda perempuan Tamim itu untuk Khalid tetapi aku memaafkannya. Lalu katanya kepadaku: Abu Abdullah, engkau belum mendengar tentang betis Umm Tamim! Kata orang belum pernah ada orang yang melihat betis seindah itu." Sikap Laila tentang dialog Malik dengan Khalid Atas peristiwa ini kemudian terjalin cerita-cerita dengan lukisan yang lebih menyerupai cerita rekaan karya sastra daripada kejadian 138 ABU BAKR AS-SIDDIQ sejarah yang sebenarnya. Laila mendampingi suarainya yang ketika itu sedang berdialog dengan Khalid. Setelah didengarnya Khalid berkata kepada suaminya 'Akulah yang akan membunuhmu', ia bersimpuh di kaki penakluk itu mengharapkan ampun, dengan rambut yang sudah terurai ke bahunya dan air mata bersimbah membasahi kelopak matanya, sehingga sepasang mata itu tampak makin jelita. Khalid menatap wajahnya yang cantik itu, sementara perempiian itu mengerling kepadanya memohonkan belas kasihan, dengan pandangan penuh cinta dan rasa kagum. Malik berteriak: 'Aku pasti dibunuh!' Khalid menjawab, 'Bukan karena ini, tetapi hukuman ini berlaku karena kekufuranmu.' Lalu diperintahkannya agar orang itu dibunuh. Bukan maksud kita hanya sampai pada cerita rekaan sastra dengan segala pemeriannya itu saja, tetapi yang pasti Laila memang mengagumi Khalid, dan karenanya sesudah itu Khalid menahannya dan tidak melepaskannya kendati perkawinan itu akan menimbulkan kesulitan buat dia sendiri. Kemarahan Abu Qatadah al-Ansari Barangkali kita sudah dapat memperkirakan betapa besarnya kesulitan itu bila kita mengetahui bahwa Abu Qatadah al-Ansari sampai begitu marah karena perbuatan Khalid yang membunuh Malik dan mengawini istrinya itu. Khalid ditinggalkannya dan ia pergi ke Medinah, dengan bersumpah tidak sekali-kali lagi mau berada di bawah satuan Khalid. Kita tahu apa yang sudah disebutkan dalam sumber itu, bahwa pasukan Khalid yang telah memenjarakan Malik dan teman-temannya itu mereka itulah yang menghabiskan riwayatnya tatkala mendengar perintah Khalid, "Berikanlah pendiangan kepada tawanan-tawanan itu" dan bahwa Khalid marah sekali karenanya, yang kemudian berkata: "Jika Allah menghendaki sesuatu maka akan terjadi juga." Sumbersumber itu menambahkan bahwa Abu Qatadah menduga, apa yang terjadi itu hanya muslihat Khalid saja, dan menemuinya seraya berkata: "Inilah perbuatanmu," tetapi Khalid membentaknya dan ia pun pergi ke Medinah. Percakapan Abu Qatadah dengan Abu Bakr Yang lain menyebutkan bahwa Abu Qatadah pergi ke Medinah setelah Khalid mengawini Laila, dan bahwa Mutammam bin Nuwairah, saudara Malik juga pergi bersama-sama. Sesampainya di Medinah, masih dalam keadaan marah Abu Qatadah menemui Abu Bakr. Dilaporkannya soal Khalid yang membunuh Malik serta perkawinannya dengan Laila itu, dan ditambahkannya bahwa ia sudah bersumpah tak akan mau lagi 8. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH berada di bawah komando Khalid. Tetapi Abu Bakr sangat memuji Khalid dan kemenangan-kemenangannya itu. la tidak senang dengan sikap Abu Qatadah, bahkan ia merasa heran mengapa berkata demikian tentang Saiful Islam — Pedang Islam. Umar bin Khaltab mendukung Abu Qatadah di depan Khalifah Adakah kemarahan Khalifah itu membuat hati Abu Qatadah jadi kecut lalu diam? Tidak! Ia memang marah besar kepada Khalid. Ia menemui Umar bin Khattab dan melaporkan segala peristiwa itu; dilukiskannya Khalid sebagai orang yang telah mengalahkan kewajibannya dengan nafsunya. Karena memperturutkan keinginannya ia menggampangkan hukum Allah. Umar mendukung pendapatnya itu dan ia juga mengecam Khalid. Umar pergi menemui Abu Bakr. Ia marah sekali karena perbuatan Khalid itu, dan dimintanya supaya Khalid dipecat. "Pedang Khalid itu sangat tergesa-gesa,' dan harus ada sanksinya," katanya. Abu Bakr tak pernah menjatuhkan sanksi pejabat-pejabatnya. Itu sebabnya, ketika Umar mendesak berulang kali ia berkata: "Ah, Umar! Dia sudah membuat pertimbangan tapi salah. Janganlah berkata yang bukan-bukan tentang Khalid." Umar tidak puas dengan jawaban itu dan tidak pula henti-hentinya berusaha supaya usulnya itu dilaksanakan. "Umar!" kata Abu Bakr yang mulai merasa kesal karena desakan Umar itu, "aku tak akan menyarungkan pedang yang oleh Allah sudah dihunuskan kepada orang-orang kafir!" Kemarahan Umar atas perbuatan Khalid Tetapi Umar melihat perbuatan Khalid itu tak dapat diterima. Perasaan dan hati kecilnya menolak. Bagaimana ia akan diam, bagaimana akan membiarkan Khalid tenang-tenang begitu saja, merasa tak pernah berbuat kesalahan, tak pernah berdosa! Ia harus mengulangi lagi katakatanya kepada Abu Bakr dan mengatakannya terus terang, bahwa musuh Allah ialah orang yang melanggar hak seorang Muslim lalu membunuhnya dan mengawini istrinya. Samasekali tidak jujur perbuatan demikian itu jika tidak dijatuhi hukuman. Menghadapi kemarahan Umar itu tak ada jalan lain buat Abu Bakr harus memanggil Khalid dan menanyakan segala yang diperbuatnya itu. 1 Rahaqan, tergesa-gesa (N), bodoh, mudah berbuat jahat dan pelanggaran, kejam (LA). — Pnj. 139 Tatkala kemudian Khalid datang dari medan perang ke Medinah, dan masuk ke mesjid dengan perlengkapan perang, mengenakan pakaian luar berbercak karat besi, di ikat kepalanya diselipkan beberapa anak panah. Begitu dilihatnya melangkah ke dalam mesjid, Umar berdiri, direnggutnya anak panah itu dari kepalanya dan diremukkannya seraya berkata: "Engkau membunuh seorang Muslim kemudian mengawini istrinya heh! Sungguh akan kurajam engkau dengan batu!" Khalid diam, tidak melawan dan tidak berkata sepatah kata pun. Menurut dugaannya, Abu Bakr pun akan sependapat dengan Umar. la terus menemui Abu Bakr dan dilaporkannya keadaan Malik dan pembelaannya terhadap Sajah serta sikapnya yang maju mundur setelah itu. Pelbagai alasan dikemukakannya mengenai pembunuhan itu. Abu Bakr memaafkannya dan dapat memahami atas segala kejadian yang masih dalam suasana perang itu. Tetapi ia mendapat teguran keras karena perkawinannya dengan seorang perempuan sementara darah suaminya belum lagi kering. Dalam perang orang Arab sangat menjauhi perempuan, dan berhubungan dengan mereka selama itu dipandang sangat tercela. Khalid keluar dari tempat Khalifah dengan tetap sebagai seorang pemimpin pasukan. Ia bersiap-siap akan kembali kepada mereka dan akan memimpin mereka ke Yamamah. Ketika melewati Umar — yang masih ada di mesjid — Khalid berpaling kepadanya seraya berkata: "Marilah, anak Umm Salamah!" Ia mengeluarkan kata-kata itu dengan pandangan mata mengejek, dan nada suaranya menyiratkan kemenangan seolah ia hendak berkata: simpanlah batu-batumu itu, dan rajamkanlah kepada orang lain. Umar yakin sudah bahwa Abu Bakr telah memaafkannya dan rupanya ia diterima dengan baik. Sekarang giliran Umar yang diam. Hari itu persoalan antara kedua orang itu selesai sudah dengan sekadar tukarmenukar kata-kata. Sikap Umar terhadap Khalid setelah menjadi Khalifah Pendirian Umar tidak berubah apa pun yang telah dilakukan Khalid. Setelah Abu Bakr wafat, dan Umar kemudian dibaiat sebagai penggantinya, yang pertama sekali dilakukan ialah mengutus orang ke Syam mengabarkan kematian Abu Bakr, dan bersamaan dengan utusan yang membawa berita itu dibawanya pula sepucuk surat keputusan memecat Khalid dari pimpinan militer. Ketika kembali ke Medinah Khalid langsung menegurnya atas pemecatannya itu. 140 ABU BAKR AS-SIDDIQ 8. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH 141 "Aku memecat engkau bukan karena menyangsikan engkau," jawab Umar. "Tetapi orang banyak akan terpengaruh kepadamu, maka aku khawatir engkau pun akan terpengaruh oleh mereka." Alasan itu masuk akal juga. Tetapi ahli-ahli sejarah umumnya sependapat bahwa Umar masih terpengaruh oleh pendiriannya yang dulu juga, tentang Khalid yang membunuh Malik bin Nuwairah serta mengawini istrinya itu. Dan pendirian ini berdampak juga pada pemecatan Khalid. Mutammam setelah pembuniihan saudaranya Usaha Mutammam bin Nuwairah tidak pula kurang dari usaha Abu Qatadah sejak ia tiba di Medinah. la menuntut diat (uang tebusan) atas kematian Malik itu kepada Abu Bakr, yang kemudian dipenuhinya. Selanjutnya ia membicarakan masalah tawanan perarig. Abu Bakr menulis surat supaya tawanan itu dikembalikan. Di Medinah Mutammam masih tinggal agak lama, sampai sesudah ekspedisi Yamamah. Umar menaruh simpati kepadanya karena pendiriannya mengenai Khalid yang begitu gigih. Dalam pada itu Mutammam banyak membuat elegi — sajak-sajak meratapi kematian saudaranya itu — yang dinilai termasuk karya sastra Arab bermutu. Mengenai hubungan Mutammam dengan Umar disebutkan, bahwa ketika pada suatu pagi Umar bin Khattab usai salat subuh, ia melihat ada seorang laki-laki pendek dan bermata sebelah sedang bertelekan pada sebuah busur dengan memegang sebatang gada (tongkat besar). Setelah ditanya barulah tahu dia bahwa orang itu Mutammam bin Nuwairah. Dimintanya ia membacakan sajaknya tentang saudaranya itu. Mutammam membacakan salah satu puisinya sampai pada kata-kata: Kami seperti menyesali Jazimah selama bertahun-tahun, Sehingga dikatakan tak akan pernah bercerai; Setelah kami berpisah, aku dan Malik, Karena lama berkumpul, seolah tak pernah bermalam bersama. "Sungguh ini suatu kenangan mengharukan," kata Umar. "Kalau aku pandai bersajak aku akan meratapi saudaraku Zaid seperti simpatimu untuk saudaramu ini." "Tetapi kalau saudaraku mati seperti kematian saudaramu, aku tak akan meratapinya," kata Mutammam. Zaid gugur di Yamamah sebagai syahid di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Mendengar jawaban Mutammam itu Umar berkata lagi: "Tak pernah ada orang menghibur hatiku seperti yang dilakukan oleh Mutammam ini." Perbedaan pendapat Abu Bakr dengan Umar Kita sudah melihat perbedaan pendapat antara Abu Bakr dengan Umar mengenai apa yang terjadi sekitar Malik bin Nuwairah itu. Sudah tentu kedua tokoh ini menghendaki yang terbaik untuk Islam dan kaum Muslimin. Adakah perselisihan mereka itu disebabkan oleh perbedaan dalam menilai apa yang sudah dilakukan Khalid, atau karena perbedaan kebijakan yang harus berlaku dalam situasi yang begitu genting dalam sejarah kaum Muslimin serta situasi pembangkangan (riddah) dan adanya pemberontakan di kawasan Semenanjung Arab itu?! Pendapat Umar dan alasannya Mengenai perbedaan ini, menurut hemat saya adalah perbedaan kebijakan yang mesti terjadi dalam situasi semacam ini. Perbedaan itu sesuai dengan watak mereka masing-masing. Umar, adalah contoh keadilan yang sangat ketat. la melihat Khalid telah berlaku tak adil terhadap seorang Muslim lalu mengawini istrinya sebelum habis masa idahnya. Tak boleh ia tetap memimpin angkatan bersenjata, agar yang serupa itu tak terulang lagi. Yang demikian ini akan merusak keadaan umat Islam, dan akan meninggalkan citra yang buruk sekali di mata orang-orang Arab. Atas perbuatannya terhadap Laila tak boleh dibiarkan tanpa mendapat hukuman. Andaikata benar bahwa ia sudah membuat pertimbangan mengenai Malik itu tapi salah — dan ini tak dapat diterima oleh Umar — maka apa yang telah diperbuatnya terhadap istrinya sudah cukup untuk menjatuhkan hukuman kepadanya. Bukan alasan bahwa karena dia Saifullah, bahwa karena dia panglima yang telah memberikan kemenangan gemilang. Sekiranya alasan semacam ini dibenarkan tentu Khalid dan yang semacamnya akan dibolehkan melakukan segala pelanggaran, dan niscaya ini pulalah contoh yang buruk sekali diberikan kaum Muslimin dalam menghormati Qur'an. Itulah sebabnya Umar tak henti-hentinya mengingatkan Abu Bakr dan terus mendesak supaya Khalid dipanggil dan diberi teguran keras atas perbuatannya itu. Pendapat Abu Bakr dan alasannya Menurut pendapat Abu Bakr, dalam situasi demikian lebih berbahaya untuk membuat perhitungan serupa ini. Terbunuhnya satu orang atau sekelompok orang bukanlah soal salah atau tidak salah. Bahaya itu akan mengancam seluruh negara, pemberontakan akan berkecamuk di sana sini. Dan panglima ini, yang dituduh bersalah, akan memicu bahaya dan bencana besar yang selama itu sangat dikhawatirkan. Perkawinannya dengan perempuan di luar kebiasaan orang Arab, bahkan sebelum habis idahnya, jika itu terjadi pada seorang panglima dalam suasana 142 ABU BAKR AS-SIDDIQ 8. SAJAH DAN MALIK BIN NUWAIRAH 143 perang, sesuai dengan hukum perang perempuan itu akan menjadi miliknya! Menerapkan hukum secara kaku tidak berlaku terhadap orang-orang jenius dan orang-orang besar semacam Khalid, terutama bilamana hal itu membahayakan atau mengancam kedaulatan negara. Kaum Muslimin memang memerlukan pedang Khalid, dan yang lebih mereka perlukan lagi ialah ketika Abu Bakr memanggilnya dan memberikan teguran keras kepadanya. Ketika itu Musailimah di Yamamah, tak jauh dari Butah, dengan empat puluh ribu pengikutnya dari Banu Hanifah yang sedang keraskerasnya memberontak kepada Islam dan kaum Muslimin. Mereka dapat mengalahkan Ikrimah bin Abi Jahl yang telah memimpin pasukan Muslimin. Maka untuk mengalahkannya harapan satu-satunya kini terletak di pedang Khalid. Adakah karena pembunuhan atas Malik bin Nuwairah itu, atau karena Laila yang cantik jelita, yang telah menggoda Khalid, lalu Khalid dipecat dan pasukan Muslimin menjadi korban pasukan Musailimah, dengan segala akibat yang akan dihadapi agama Allah ini!? Khalid adalah suatu mukjizat Allah dan pedangnya adalah pedang Allah — Saifullah. Itulah kebijakan Abu Bakr ketika memanggil Khalid, cukup hanya dengan menegurnya, dan dalam waktu bersamaan diperintahkannya ia berangkat ke Yamamah guna menghadapi Musailimah. Perintah Abu Bakr kepada Khalid Inilah menurut hemat saya gambaran yang sebenarnya sehubungan dengan perbedaan pendapat antara Abu Bakr dengan LImar khusus mengenai hal ini. Barangkali Abu Bakr mengeluarkan perintah kepada Khalid untuk berangkat menghadapi Musailimah setelah peramal Banu Hanifah itu mengalahkan Ikrimah, untuk memperlihatkan kepada orangorang Medinah dan terutama mereka yang sependapat dengan Umar, bahwa Khalid adalah orang yang akan mengantarkan malapetaka itu, akan memberi pukulan telak, dan ketika perintah itu dikeluarkan ia akan melemparkannya ke neraka, — atau dia akan habis tenggelam. Itulah hukuman yang paling tepat atas perbuatannya terhadap Umm Tamim Laila dan suaminya. Atau kemenangan itu pula yang akan membersihkan namanya, lalu ia muncul sebagai orang yang datang dengan kemenangan yang membawa hasil, sekaligus menenteramkan hati kaum Muslimin. Dengan demikian apa yang terjadi di Butah sudah tak berarti apa-apa lagi. Yamamah sudah membersihkan nama Khalid walaupun dalam pada itu, sebelum darah Muslimin dan darah pengikut-pengikut Musailimah kering, ia telah menikah pula dengan seorang gadis perawan, seperti ABU BAKR AS-SIDDIQ yang dilakukannya dengan Laila. Atas perbuatannya ini pun Abu Bakr memberikan teguran, bahkan lebih keras lagi dari ketika mengawini Laila. Tetapi itu tak lebih dari sekadar teguran dan Khalid pun tak lebih dari sekadar mendengarkan. Saya rasa teguran Abu Bakr hanya untuk menenangkan kemarahan orang-orang semacam Abu Qatadah. Kalau saya harus merasa heran, keheranan saya kepada penulis-penulis dan para ahli sejarah yang dengan peristiwa itu mereka berusaha hendak menjelek-jelekkan Khalid. Juga tidak kurang keheranan saya kepada mereka yang berusaha hendak membelanya atau mencari-carikan alasan. Apa artinya Malik, apa artinya Laila dan apa pula artinya Bint Mujja'ah dibandingkan dengan ratusan bahkan ribuan kepala yang sudah ditebas oleh pedang Khalid atau atas perintahnya. Ratusan, bahkan ribuan kepala yang sudah lepas dari tubuh itu merupakan kebanggaan Khalid, dan itulah yang membuat dia sebagai Saifullah. Jika pada suatu saat pedangnya itu pernah menimbulkan keonaran, selama bertahun-tahun pedang itu juga telah memberikan kemenangan dan kebanggaan. Khalid bertolak dari Medinah ke Butah setelah Abu Bakr mengeluarkan perintah agar berangkat menghadapi Musailimah di Yamamah. Sekarang ia kembali ke sana sesudah tempat itu bebas dari pembangkangan kaum murtad dan bekas-bekasnya. Ia tinggal di sana bersama pasukannya sambil menunggu datangnya bantuan dari Abu Bakr yang memang sudah dipersiapkan untuk memperkuatnya. Setelah kemudian bantuan datang, ia berangkat memimpin angkatan bersenjatanya menuju tempat orang yang mengaku nabi itu, yang di Semenanjung itu ia dipandang paling berbahaya. Ia berangkat dengan penuh rasa percaya diri dan keimanan kepada Allah, dan dengan keyakinan bahwa Allah akan memperkuatnya, akan memberikan pertolongan kepadanya. "Jika Allah menolong kamu tak ada yang akan dapat mengalahkan kamu. " (Qur'an, 3. 160). 144 EKSPEDISI YAMAMAH Pasukan yang diperbantukan kepada Khalid Khalid bin Walid berangkat ke Butah memimpin pasukannya berikut pasukan yang diperbantukan oleh Abu Bakr. la mendapat tugas ke Yamamah untuk menghadapi Musailimah bin Habib, pemimpin Banu Hanifah yang telah mengaku nabi. Bantuan yang dikirimkan Abu Bakr ini tak kurang kuatnya dari pasukan Khalid sendiri. Mereka terdiri dari tokoh-tokoh Muhajirin dan Ansar sahabat-sahabat Rasulullah yang sudah pernah juga mengalami perang, dan dari kabilah-kabilah atau sukusuku yang keberaniannya dalam pertempuran sudah cukup terkenal. Pasukan Ansar dipimpin oleh Sabit bin Qais dan al-Bara' bin Malik, dan pasukan Muhajirin dipimpin oleh Abu Huzaifah bin Yaman dan Zaid bin Khattab. Sedang dari kabilah-kabilah masing-masing sudah dengan pemimpinnya sendiri. Adakah Abu Bakr masih akan menghemat bantuannya kepada panglimanya yang hendak menghadapi Musailimah? la tahu benar bahwa di pihak nabi palsu ini ada empat puluh ribu anggota pasukan yang sudah siap tempur. Mereka sudah percaya benar kepadanya dan bersedia mati untuk membelanya. Kalau dalam menghadapi kaum pembangkang itu Abu Bakr juga tidak menyiapkan kaum Muslimin pilihan — dalam kepemimpinan, dalam keberanian dan dalam bertempur di medan perang, — strateginya dalam perang menghadapi kaum murtad itu akan menemui kegagalan. Pandangan Abu Bakr cukup jauh dengan imannya yang begitu kuat untuk membiarkan Islam yang baru ini sampai mengalami nasib demikian. Di antara mereka yang dikirimkan Abu Bakr untuk membantu Khalid itu terdapat orang-orang yang sudah hafal Qur'an, juga terdiri dari mereka yang sudah pernah terjun ke dalam perang Badr. Padahal Abu Bakr masih sangat menghemat kaum veteran Badr dengan mengatakan: 145 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. nurulkariem@yahoo.com MR. Collection's a 146 ABU BAKR AS-SIDDIQ "Aku tak akan menggunakan pasukan Badr; biarlah mereka hidup sampai menemui Allah dengan amal mereka yang saleh. Allah akan menyelamatkan mereka dan orang-orang saleh itu melebihi pertolongan yang diberikan kepada mereka." Tetapi Abu Bakr kini harus menanggalkan pendiriannya itu, dan bersedia membantu Khalid dengan pasukan Badr dan mereka yang pernah mengalami pertempuran pada masa Rasulullah, sebab Musailimah sudah makin kuat di Yamamah. Jadi setiap pengorbanan untuk mengikisnya berarti mempertahankan agama Allah, dan membiarkannya merajalela berarti api pemberontakan di tanah Arab akan makin berkobar, dan posisi kaum Muslimin akan semakin sulit. Sebenarnya peristiwa ini kecil sekali dibandingkan dengan kemenangan yang diperoleh Muslimin sampai sebelum ekspedisi Yamamah itu. Kabilah-kabilah yang berdekatan dengan Medinah dan yang pada suatu pagi dulu hendak mengepungnya waktu pelantikan Abu Bakr, tak ada yang mendakwakan diri jadi nabi, tak punya keinginan apa pun selain ingin dibebaskan dari kewajiban zakat. Adi bin Hatim sudah berhasil menjauhkan kabilah-kabilah itu dari Tulaihah al-Asadi. Dengan demikian ia jadi lemah, dan tak lagi dapat mengadakan perlawanan. Juga kabilah-kabilah yang sudah mengalami kekalahan, yang ada di sekeliling Umm Ziml, sudah tak mampu memberikan dukungan. Dalam pada itu Banu Tamim sedang dalam sengketa antara sesama mereka, sedang Sajah sudah membuat patah semangat Malik bin Nuwairah. Perang antara dia dengan Khalid bin Walid sebenarnya sudah tak ada lagi. Kekualan Musailimah dan sebab-sebabnya Sebaliknya Musailimah, dia dan pengikut-pengikutnya di Yamamah, tak mau mengakui Muhammad sebagai Rasulullah atas mereka. Sebagaimana Kuraisy, mereka juga berhak punya nabi dan rasul sendiri. Jumlah prajurit-prajurit pemberani di kalangan mereka lebih banyak daripada di kalangan Kuraisy. Di samping itu kelompok mereka merupakan satu kesatuan, tak ada perselisihan dan persaingan yang akan membuat mereka jadi lemah. Juga dalam kepercayaan dan macamnya kelompok, di kalangan mereka tak terdapat perbedaan seperti pada orang-orang Yaman. Dalam keadaan serupa itu, sudah tentu mereka dapat menggalang kekuatan besar, yang harus benar-benar diperhitungkan oleh Abu Rakr Bukan faktor ini saja yang meminta perhatian Abu Bakr untuk sedapat mungkin memperkuat pasukan ke Yamamah. Ketika mulai membentuk brigade kesebelas untuk menumpas kaum murtad, dia tidak memper9. EKSPEDISI YAMAMAH 147 hitungkan Musailimah dan Banu Hanifah sejauh itu. Karenanya, yang ditugaskan ke sana Ikrimah bin Abi Jahl, kemudian menyusul Syurahbil bin Hasanah untuk membantunya. Ikrimah pun berangkat ke Yamamah tanpa merasa perlu menunggu Syurahbil, melainkan langsung menghadapi Musailimah dengan harapan dialah yang akan mendapat kebanggaan atas kemenangan itu nanti. Ikrimah memang seorang pahlawan berpengalaman dan penunggang kuda yang cukup agresif. Dalam brigadenya itu terhimpun pahlawan-pahlawan pemberani yang pernah bertempur mati-matian dalam perang. Sungguhpun begitu, baik Ikrimah maupun brigadenya tak dapat bertahan menghadapi Musailimah. Bahkan mereka yang hancur. Begitu berat bencana yang menimpa mereka sehingga dalam perjalanan itu Syurahbil berhenti di tempat ia menerima berita yang sangat menyedihkan itu. Ikrimah menulis laporan kepada Abu Bakr mengenai musibah yang dialaminya dan dialami pasukannya itu. Abu Bakr marah sekali dan membalasnya dengan mengatakan: "Hai anak Umm Ikrimah! Aku tak ingin melihatmu dan engkau pun jangan melihatku. Janganlah engkau kembali; karena akan membuat orang berkecil hati. Teruskanlah perjalanan ke Hudaifah dan Arfajah dan hadapilah Oman (Umman) dan Mahrah. Kemudian berangkatlah engkau dan pasukanmu, bebaskanlah semua orang dari gangguan sampai engkau bertemu dengan Muhaj ir bin Abi Umayyah di Yaman dan Hadramaut." Rasanya tak perlu lagi saya menjelaskan betapa besarnya kemarahan yang tersimpul dalam surat itu. Cukup kita lihat saja kata-kata pembukaannya: "Hai anak Umm Ikrimah!"1 Nada ungkapan ini mengandung ejekan dan sangat merendahkan sekali. Bagaimana Musailimah jadi makin kuat? Bagaimana Musailimah jadi makin kuat sampai sejauh itu?! Ketika itu — meminjam kata-kata para sejarawan Arab — "Ruwaijula", "Usaifar", "Ukhainas"2 penampilannya tak mengesankan akan ada penghargaan atau penghormatan orang kepadanya. Pada Tahun Perutusan ia pergi kepada Nabi bersama-sama delegasi Banu Hanifah. Sesudah sampai di Medinah delegasi itu tak mengajaknya bersama-sama menemui Nabi, ¦ 1 Menasabkan seseorang kepada ibu. bukan kepada bapa. — Pnj. 2 Kata-kata ini mungkin diciptakan sendiri oleh para sejarawan itu dari kata-kata biasa, seperti "si kerdil", "si boke", "si pesek" dsb.; sukar diterjemahkan dengan persis; belum saya dapati arti yang sebenarnya dalam buku-buku acuan atau kamus-kamus bahasa. Pnj. 148 ABU BAKR AS-SIDDIQ tapi ia ditinggalkan di kendaraan. Setelah memberi salam Nabi memberikan bingkisan kepada mereka. Mereka menyebut juga ada Musailimah. Lalu dimintanya supaya mereka memberikan juga bingkisan itu kepadanya, seraya katanya ramah: "Sebenarnya dia bukan orang paling jahat di antara kamu", yakni karena ia ditinggalkan di kendaraan teman-temannya. Orang inikah yang mendakwakan diri nabi di tengah-tengah kaumnya? Karenanya, pada mulanya hanya sedikit orang yang mempercayainya. Suatu mukjizatkah yang membuat ribuan bahkan puluhan ribu orang mengikutinya dalam waktu kurang dari dua tahun? Tidak! Tetapi yang memegang peranan hingga banyak yang terbawa menjadi pengikutnya karena adanya permainan dan tipu muslihat seorang tukang sulap. Nahar dan tipu dayanya Di kawasan itu ada seorang laki-laki bernama Nahar ar-Rajjal — atau ar-Rahhal bin Unfuwah. Ia ke Medinah mengikuti Rasulullah. Ia belajar membaca Qur'an, mendalami hukum fikih dan menguasai ajaranajaran Islam, karena ia memang pandai dan cerdas. Oleh Rasulullah ia dikirim ke Yamamah untuk mengajarkan Islam di sana. Di antara mereka terdapat juga Musailimah. Ia memperkuat Muslimin dan bersama-sama mereka mau mengacaukan nabi palsu itu. Tetapi sebenarnya Nahar ini lebih berbahaya bagi Banu Hanifah daripada Musailimah sendiri. Ketika dilihatnya Musailimah banyak pengikutnya, serta merta ia mengakui kenabiannya dan menjadi saksi bahwa Muhammad mengatakan Musailimah adalah sekutunya dalam kenabian. Apa gerangan kata penduduk Yamamah mengenai ini! Ya, ada pengikut Muhammad yang sudah memberikan kesaksiannya, mengakui kenabian Musailimah, dan yang memberikan kesaksian ini orang yang mengerti, ahli fikih, mengajarkan Qur'an Muhammad kepada mereka, mengajarkan kisah-kisahnya, memperdalam ajaran agamanya dan ia menjadi saksi kenabian Musailimah. Tak ada jalan sekarang untuk menolak kebenarannya. Karenanya, orang datang kepada Musailimah berbondong-bondong, percaya bahwa dia utusan Allah kepada Banu Hanifah. Dengan demikian jalan buat dia kini terbuka dan apa pun yang dikehendakinya tersedia di hadapannya. Kepercayaan sepenuhnya sekarang dapat diberikan oleh Musailimah kepada Nahar ar-Rajjal ini, dan segala yang ingin ditiru dari Muhammad dapat terlaksana. Untuk itu, Nahar pun dapat memperoleh segala kesenangan dunia yang diinginkannya. Kalau ulama dan ahli-ahli Qur'an sudah tunduk pada kesenangan, dan menyerahkan ilmunya di bawah kekuasaan orang yang menguasai kesenangan, celakalah ilmu dan agama, celakalah kebenaran! 9. EKSPEDISI YAMAMAH 149 Kita tidak hanya sampai pada apa yang dikatakan orang tentang usaha Musailimah untuk mendatangkan mukjizat, atau pada apa yang katanya telah menerima wahyu. Semua itu omong kosong, sejarah dan kritik sejarah tak dapat membuktikannya. Rasanya cukup apa yang sudah kita jelaskan di atas mengenai sebab-sebab yang mendorong orang menjadi pengikut Musailimah dan sebabnya keadaan menjadi begitu gawat, sehingga pasukan Ikrimah tak mampu menghadapinya dan kembali mundur dalam keadaan centang perenang. Tulaihah an-Nimari menjadi pengikut Musailimah Kita tak perlu mempertanyakan bagaimana orang-orang yang berpikir sehat di kalangan Musailimah itu sampai menjadi pengikutnya. Kita sudah tahu fanatisma Arab dan kabilah-kabilahnya yang begitu kukuh hendak bertahan pada kebebasan. Disebutkan bahwa ketika Tulaihah an-Nimari datang ke Yamamah dan berkata: "Mana Musailimah?" mendapat jawaban: "He, rasulullah." "Bukan," katanya, "aku akan melihatnya lebih dulu." Setelah sampai ia bertanya: "Siapa yang datang kepadamu?" "Rahman," jawabnya. "Dalam cahaya atau dalam gelap?" "Dalam gelap," jawab Musailimah lagi. "Aku bersaksi bahwa engkau bohong dan Muhammad benar. Tetapi pembohong Rabi'ah lebih baik bagi kami daripada Mudar yang benar." Dalam sebuah sumber yang dikutip at-Tabari menyebutkan bahwa Tulaihah berkata: "Pembohong Rabi'ah lebih baik bagi kami daripada pembohong Mudar." Sungguhpun begitu ia menjadi pengikut Musailimah juga. Kemudian ikut berperang dan mati bersama Musailimah. Khalid berangkat ke Yamamah Kalau memang begitulah keadaan Musailimah dan apa yang menimpa Ikrimah ketika menghadapinya, tak akan ada panglima Arab yang akan dapat menghadapinya selain pahlawan perang genius itu, Khalid bin Walid. Tak heran jika Abu Bakr akan memperkuatnya dengan bala bantuan. Untuk itu kemudian Abu Bakr menulis kepada Syurahbil bin Hasanah agar tetap tinggal di tempat dia berada itu sampai Khalid datang. Bila tugasnya sudah selesai dengan Musailimah, Syurahbil diperbantukan kepada Amr bin As untuk menghadapi Quda'ah di utara Semenanjung Arab. Sementara pasukan Khalid bergerak menuju Yamamah pasukan Musailimah bertemu dengan brigade Syurahbil, yang kemudian terpaksa menarik diri mundur. Beberapa sejarawan menyebutkan bahwa Syurahbil 150 ABU BAKR AS-SIDDIQ bertindak seperti Ikrimah dan ingin merebut kemenangan sebagai kebanggaan. Tetapi ia mengalami nasib seperti yang dialami Ikrimah juga. Namun barangkali persoalannya tidak demikian. Sementara menunggu kedatangan Khalid itu Syurahbil menarik mundur pasukannya ketika bertemu dengan pasukan yang datang dari Yamamah. Apa pun yang terjadi, namun Syurahbil tetap tinggal di tempat dia mundur itu sampai pasukan Muslimin datang. Setelah Khalid tahu apa yang dialaminya itu, oleh Khalid ia dipersalahkan dan dikecam. Barangkali maka Syurahbil memilih mundur tanpa harus terjebak dengan pihak lavvan itu maksudnya untuk tidak memperkuat semangat mereka bila mereka sampai mendapat kemenangan. Satuan Mujja 'ah dihabisi oleh Khalid Pasukan Khalid berturut-turut memasuki Yamamah dan berita ini sampai pula kepada Musailimah. Ketika itu Mujja'ah bin Murarah berangkat dalam sebuah satuan hendak mengadakan balas dendam kepada Banu Amir dan Banu Tamim. Ia khawatir akan kehilangan kesempatan jika harus menghadapi pasukan Muslimin. Setelah berhasil melaksanakan balas dendamnya Mujja'ah kembali dengan pasukannya. Begitu sampai di tanjakan Yamamah mereka sudah letih sekali dan langsung tidur. Tetapi pasukan Khalid menyadari dan segera menyusul mereka. Khalid tahu mereka itu adalah Banu Hanifah. Menurut perkiraannya mereka bergegas hendak menyerangnya, maka diperintahkan supaya didahului. Bahwa kata mereka keluar hendak membalas dendam untuk urusan mereka sendiri, rupanya tak ada gunanya. Ketika ditanya pendapat mereka tentang Islam, mereka menjawab: Dari kami seorang nabi dan dari kalian seorang nabi. Mujja 'ah sebagai sandera Salah seorang dari mereka — Sariyah bin Amir — sambil memperlihatkan pedang kepada Khalid berkata: "Hai laki-laki, jika engkau menghendaki masa depan kota ini baik atau buruk, biarkanlah orang ini hidup." Ia berkata begitu sambil menunjuk kepada Mujja'ah. Orang ini oleh Khalid dijadikan sandera, dibiarkan tidak dibunuh, karena dia termasuk salah seorang pemimpin Banu Hanifah, yang di kalangan mereka sendiri mendapat tempat terhormat. Di samping itu Khalid memang memerlukan bantuannya dalam memberikan pendapat. Ia dibelenggu dengan rantai besi dan ditempatkan di kemahnya, dengan tugas menjaga istrinya yang baru, Laila Umm Tamim. 9. EKSPEDISI YAMAMAH Pasukan Musailimah di Aqraba' Musailimah sudah mengerahkan pasukannya di Aqraba' di pinggiran Yamamah, dan segala harta kekayaan di tempatkan di belakangnya. Pasukan ini terdiri dari empat puluh ribu orang prajurit — ada yang menyebutkan enam puluh ribu. Di kalangan Arab jumlah tentara sebesar itu jarang terdengar. Khalid datang keesokan harinya setelah Mujja'ah disandera. Pasukan yang sudah siap tempur itu dibariskannya di hadapan pasukan Musailimah. Kedua angkatan perang itu sekarang saling memasang mata untuk menggempur. Masing-masing memperkirakan nasibnya tergantung pada peristiwa hari ini. Dalam membuat perkiraan itu keduanya memang tidak berlebihan. Peristiwa Yamamah itu adalah detik-detik yang sangat menentukan dalam sejarah Islam, begitu juga dalam sejarah Arab. Peristiwa yang menentukan dalam sejarah Islam Kekuatan Musailimah adalah kekuatan murtad dan pembangkangan yang gigih dan jelas sekali dalam menentang kenabian Muhammad yang bukan hanya untuk Kuraisy, tetapi juga untuk segenap umat manusia. Kekuatan ini menjadi pusat perhatian, dari Yaman, Oman, Mahrah, Bahrain, Hadramaut sampai ke semua daerah selatan Semenanjung, menyusur turun dari Mekah, Ta'if sampai ke Teluk Aden. Kemudian Persia pun mengarahkan perhatiannya ke sana. Pasukan Musailimah itu sangat percaya kepadanya dan bersedia mati untuk itu. Ditambah lagi dengan adanya permusuhan lama antara Hijaz dengan selatan Semenanjung. Pasukan Muslimin merupakan inti kekuatan yang melindungi dan membela agama Allah serta ajarannya. Untuk itu Khalid-lah panglimanya yang terbesar, yang pernah dikenal sejarah pada masanya. Di antara mereka itu terdapat sahabat-sahabat yang hafal Qur'an. Mereka datang dengan jantung yang penuh iman, bahwa berjuang di jalan Allah dan mempertahankan agama-Nya yang hak adalah kewajiban pertama bagi orang beriman, merupakan fardu ain bagi setiap orang yang mengerti. Kalau sudah begitu, tentu tak ada jalan lain. Pertempuran dahsyat pasti terjadi. Inilah yang akan menjadi teladan, betapa b'esar dan hebatnya kekuatan iman itu. Anak Musailimah membakar semangat Banu Hanifah Sekarang Syurahbil anak Musailimah tampil membakar semangat tentara Banu Hanifah dengan kata-kata yang benar-benar menggugah rasa kearaban, dengan segala yang menyangkut kehormatan dan keturunannya. 151 152 ABU BAKR AS-SIDDIQ "Hai Banu Hanifah!!" teriaknya kepada mereka. "Hari ini adalah hari harga diri kita! Kalau kita kalah, perempuan-perempuan kita akan mendapat giliran sebagai tawanan, akan dijadikan gundik-gundik. Berperanglah kamu mempertahankan kehormatan dan keturunan kalian dan lindungilah istri-istri kalian." Kemudian diperintahkan agar mereka sudah siap tempur. Kedua kekuatan itu kini sudah berhadapan. Semangat pihak Muslimin belum lagi dibakar. Kaum Muhajirin berkata kepada Salim, bekas budak Abu Huzaifah: "Ada yang masih kautakuti?" "Kalau begitu celakalah aku sebagai orang yang sudah hafal Qur'an," katanya menjawab mereka. Bahkan mereka sudah saling mengejek dengan percakapan yang lebih buruk lagi. Kaum Muhajirin dan Ansar menuduh orang-orang Arab pedalaman sebagai pengecut. "Kami orang-orang kota lebih tahu cara berperang daripada kalian orang-orang pedalaman," kata orang-orang kota. "Orang-orang kota tak mampu bertempur dan tidak tahu apa perang itu," demikian dijawab oleh orang-orang badui itu. Muslimin mundur dan pasukan Musailimah memasuki kemah Khalid Karenanya mereka tak dapat bertahan menghadapi pasukan Banu Hanifah itu, padahal antara keduanya sudah terjadi pertempuran sengit. Barisan Muslimin sekarang cenderung mengalami kekalahan. Dalam pada itu Khalid sudah meninggalkan kemahnya. Tetapi pasukan Banu Hanifah tampaknya sudah berhasil masuk ke dalam kemah Khalid. Mereka hanya melihat Mujja'ah yang dibelenggu dengan besi dan tak jauh dari orang ini dilihatnya pula Laila Umm Tamim. Salah seorang di antara mereka sudah siap dengan pedangnya hendak membunuh Laila — istri Khalid itu. Tetapi ketika itu juga Mujja'ah berteriak: "He! Aku yang melindungi dia! Dia perempuan merdeka yang baik. Hadapilah kaum laki-laki!" Tali-temali tenda kemudian diputuskan oleh tentara itu dan tendanya dirobek-robek dengan pedang, dengan meninggalkan Mujja'ah dan Laila yang hanya tercengang menyaksikan semua itu. Sungguhpun begitu, sebelum pasukan Muslimin mundur, tidak sedikit dari Banu Hanifah yang sudah terbunuh. Di antara yang pertama terbunuh ialah Nahar ar-Rajjal, yang ahli Qur'an dan ahli fikih, pengkhianat dan penipu itu. Begitu tampil di barisan depan dalam pasukan Banu Hanifah ia disambut oleh Zaid bin Khattab dan langsung dibunuhnya. Dengan terbunuhnya orang ini, biang keladi yang begitu setia 9. EKSPEDISI YAMAMAH kepada Musailimah, berakhirlah kini riwayatnya dan riwayat pasukannya yang selama ini mengancam kaum Muslimin dan menanamkan rasa takut dalam hati setiap orang yang mencintai agama Allah. Khalid bin Walid tetap tenang tatkala ia meninggalkan kemahnya. Sedikit pun ia tak ragu menghadapi tujuannya hari itu. Dia sudah tahu kekalahan yang menimpa pasukan Muslimin; yakni karena mereka saling memperolok, saling tak peduli satu sama lain. Kalau tidak demikian sikap mereka, niscaya mereka menang. Karenanya, tatkala Khalid melihat ada peluang, ketika kedua pihak dalam keadaan tenang, ia berteriak sekeras-kerasnya dengan nada geram dan bergelora: "Saudara-saudara kaum Muslimin! Perlihatkanlah kelebihan kamu, biar orang tahu keberanian dan kepahlawanan kita, biar orang tahu dari mana kita datang," Teriakan itu bersipongang ke dalam telinga prajurit-prajuritnya, dan membuat tersentak dan mereka menyadari keadaan yang sebenarnya. Khalid puas setelah dilihatnya mereka menunjukkan sikap seperti yang diperintahkannya itu. Kecurigaan dan saling tak peduli sudah dapat dihilangkan. Sekarang jalan kemenangan sudah terbuka. Semangat agama bangkit dalam kalbu pasukan Muslimin Teriakan Khalid itu telah membangkitkan fanatisma yang kuat sesuai dengan naluri Arabnya. Pemuka-pemuka Muslimin pun melihat apa yang telah menimpa mereka. Dalam hati mereka sekarang tumbuh semangat agama yang membara. Iman telah mengangkat mereka ke tingkat kehidupan yang lebih tinggi. Yang sekarang tampak jelas dan tersenyum di hadapan mereka hanyalah mati sebagai syahid. Cahaya mengantarkan mereka dan membukakan pintu surga abadi. Tuntunan cahaya ilahi memperlihatkan kepada mereka, bahwa segala kesenangan hidup, hiburan dunia dan segala tipu muslihatnya akan sia-sia adanya. Sekarang mereka berbalik, dari kekalahan menjadi suatu tuntutan: menang atau mati syahid. Ketika itu Sabit bin Qais pemimpin Ansar berkata: "Saudara-saudara Muslimin, kalian mempunyai suatu kebiasaan yang amat buruk. Allahumma ya Allah, aku lepas tangan dari apa yang disembah oleh mereka (menunjuk kepada penduduk Yamamah), dan aku lepas tangan dari apa yang dilakukan oleh mereka (menunjuk kepada kaum Muslimin)." Berkata begitu langsung ia menyerbu ke kancah pertempuran sambil berteriak: "Inilah aku, akan kuperlihatkan kepadamu cara berperang!" dilanjutkan dengan terus bertempur mati-matian tanpa merasa gentar. 153 154 ABU BAKR AS-SIDDIQ Sementara ia bertempur itu seluruh badannya sudah penuh luka-luka dan akhirnya dia mati sebagai syahid. Demikian juga Bara' bin Malik, dia termasuk pemberani yang luar biasa yang tak kenal lari. Begitu melihat apa yang telah terjadi, ia terjun sambil berkata: "Mau ke mana hai Muslimin!? Aku Bara' bin Malik. Mari ke mari bersamaku!" Suaranya terdengar oleh pejuang-pejuang Muslimin yang lain dan semua mereka sudah mengenal benar keberaniannya. Sebagian mereka kembali kepadanya dan melanjutkan pertempuran hingga banyak pula di antara mereka yang gugur. Yang ingin mati syahid Ketika itu angin bertiup kencang dan pasir membubung menutupi muka Muslimin. Ada sekelompok orang yang berbicara dengan Zaid bin Khattab tentang apa yang akan mereka perbuat, maka dijawabnya: "Tidak, demi Allah aku tak akan berbicara sepatah kata pun hari ini sebelum kita hancurkan mereka, atau sampai aku bertemu Allah dengan membawa pembuktianku. Tundukkan matamu dan garitkan gigimu dan hantamlah musuhmu itu lalu teruslah maju." Berkata begitu ia langsung terjun ke tengah-tengah musuh, bertempur habis-habisan, diikuti anak buahnya dari belakang. Ketika itu ia memberikan pembuktiannya, ia kembali kepada Penciptanya, Allah Yang Mahakuasa. Abu Huzaifah berteriak kepada orang-orang yang berada di sekitarnya: "Hai keluarga Qur'an, hiasilah Qur'an dengan perbuatanmu!" Ia sendiri lalu terjun ke padang maut itu sampai juga menemui ajalnya. Ia kembali ke sisi Allah. Ketika itu juga bendera diambil alih oleh Salim bekas budak Abu Huzaifah seraya katanya: "Celakalah aku sebagai yang sudah hafal Qur'an kalau tidak terus bertahan." Dia pun terjun ke kancah itu dan gugur pula. Dengan teriakan-teriakan yang keluar dari hati yang penuh iman itu, jiwa hendak mati syahid serentak bangkit pada prajurit-prajurit Islam itu semua. Bagi mereka hidup sudah terasa kecil sekali dan mereka lebih suka mati sebagai para syahid. Dengan sungguh-sungguh mereka terjun maju semua ke depan. Mereka mengharapkan mati syahid. Sekarang pasukan Musailirnah yang mundur sampai ke belakang garis pertama. Pasukan Musailirnah putus asa Dalam perang itu pasukan Musailirnah tampak sudah mulai putus asa. Mereka berperang demi tanah air, berperang demi kehormatan nenek moyang.. Bagi mereka berperang demi suatu keyakinan yang sudah sakit 9. EKSPEDISI YAMAMAH itu tingkatnya di bawah tanah air, di bawah kehormatan nenek moyang. Oleh karena itu mereka bertahan terhadap pasukan Muslimin dan memukul mundur yang dapat mereka pukul, dan mereka bertempur untuk setiap jengkal tanah, tak beranjak dari sana sebelum berbalik dan berusaha merebut kembali. Khalid tidak gentar menghadapi pasukan Banu Hanifah yang berani mati itu. Bahkan, ketika mendengar teriakan kaum Muslimin dan melihat tekad mereka begitu gembira menghadapi maut, ia yakin bahwa sekarang kemudi berada di tangannya, dan kemenangan sudah di ambang pintu. Khalid membuat muslihat untuk membunuh Musailimah Tetapi Khalid ingin sekali bila Muslimin juga menyadari bahwa kemenangan sudah di ambang pintu seperti yang dilihatnya. Karena ia tampil memimpin pasukannya dan berkata kepada para pengawalnya: "Janganlah datang dari belakangku." Lalu ia berteriak dengan moto pertempuran ketika itu: "Hidup Muhammad!" Dengan tampil dan teriakannya itu tidak saja ia bermaksud hendak membakar semangat, tetapi dengan itu ia juga ingin menempuh jalan kemenangan itu lebih cepat lagi. Dilihatnya orang-orang Banu Hanifah bergelimpangan mati di sekitar Musailimah. Mati tak mereka pedulikan lagi. Maka Khalid yakin, jalan pintas untuk mencapai kemenangan itu ialah Musailimah sendiri yang harus dibunuh. Karenanya, ia dan pasukannya membuat suatu muslihat sampai berada tak jauh dari tempat Musailimah. Kemudian ia memancingnya supaya orang itu keluar menghadapinya. Tetapi yang keluar untuk menemui Khalid saat itu pengawal-pengawal Musailimah. Namun sebelum mereka mencapai Khalid, pedang Khalid sudah lebih dulu menyambut mereka dengan maut. Tak sedikit di antara mereka yang terbunuh. Karena sifat penakutnya yang luar biasa Musailimah merasa rendah diri. Terlintas dalam pikirannya ingin juga keluar seperti yang Iain-lain. Tetapi yakin dia, pasti akan terbunuh jika ia keluar. Ragu dia dan gelisah. Selama dalam kegelisahan dan keraguannya itulah, Khalid dan pasukannya tiba-tiba menyerangnya dan menyerang orang-orang di sekitarnya dan yang sudah siap dengan senjata. Ketika itulah kawankawan Musailimah berteriak: "Mana yang kaujanjikan kepada kami!" Sambil berlari Musailimah menjawab: "Bertempurlah demi kehormatan leluhur." Bagaimana mereka akan bertempur sedang dia sendiri sudah cepat-cepat lari lebih dulu! Tidaklah logis mereka akan mengikuti orang yang lari seperti mengikuti seorang nabi! 155 156 ABU BAKR AS-SIDDIQ Berlindung dalam kebun Mereka lari itu dilihat oleh Muhakkam bin Tufail, dan dilihatnya pula Muslimin mengejar mereka. la berteriak memanggil-manggil: "Hai Banu Hanifah! Kebun, kebun!" Maksudnya supaya mereka berlindung ke dalam kebun. Kebun itu tidak jauh dari mereka. Kebun milik Musailimah ini cukup luas, dikelilingi tembok-tembok yang kukuh seolah seperti benteng. Kebun ini yang mendapat sebutan "Kebun ar-Rahman" (Hadiqatur-Rahman). Mereka lari ke tempat itu dan menyelamatkan diri dari kehancuran setelah ribuan orang jatuh bergelimpangan ke tanah ditebas oleh pedang Muslimin. Sementara mereka berlarian itu Muhakkam dan anak buahnya berdiri memberikan perlindungan dari belakang. Ketika itu, saat ia berusaha merintangi pasukan Muslimin sambil mengerahkan anak buahnya agar bertahan, dan bersama-sama bertempur sekuat tenaga dengan mereka untuk membentengi kaumnya itu, ketika itu juga Abdur-Rahman putra Abu Bakr as-Siddiq melepaskan anak panahnya yang tepat mengenai tenggorokannya. Orang itu pun mati. Musailimah dan pengikut-pengikutnya masih bertahan dalam kebun. Adakah Muslimin akan mengepung mereka sekalipun akan memakan waktu lama? Tidak! Angkatan perang yang sekarang sedang dimabuk kemenangan ini menghendaki kemenangan yang sempurna, kemenangan yang lebih cepat. Oleh karena itu mereka mengelilingi kebun itu mencari- cari celah untuk membuka gerbang kebun yang begitu kuat itu. Tetapi tak berhasil. Bara' memanjat tembok Saat itu Bara' bin Malik berkata: "Saudara-saudara Muslimin, lemparkan aku ke tengah-tengah mereka dalam kebun!" Tetapi yang lain menjawab: "Bara', jangan!" Apa pula yang akan dilakukan Bara' seorang diri di tengah-tengah ribuan orang yang sedang mencari perlindungan dari maut dalam kebun itu! Tetapi Bara' tetap mendesak dan menambahkan: "Tidak, lemparkanlah aku ke tengah-tengah mereka." Kemudian mereka mengusungnya ke atas tembok itu. Tetapi setelah dilihatnya begitu banyak orang di dalamnya, ia malah ragu dan mau mundur seraya berkata: "Turunkan aku," tetapi segera katanya lagi: "Usunglah aku!" Berkali- kali ia berkata begitu. Kemudian ia berdiri di atas tembok. Hatinya berkata: — Ini pahlawan Bara', yang segala sepak terjangnya sudah menjadi buah bibir di seluruh Semenanjung. Ya, kalau dia mundur, orang 9. EKSPEDISI YAMAMAH 157 akan mengatakan: Punya kemauan tapi tidak berbuat. Kemasyhurannya sebagai pahlawan akan lenyap. Tadinya sudah maju lalu mundur, akan jadi bahan ejekan orang. Kalau itu terjadi, tak ada artinya dia. Akan dikemanakan mukanya! Karenanya, dibuangnya keraguan itu lalu ia melemparkan diri ke depan pintu kebun Banu Hanifah itu. Ia menyerang mereka kanan kiri sampai berhasil membuka pintu kebun untuk pasukan Muslimin, yang kemudian masuk menyerbu ke dalam dengan pedang terhunus di tangan. Maut sudah membayang di biji mata. Begitu anggota-anggota keluarga Banu Hanifah itu melihat pasukan Muslimin, mereka kabur berlarian dalam kebun yang sudah berubah menjadi sebuah penjara, seperti kambing yang kabur berlarian begitu melihat jagal datang membawa pisau. Muslimin menyerbu kebun Ini menurut satu sumber. Tetapi sumber lain menyebutkan bahwa pasukan Muslimin ramai-ramai memanjat tembok kebun itu dan berusaha menyerbu ke pintu. Barangkali Bara' termasuk salah seorang pemanjat tembok yang terdekat ke pintu, dan ketika terjun ke dalam kebun dialah yang membukakan pintu buat pasukan Muslimin setelah ia bertempur melawan siapa saja yang ada dalam kebun itu. Peristiwa itu terjadi ketika orang-orang yang berlindung dalam kebun itu sedang sibuk menghadapi lawan yang menghujani mereka dengan panah dari atas tembok. Kematian Musailimah Pasukan Muslimin menyerbu kebun itu dan langsung menyerang musuh. Pedang-pedang Banu Hanifah itu justru terhambat oleh pepohonan di sekitar mereka. Sungguhpun begitu tidak mengurangi sengitnya pertempuran. Korban tidak sedikit di kedua belah pihak, meskipun di pihak Banu Hanifah dua kali lebih banyak. Setelah perang Uhud dulu Wahsyi sudah masuk Islam. Orang asal Abisinia inilah yang dulu membunuh Hamzah, bapak syuhada dalam perang Uhud itu. Dalam perang Yamamah ini ia juga ikut serta. Tatkala dilihatnya Musailimah di kebun itu, diayunkannya tombaknya, dan bila sudah terasa pas, dibidikkannya kepada Musailimah. Bidikannya itu tidak meleset. Bersamaan dengan itu ada orang Ansar yang juga ikut menghantam Musailimah dengan pedangnya. Karena itulah Wahsyi berkata: "Hanya Allah yang tahu siapa di antara kita yang telah membunuhnya." ABU BAKR AS-SIDDIQ Ketika itu ada seseorang berteriak: "Yang membunuhnya seorang budak hitam."1 Semangat Banu Hanifah reda setelah mendengar teriakan bahwa Musailimah sudah terbunuh. Mereka menyerah tanpa mengadakan perlawanan lagi. Muslimin terus menghantam mereka. Pada masa itu tanah Arab belum pernah mengalami pertumpahan darah sehebat pertempuran di Yamamah itu. Itu sebabnya "Kebun Rahman" ini kemudian diberi nama "Kebun Maut." Dan nama inilah yang terus dipakai dalam buku-buku sejarah. Mujja 'ah menunjukkan mayat Musailimah Selesai pertempuran atas permintaan Khalid Mujja'ah dibawa dari kemahnya. Dimintanya ia menunjukkan mayat Musailimah. Sementara sedang memeriksa mayat-mayat itu, mereka melalui mayat Muhakkam — Muhakkam ini berwajah tampan. Setelah Khalid melihatnya ia bertanya kepada Mujja'ah: Dia ini kawanmu itu? "Bukan," jawab Mujja'ah. "Orang ini lebih baik dan lebih terhormat dari dia. Ini Muhakkam." Mujja'ah dan Khalid memasuki Kebun Maut itu. Mereka lalu di depan mayat "Ruwaijil Usaifir Ukhainas" itu. "Inilah orangnya. Kalian sekarang sudah bebas dari dia," kata Mujja'ah. "Orang inilah yang telah berbuat sekehendak hatinya terhadap kalian," sambung Khalid. Malapetaka yang ditimbulkan Musailimah itu kini sudah berakhir dan sudah dirabut dari akarnya. Angkatan bersenjatanya pun telah dikikis habis. Sudah tibakah saatnya sekarang Khalid dan pasukannya harus beristirahat? Khalid meneruskan perjuangan Tidak! Ini bukan watak Khalid. Dan bukan ini pula strategi perangnya. Strateginya selalu ialah kemenangan itu harus mencapai puncaknya, supaya jangan timbul akibat yang tak diinginkan kemudian hari. 1 Wahsyi ini dikenal sebagai budak negro kepunyaan tokoh musyrik Mekah, Jubair bin Mut'im. Kalau dalam perang Uhud ia berhasil membunuh Hamzah bin Abdul-Muttalib, paman Nabi, dijanjikan ia akan dimerdekakan oleh Hindun istri Abu Sufyan, juga oleh Mut'im sendiri. Hindun dan Jubair memikul dendam karena keluarga mereka dulu banyak yang terbunuh dalam perang Badr. Dengan tombak kecil dan cara serupa seperti yang dilakukannya terhadap Musailimah ini Wahsyi berhasil membunuh Hamzah. Nabi Sallalldhu 'alaihi wasallam merasa sedih sekali dengan kejadian ini. Tetapi setelah pembebasan Mekah Wahsyi datang meminta maaf kepada Nabi, oleh Nabi ia diberi maaf, dan masuk Islam. — Pnj. 158 9. EKSPEDISI YAMAMAH Tak cukup hanya dengan memerangi Banu Asad dan mereka yang bersekutu dengan Tulaihah, tetapi terus dilanjutkan sampai daerah itu benar-benar bebas dari segala gangguan. Begitu juga dulu dengan Umm Ziml dan sisa-sisa pasukannya. Kemudian Banu Tamim, tidak dibiarkannya sebelum ia dapat mengikis habis setiap orang yang mau meniupkan api fitnah di daerah itu. Di tempat-tempat lain juga ia lakukan demikian. Sesudah membereskan mereka yang berlindung di Kebun Maut itu Abdullah bin Umar dan Abdur-Rahman bin Abi Bakr berkata kepada Khalid: "Kirimkanlah kami dan beberapa orang untuk menempati benteng itu." Maksudnya benteng Yamamah. "Aku akan menyebarkan pasukan berkuda dan menangkapi orangorang yang ada di luar benteng, sesudah itu nanti aku mengambil keputusan," kata Khalid. Khalid menyebarkan pasukan berkudanya, yang kemudian kembali membawa segala harta benda, perempuan dan anak-anak. Semua itu dibawa ke markas. Barulali kemudian ia memerintahkan agar berangkat ke benteng dan membongkar segala yang ada di dalamnya. Dengan mengadakan pembersihan demikian terhadap Banu Hanifah sejak itu tak ada lagi perlawanan. Perdamaian Khalid-Mujja 'ah Khalid makin percaya kepada Mujja'ah sesudah ia diberi tugas melindungi Umm Tamim, demikian juga kejujurannya mengenai Musailimah dan pengikut-pengikutnya. Orang ini datang kepada Khalid mengatakan: "Yang sudah kauperoleh itu hanya orang-orang baris depan saja; di dalam benteng masih banyak tokoh-tokoh yang lain. Bersediakah kau mengadakan perdamaian sehubungan dengan orang-orang yang menjadi tanggung jawabku?" Khalid memperhatikan angkatan bersenjatanya. Tampaknya mereka sudah letih sekali dicabik perang, sudah banyak pula di antara pemukapemuka mereka yang mengalami luka-luka. Mereka ingin kembali membawa kemenangan yang membanggakan itu. Kalau dengan maksudnya itu Mujja'ah jujur, menurut hematnya memang sebaiknya mengajaknya damai, dengan catatan pihak Muslimin tetap menguasai rampasan perang yang sudah menjadi bagiannya, kecuali separuh dari orang-orang tawanan. Selanjutnya kata Mujja'ah: 159 160 ABU BAKR AS-SIDDIQ "Sekarang aku akan menemui kaumku dan akan kutawarkan apa yang sudah kulakukan ini." la pergi menemui perempuan-perempuan di tempat itu dan katanya kepada mereka: "Pakailah pakaian besi kalian dan tampillah ke depan benteng." Setelah mereka melakukan itu dan Khalid menyaksikannya, ia yakin bahwa Mujja'ah tidak membohonginya. Tetapi kemudian Mujja'ah kembali lagi dan berdalih bahwa apa yang sudah dilakukannya itu mereka tak setuju. Hanya sebagian yang tampil ke depan benteng kemudian kembali menyatakan pendapat mereka yang sama. Khalid mengalah dari separuh tawanan yang sudah disetujuinya itu. Tetapi ketika benteng itu dibuka yang ada hanya perempuan, anak-anak dan orang tua-tua yang sudah lemah. Khalid menatap Mujja'ah dengan pandangan berang. "Celaka engkau! Kau mau menipu aku?!" "Tenanglah," kata Mujja'ah. "Mereka itu kaumku. Aku tak dapat berbuat lain selain apa yang sudah kulakukan itu." Khalid sangat menghargai kesungguhan solidaritasnya itu. Kemudian perjanjian perdamaian disetujui dan orang itu pun dibebaskan. Disebutkan juga bahwa sebelum diadakan perjanjian dan sebelum Khalid melihat siapa yang ada dalam benteng itu, Mujja'ah pergi menemui kaumnya dan menawarkan perjanjian tersebut kepada mereka. Tetapi Salamah bin Umair dari Banu Hanifah menentangnya. "Tidak," katanya. "Kita tidak setuju. Kita akan mengajak penduduk dan budak-budak, kita akan terus berperang, bukan berdamai dengan Khalid. Benteng kita kuat, makanan cukup dan musim dingin sudah tiba." "Engkau ini sial!" kata Mujja'ah, "masih hijau, kurang pengalaman. Engkau keliru mengira aku menipu mereka sampai dapat memenuhi permintaanku untuk damai. Masih adakah orang dari kita yang dapat diharapkan atau dapat mempertahankan diri? Aku cepat-cepat bertirdak demikian sebelum kalian ditimpa malapetaka seperti yang dikatakan Syurahbil bin Musailimah 'Sebelum perempuan-perempuan kita mendapat giliran sebagai tawanan, dan dijadikan gundik-gundik.'" Mendengar katakata itu mereka lebih menyetujui perdamaian dan tidak lagi menghiraukan kata-kata Salamah bin Umair. Sural Abu Bakr kepada Khalid Abu Bakr mengirim seorang utusan untuk menemui Khalid dengan membawa perintah untuk membunuh semua orang dari Banu Hanifah yang mampu berperang. Tetapi Khalid sudah mengadakan perdamaian dengan mereka. Khalid adalah orang yang teguh berpegang pada janji. 9. EKSPEDISI YAMAMAH 161 Semua anggota keluarga Banu Hanifah dikumpulkan dan dibawa ke markas Khalid untuk membuat ikrar dan kemudian akan dibebaskan dari segala kesalahan masa lampau. Setelah membuat ikrar dan mereka dibebaskan dari perbuatan murtadnya lalu kembali kepada Islam, Khalid mengutus orang kepada Abu Bakr di Medinah. "Mengapa kamu sampai merendahkan diri serupa itu?" kata Abu Bakr kepada para utusan itu begitu mereka sampai ke Medinah. "Khalifah Rasulullah," kata mereka. "apa yang kami alami sudah disampaikan kepada Khalifah. Orang itu dan keluarganya memang belum mendapat karunia Allah." Jumlah korban di pihak Banu Hanifah Mungkin timbul pertanyaan dalam hati kita: Bagaimana Khalid masih mau menerima Mujja'ah padahal sudah menipunya, Khalid yang kita kenal sangat keras dan tegar itu? Tetapi kemenangan Muslimin yang sangat meyakinkan membuat Khalid lebih banyak menenggang. Jumlah korban yang mati di pihak Banu Hanifah sudah melebihi suatu kemampuan. Konon yang mati di Kebun Maut itu mencapai tujuh ribu orang, dan sebanyak itu pula mati di medan perang, dan tujuh ribu lagi mati ketika Khalid melepaskan pasukannya mengadakan pengejaran terhadap orang-orang yang melarikan diri. Di samping itu dari perdamaian yang dilakukan dengan Mujja'ah itu Muslimin mendapat rampasan perang berupa emas, perak, senjata dan seperempat tawanan perang. Di setiap pedesaan Banu Hanifah, dapat pula kebun dan persawahan sesuai dengan pilihan Khalid. Kalaupun Mujja'ah sudah berhasil menyelamatkan masyarakatnya yang masih ada sehingga mereka yang masih mampu berperang pun tak sampai dibunuh, namun masyarakatnya itu semua sudah kembali kepada Islam dan mengakui kedaulatan Abu Bakr. Jika Khalid sudah dapat mencapai semua itu tak perlu lagi ia marah kepada Mujja'ah atau mengadakan pembalasan karena tipu dayanya itu. Jumlah korban di pihak Muslimin Seperti jumlah korban yang terbunuh di pihak Banu Hanifah, yang tak pernah terbayang dalam pikiran siapa pun di tanah Arab masa itu, begitu juga jumlah korban yang terbunuh di kalangan Muslimin, di luar perkiraan mereka pula. Dari pihak Muhajirin yang terbunuh sebanyak tiga ratus enam puluh orang, dari Ansar tiga ratus, tak termasuk anggotaanggota kabilah yang terbunuh. Jumlah yang terbunuh di pihak Muslimin mencapai seribu dua ratus orang. 162 ABU BAKR AS-SIDDIQ Kabilah-kabilah itu diperolok oleh kaum Muhajirin dan Ansar. Mereka merasa bangga dengan jumlah yang terbunuh itu. Kelebihan Muhajirin dan Ansar bukan hanya pada jumlah orang yang terbunuh itu saja, tetapi di antara mereka itu terdapat tiga puluh sembilan orang sahabat besar dan mereka yang sudah hafal Qur'an. Dan kita pun tahu betapa besar dan terhormatnya kedudukan mereka di mata kaum Muslimin. Tetapi ya. Adakalanya malapetaka membawa rahmat! Akibat terbunuhnya para penghafal Qur'an itulah maka timbul pikiran pada masa Abu Bakr hendak mengumpulkan Qur'an, sebab pembunuhan seperti yang terjadi terhadap mereka yang ikut serta dalam ekspedisi Yamamah itu, dikhawatirkan kelak akan berlanjut kepada yang lain. Kesedihan Muslimin di Mekah dan di Medinah Kesedihan Muslimin di Mekah dan di Medinah atas kematian itu dapat diimbangi hanya karena adanya kemenangan yang telah dikaruniakan Allah kepada mereka. Ketika Abdullah bin Umar bin Khattab kembali pulang sesudah berjuang dan bertempur mati-matian di Yamamah, ayahnya berkata setelah menemuinya: "Mengapa engkau pulang padahal Zaid sudah meninggal. Tidak malu kau memperlihatkan muka kepadaku!?"1 "Ingin sekali aku seperti dia, tetapi karena aku tertinggal maka Allah mengaruniakan mati syahid itu kepadanya," kata Abdullah. Sumber lain menyebutkan bahwa dia berkata: "Dia memohon mati syahid kepada Allah, dia diberi. Aku sudah berusaha supaya diberikan kepadaku, tapi tidak diberikan juga." Kesedihan Umar atas kematian Zaid adiknya itu hanya sebuah contoh saja dari kesedihan yang umumnya menimpa Mekah dan Medinah atas gugurnya pahlawan-pahlawan yang telah mati syahid dalam perang dengan Musailimah itu. Bagaimana Khalid? Sedihkah dia seperti yang lain? Gentarkah hatinya menyaksikan mayat-mayat dan melihat banjir darah?! Samasekali tidak! Kalaulah memang demikian adanya, niscaya tak akan mungkin ia memegang pimpinan, menjadi panglima ke Irak dan Syam serta yang pertama meletakkan dasar kedaulatan Islam. Di mana ada jenderal yang tak tersentak hatinya saat melihat ribuan musuh bergelimpangan, tersungkur di depan pasukannya?! Tetapi Khalid, Khalid tidak gamang 1 Ala waraita wajhaka 'anni? harfiah: Tidakkah kausembunyikan mukamu dari aku? (LA). - Pnj. 9. EKSPEDISI YAMAMAH 163 dan tidak terpengaruh. Malah setelah ia merasa aman dengan kemenangan itu dan mengadakan persetujuan dengan Mujja'ah dan tampuk pimpinan sudah diserahkan ke tangannya, ia memanggil Mujja'ah. "Kawinkan aku dengan putrimu," katanya kemudian. Sebenamya Mujja'ah sudah mendengar tentang perkawinannya dengan 'Laila Umm Tamim, juga tentang Abu Bakr yang memanggilnya dan mengecamnya atas perbuatannya yang telah melanggar adat kebiasaan Arab itu. "Tunggu dulu," kata Mujja'ah. "Engkau mau merusak kekeluargaanku, dan aku sudah tahu soal keluargamu dengan sahabatmu itu (maksudnya Abu Bakr)."1 Kata-kata itu tidak menyenangkan hati Khalid, tetapi dia tak peduli. Malah ditatapnya orang itu seraya katanya lagi: "He, kawinkan aku!" Siapa yang dapat menentang perintahnya sesudah kemenangannya di Yamamah itu. Akhirnya Mujja'ah mau mengawinkan putrinya. Suamiistri itu tinggal bersama di rumah ayahnya, kemudian dibuatkan kemah tersendiri di dekat kemah Umm Tamim. Kemarahan Abu Bakr Apa yang dilakukan Khalid itu sampai juga kepada Abu Bakr. Begitu mengetahui ia terkejut sekali; kemudian berubah marah; kemudian kemarahannya meledak menjadi berang luar biasa. Satu-satunya pembelaannya dulu ketika Khalid mengawini Laila Umm Tamim bahwa dia membunuh suaminya bukan untuk mengawini istrinya. Dan kalaupun dia bersalah, kesalahannya itu karena dia telah melanggar adat kebiasaan Arab. Melakukan perkawinan serupa itu sungguh suatu perbuatan yang sangat tercela sekali mengingat darah masih mengalir dan orang masih dalam suasana berkabung. Bagaimana pula sekarang ia mengulangi perbuatannya itu di Yamamah, padahal ada sebanyak seribu dua ratus Muslimin yang terbunuh, sedang dalam peristiwa Malik bin Nuwairah tak ada seorang pun yang terbunuh! Oleh karena itu, Abu Bakr, orang yang begitu bijaksana, sudah tak dapat lagi menahan kemarahannya. Bahkan terdorong oleh keberangan itu ia menulis suratnya "dengan darah mengalir," — meminjam kata-kata Tabari — yang bunyinya sebagai berikut: 1 Maksud kata-kata ini tidak begitu jelas. Dapat diterjemahkan dengan beberapa pilihan senada. Pilihan ini mungkin yang terdekat dengan keterangan LA, sv. zahr. — Pnj. 164 ABU BAKR AS-SIDDIQ "Demi hidupku, ah anak Umm Khalid! Sungguh engkau orang tak berakal! Engkau kawin dengan perempuan itu sedang bercak darah seribu dua ratus Muslim di beranda rumahmu belum lagi kering!" Setelah surat itu diterima, Khalid merenungkannya sejenak. Sedih sekali ia karena kemarahan Abu Bakr itu. la menggelengkan kepala seraya berkata: Ini tentu perbuatan si kidal — maksudnya Umar bin Khattab. Tetapi soalnya, akibat kemarahan Abu Bakr itu, dari pihak Khalid tak lebih dari sekadar sedih, dan di pihak Abu Bakr tak lebih dari sekadar marah kepada Khalid dengan surat tersebut. Apa artinya putri Mujja'ah itu dalam arti merayakan kemenangan yang harus dirayakan untuk Khalid? Tak lebih dia hanya sebuah persembahan yang diletakkan di telapak kaki panglima genius itu, yang telah membasahi bumi Yamamah dengan darah untuk membersihkannya dari segala kekotoran. Bahkan perempuan itu pun tak lebih dari hanya salah seorang hamba sahaya penabuh gendang dan menyanyi-nyanyi gembira pada hari perayaan itu, karena Islam telah kembali seutuhnya ke dalam perlindungan Islam. Tetapi! Mahaagung Engkau ya Allah! Islam tidak mengenal perayaan-perayaan semacam ini. Tetapi yang dikenalnya ialah bahwa kemenangan itu dari Allah, diberikan kepada siapa saja yang Ia kehendaki. Dan kemenangan kini itu sudah diberikan kepada Khalid. Maka agama-Nya yang benar telah diperkuat, dan segala pemurtadan dan kaum murtadnya sudah dihancurkan. Dengan ekspedisi Yamamah itu Khalid telah berhasil mengikis pemurtadan dan kaum murtadnya. Dengan demikian sudah saatnya tanah Arab untuk kembali tenang dan berpegang teguh pada agama Allah. Jikapun masih ada berita-berita tentang perang pemurtadan di Mahrah, Oman dan Yaman sesudah Yamamah, semua itu bahayanya tidaklah sebesar Yamamah. Itu pula sebabnya, sesudah Yamamah sekarang tiba saatnya buat Abu Bakr untuk hidup lebih tenang, dan Khalid pun sesudah itu boleh beristirahat. Sekarang Khalid sudah pindah ke sebuah lembah di kawasan Yamamah yang disebut Lembah Wabr. Putri Mujja'ah dan Umm Tamim dikumpulkan dalam satu rumah di tempat itu. Lamakah dia tinggal di tempat itu dan sudah cukupkah beristirahat? Itulah yang tidak diberitakan kepada kita oleh buku-buku sejarah. Tetapi strategi Abu Bakr dan strategi Islam masih sangat memerlukan pedang Khalid. Dan ini yang akan kita lihat sebentar lagi. Sampai bertemu lagi genius perang, Pedang Allah! Sampai bertemu lagi di tepi Sungai Furat (Euphrate). Daerah-daerah yang kembali kepada Islam Khalid bin Walid sudah berhasil membasmi kaum murtad di kalangan Banu Asad dan Banu Tamim di daerah-daerah Yamamah. Dan mereka yang masih hidup di kalangan kabilah-kabilah itu kembali kepada agama yang benar, kepada Islam. Perkampungan kabilah-kabilah ini di timur laut tanah Arab sampai ke perbatasan Teluk Persia di sebelah timurnya, yang letaknya di sebelah utara Medinah dari arah timur, kemudian menyusur turun sampai ke arah tenggara Mekah. Daerah kekuasaan yang menyatakan setia kepada Abu Bakr — yang ketika Perang Riddah dulu hanya terbatas pada kawasan segi tiga, ujungnya di Medinah dan dasarnya antara Mekah dengan Ta'if— telah membuka jalan untuk mengembalikan semua itu kepada Islam. Pembangkangan kabilah-kabilah di daerah utara Medinah tidak begitu berbahaya dalam arti sampai membawa akibat yang mengkhawatirkan. Ahli-ahli sejarah pun tak ada yang menyebutkan bahwa penduduk kawasan itu bersikeras mau murtad dan untuk itu mau berperang seperti dalam uraian mereka mengenai Banu Asad atau Banu Hanifah di Yamamah. Tak ada yang dikecualikan dari semua ini selain Dumat al-Jandal yang dipimpin oleh Ukaidir al-Kindi. Hanya daerah ini yang tetap membangkang sebelum ditundukkan oleh Khalid bin Walid, dan Ukaidir yang ditawan diselesaikan. Khalid menaklukkannya ketika dalam perjalanan ke Irak. 1 Riddah atau yang lebih dikenal dengan sebutan Perang Riddah ialah tindakan memerangi kabilah-kabilah atau suku-suku yang murtad dari Islam setelah Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam wafat. Di antara pemimpin-pemimpinnya ada yang mengaku nabi, menolak menunaikan zakat dan mengadakan pemberontakan terhadap pemerintah pusat. — Pnj. 165 BEKAS PERANG RIDDAH1 eBook oleh Nurul Huda Kariem MR. nurulkariem@yahoo.com MR. Collection's a 166 ABU BAKR AS-SIDDIQ Pembangkangan di selatan Semenanjung Di bagian selatan pembangkangan kepada Abu Bakr dan yang murtad dari Islam masih marak. Karenanya masih timbul kontak senjata antara pasukan Muslimin dengan kawasan selatan ini, meskipun tak berlangsung lama. Kalau kita menyebut bagian selatan berarti separuh tanah Arab, dan ini tak boleh dianggap enteng. Kawasan yang separuh ini menyusuri pantai sepanjang Teluk Persia ke Teluk Aden, Laut Merah sampai ke utara Yaman. Di sini terletak kerajaan-kerajaan kecil terdiri Peta Perang Riddah Berdasarkan peta The Cultural Atlas of Islam oleh Isma'il R. al-Faruqi. 10. BEKAS PERANG RIDDAH 167 dari Bahrain, Oman, Mahrah, Hadramaut, Kindah dan Yaman. Orang tak akan dapat melintasi kerajaan-kerajaan ini dari timur ke barat atau dari barat ke timur tanpa harus melewati daerah itu semua, dan letaknya pun berurutan sepanjang pantai kedua teluk dan Laut Merah itu. Selain Yaman, semuanya bukan negeri kaya. Jaraknya hanya beberapa mil antara perbatasan itu dengan pantai. Selebihnya, bagian selatan Semenanjung yang dikelilingi kerajaan-kerajaan itu dan terpisah dari laut, ialah pedalaman Dahna', yang pada waktu itu merupakan gurun yang berbahaya, bahkan sampai waktu kita dewasa ini. Sekarang kawasan itu disebut ar-Rub'ul Khali. Pengaruh Persia di negeri-negeri yang bergolak Jika demikian letak negeri-negeri itu mudah sekali kita memahami adanya hubungan itu dengan Persia. Sebaliknya, betapa sulitnya melintasi kawasan itu ke negeri-negeri Arab di bagian utara. Melintasi Dahna' tidak mungkin. Yang datang dari Hijaz ke Oman, Kindah atau Hadramaut, perjalanan ke daerah-daerah itu harus melalui Bahrain di sebelah timur atau melalui Yaman di sebelah barat. Karena letak geografisnya yang demikian rupa hubungan kawasan ini dengan Persia jadi terbuka, bahkan sampai dikuasai, hal yang tak mungkin akan terjadi dengan negeri-negeri Arab yang lain. Di atas sudah kita singgung bahwa Yaman masih berada di bawah kekuasaan Persia. Setelah Bad-han masuk Islam, yang sebelum itu gubernur Persia di Yaman, oleh Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam ia dibiarkan dalam tugas dan kekuasaan itu. Di Bahrain dan Oman kekuasaan Persia lebih menonjol lagi dengan besarnya jumlah orang Persia yang menetap di kedua wilayah itu. Mereka ini menjadi pihak yang berkuasa atas penduduk daerah itu. Setiap dikhawatirkan terjadinya pemberontakan orang-orang Arab yang ingin melepaskan diri dari pengaruh Persia itu, atau usaha untuk menumbangkan kekuasaan mereka di kawasannya tersebut, pihak Persia selalu memberi bantuan kepada orangorangnya di sana dengan pengaruh dan senjata. Dengan demikian tidak heran jika negeri-negeri itulah yang terakhir menyatakan diri masuk Islam, yaitu dalam Tahun Perutusan pada masa Rasulullah, dan yang pertama pula menjadi murtad setelah Nabi wafat. Seterusnya mereka ini pulalah yang terakhir kembali kepada Islam setelah terjadi perang mati-matian mengakhiri perang-perang Riddah itu. Sesudah itu, kesatuan agama dan kesatuan politik negeri-negeri Arab kawasan ini kembali stabil. Laporan sumber-sumber itu tidak sama, kapan sebenarnya perang Riddah di kawasan ini terjadi: pada tahun kesebelas Hijri seperti di168 ABU BAKR AS-SIDDIQ sebutkan, ataukah pada tahun kedua belas. Rasanya tak perlu kita mempersoalkan perbedaan ini. Yang pasti, sejak dibaiatnya Abu Bakr terjadi pergolakan sambung-menyambung sebelum semua negeri Arab itu ditundukkan. Kawasan selatan ini pun kemudian melaksanakan kebijaksanaan Abu Bakr juga. Keimanan mereka sudah begitu kuat, tekad mereka dalam perjuangan pun cukup mantap. Mereka juga ingin memperoleh dan mati syahid seperti sahabat-sahabat Rasulullah yang mulamula dahulu. Melihat letak geografis kawasan itu, mau tak mau langkah Muslimin harus dimulai dengan membasmi segala pemurtadan di daerahdaerah itu dengan melangkah dari Bahrain ke Oman, seterusnya ke Mahrah sampai ke Yaman, atau dari Yaman ke Kindah lalu ke Hadramaut sampai ke Bahrain. Tetapi mereka lebih menyukai dimulai dari Bahrain sebab tempat ini bertetangga dengan Yamamah, dan kemenangan mereka di Aqriba' besar sekali pengaruhnya di kawasan itu, di samping memang lebih mudah daripada dari Yaman. Dengan dimulai dari sana, harapan memperoleh kemenangan seperti itu di negeri-negeri tetangga lainnya lebih besar. * * * Menghadapi kaum murtad di Bahrain Sungguhpun begitu, perjuangan Muslimin untuk membasmi kaum murtad di Bahrain itu tidak mudah. Bahrain merupakan sekeping tanah sempit menyusuri pantai Hajar di Teluk Persia yang memanjang dari Qatif ke Oman. Di sana sini padang pasir hampir bersambung dengan laut Teluk, sedang di bagian hulu bersambung dengan Yamamah, yang hanya dipisahkan oleh bukit barisan yang mudah dilewati bila menurun. Banu Bakr dan Banu Abdul Qais dari kabilah Rabi'ah tinggal di Bahrain ini dan di Hajar. Bersama mereka tinggal pula sekelompok pedagang dari India dan Persia dan mereka menempati bandar-bandar di muara Sungai Furat ke Aden. Mereka sudah bersanak semenda dengan penduduk setempat dan sudah beranak pinak. Raja kawasan itu, al-Munzir bin Sawa al-Abdi, seorang Nasrani, sudah memeluk Islam ketika diajak oleh Ala' bin al-Hadrami yang pada tahun kesembilan Hijri diutus oleh Nabi ke Bahrain. Sesudah masuk Islam pun al-Munzir ini tetap sebagai raja atas kaumnya itu. Dia mengajak orang menganut Islam seperti yang dilakukan oleh Jarud bin Mu'alla al-Abdi. Jarud ini pernah datang kepada Nabi di Medinah, ia masuk Islam dan mendalami ajaran agama. Kemudian ia kembali ke kabilahnya, mengajak mereka 10. BEKAS PERANG RIDDAH 169 masuk ke dalam agama yang benar ini sambil mengajarkan seluk beluk agama kepada mereka. Permulaan murtad di Bahrain Al-Munzir bin Sawa wafat dalam bulan yang sama ketika Nabi wafat. Sekarang penduduk Bahrain berbalik jadi murtad semua, tak berbeda dengan daerah-daerah lain di Semenanjung itu, yang juga murtad. Pergolakan karena pemurtadan ini menyebabkan Ala' bin al-Hadrami lari dari Bahrain, begitu juga utusan-utusan Nabi yang lain lari dari daerah-daerah yang murtad itu. Tetapi Jarud al-Abdi tetap bertahan dalam keislamannya, bahkan ketika ia menanyakan kepada kabilahnya apa sebab mereka murtad, mereka menjawab: Kalau Muhammad seorang nabi ia tak akan mati. Kamu tahu — kata Jarud — bahwa dulu nabi-nabi itu banyak, apa yang terjadi? Mati—jawab mereka. Bahwa Muhammad Sallallahu 'alaihi wa sallam juga wafat seperti para nabi sebelumnya itu — kata Jarud pula. Aku bersaksi, tiada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad hamba dan Rasul-Nya. Mereka semua pun mengucapkan kalimat syahadat itu dan mereka kembali dan bertahan dengan Islam. Kembalinya Banu Abdul Qais tidak merintangi penduduk Bahrain dari pemurtadannya. Dengan dipimpin oleh al-Hutam bin Dabi'ah, saudara Banu Qais bin Sa'labah bahkan mereka yang tetap kukuh itu berkumpul dan mengembalikan kerajaan kepada keluarga al-Munzir. Sebagai raj any a mereka menobatkan al-Munzir bin Nu'man al-Munzir al-Garur (yang menyesatkan). Mereka berusaha agar Jarud dan pengikut-pengikutnya meninggalkan Islam. Tetapi segala usaha mereka tak berhasil. Melihat keadaan demikian, Hutam pergi ke Qatif dan ke Hajar. Ia berusaha membujuk warga keturunan Persia kedua tempat itu, dan merangkul mereka yang belum masuk Islam. Ia mengepung Jarud dan sahabatsahabatnya yang lain di kawasan Juwasa, dengan mendapat bantuan dari Persia dan istananya. Ia mengepung mereka demikian rupa sehingga mereka hampir mati kelaparan. Sungguhpun begitu tak seorang pun dari mereka yang keluar dari Islam. Buat mereka, apa artinya hidup demi membela agama yang benar ini. Abu Bakr mengutus kembali Ala' bin Hadrami Sementara itu Abu Bakr sudah mengutus Ala' bin Hadrami kembali ke Bahrain memimpin sebuah brigade dari kesebelas brigade untuk menghadapi golongan murtad. Keberangkatan Ala' ini setelah Khalid bin Walid dapat menumpas Musailimah dan pengikut-pengikutnya. Saat melalui Yamamah mereka yang sudah kembali kepada Islam cepat-cepat 170 ABU BAKR AS-SIDDIQ bergabung kepada Ala'. Dari kalangan Muslimin kemudian menyusul Sumamah bin Asal dan kaumnya, Qais bin Asim al-Minqari dan sekian banyak lagi di Yaman dan kabilah-kabilah lain yang sudah merasa bahwa kekuatan dan kekuasaan Muslimin tak dapat tidak akan kembali seperti sediakala. Tidak heran kalau begitu! Pada setiap bangsa dan zaman manusia cenderung pada yang kuat, sebab mereka menduga bahwa kebenaran dan kekuatan itu saiing menopang. Segala yang dasarnya ketidakadilan dan kezaliman, menurut hemat mereka tak akan dapat berdiri. Sebelum dulu bergabung dengan Ala', Qais bin Asim dan kaumnya termasuk orang yang enggan mengeluarkan zakat dan sedekah. Tatkala Ala' singgah di Yamamah sesudah kemenangan Khalid, Qais kembali kepada Islam dan mau mengumpulkan zakat dan menyerahkannya kepada Ala', la sudah membatalkan niatnya semula dan bersama-sama dengan Ala' menghadapi Bahrain. Kisah tentang Dahna' dan mukjizat Allah Bersama pasukannya Ala' meluncur terus mengarungi gurun Dahna' ke tempat tujuannya. Setelah malam tiba ia memerintahkan pasukannya berhenti dan turun dari kendaraan agar tidak tersesat di padang pasir. Sesudah mereka berhenti, unta-unta itu terpencar di Sahara dan kabur bersama persediaan makanan dan minuman yang dibawanya. Sekarang tak ada lagi yang akan mereka makan atau minum. Ketika itulah mereka hanya dipengaruhi oleh perasaan sedih. Mereka yakin bahwa sekarang hanya berhadapan dengan maut. Satu sama lain mereka sudah saiing berwasiat. Tetapi Ala' berkata kepada mereka: "Apa yang ini terjadi? Apa yang mempengaruhi kamu?" "Bagaimana kami dapat disalahkan," jawab mereka. "Kalau sampai besok, sebelum terik matahari sempat membakar kami, kami sudah tinggal jadi cerita orang." Dengan kalbu penuh iman Ala' berkata lagi: "Saudara-saudara! Jangan takut. Bukankah kita Muslimin? Bukankah kita berjuang di jalan Allah? Bukankah kita berjuang membela agama Allah?" "Benar," sahut mereka. "Bergembiralah! Sungguh, Allah tidak akan mengecewakan orang semacam kita." Bertalian dengan ini juga ada sumber lain yang menyebutkan bahwa selesai salat subuh mereka hanyut dalam doa, hingga begitu matahari 10. BEKAS PERANG RIDDAH 171 terbit tampak oleh mereka sekilas bayangan udara (fatamorgana), kemudian menyusul yang kedua lalu yang ketiga. Pemimpin mereka berkata: "Air!" Mereka pergi mendatangi tempat itu. Mereka minum, mandi dan mengambil air sepuas-puasnya. Matahari pun sudah makin tinggi. Tiba-tiba dari segenap penjuru unta-unta itu datang kembali dan menderum (berlutut) di depan mereka. Sekarang mereka menaiki kembali unta masing-masing dan meneruskan perjalanan. Diceritakan juga bahwa Abu Hurairah dan seorang sahabatnya dari orang Arab pedalaman yang sudah mengenal daerah ini, ketika kembali ke tempat ditemukannya air tadi, ternyata tak melihat kolam ataupun bekas air. Orang yang sudah mengenal benar daerah-daerah ini mengatakan bahwa ia tahu benar tempat ini, dan sebelum kejadian itu memang tak pernah ia melihat ada air tergenang di sana. Itu sebabnya dikatakan bahwa kejadian ini adalah salah satu mukjizat Allah, dan bahwa air itu merupakan anugerah dari Allah. Serangan Muslimin dan kaum murtad silih berganti Beberapa Orientalis menyatakan kesangsiannya mengenal cerita ini. Baik kesangsian itu beralasan atau tidak, yang jelas Ala' dan pasukan untarrya sudah berangkat dan meneruskan perjalanan sampai tiba di Bahrain. Dalam pada itu Ala' tetap memberi semangat kepada Jarud dan teman-temannya. Dia sendiri memang sudah siap- menghadapi Hutam. Tetapi dilihatnya kaum murtad itu jumlah orang dan persenjataan yang cukup besar, yang tak akan mudah diserang begitu saja. Oleh karena itu kedua pihak, Muslimin dan kaum murtad sama-sama membuat parit dan mereka mengadakan serangan silih berganti kemudian kembali ke parit masing-masing. Selama sebulan mereka dalam keadaan begitu tanpa mengetahui bagaimana nasib mereka kelak. Sementara mereka dalam keadaan demikian itu, suatu malam Muslimin mendapat kesempatan berharga, lawan itu mendapat pukulan yang sangat menentukan. Ketika itu pihak Muslimin mendengar suara-suara ribut di markas kaum musyrik itu seperti yang biasa terjadi bila orang sedang panik atau sedang dalam perang. Ala' mengirim orangnya untuk mencari berita. Kemudian diketahuinya bahwa malam itu mereka sedang hanyut dalam minum minuman keras, sedang dalam keadaan mabuk, sudah tak menyadari dirinya. Ketika itulah Muslimin keluar dari dalam parit dan langsung menyerbu markas mereka, menghantam dan membantai mereka dengan pedang. Kaum murtad yang lain melarikan diri, ada yang mundar 172 ABU BAKR AS-SIDDIQ mandir di parit, tda yang kebingungan, ada yang terbunuh dan yang ditawan, dan ada pula yang selamat tapi mereka gelisah. Ketika itu Qais bin Asim mendekati Hutam yang sudah tergeletak di tanah lalu dihabisinya. Sedang Afif bin Munzir al-Garur ditawan. "Engkau telah menyesatkan mereka," kata Ala'. Al-Garur kemudian masuk Islam dan dia berkata: "Aku bukan yang Garur — bukan yang menyesatkan, tapi aku disesatkan orang."' Oleh Ala' ia maafkan. Mereka yang selamat dari tawanan dan dari maut melarikan diri, berlayar ke pulau Darin. Oleh Ala' mereka dibiarkan di sana. Sementara itu Ala' mendapat surat yang memberitahukan bahwa kabilahkabilah yang tinggal di Bahrain sudah kembali kepada agama Allah. Bala tentara Ala' sekarang sudah bertambah jumlahnya dengan bergabungnya warga keturunan Persia di tempat itu. Ia memerintahkan orang pergi ke Darin supaya tak ada lagi di sana tempat berlindung buat golongan murtad. Menyeberang lautan dan menumpas pembangkang Darin adalah sebuah pulau di kepulauan Teluk Persia, berhadapan dengan Bahrain. Di tempat ini ada lima biara besar dari lima kabilah yang beragama Kristen. Seterusnya sumber itu menyebutkan, bahwa tatkala Ala' memerintahkan pergi ke sana, mereka tak punya kapal untuk menyeberang ke tempat itu. Salah seorang di antara mereka berkata: "Allah telah memperlihatkan tanda-tanda kebesaran-Nya kepada kita di darat supaya jadi pelajaran buat kita di laut. Berangkatlah kalian menghadapi musuh. Kemudian pelajarilah laut yang menuju ke tempat mereka, sebab Allah telah mengumpulkan mereka." "Akan kami laksanakan," jawab mereka. "Kami tak akan pernah gentar sesudah mengalami peristiwa gurun Dahna'. Demi Allah, sedikit pun tak ada rasa takut pada kami." Ketika mereka berangkat itu, dan begitu sampai di pantai, langsung mereka berlompatan menyerbu kuda, bagal, keledai dan unta. Setelah berdoa kepada Allah, mereka menyeberangi selat, berjalan seperti semut di atas lumpur pasir yang digenangi air dan melumuri kaki-kaki unta itu. Adakah ketika itu Selat Persia sedang surut, atau cerita itu yang berlebihan, ataukah penduduk yang bergabung dengan Muslimin itu meminjamkan perahu-perahu untuk menyeberangi lautan?! Sumber-sumber itu tidak menyinggung kemungkinan terakhir ini, meskipun menurut hemat beberapa ahli sejarah mungkin saja. Tetapi bagaimanapun juga, Muslimin sampai di Darin dan bertemu dengan mereka yang melarikan 10. BEKAS PERANG RIDDAH 173 diri. Di tempat itu terjadi pertempuran yang hebat sekali. Tak ada yang tertinggal dari mereka, anak-istri ditawan, harta benda yang jumlahnya mencapai sedemikian rupa sehingga yang menjadi bagian pasukan berkuda enam ribu dan bagian yang berjalan kaki dua ribu.1 Ala' bin Hadrami dan yang lain kembali ke Bahrain, kecuali mereka yang memang ingin menetap di sana. Ala' menulis surat kepada Abu Bakr melaporkan kemenangannya itu. la tinggal di Bahrain setelah pembangkangan kaum murtad dapat ditumpas. Sejak itu ia tak lagi merasa khawatir selain dari suku-suku badui yang biasa menyerang untuk merampok, sedang pengaruh intrik-intrik Persia di Semenanjung itu sudah menyusut. Di samping dari segi ini ia sudah merasa aman, sebelum ia berangkat ke Darin, tiba-tiba kabilah-kabilah dan warga keturunan Persia di Bahrain ikut pula bergabung kepadanya. Hal ini berarti dapat menghilangkan bahaya yang selama ini masih dikhawatirkan. Yang memimpin penggabungan ini ialah Utaibah bin Nahhas dan Musanna bin Harisah asy-Syaibani. Di setiap jalan mereka mencegat orang-orang yang mau melarikan diri dan para pengacau. Bahkan Musanna mengejarnya sampai ke pantai Teluk Persia. Dihadapinya intrik-intrik Persia dan dikikisnya pembela-pembelanya yang terdiri dari kabilah-kabilah dan warga keturunan Persia setempat, sampai ke muara Sungai Furat. Tercapainya muara itu serta hubungannya dengan Irak dan dakwahnya mengajak orang kepada Islam di tempat itu ada juga pengaruhnya. Barangkali tidaklah berlebihan kalau kita katakan bahwa inilah langkah awal memasuki Irak. ** * Memerangi kaum murtad di Oman Kita tidak hendak mendahului peristiwa itu jika kita menyinggung soal Irak padahal pembicaraan kita masih sekitar Oman yang bertetangga dengan Bahrain. Masalah pembangkangan di sana tak kurang hebatnya dari di tempat lain! Baik juga bila sekarang kita mengikuti pasukan Muslimin ke sana sampai kedua kawasan itu kemudian kembali sadar. 1 Sumber lain menyebutkan bahwa Ala' tak pernah membawa Muslimin ke Darin dalam perang ini, dan bahwa Darin sebelum masa pemerintahan Umar bin Khattab tetap terasing, tidak bergabung kepada Islam atau kepada kekuasaan lain di Semenanjung itu. 174 ABU BAKR AS-SIDDIQ Pada masa Rasulullah Oman berada di bawah kekuasaan Persia, dan sebagai amir ditunjuk Jaifar.' Nabi pernah mengutus Amr bin As mengajak penduduknya masuk Islam. Karena Jaifar merasa khawatir kaumnya akan membangkang sebab enggan membayar zakat ke Medinah, Amr telah mencapai kesepakatan dengan dia untuk membagi-bagikan zakat itu kepada fakir miskin setempat. Amr masih tinggal di tengahtengah mereka. Tatkala kemudian mereka memberontak setelah Nabi wafat, ia lari kembali ke Medinah, dan Jaifar lari ke pegunungan dan berlindung di sana. Pemimpin pemurtadan di Oman ialah Laqit bin Malik al-Azdi. Seperti yang lain dia juga pernah mendakwakan diri sebagai nabi. Ketika itu Abu Bakr sudah mengirim Huzaifah bin Mihsan al-Gilfani dari Himyar ke Oman dan Arfajah bin Harsamah al-Bariqi dari Azd ke Mahrah. Keduanya diperintahkan berangkat bersama-sama, bertolak dari Oman dan pimpinan di tangan Huzaifah, dan bila sudah berbelok di Mahrah pimpinan supaya dipegang Arfajah. Kita masih ingat bahwa Ikrimah bin Abi Jahl yang dulu menuju Yamamah, dan dia tidak mau menunggu datangnya bala bantuan dari Syurahbil bin Hasanah. Malah cepat-cepat ia menghadapi Musailimah supaya membawa kemenangan sebagai kebanggaan. Tetapi ia dipukul mundur oleh Musailimah. Kita juga masih ingat bahwa Abu Bakr tak membolehkan Ikrimah kembali ke Medinah, melainkan diperintahkan terus ke Oman membantu Huzaifah dan Arfajah dalam menghadapi penduduk negeri itu. Ketika Abu Bakr menyampaikan perintah ini kepada kedua jenderal itu, dan dipesankannya juga agar mereka memperhatikan pendapat Ikrimah, Ikrimah cepat-cepat berangkat dan sempat menyusul kedua jenderal itu sebelum mereka mencapai Oman. Selesai mengadakan musyawarah, mereka bersama-sama memberitahukan Jaifar dan saudaranya Abbad'- ke tempat persembunyian mereka, dan keduanya diminta bergabung. Muslim in mendapat kemenangan di Oman Kedatangan Muslimin ini diketahui oleh Laqit. Ia mengumpulkan pasukannya kemudian bermarkas di Daba. Jaifar dan Abbad serta rombongannya sudah berangkat ke Suhar yang kemudian memberitahukan kepada Ikrimah dan kedua rekannya. Mereka lalu bergabung. Di Daba inilah kemudian terjadi pertempuran dahsyat antara kedua kekuatan itu 1 Jaifar dan Abbad anak-anak al-Khulanda sebagai Amir Azd Oman. —Pnj. 2 Dalam Al-Kamil oleh Ibn Asir. "Tyaz". dan hampir saja kemenangan berada di pihak Laqit. Dalara pada itu dalam barisan Muslimin terjadi pula sedikit kekacauan. Tetapi ketika itu datang bantuan besar-besaran dari Banu Abdul Qais dan kabilahkabilah Bahrain lainnya yang melindungi mereka serta memberi bantuan dengan melipatgandakan kekuatan mereka. Dengan demikian mereka maju terus menyerbu dan mengejar Laqit dan pasukannya. Ada sepuluh ribu orang dari mereka yang terbunuh. Perempuan-perempuan dan anakanak ditawan, sedang harta benda dibagi-bagikan di antara mereka. Dengan demikian terpenuhilah sudah janji Allah di Oman. Keadaan Muslimin di sana sekarang sudah kembali stabil. Huzaifah masih tinggal di Oman membereskan segala sesuatunya dan menjaga ketenangan penduduk, Arfajah berangkat ke Medinah membawa seperlima rampasan perang kepada Abu Bakr. Sedang Ikrimah dan pasukannya meneruskan perjalanan ke Mahrah untuk menertibkan keadaan serta untuk mengembalikan panji Islam di sana. ** * Memerangi kaum murtad di Mahrah Ikrimah berpisah dengan Huzaifah di Oman, ujung timur dari selatan Semenanjung. la menuju ke bagian barat Mahrah yang masih banyak terdapat kaum murtad. Dia berangkat dalam sebuah pasukan untuk melipatgandakan jumlah pasukannya dengan memobilisasi kabilah-kabilah yang sudah kembali kepada Islam setelah melihat adanya kemenangan itu. Tatkala sampai di Mahrah, ia menjumpai dua kelompok yang saling bertentangan, masing-masing menyerukan agar mengikuti pimpinannya. Ikrimah memilih yang paling lemah dan yang paling sedikit jumlahnya. Mereka diajak kembali kepada Islam, dan ajakan ini segera mereka sambut dengan baik. Ketika Ikrimah dan pasukannya bersama-sama dengan penduduk Mahrah yang sudah kembali kepada Islam, mereka bertemu dengan kelompok lain. Di sini terjadi kontak senjata yang lebih dahsyat dari pertempuran Daba, tetapi kemenangan berakhir di pihak Muslimin, yang berhasil membunuh, menawan dan mengambil rampasan perang, di antaranya seribu ekor unta pilihan. Ikrimah mengirim seperlimanya kepada Abu Bakr di tangan pemimpin rombongan sekutunya. Untuk menjaga keamanan dan ketenteraman ia masih tinggal beberapa lama lagi. Setelah kemudian keadaan sudah aman dan ketertiban dapat dipulihkan, Ikrimah berangkat bersama anggota pasukannya yang jumlahnya sekarang sudah bertambah dua kali lipat dengan bergabungnya penduduk 10. BEKAS PERANG RIDDAH 175 176 ABU BAKR AS-SIDDIQ Mahrah kepadanya. la pergi menemui Muhajir bin Abi Umayyah al- Makhzumi, untuk melaksanakan perintah Khalifah. Dengan kerja sama demikian kini ia berhasil mengembalikan Yaman dan Hadramaut kepada Islam. ** * Memerangi kaum murtad di Yaman Benarkah Ikrimah pergi dari Mahrah ke Hadramaut dan Kindah? Rasanya ini hanya fantasi. Hadramaut tetangga dan berbatasan dengan Mahrah. Muhajir bin Abi Umayyah menyusur turun dari utara ke Yaman. Mau tak mau Ikrimah harus mempercepat langkah supaya dapat menyusulnya. Soalnya, karena pemberontakan Yaman sudah berjalan lama dan keadaannya cukup rumit. Lebih cepat pemberontakan itu dapat ditumpas akan lebih mudah menumpas sisa-sisa yang lain yang masih ada di Kindah dan Hadramaut. Di atas sudah kita bicarakan mengenai pembangkangan Aswad al- Ansi di Yaman serta pengakuannya sebagai nabi dan keberangkatannya ke San'a. Begitu juga mengenai beritanya yang sudah menyebar luas sampai ke Mekah dan Ta'if. Pembunuhan gelap yang dilakukan orang yang bersekongkol dengan istrinya Azad, yang sebelum itu adalah istri Syahr bin Bazan, raja San'a. Beberapa sumber biasa menyebutkan bahwa berita terbunuhnya Aswad sampai ke Medinah pada hari ketika Nabi wafat. Abu Bakr mengangkat Fairuz sebagai wakil di Yaman. Tetapi tak lama sesudah tersebarnya berita bahwa Nabi telah wafat, timbul lagi pergolakan di sana yang lebih hebat dari semula. Ada beberapa faktor yang menyebabkan pergolakan ini makin berkobar. Pergolakan bertambah karena beberapa faktor Faktor pertama terpecah belahnya kekuasaan di kawasan ini demikian rupa sehingga berbalik menjadi kelemahan. Setelah Bazan meninggal kekuasaan di Yaman dibagi-bagi antara anak Syahr di San'a dengan jamaah Muslimin yang ada di Najran, Hamdan dan di tempat-tempat lain. Inilah yang memberi semangat kepada Aswad mengadakan pemberontakan. Kekuasaan yang terpecah belah di utara Yaman sampai ke Mekah, seperti di Yaman sendiri. Di Tihamah sampai ke batas laut dipegang seorang penguasa. Di pedalaman, masing-masing kabilah memegang kekuasaan sendiri-sendiri. Setelah pemberontakan Aswad menemui kegagalan, sudah wajar jika tiap penguasa berusaha ingin kembali kepada kekuasaannya semula, dan untuk itu mereka siap berperang. Juga 10. BEKAS PERANG RIDDAH 177 sudah wajar bila pendukung-pendukung Aswad berusaha sekuat tenaga mengadakan pergolakan, kalau-kalau kekuasaan jatuh ke tangan mereka seperti pada Aswad dulu. Bahwa sekarang Nabi sudah wafat dan di seluruh kawasan itu timbul pikiran akan mengadakan pemurtadan, dan setiap kabilah atau suku berhak mencita-citakan kebebasannya yang semula, pergolongan demikian itu telah mencapai puncaknya di Yaman dan daerah-daerah sekitarnya, yang dulu pernah menjadi ajang kegiatan Aswad al-Ansi dan pendukung-pendukungnya. Para pemberontak Yaman setelah matinya Aswad Sesudah Aswad mati pendukung-pendukungnya tidak tinggal diam. Panglima-panglima mereka bahkan menjelajahi daerah-daerah sekitar Najran dan San'a. Mereka tidak meminta perlindungan kepada siapa pun, juga tak ada yang meminta perlindungan kepada mereka. Ketika itu, Amr bin Ma'di Karib, pahlawan penyair yang terkenal pemberani, Pemilik Samsamah,1 termasuk yang mengambil kesempatan ini. la berusaha memburu kekuasaan itu dengan jalan pemberontakan, seperti yang pernah dilakukannya pada masa Aswad dengan jalan menggabungkan diri kepadanya. Di pihak lain muncul pula Qais bin Abd Yagus, yang dulu termasuk pemuka komplotan yang membunuh Aswad. Tetapi dia diusir oleh Fairuz bersama-sama dengan Dazuweh.2 Dengan demikian terjadi kekacauan di sana sini sehingga di kawasan ini ketenangan dan keamanan sulit dikendalikan. Bagaimana caranya mengatasi keadaan ini? Langkah pertama ialah jalan Medinah-Yaman harus aman. Kabilah Akk dan beberapa kabilah Asy'ari sering mencegat orang di jalan sepanjang pesisir dengan menyandarkan bantuan kelompok-kelompok yang bergabung kepada mereka. Kota terdekat yang dihuni Muslimin ke tempat ini ialah Ta'if. Karenanya Tahir bin Abi Halah, penanggung jawab kota itu menulis surat kepada Abu Bakr dan ia pergi ke tempat itu dengan sebuah pasukan yang kuat, ditemani oleh Masruq al-Kalbi. Setelah berhadapan dengan penjahat-penjahat ini banyak di antara mereka yang terbunuh, sehingga disebutkan bahwa lalu lintas di jalan itu terganggu oleh mayat-mayat 1 Sahibus Samsamah. Samsamah nama pedang Amr bin Ma'di Karib, terkenal konon karena ketajaman dan keampuhannya. Punya sejarah panjang sebelum dan sesudah Amr, yang dilukiskan dalam syair-syair Amr sendiri dan penyair-penyair lain, yang kemudian menjadi julukan Amr sebagai Sahib atau 'Pemilik pedang Samsamah (LA)'. Lihat juga Da'iratul Ma'arif'al-Islamiyah, Jilid 14. —Pnj. 2 Ejaan nama Persia ini dikira-kira. Penerjemah tidak menemukan ejaannya yang tepat dalam huruf Latin. — Pnj. 178 ABU BAKR AS-SIDDIQ mereka. Sebelum menerima berita operasi itu Abu Bakr telah menulis kepada Tahir memberi semangat kepadanya dan kepada pasukannya agar memerangi mereka, dan memerintahkan agar mereka tinggal di A'lab,' sampai jalan Akhabis menjadi aman. Sejak itu kelompok Akk ini diberi nama Kelompok Akhabis. Sampai sekian lama jalan ini dinamai Jalan Akhabis Faktor kedua perlentangan ras Faktor kedua yang menambah memanasnya pemberontakan di Yaman ialah pertentangan ras. Abu Bakr telah menugaskan Fairuz di San'a menggantikan Syahr yang dibunuh oleh Aswad. Teman-teman Fairuz ketika berkomplot membunuh Aswad ialah Dazuweh, yang sebelum itu sama-sama menjadi pejabat dan pembantu dekat Syahr, Jisynas dan Qais bin Abd Yagus komandan pasukan. Fairuz dan Jisynas ini asal Persia, sedang Qais berdarah Arab dari Himyar. Oleh karena itu Qais merasa disaingi oleh Fairuz dengan kepercayaan yang diberikan oleh Abu Bakr kepadanya, bukan kepada Qais. Maka dia bermaksud hendak membunuhnya. Tetapi setelah dipertimbangkan lebih dalam ia berpendapat bahwa dengan membunuh Fairuz itu berarti mengobarkan api fitnah yang akan ditentang oleh seluruh warga keturunan Persia, yang sudah tinggal di Yaman sejak negeri ini dikuasai dinasti Kisra (Persia). Jumlah masyarakat turunan Persia ini bertambah besar, kedudukan mereka makin kuat dan pejabat-pejabat banyak pula dari mereka. Kalau Qais tidak mengerahkan orang-orang Arab untuk menumpas orang Persia ini pasti ia akan mengalami kegagalan seperti yang dialami Aswad dulu, dan nasibnya pun akan berakhir sama seperti nasib Aswad. Qais menghendaki Yaman untuk bangsa Yaman Qais menulis surat kepada Zul-Kula' al-Himyari dan pemuka-pemuka Arab Yaman lainnya yang isinya: "Warga keturunan Persia di negeri kita adalah orang-orang asing, mereka lebih dihormati daripada kita. Kalau dibiarkan, mereka akan terus menguasai kita. Saya berpendapat sebaiknya kita bunuh pemuka-pemuka mereka atau kita usir dari negeri kita dan bebaslah kita dari mereka." Tetapi Zul-Kula' dan kawan-kawannya tidak mendukungnya, juga dia tidak membela warga keturunan Persia. Mereka lepas tangan de- 18 A'lab adalah sebuah perkampungan suku Akk bin Adnan terletak antara kota Mekah dengan pantai laut. 10. BEKAS PERANG RIDDAH 179 ngan mengatakan "Kami samasekali tak punya kepentingan dengan masalah ini. Engkau adalah teman-teman mereka dan mereka temantemanmu." Mungkin dulu mereka pernah membantu dan membela Qais dalam menghadapi penduduk keturunan Persia itu. Tetapi mereka melihat Abu Bakr dan kaum Muslimin di pihak mereka dan menyerahkan segala masalah ke tangan mereka. Apalagi mereka melihat warga keturunan Persia begitu kuat menjaga Islam dan begitu setia kepada Abu Bakr dan kekuasaan Medinah. Kalau begitu untuk apa memperselisihkan hal-hal yang belum diketahui kesudahannya, terutama setelah terjadi pemurtadan di Yaman dan negeri ini menjadi sasaran pasukan Muslimin, dan setelah berita kemenangannya menggema ke segenap penjuru Semenanjung itu. Qais tidak patah semangat karena sikap Zul-Kula' dan temantemannya yang tidak mendukungnya itu. Malah ia menulis surat kepada kelompok-kelompok bandit yang dengan diam-diam dulu bersekutu dengan Aswad, dan yang dulu datang ke sana dan siap memerangi siapa saja yang berani menentang Aswad. Dimintanya mereka bergabung kepadanya dan mau seia sekata mengusir penduduk keturunan Persia itu dari Yaman. Sudah tentu permintaan semacam ini disambut baik oleh komplotan itu. Bukankah ini sama dengan permintaan Aswad dulu? Yang penting harus menang! Mereka membalas surat Qais dan memberitahukan bahwa mereka siap memenuhi permintaannya itu secepatnya. Karena semuanya dilakukan secara rahasia, maka San'a terkejut sekali ketika mendapat berita bahwa komplotan itu sudah berada di dekat kota. Pemuka-pemuka San'a segera berunding, langkah apa yang harus mereka ambil. Dazuweh dibunuh Qais cepat-cepat menghubungi Fairuz, seolah berita itu memang tiba-tiba dan sangat mengejutkannya. Ia meminta pendapatnya dan pendapat Dazuweh untuk menipu kedua orang supaya mereka tidak mencurigainya. Mereka bersama Jisynas diundangnya makan siang besok. Dazuweh datang lebih dulu sebelum kedua kawannya itu. Tetapi begitu masuk ke tempat Qais langsung ia dibunuh. Fairuz yang datang menyusul kawannya itu ketika mendengar suara bisik-bisik Qais dengan kawan-kawannya, langsung ia kabur dengan kudanya. Di perjalanan ia bertemu dengan Jisynas. Mereka segera berbalik dan dengan memacu kuda mereka pergi mencari pertolongan. Qais mengerahkan pasukan berkudanya untuk mengejar mereka tapi sudah tak terkejar. Mereka kembali disambut kemarahan Qais. 180 ABU BAKR AS-SIDDIQ Fairuz dan Jisynas sudah sampai di pegunungan Khaulan, tempat keluarga Fairuz dari pihak ibu. Kedua mereka ini hampir tak percaya bahwa mereka telah selamat dari bencana. Di San'a Qais bertindak cepat. la sudah merasa aman dan tenteram seperti yang dulu juga dirasakan oleh Aswad. Tak terlintas dalam pikirannya bahwa masih akan ada orang yang mampu mengalahkannya dan menurunkannya dari kedudukannya itu. Bahwa Fairuz akan meminta bantuan Abu Bakr dan akan menyerang Qais dengan kekuatan dari keluarga Khaulan, sudah ada yang memberitahukan kepadanya. Tetapi Qais malah mengejeknya seraya berkata: "Apa Khaulan! Apa Fairuz! Ke mana mereka mau berlindung!" Orang-orang awam dari kabilah-kabilah Arab Himyar sekarang bergabung kepadanya, meskipun pemimpin-pemimpinnya tetap menjauhkan diri. Sesudah ia merasa dirinya kuat, mulai ia bertindak terhadap warga keturunan Persia itu. Mereka dibagi ke dalam tiga kelompok: yang tinggal tanpa menunjukkan tanda-tanda pro Fairuz dibiarkan tetap tinggal bersama keluarganya; yang lari bergabung dengan Fairuz, keluarganya dibagi dua, sebagian dipindahkan ke Aden melalui laut, yang lain melalui darat diangkut ke muara Furat, dan diperintahkan agar mereka diasingkan ke negeri asal, dan tak seorang pun boleh tinggal di Yaman. Qais terusir dari San 'a Fairuz mengetahui apa yang telah menimpa warga setanah airnya dulu itu. Ia mengajak kabilah-kabilah yang masih kuat rasa keislamannya untuk membelanya. Ia bertindak demikian untuk mencegah fanatisma kebangsaan dengan semangat agama. Banu Aqil bin Rabi'ah menyambut baik ajakan itu, demikian juga kabilah Akk. Mereka berangkat hendak menolong keluarga keturunan Persia yang sudah diputuskan oleh Qais untuk diasingkan. Keberangkatan mereka dipimpin oleh Fairuz, yang kemudian berhasil mengembalikan keturunan penduduk Persia itu. Dalam pada itu ia bertemu dengan Qais dan pasukannya sebelum San'a. Qais diusirnya dan dia kembali memegang kendali wilayah itu mewakili Khalifah. Qais dan pasukannya melarikan diri ke tempat terbunuhnya Aswad dulu. Dengan larinya itu habislah konsep tentang kebangsaannya yang sudah menjadi dasar perjuangannya. Abu Bakr memperkuat kedudukan Fairuz dengan mengirim Tahir bin Abi Halah dengan bala tentaranya dan bermarkas tak jauh dari Fairuz. Faktor ketiga, permusuhan lama Hijaz-Yaman Tetapi kemenangan dan kembalinya Fairuz memegang pimpinan ini tak berarti dapat mempertahankan perdamaian dan tidak pula dapat me10. BEKAS PERANG RIDDAH 181 ngembalikan keamanan di luar kota San'a di kawasan Yaman. Kaum murtad bertahan lebih gigih lagi di tempat itu. Di sinilah saatnya kita bicara tentang faktor ketiga yang menyebabkan pembangkangan itu lebih marak di kawasan ini. Yaman tak akan dapat melupakan persaingan yang pernah ada dengan pihak Hijaz, dengan hegemoni dan pengaruh kekuasaan yang lebih besar ada di pihak Yaman. Antara Yaman dengan Hijaz pada masa Rasulullah tak pernah terjadi perang yang mengakibatkan tunduknya Banu Himyar itu. Kalaupun kemenangan Khalid dan Ikrimah di seluruh Yaman gemanya memang sudah sampai kepada kabilah-kabilah Arab dan raja-raja di sekitarnya, namun banyak juga pahlawan dan jenderal dalam kabilahkabilah Yaman yang dapat dibanggakan tak kalah dengan kedua pahlawan Hijaz itu, dan yang membuat orang gentar mendengar namanama para pahlawan Arab itu. Sebagai contoh misalnya Amr bin Ma'di Karib 'Pemilik Samsamah' itu. Dia memang seorang kesatria dan pelindung Banu Zabid. Mendengar namanya saja pahlawan-pahlawan yang lain sudah ketakutan dan tak berani menemuinya. Pada masa Umar bin Khattab ia memegang peranan penting untuk kemenangan Islam dalam beberapa peperangan. Dan sejarah tak akan dapat melupakannya. Usianya yang sudah lanjut ketika itu tidak mengubah kehebatannya. Ia sempat mengalami ekspedisi Qadisiyah dengan ikut bertempur mati-matian dalam umur yang sudah di atas seratus tahun. Amr memimpin pemberontakan dengan pengikut-pengikutnya, dan Qais bin Abd Yagus ikut bergabung pula. Mereka bahu membahu dalam membuat keonaran di seluruh kawasan itu, dan penduduk memberi pula bantuan; kecuali Najran yang beragama Kristen masih mempertaharkan perjanjiannya dengan Muhammad, kemudian menyatakan niatnya hendak memperpanjang perjanjian itu dengan Abu Bakr. Perjalanan Ikrimah dan Mujahid ke Yaman Akan berpangku tangan sajakah Muslimin melihat Yaman diubrakabrik oleh dua pemberontak dan pengikut-pengikutnya ini sehingga mereka saling membunuh dan penduduk habis dilahap pemberontakan? Tidak! Ikrimah bin Abi Jahl berangkat dari Mahrah ke Yaman sehingga mencapai Abyan dengan bala tentaranya yang makin hiruk pikuk setelah ditambah dengan perlengkapan dan orang-orang yang ikut bergabung kepadanya di Mahrah. Sedang Muhajir bin Abi Umayyah menyusur turun dari Medinah ke arah selatan melalui Mekah dan Ta'if dalam brigade yang sudah dibentuk oleh Abu Bakr itu, kendati dia terlambat beberapa bulan karena sakit. Dari Mekah, Ta'if dan Najran bertambah 182 ABU BAKR AS-SIDDIQ lagi dengan orang-orang yang sudah berpengalaman dan cukup terkenal dalam peperangan. Sesudah pihak Yaman mendengar tentang kedatangan kedua jenderal ini — Ikrimah dan Muhajir — dan bahwa Muhajir sudah membersihkan orang-orang yang berusaha mengadakan perlawanan, yakinlah mereka bahwa pemberontakan mereka tak boleh tidak akan tamat, dan kalau berperang juga mereka akan terbunuh dan tertawan dan perlawanan mereka tak akan membawa arti apa-apa. Bahkan keadaan mereka sudah begitu parah setelah Qais dengan Amr bin Ma'di Karib berselisih dan saling mengejek, masing-masing memikul dendam hendak menjerumuskan lawannya. Hal ini terjadi sesudah tadinya bersepakat akan samasama menghadapi dan memerangi Muhajir. Tetapi karena mau menyelamatkan diri, pada suatu malam Amr menyerang Qais yang kemudian membawanya kepada Muhajir sebagai tawanan. Tetapi keduanya oleh Muhajir dikenakan tahanan dan keputusannya akan diserahkan kepada Abu Bakr. Abu Bakr memaafkan Qais dan Amr Semula Abu Bakr bermaksud menjatuhkan hukum qisas kepada Qais karena membunuh Dazuweh. "Hai Qais," kata Abu Bakr. "Engkau membunuhi hamba-hamba Allah dan berteman dengan kaum murtad dan kaum musyrik, bukan dengan sesama mukmin!" Tetapi Qais membantah telah membunuh Dazuweh. Abu Bakr tak punya bukti karena tak ada orang yang tahu atas pembunuhan itu. Oleh karena itu ia menghindari penghukuman demikian dan orang itu tak jadi dibunuh. Dengan menatap Amr bin Ma'di Karib Abu Bakr berkata: "Dan kau, tidak malu kau setjap hari kalah dan menjadi tawanan! Kalau engkau membela agama ini niscaya Allah akan mengangkat kau!" "Tentu," kata Amr, "aku sudah terlanjur berbuat. Aku tak akan mengulanginya lagi." Oleh Abu Bakr mereka dibebaskan dan dikembalikan kepada kabilahnya. Dalam pada itu Muhajir sudah berangkat dari Najran dan sudah sampai ke San'a. Pasukannya diperintahkan mengawasi komplotan banditbandit yang masih keras kepala, yang selalu menimbulkan kekacauan di mana-mana, yang sudah berjalan sejak zaman Aswad dulu, dan supaya membunuh mereka di mana pun mereka dijumpai, dan jangan terima lagi mereka. Tetapi yang mau bertobat dan kembali tanpa sikap membangkang, terimalah mereka. 10. BEKAS PERANG RIDDAH 183 Ikrimah masih tetap berada di bagian selatan Yaman setelah membebaskan Nakha dan Himyar. Dengan demikian seluruh Yaman sekarang kembali aman dan tenteram. Warga Yaman kini kembali kepada ajaran agama yang benar. Selain di Hadramaut dan Kindah, di seluruh Semenanjung itu sudah tak ada lagi kaum murtad. Kenapa Abu Bakr membela orang Persia daripada orang Arab Sebelum kita mengikuti perjalanan Ikrimah dan Muhajir menghadapi kaum murtad di kedua daerah itu, kita ingin menghilangkan keraguan dan kekaburan sekitar apa yang terjadi di Yaman yang kadang masih mengusik pikiran kita. Mengapa Abu Bakr membela orang Persia terhadap orang Arab di sana? Mengapa ia membela Fairuz dan kawankawannya terhadap Qais dan pengikut-pengikutnya? Untuk menghilangkan keraguan dan kekaburan ini sebenarnya tidak sulit. Kita tahu Islam tidak membedakan yang Arab dan yang bukan-Arab kecuali dari ketakwaannya. Bahwa orang yang paling mulia dalam pandangan Allah ialah yang paling bertakwa. Tetapi bukan itu saja yang menyebabkan Abu Bakr membela Fairuz. Dasar pembelaannya ialah orang-orang Persia itulah yang mula-mula masuk Islam di Yaman. Orang yang lebih dulu masuk Islam punya tempat tersendiri. Di samping itu, yang mengadakan pemberontakan terhadap agama baru itu justru penduduk Arab negeri-negeri itu. Aswad ini sudah mengaku dirinya nabi, sejak zaman Rasulullah. Kemudian diikuti pula oleh pembela-pembela Aswad, di antaranya Amr bin Ma'di Karib dan Qais bin Abd Yagus. Sebaliknya Bazan, Syahr, Fairuz dan orang-orang Persia di sekitarnya, merekalah yang menyebarkan dakwah Islam di kawasan itu. Merekalah yang berpegang teguh pada Islam dan siap menghadapi musuh-musuhnya. Merekalah yang setia kepada pemerintahan Medinah dan kepada Khalifah pengganti Rasulullah tatkala orang-orang Arab kawasan itu semua murtad dan seluruh bumi Semenanjung itu hangus terbakar. Dengan demikian tidak heran jika Abu Bakr memberikan kekuasaan di sana kepada Fairuz, membantunya dengan tenaga prajurit dan para perwira, dan dia pulalah yang diangkat sebagai amir yang memerintah San'a, seperti yang juga dilakukan Nabi dulu terhadap Syahr sebagai amir di sana, dan sebelum itu, ayahnya Bazan sebagai amir atas seluruh Yaman. Memerangi kaum murtad di Kindah dan Hadramaut Sekarang tiba saatnya kita menapak ke langkah terakhir dalam Perang Riddah ini. Kita pindah kini bersama Muhajir dan Ikrimah ke Kindah dan Hadramaut. 184 ABU BAKR AS-SIDDIQ Sebagai pengantar ingin kita singgung bahwa ketika Rasulullah wafat wakil-wakilnya di kawasan ini ialah: Ziyad bin Labid di Hadramaut, Ukkasyah bin Mihsan di Sakasik dan Sakun dan Muhajir bin Abi Umayyah di Kindah. Sudah kita lihat bahwa Muhajir ketika itu sedang sakit di Medinah. Ia baru dapat melaksanakan tugasnya di Kindah dan dapat memimpin pasukan menghadapi kaum murtad di Yaman beberapa bulan kemudian setelah Rasulullah wafat. Itu sebabnya, sejak Rasulullah menugaskannya di Kindah sampai kemudian ia berangkat bersama pasukannya ke Yaman, tugas itu digantikan oleh Ziyad bin Labid. Bagaimana Muhajir memerintah Kindah? Kisah Muhajir memerintah Kindah ini agak aneh. Dia saudara Umm Salamah istri Rasulullah, Ummulmukminin. Ketika ekspedisi Tabuk dia tidak menyertai Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam Rasulullah marah karenanya, dan sampai beberapa waktu lamanya masih merasa gusar. Hal ini sangat menyentuh perasaan Umm Salamah karena ia tak berhasil menyenangkan perasaan suaminya. Pada suatu ketika ia sedang mencuci kepala Nabi sambil mengajaknya bicara sikap Nabi begitu ramah kepadanya. "Bagaimana dia akan berguna kalau engkau masih mengecam saudaraku!" katanya. Setelah dilihatnya sikap Nabi sudah lebih tenang dipanggilnya saudaranya itu. Muhajir masih mengemukakan alasannya kepada Rasulullah hingga Rasulullah dapat menerimanya dan ia diberi tugas mengurus Kindah. Ziyad menggantikannya dalam tugas itu sampai Muhajir datang ke sana pada masa pemerintahan Abu Bakr. Siasat Ziyad dan ketegasannya Karena bertetangga dengan Yaman, begitu pertama kali Aswad al- Ansi mulai berkampanye, Kindah sudah segera menerimanya. Karena itu Rasulullah memerintahkan agar sebagian zakat Kindah dibagikan di Hadramaut dan sebagian zakat Hadramaut dibagikan di Kindah. Tampaknya Ziyad terlalu keras melaksanakan ketentuan zakat itu hingga sempat menimbulkan kegelisahan. Orang-orang yang tidak puas di Kindah dapat ia atasi dengan bantuan orang-orang Sakun yang sudah kuat keislamannya dan sebagai warga negara sangat setia. Mereka tak pernah membangkang. Setelah Nabi wafat dan terjadi pemurtadan di kalangan orangorang Arab kawasan itu, Ziyad ingin menumpasnya sebelum meluas ke daerah kekuasaannya itu. Keinginannya untuk memerangi kaum murtad mendapat dukungan kuat dari kabilah-kabilah yang ada di sekitarnya dan yang keislamannya masih kuat. 10. BEKAS PERANG RIDDAH 185 Dengan tiba-tiba Ziyad menyerang Banu Amr bin Muawiyah sehingga banyak dari mereka yang terbunuh dan istri-istri mereka ditawan. Mereka berikut harta benda dibawa ke jalan yang menuju ke markas Asy'as bin Qais, pemimpin Banu Kindah. Di antara perempuan-perempuan itu ada yang terpandang kedudukannya di kalangan masyarakatnya, yang sebelum itu mereka hanya mengenal harga diri dan kehormatan. Ketika lewat di depan markas Asy'as perempuan-perempuan itu berteriak-teriak sambil menangis: "Asy'as! Asy'as! Keluargamu, keluargamu!"1 Asy'as adalah pemimpin yang berwibawa, dicintai dan disegani masyarakatnya. Barangkali kita masih ingat ketika pada Tahun Perutusan ('Amul Wujud) ia datang ke Medinah menemui Rasulullah dengan memimpin delapan puluh orang dari Kindah. Mereka semua mengenakan pakaian sutra. Ia menyatakan masuk Islam dan melamar saudara perempuan Abu Bakr Umm Farwah. Akad nikah dilakukan oleh Abu Bakr sendiri. Tetapi untuk menenteramkan perasaan keluarga pengantin laki-laki dengan perpisahan itu, pelaksanaannya kemudian ditunda. Jika demikian kedudukannya tidak heran bila masyarakatnya merasa marah karena kemarahannya itu, dan untuk itu mereka siap berperang mendampinginya. Dan memang, mereka memang memerangi Ziyad dan mengambil kembali tawanan perangnya. Dengan demikian mereka dapat mengembalikan harga diri dan kehormatan mereka. Ikrimah dan Muhajir bertemu di Ma 'rib Sejak itulah Asy'as mengobarkan api peperangan di Kindah dan Hadramaut. Ziyad khawatir sekali akan segala akibatnya. Maka ia menulis surat kepada Muhajir bin Abi Umayyah meminta bantuan. Ketika itu Muhajir sudah meluncur turun dari Yaman — begitu juga Ikrimah — untuk menumpas sisa-sisa kaum murtad di Semenanjung. Muhajir berangkat dari San'a dan Ikrimah dari Yaman dan Aden, dan mereka bertemu di Ma'rib, lalu bersama-sama melintasi gurun Saihad. Muhajir menyadari apa yang telah menimpa Ziyad itu. Pimpinan militer diserahkannya kepada Ikrimah dan dengan sepasukan gerak cepat ia segera berangkat. Begitu bergabung dengan pasukan Ziyad ia langsung menyerang Asy'as hingga lawannya itu dapat dilumpuhkan. Tidak sedikit anak buahnya yang mati. Asy'as sendiri dan anak buahnya yang masih selamat melarikan diri dan mencari perlindungan di benteng Nujair. 1 Khalatuka, yakni 'bibi-bibimu dari pihak ibu.'. — Pnj. 186 ABU BAKR AS-SIDDIQ Nujair adalah sebuah kota yang kukuh, tak mudah dapat ditaklukkan dengan kekerasan. Ada tiga jalan masuk yang menghubungkan lorong itu ke belakang benteng. Ziyad memasuki salah satu lorong itu, Muhajir memasuki lorong yang kedua sedang yang ketiga dibiarkan terbuka untuk memasok segala keperluan penghuni benteng itu. Tetapi Ikrimah menggiring pasukannya dan langsung menempati lorong itu. Jalur ke tempat persediaan makanan diputus. Tidak hanya itu, bahkan ia mengirimkan sebagian pasukan berkudanya yang terpencar di Kindah ke tepi laut dan ia terus membantai mereka yang masih memberontak. Mereka yang berlindung di benteng Nujair melihat apa yang dialami kaumnya itu. Mereka satu sama lain berkata: "Lebih baik kamu mati daripada dalam keadaan seperti ini. Potonglah jambulmu sehingga seolah kita sudah mempersembahkan hidup kita untuk Allah. Kita telah diberi kenikmatan oleh Allah dan kita sudah menikmatinya; mudahmudahan Dia akan menolong kita melawan orang-orang zalim itu." Benteng Nujair dikepung dan diduduki Dengan memotong jambul itu mereka saling berjanji tak akan lari. Begitu terbit sinar pagi mereka keluar dan bertempur habis-habisan di ketiga lorong yang menuju ke benteng itu. Tetapi apa gunanya bertempur mati-matian begitu jika pasukan Muhajir dan Ikrimah memang sudah tak dapat dikalahkan oleh kekuatan dan jumlah orang! Penghuni benteng Nujair itu yakin ketika melihat bala bantuan untuk pasukan Muslimin datang tak putus-putusnya. Pasti hancur mereka. Mulai mereka putus asa, jiwa mereka lunglai dan mereka takut mati. Pemimpinpemimpin mereka juga sudah khawatir akan nasib mereka sendiri. Keangkuhan mereka kini langsung merosot. Pengkhianatan Asy 'as Setelah itu Asy'as kemudian keluar dan menemui Ikrimah dengan maksud meminta perlindungan dari Muhajir, untuk dirinya sendiri dan sembilan orang yang lain dengan ketentuan ia akan membukakan benteng itu untuk pasukan Muslimin dan membiarkan mereka yang ada di dalamnya. Permintaannya itu disetujui oleh Muhajir asal dia menulis nama-nama kesembilan orang yang dimintakan perlindungannya itu. Asy'as menuliskan nama-nama saudaranya, saudara-saudara sepupunya dan anggota-anggota keluarganya yang lain. Tetapi dia lupa menuliskan namanya sendiri dalam catatan itu. Setelah surat yang berisi catatan itu ditera, diserahkannya kepada Muhajir. Asy'as mengeluarkan kesembilan orang itu dari benteng dan pintu-pintu gerbang dibukakan untuk pasukan Muslimin. Ketika mereka menyerbu masuk siapa saja yang mengadakan 10. BEKAS PERANG RIDDAH perlawanan akan dipenggal lehernya. Perempuan-perempuan dalam benteng itu sebanyak seribu orang ditawan. Muhajir menempatkan penjagaan kepada tawanan-tawanan itu serta harta benda yang ada di dalamnya. Setelah dihitung seperlimanya kemudian dikirimkan ke Medinah. Perjalanan dunia ini memang serba aneh! Asy'as yang telah melakukan pengkhianatan berat ini, dan yang telah menyerahkan kaumnya untuk dibunuh dan menyerahkan seribu perempuan untuk ditawan, Asy'as ini juga yang tidak tahan mendengar teriakan bibi-bibinya dari Keluarga Amr bin Muawiyah: "Asy'as! Asy'as! Keluargamu, keluargamu!" Maka cepat-cepat ia bertindak hendak membela mereka dan membebaskan mereka dari tawanan Ziyad. Dan Asy'as yang dulu datang menemui Nabi, yang kita ketahui begitu ramah, disambut oleh kaum Muslimin juga dengan ramah, Asy'as itu juga yang ternyata begitu hina, sehingga ia dikutuk oleh Muslimin dan dikutuk pula oleh perempuanperempuan tawanan itu. Mereka menamakannya: "'urfun nar" ungkapan bahasa Arab Yaman yang berarti "Pengkhianat." Tetapi bila orang memang sudah terlalu terikat pada dunia dan takut mati, hidupnya akan sangat hina dan ia akan tersungkur ke lembah yang lebih parah dari mati. Muhajir memanggil orang yang nama-namanya sudah disebutkan dalam catatan Asy'as itu, kemudian mereka dibebaskan. Karena nama Asy'as sendiri tak terdapat dalam catatan yang sudah ditera itu, maka ia dibelenggu dan sudah akan dihukum mati. "Bersyukur aku kepada Allah karena engkau telah membuat kesalahan, Asy'as! Aku memang ingin Allah akan membuat engkau mendapat malu!" Tetapi Ikrimah bin Abi Jahl segera campur tangan. "Tangguhkan," katanya. "Kita sampaikan dulu kepada Abu Bakr. Dalam hal ini dia lebih tahu mengambil keputusan. Jika orang lupa mencatatkan namanya, sedang dia sendiri mewakili mereka dalam pembicaraan itu, adakah yang satu dapat membatalkan yang lain?" Muhajir kemudian terpaksa menundanya. Orang ini dikirimkan kepada Abu Bakr bersama-sama dengan tawanan yang lain. Sepanjang jalan ia dikutuk oleh tawanan-tawanan itu dan oleh kaum Muslimin juga. Abu Bakr memaafkan Asy'as Dalam pembicaraan dengan Asy'as Abu Bakr mengingatkan segala yang telah dilakukannya. "Lalu, apa yang harus kulakukan terhadapmu?!" tanya Abu Bakr. "Aku tidak tahu bagaimana pendapatmu; engkau yang lebih tahu," kata Asy'as. 187 188 ABU BAKR AS-SIDDIQ "Menurut pendapatku kau harus dibunuh." "Aku yang mengajak kaumku hingga mereka menyetujui; tidak seharusnya aku dibunuh," kata Asy'as menjawab Abu Bakr. Karena percakapannya dengan Abu Bakr agak panjang Asy'as khawatir ia akan dibunuh juga, lalu katanya: "Jika engkau berniat baik kepadaku, tentu kau mau melepaskan tawanan- tawanan itu, memaafkan kesalahanku, menerima keislamanku, memperlakukan aku seperti rekan-rekanku yang lain dan mengembalikan istriku kepadaku." Istri yang disebutkannya ialah Umm Farwah saudara Abu Bakr. Sejenak Abu Bakr agak ragu akan menjawab. Tetapi Asy'as tiba-tiba melanjutkan: "Lakukanlah, akan kaulihat aku menjadi penduduk negeri itu yang terbaik dalam agama Allah." Setelah hal itu dipikir-pikir dan dipertimbangkan Abu Bakr dapat menerimanya dan keluarganya dikembalikan kepadanya seraya katanya: "Ya pergilah, hendaknya kau berkelakuan baik." Setelah itu kemudian Asy'as tinggal dengan Umm Farwah di Medinah. Ia keluar dari kota itu baru pada masa Umar dengan membawa tugas ke Irak dan Syam. Dalam menjalankan tugasnya itu ia benarbenar berjuang mati-matian, yang kemudian ia dapat mengembalikan citranya di mata kaum Muslimin. Menumpas pemberontakan di negeri Arab Muhajir dan Ikrimah masih tinggal di Hadramaut dan Kindah sampai keadaan benar-benar aman dan tenteram. Dan dengan ditumpasnya pemberontakan di negeri-negeri Arab itu Perang Riddah pun berakhir sudah. Langkah berikutnya mengadakan konsolidasi politik, yang setelah itu masih berlangsung lama. Tetapi kemudian timbul kekeruhan. Langkah Muhajir pun tidak pula kurang tegasnya dalam menumpas pembangkangan di kawasan ini, dibanding dengan di Yaman. Ia sudah mengikis habis kaum murtad itu, dan menjatuhkan hukuman yang seberat- beratnya kepada kaum pemberontak. Sebagai contoh misalnya kita lihat dua orang penyanyi perempuan; yang seorang mencaci maki Rasulullah dalam nyanyiannya, dan yang seorang lagi mengejek kaum Muslimin. Muhajir memerintahkan dipotongnya kedua tangan dan mencabut dua gigi depan kedua perempuan itu. Abu Bakr menulis surat mencela perbuatannya itu sebagai tindakan yang salah. Untuk yang pertama sebaiknya dibunuh, karena hukum yang berlaku bagi para nabi tidak sama dengan yang berlaku terhadap yang lain, sedang untuk yang kedua masih dapat dimaafkan kalau dia seorang zimmi (bukan Muslim yang tinggal dalam kawasan Islam). 10. BEKAS PERANG RIDDAH 189 "Bagaimana kau memaafkan perbuatan syirik padahal lebih berat. Bersikap tenanglah. Jauhilah penganiayaan, karena itu merupakan perbuatan dosa yang harus dihindari kecuali bila menyangkut hukum kisas." Apa yang diperbuat Muhajir terhadap kedua penyanyi itu diperbandingkannya dengan yang diperbuatnya terhadap para pembangkang dan kaum murtad.1 Abu Bakr meminta Muhajir memilih untuk menjalankan pemerintahan di Hadramaut atau di Yaman. Muhajir memilih Yaman. la berangkat ke San'a dan tinggal di sana bersama Fairuz. Sedang Ziyad bin Labid tetap di Hadramaut. Kebalikannya Ikrimah yang sudah bersiap-siap akan kembali ke Medinah, tak jadi ia berangkat. Malah ia kawin dengan putri Nu'man bin al-Jaun. Rupanya kemarahan Abu Bakr kepada Khalid bin Walid dulu ketika mengawini Umm Tamim dan kemudian mengawini putri Mujja'ah yang jelas menyalahi adat istiadat orang Arab, tidak menjadi rintangan bagi Ikrimah. Hanya saja perkawinan Ikrimah dengan gadis ini telah juga menimbulkan masalah baru: anggota-anggota pasukannya menggerutu, yang berkesudahan dengan diserahkannya persoalan itu kemudian kepada Abu Bakr untuk mengambil keputusan. Cerita perkawinan Ikrimah dengan putri Nu 'man Sebenamya Ikrimah kawin dengan putri Nu'man ini ketika ia masih di Aden kemudian dibawa pindah ke Ma'rib. Pasukannya berselisih pendapat mengenai gadis itu. Ada yang mengatakan: Biarkan saja, dia bukan perempuan yang sepatutnya buat dia. Yang lain berkata: Jangan dibiarkan! Kemudian cerita ini diteruskan kepada Muhajir. Muhajir menulis surat kepada Abu Bakr meminta pendapatnya mengenai masalah ini. Tetapi Abu Bakr berpendapat bahwa apa yang telah dilakukan Ikrimah itu tak perlu dirisaukan. Nu'man bin al-Jaun dulu pernah datang kepada Rasulullah dan menginginkan ia menikah dengan putrinya itu. Maka putrinya itu diperindah dan dibawa kepada Nabi. Dan yang lebih menarik lagi gadis itu tak pernah mengeluh sakit. Tetapi ditampik oleh Rasulullah. Gadis itu dibawa kembali oleh ayahnya ke Aden. Oleh karena itu, ada sebagian anggota pasukannya yang menduga bahwa Ikrimah sebaiknya menolak saja seperti yang dilakukan Rasulullah, su- 1 Ada beberapa kata dalam ungkapan ini yang kurang jelas artinya dan sukar dicari dalam buku-buku referensi, tetapi secara keseluruhan terjemahannya diharapkan tidak terlalu jauh dari yang dimaksud. — Pnj. 190 ABU BAKR AS-SIDDIQ paya dalam hal ini dapat mengambil teladan dari Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam Tetapi Abu Bakr menolak pendapat ini, dan dia tak keberatan dengan perkawinan Ikrimah itu. Sekarang Ikrimah menetap di Medinah bersama istrinya. Juga pasukannya sudah kembali berkumpul di Medinah, kota yang ditinggalkannya sejak pecah Perang Riddah dulu. Abu Bakr melayangkan pandangannya ke seluruh Semenanjung yang ada di sekitarnya itu. Teringat ia hari pembaiatannya dulu. Air mata bercucuran karena rasa syukur atas kenikmatan yang dikaruniakan Tuhan kepadanya, kenikmatan dalam bentuk kemenangan, kenikmatan dengan memperkuat agama yang benar ini dengan tekad dan keteguhan hatinya. Bagaimanakah Medinah ketika itu, Medinah yang telah berjaya dengan kemenangannya, yang berdaulat di seluruh kawasan Arab, — dibandingkan dengan Medinah yang kemudian dilanda oleh orang-orang Arab yang bergejolak dan memberontak dan berusaha hendak mengepungnya setelah Rasulullah wafat! Apa pula yang akan membuat Abu Bakr membanggakan diri padahal ia ingat firman Allah kepada Rasul- Nya: "...dan bukanlah kau yang melempar ketika kau melempar (segenggam debu), tetapi Allah Yang melempar..." (Qur'an, 8. 17). Gerangan apakah yang akan terjadi esok?! Betapa kesatuan agama Allah ini kini bertambah kuat, bertambah agung dan tersebar luas?! Inilah yang menjadi arah tujuan politik Abu Bakr. Dan ini pula yang dipikirkan Abu Bakr sejak ia merasa yakin dengan kemenangan itu. Lama sekali ia berpikir demikian sejak para jenderal dan pasukannya itu masih bertugas menumpas sisa-sisa kaum murtad serta pengaruhnya di daerah selatan. Bila Allah hendak membuktikan kekuasaan-Nya, maka kedaulatan Islam itulah yang lahir dari hasil pemikiran dan perjuangan. Dapatkan koleksi ebook-ebook lain yang tak kalah menariknya di EBOOK CENTER - AQUASIMSITE - http://jowo.jw.lt